Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 2 part 3


Original Network : Channel 3
Ketika keluarga Phon telah datang dan membawa mayat Phon kembali ke Bangkok, Sitang menghampiri Plerngfah dan memberitahu nya. Untung ada Krat yang mau membantu juga tadi. Dan mendengar itu, Plerngfah mengucapkan terima kasih. Lalu Sitang ingin menyentuh bahu Plerngfah untuk menghiburnya, tapi Plerngfah langsung menghindari nya, sebab dia tidak bisa melindungi Sitang atau siapapun, jadi jika Sitang selalu berada di dekat nya, maka Sitang akan selalu berada didalam masalah.


“Pembunuh tidak membunuh orang karena kamu. Bahkan tanpa kamu, mereka akan tetap dibunuh. Atau kamu pikir bahwa karena kamu tidak bisa memperingati Khun Kittiphong tepat waktu? Jika begitu, kamu berpikir terlalu berlebihan,” kata Sitang, menenangkan Plerngfah untuk jangan menyalahkan diri sendiri.
Lalu Krat datang menghampiri mereka. Dan saat Sitang serta Krat mengobrol, Plerngfah pergi menjauh.

Plerngfah menghubungi Bualya dan memperingatkannya untuk berhati- hati. Dia menceritakan semua nya, ada sembilan orang yang akan dibunuh, dan Bualya adalah salah satu nya. Namun Bualya sama sekali tidak percaya, dia menjelaskan bahwa polisi sudah memeriksa kejadian kemarin, orang yang ingin melukai nya itu hanyalah orang gila yang terpikat oleh keseksian nya, dan orang itu tidak akan kembali lagi.
“Kamu tidak mengerti, Bun!” kata Plerngfah dengan tegas.
“Baiklah, Pah. Disini sedang ada Direktur,” balas Bualya, mematikan telpon begitu saja.


Adul datang mendekati Plerngfah, dan menertawainya pelan. Sebab sekarang Plerngfah merasakan apa yang dirasakannya, ketika tidak ada orang yang mempercayai nya. Dan dia bertanya kepada Plerngfah, bagaimana rasa nya. Dan Plerngfah menebak kalau pasti Sitang yang memberitahu Adul. Dan Adul menjawab tidak, sebab berita kematian Phon sudah di ketahui di seluruh negri.
“Aku minta maaf sudah berbicara tidak sopan dan menghina mu,” kata Plerngfah, tulus.

“Aku tidak memasukkan nya ke hati. Jika kamu mengerti, itu sudah cukup. Aku pikir kita harus bekerja sama untuk menghentikan ini, jadi tidak ada seorang pun yang akan menderita kemalangan ini lagi,” balas Adul.
“Aku juga mau begitu. Tapi aku masih tidak tahu siapa orang itu. Yang aku tahu sekarang hanyalah pembunuhan berantai ini dan sabotase itu, dilakukan oleh orang yang sama. Dia menciptakan sabotase untuk menemukan Idol Dewa Gala yang ada di keluarga Khun Uthaiyothin. Dia membunuh orang dengan menggunakan sihir hitam supaya dia bisa menggunakan Idol untuk tujuan nya,” jelas Plerngfah, memberitahu segala yang di ketahui nya.
“Ini apa yang kamu lihat dari masa lalu, benar?” tanya Adul. Dan Plerngfah mengiyakan. “Apa kamu tahu ini tepat seperti yang Pakboon katakan. Masa lalu mu bisa menghentikan pertumpahan darah ini.”
Plerngfah terkejut mendengar nama Pakboon. Dan Adul menceritakan bahwa terakhir kali, ketika Pakboon mencoba untuk melihat masa lalu Plerngfah, saat itu pikiran Plerngfah tidak terbuka, sehingga Pakboon tidak berhasil melihatnya. Tapi kali ini pikirkan Plerngfah sudah terbuka, jadi dia merasa mereka bisa mencoba nya sekali lagi. Supaya tidak akan ada seorang pun yang meninggal lagi. Dan mendengar itu Plerngfah diam serta berpikir.


Sitang menyendiri dan memikirkan tentang kejadian hari ini. Dia ingin tahu siapa pembunuh yang melakukan semua ini dan bagaimana cara menghentikan nya. Dan kemudian Krat datang menghampiri nya, dia menyarankan Sitang untuk menyerahkan kasus ini kepada polisi saja. Lalu dia memuji betapa kuat nya Sitang hari ini, karena ketika melihat mayat Phon, Sitang sama sekali tidak takut.
“Siapa bilang aku tidak takut? Jika aku tidak mempertimbangkan Plerng, aku akan berteriak keras,” jelas Sitang. Dan Krat tertawa mendengar itu.


Dari jauh, Plerngfah memperhatikan kedekatan antara Krat dan Sitang. Dan raut wajah nya tampak sangat muram.

Plerngfah lalu berjalan pergi darisana. Dan kemudian tiba- tiba Pakboon datang dari belakang nya dan mengejutkan nya. Lalu saat dia melihat Pakboon, dia teringat tentang Boonlua yang di lihat nya di masa lalu.
“Lepaskan lah. Mereka berdua sudah bersama- sama dalam banyak kehidupan. Tidak seorang pun yang bisa memisah kan mereka,” kata Pakboon, seolah baik hati.
“Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti,” balas Plerngfah dengan sikap waspada.
“Prof. Adul sudah memberitahu mu kan? Kehidupan mu yang sebelumnya bisa menghentikan hal buruk terjadi. Sekarang, akankah kamu membuka pikirkan mu  dan biarkan aku melihat kehidupan mu sebelum nya?” tanya Pakboon. Dan mendengar itu, Plerngfah diam memikirkan.

