Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 1 part 5


Original Network : Channel 3


Hasil otopsi Nai sudah keluar. Polisi tidak menemukan sidik jari apapun ataupun petunjuk yang lain, kecuali minyak esensial yang ada di tubuh Nai. Mengetahui itu, Plerngfah terkejut. Lalu dia pun menanyakan tentang Bun.
“Polisi mengasumsikan bahwa pelaku mungkin orang yang menyewa kamar disebelah Bun. Dia hanya sewa dua minggu saja. Dan pendahuluan dokumen nya semua palsu,” jelas si rekan. “Nama pertama dan terakhir nya milik seseorang yang sudah meninggal.”
“Sangat hati- hati,” komentar Plerngfah, kesal.
Si rekan merasa heran dan bertanya kepada Plerngfah, apa hubungan nya Bun dengan kasus Nai. Dan Plerngfah menjelaskan bahwa dia tidak tahu jelas nya, tapi dia percaya bahwa pembunuhan, sabotase, dan teka- teki yang ada, semuanya pasti berhubungan. Namun dia belum bisa menemukan penghubung nya.


Seorang rekan tiba-tiba datang dengan sikap panik ke dalam ruangan rapat. “P’Pong! Pah! Ada berita besar! Teka- teki kata muncul lagi. Kali ini, mereka ada di rumah peristirahatan Ayutthaya,” katanya.
“Tempat kelahiran Khun Uthaiyothin,” gumam Plerngfah.

Ayah Krat sedang memeriksa seluruh CCTV disekitar rumah, karena dia ingin memperketat keamanan di tempat mereka ini. Dan disaat itu, Krat melihat kedatangan Plerngfah.
Plerngfah mengucapkan terima kasih, karena Krat menyetujui Ch6 untuk meliput berita. Dan Krat menjelaskan bahwa dia mengundang Plerngfah untuk masuk ke dalam rumahnya, karena Plerngfah adalah teman Sitang. Jika tidak, maka Plerngfah tidak mungkin bisa masuk dan berjalan di dalam rumah nya.




Lalu di dalam rumah, Krat menunjuk kan teka- teki kata yang ada tertulis di atas pilar- pilar rumahnya. Dan Plerngfah memotret semua tulisan itu sambil berpikir.

“Karakter yang sama. Tulisan tangan nya juga sama seperti sebelum nya. Bisa jadi orang yang menulis ini juga adalah orang yang sama,” tebak Plerngfah. “Apa kamu menemukan siapa yang menulis nya dari CCTV?”
“Biasanya, tidak ada yang tinggal disini. Dan tidak ada hal penting disini, jadi kami tidak memasang CCTV. Hanya ada dua orang satpam saja yang berjaga. Jika seseorang menyelinap, itu sangat mudah dilakukan,” jelas Krat.

“Itu berarti banyak penjaga tiba- tiba datang setelah tulisan ini ditulis, begitu?”
“Tidak seperti itu. Hari ini ada ritual penting. Bahkan jika tidak ada karakter itu, kami mesti mengatur beberapa penjaga keamanan juga,” jelas Krat.
“Ritual apa?” tanya Plerngfah. Dan Krat malas menjelaskan.


Sitang datang. Dan dia terkejut, karena ternyata Plerngfah datang lebih cepat darinya. Lalu dia melihat karakter- karakter yang ada di atas pilar. Dan dia mengulangi tebakan yang sama persis seperti yang Plerngfah katakan sebelum nya.
“Tepat. Aku mengatakan hal yang sama seperti mu,” komentar Plerngfah, bangga.
“Aku tidak mendengar apa yang kamu katakan. Kamu tidak bisa mengklaim kalau aku meniru kamu!” protes Sitang. Dan Plerngfah tersenyum kecil.

Adul dan Pakboon juga datang. Dan dengan ramah, Plerngfah menyapa mereka berdua. Tapi Pakboon bersikap dingin padanya dan tampak tidak senang. Dan Plerngfah pun merasa heran.
“Jao Sua Paphan menunggu. Permisi,” kata Pakboon kepada Adul. Lalu dia pergi ke halaman belakang.
Sitang dan Adul kemudian mengajak Plerngfah untuk ikut bersama mereka, karena Pakboon akan segera memulai ritual. Dan dengan penasaran, Plerngfah pun mengikuti mereka.

Dihalaman belakang. Ketika Plerngfah melihat seorang pria tua duduk diatas kursi roda, dia merasa penasaran dan bertanya kepada Sitang, apakah itu Jao Sua Paphan dan apa hubungan nya ini dengan semua orang. Dan Sitang menyuruh Plerngfah untuk lihat saja dan lalu Plerngfah akan tahu.

“Mari mulai,” kata Pakboon sambil mendekati Jao Sua Paphan. “Jao Sua. Lihat aku. Jangan takut,” katanya. Dan Jao Sua pun menatap nya. “Penyakit mu sekarang adalah karena karma lama mu. Apa kamu siap untuk melihat apa yang terjadi dia kehidupan lalu mu?” tanyanya. Dan Jao Sua mengiyakan.




Pakboon kemudian memegang kedua tangan Jao Sua dan melihat ke dalam mata Jao Sua. Lalu disaat itu, pupil matanya dan pupil mata Jao Sua sama- sama berubah menjadi hitam gelap. Dan tiba- tiba saja angin bertiup sangat kencang disekitar mereka.



Dengan serius, Plerngfah memperhatikan ritual itu. Dan lalu dia memegang tangan Sitang dengan erat. Melihat itu, Krat merasa cemburu.

Ketika angin bertambah kencang, Pakboon terpental ke belakang. Dan Adul pun langsung menangkap nya. Lalu di saat itu, angin kencang berhenti bertiup.
Sitang menyuruh Plerngfah untuk melepaskan tangannya, karena tangan nya sangat sakit. Dan Plerngfah meminta maaf dengan pelan.


“Ini salahku. Aku minta maaf. Maaf kan aku!” kata Jao Sua sambil menangis.
Mendengar itu, keluarga Jao Sua merasa senang. Karena sebelum nya Jao Sua sama sekali tidak bisa berbicara. Dan melihat itu, Ayah Krat serta Pakboon, dia tersenyum puas.
Keluarga Jao Sua mengucapkan terima kasih banyak kepada Pakboon, dan dia memberikan sejumlah uang sebagai rasa terima kasih nya.
“Uang tidak bisa membeli apapun,” kata Pakboon dengan tegas.

Pakboon kemudian mendekati Jao Sua. “Jika kamu benar- benar tulus tentang meminta maaf, maka pihak itu harus mengerti dan memaafkan kamu,” jelas nya. Kemudian dia memerintahkan Jao Sua untuk berdiri. Dan Jao Sua pun berdiri.
Melihat itu, keluarga Jao Sua bertambah senang. Karena Jao Sua sudah berdiri lagi sekarang.


Plerngfah menyendiri dan berpikir. Lalu Sitang datang dan bertanya heran. Dan Plerngfah menjelaskan bahwa ini terasa tidak benar, karena apa yang Pakboon lakukan padanya terakhir kali.
“Tapi ini aneh, kamu tidak bisa melihat apapun. Dan juga, Khun Boon yang terkena dampaknya,” komentar Sitang.
“Kamu mau bilang kalau aku abnornal?”
“Kamu yang bilang sendiri,” canda Sitang. 


Plerngfah lalu bertanya penasaran, siapa Sitang di kehidupan yang lalu, apakah Pakboon ada memberitahu Sitang. Dan Sitang menjelaskan bahwa dia tidak pernah membiarkan Pakboon melakukan itu padanya, juga masa lalu adalah masa lalu, jadi dia tidak peduli tentang itu.
“Tunggu! Kamu mencurigakan,” kata Plerngfah.
“Jangan menuduhku! Jika aku bilang tidak pernah, maka tidak pernah!” tegas Sitang, kesal. Dan Plerngfah tersenyum mendengar itu. Lalu diapun mengikuti Sitang.

Dari jauh, Pakboon mengawasi mereka berdua.


Si pria hitam datang dan menemui Pakboon.
“Aku sudah bilang! Jangan datang ke sini! Apa yang akan terjadi, jika Plerngfah bisa mengingat mu? Apa yang akan dia lakukan?” bentak Pakboon.
“Aku minta maaf. Aku khawatir padamu. Bahkan jika aku menunggu mu diluar, aku masih bisa merasakan kekuatan mu. Aku tidak pernah melihat mu menggunakan kekuatan mu sampai ke batas ini. Aku takut kamu dalam bahaya,” jelas si pria hitam dengan lembut.

Mendengar itu, Pakboon mengucapkan terima kasih. Dan lalu dia menjelaskan bahwa dia memang sengaja melakukan ini, jadi itu akan berdampak pada Plerngfah, sebab Plerngfah menolak nya terakhir kali, jadi dia tidak bisa melihat masa lalu Plerngfah. Sehingga kali ini, dia menggunakan metode ini.
“Kapan reporter (Plerngfah) itu akan ingat? Aku benci dia! Jika bukan karena instruksi mu, aku sudah membunuh dia sejak dulu,” kata si pria hitam, penuh kebencian.
“Kehidupan lalu Plerngfah berdampak pada pekerjaan kita. Tunggu sampai dia mengingat segalanya. Aku akan membuat dia membayar kita dengan ekstrim!” jelas Pakboon. “Dia akan lebih suka mati daripada menderita,” katanya dengan penuh keyakinan dan kebencian terhadap Plerngfah.

Post a Comment

Previous Post Next Post