Saat Plerngfah setuju, Pakboon pun bersiap untuk melihat ke dalam pikiran Plerngfah. Namun sebelum mulai, dia meminta Plerngfah untuk membuka pikiran baginya dan jangan menolak nya lagi. Serta dia menyakinkan Plerngfah bahwa ini tidak berbahaya. Dan Plerngfah mengerti, tapi dia punya satu pertanyaan, berapa banyak yang Pakboon ketahui tentang kehidupan nya yang sebelum nya.
“Itu tidak penting,” kata Pakboon, menjawab.
“Itu penting,” tegas Plerngfah, ingin tahu. “Tunggu ini selesai dulu. Lalu aku ingin mendapatkan jawaban nya,” jelas nya. Lalu dia mengulurkan kedua tangan nya. Dan Pakboon pun memulai ritual nya untuk melihat ke dalam pikiran Plerngfah.

Ketika mata Pakboon dan Plerngfah sudah menjadi hitam penuh. Saat itu, Plerngfah kembali melihat masa lalu dimana Boonlua di cambuk. Dan melihat itu, Plerngfah tersentak dan kesadaran nya kembali. Lalu diapun ingin melepaskan tangannya dari Pakboon. Tapi Pakboon tidak mau melepaskan nya.

“Jangan menolak ku! Jika tidak, aku akan menggunakan kekuatan ku untuk memaksa mu,” ancam Pakboon, memaksa. Dan Plerngfah tidak peduli, namun Pakboon sama sekali tidak mau melepaskan tangan nya. Lalu mata Plerngfah pun kembali menjadi hitam.


“Beritahu aku, dimana kamu menyembunyikan Idol Khun Uthaiyothin,” kata Pakboon, bertanya.
“Boonlhua!” balas Plerngfah. “Aku tidak akan pernah mencintai kamu. Selain tidak mencintai kamu, aku bahkan jijik padamu. Kamu hanya terlihat cantik di luar, tapi hati mu lebih bejat daripada ular berbisa. Boonlhua! Orang seperti mu tidak akan pernah menemukan cinta. Kamu tidak layak,” jelas nya dengan tegas.
Mendengar itu, Pakboon merasa sangat marah.
Saat Krat dan Sitang masuk ke dalam ruangan, mereka terkejut mendengar suara jeritan Pakboon.


Adul menghentikan Pakboon yang ingin mencekik Plerngfah sampai mati. Dengan paksa, dia menarik Pakboon untuk pergi darisana. Tapi dengan emosi, Pakboon terus mengumpati Plerngfah dan memanggil nya bajingan.
Plerngfah menceritakan kepada semuanya bahwa dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi, dia hanya ingat Pakboon melakukan ritual padanya, itu saja. Lalu dia menanyakan, bagaimana keadaan Pakboon sekarang. Dan Adul menjawab bahwa Pakboon baik- baik saja. Kemudian dia meminta maaf  kepada Plerngfah, menggantikan Pakboon. Dan Plerngfah dengan baik hati, menenangkan Adul untuk tidak perlu merasa bersalah, sebab segala nya adalah salah nya juga, jadi selama Pakboon baik- baik saja, itu sudah bagus.

“Ritual Khun Pakboon tidak bekerja pada Plerng dua kali, paman. Aku pikir kita lebih baik tidak mengambil resiko lagi,” kata Sitang, menyarankan.
“Ya. Kita mesti mencari cara lain untuk melawan pembunuh nya,” balas Adul, setuju.

Krat kemudian mengajak Adul dan Sitang untuk pergi beristirahat. Dan mereka berdua mengiyakan. Tapi supaya Sitang tidak pergi, Plerngfah berpura- pura sakit kepala. Sehingga Sitang pun memutus kan untuk menemani Plerngfah dan merawat nya.


“Kamu harus berterima kasih padaku,” kata Plerngfah, ketika Krat dan Adul telah pergi.
“Untuk apa?” tanya Sitang, tidak mengerti.
“Untuk menghalangi MP (Male Protagonis) dari kamu. Atau kamu ingin dia untuk mengantarmu ke kamar mu dan mengatakan ‘selamat bermimpi indah’?” balas Plerngfah dengan ketus.
“Jadi kamu berpura- pura, ya?” balas Sitang, kesal. Lalu diapun melemparkan barang yang ada di tangan nya kepada Plerngfah. Kemudian dia ingin pergi, tapi Plerngfah langsung menahan nya.
Plerngfah menanyai, apakah Sitang pernah membiarkan Pakboon untuk melihat ke kehidupan lalu Sitang, karena dia ingin tahu siapa Soulmate Sitang. Dengan alasan dia ingin memberikan selamat kepada Sitang sebagai seorang teman lama.
“Tidak perlu,” balas Sitang. “Aku hanya tertarik pada masa ini. Masa lalu tidak penting untuk ku,” jelasnya. Lalu dia pergi. Dan mendengar itu, Plerngfah tersenyum kecil.

1 Comments

Previous Post Next Post