Original Network : Channel 3
Ketika keluarga
Phon telah datang dan membawa mayat Phon kembali ke Bangkok, Sitang menghampiri
Plerngfah dan memberitahu nya. Untung ada Krat yang mau membantu juga tadi. Dan
mendengar itu, Plerngfah mengucapkan terima kasih. Lalu Sitang ingin menyentuh
bahu Plerngfah untuk menghiburnya, tapi Plerngfah langsung menghindari nya,
sebab dia tidak bisa melindungi Sitang atau siapapun, jadi jika Sitang selalu berada
di dekat nya, maka Sitang akan selalu berada didalam masalah.
“Pembunuh tidak
membunuh orang karena kamu. Bahkan tanpa kamu, mereka akan tetap dibunuh. Atau
kamu pikir bahwa karena kamu tidak bisa memperingati Khun Kittiphong tepat
waktu? Jika begitu, kamu berpikir terlalu berlebihan,” kata Sitang, menenangkan
Plerngfah untuk jangan menyalahkan diri sendiri.
Lalu Krat datang
menghampiri mereka. Dan saat Sitang serta Krat mengobrol, Plerngfah pergi
menjauh.
Plerngfah
menghubungi Bualya dan memperingatkannya untuk berhati- hati. Dia menceritakan
semua nya, ada sembilan orang yang akan dibunuh, dan Bualya adalah salah satu
nya. Namun Bualya sama sekali tidak percaya, dia menjelaskan bahwa polisi sudah
memeriksa kejadian kemarin, orang yang ingin melukai nya itu hanyalah orang
gila yang terpikat oleh keseksian nya, dan orang itu tidak akan kembali lagi.
“Kamu tidak
mengerti, Bun!” kata Plerngfah dengan tegas.
“Baiklah, Pah.
Disini sedang ada Direktur,” balas Bualya, mematikan telpon begitu saja.
Adul datang mendekati
Plerngfah, dan menertawainya pelan. Sebab sekarang Plerngfah merasakan apa yang
dirasakannya, ketika tidak ada orang yang mempercayai nya. Dan dia bertanya
kepada Plerngfah, bagaimana rasa nya. Dan Plerngfah menebak kalau pasti Sitang yang
memberitahu Adul. Dan Adul menjawab tidak, sebab berita kematian Phon sudah di
ketahui di seluruh negri.
“Aku minta maaf
sudah berbicara tidak sopan dan menghina mu,” kata Plerngfah, tulus.
“Aku tidak
memasukkan nya ke hati. Jika kamu mengerti, itu sudah cukup. Aku pikir kita
harus bekerja sama untuk menghentikan ini, jadi tidak ada seorang pun yang akan
menderita kemalangan ini lagi,” balas Adul.
“Aku juga mau
begitu. Tapi aku masih tidak tahu siapa orang itu. Yang aku tahu sekarang
hanyalah pembunuhan berantai ini dan sabotase itu, dilakukan oleh orang yang
sama. Dia menciptakan sabotase untuk menemukan Idol Dewa Gala yang ada di
keluarga Khun Uthaiyothin. Dia membunuh orang dengan menggunakan sihir hitam
supaya dia bisa menggunakan Idol untuk tujuan nya,” jelas Plerngfah,
memberitahu segala yang di ketahui nya.
“Ini apa yang
kamu lihat dari masa lalu, benar?” tanya Adul. Dan Plerngfah mengiyakan. “Apa
kamu tahu ini tepat seperti yang Pakboon katakan. Masa lalu mu bisa
menghentikan pertumpahan darah ini.”
Plerngfah
terkejut mendengar nama Pakboon. Dan Adul menceritakan bahwa terakhir kali,
ketika Pakboon mencoba untuk melihat masa lalu Plerngfah, saat itu pikiran
Plerngfah tidak terbuka, sehingga Pakboon tidak berhasil melihatnya. Tapi kali
ini pikirkan Plerngfah sudah terbuka, jadi dia merasa mereka bisa mencoba nya
sekali lagi. Supaya tidak akan ada seorang pun yang meninggal lagi. Dan
mendengar itu Plerngfah diam serta berpikir.
Sitang menyendiri
dan memikirkan tentang kejadian hari ini. Dia ingin tahu siapa pembunuh yang
melakukan semua ini dan bagaimana cara menghentikan nya. Dan kemudian Krat
datang menghampiri nya, dia menyarankan Sitang untuk menyerahkan kasus ini
kepada polisi saja. Lalu dia memuji betapa kuat nya Sitang hari ini, karena
ketika melihat mayat Phon, Sitang sama sekali tidak takut.
“Siapa bilang aku
tidak takut? Jika aku tidak mempertimbangkan Plerng, aku akan berteriak keras,”
jelas Sitang. Dan Krat tertawa mendengar itu.
Dari jauh,
Plerngfah memperhatikan kedekatan antara Krat dan Sitang. Dan raut wajah nya
tampak sangat muram.
Plerngfah lalu
berjalan pergi darisana. Dan kemudian tiba- tiba Pakboon datang dari belakang
nya dan mengejutkan nya. Lalu saat dia melihat Pakboon, dia teringat tentang
Boonlua yang di lihat nya di masa lalu.
“Lepaskan lah.
Mereka berdua sudah bersama- sama dalam banyak kehidupan. Tidak seorang pun
yang bisa memisah kan mereka,” kata Pakboon, seolah baik hati.
“Apa yang kamu
bicarakan? Aku tidak mengerti,” balas Plerngfah dengan sikap waspada.
“Prof. Adul sudah
memberitahu mu kan? Kehidupan mu yang sebelumnya bisa menghentikan hal buruk
terjadi. Sekarang, akankah kamu membuka pikirkan mu dan biarkan aku melihat kehidupan mu sebelum
nya?” tanya Pakboon. Dan mendengar itu, Plerngfah diam memikirkan.
Saat Plerngfah
setuju, Pakboon pun bersiap untuk melihat ke dalam pikiran Plerngfah. Namun
sebelum mulai, dia meminta Plerngfah untuk membuka pikiran baginya dan jangan
menolak nya lagi. Serta dia menyakinkan Plerngfah bahwa ini tidak berbahaya.
Dan Plerngfah mengerti, tapi dia punya satu pertanyaan, berapa banyak yang
Pakboon ketahui tentang kehidupan nya yang sebelum nya.
“Itu tidak
penting,” kata Pakboon, menjawab.
“Itu penting,”
tegas Plerngfah, ingin tahu. “Tunggu ini selesai dulu. Lalu aku ingin
mendapatkan jawaban nya,” jelas nya. Lalu dia mengulurkan kedua tangan nya. Dan
Pakboon pun memulai ritual nya untuk melihat ke dalam pikiran Plerngfah.
Ketika mata
Pakboon dan Plerngfah sudah menjadi hitam penuh. Saat itu, Plerngfah kembali
melihat masa lalu dimana Boonlua di cambuk. Dan melihat itu, Plerngfah
tersentak dan kesadaran nya kembali. Lalu diapun ingin melepaskan tangannya
dari Pakboon. Tapi Pakboon tidak mau melepaskan nya.
“Jangan menolak
ku! Jika tidak, aku akan menggunakan kekuatan ku untuk memaksa mu,” ancam
Pakboon, memaksa. Dan Plerngfah tidak peduli, namun Pakboon sama sekali tidak
mau melepaskan tangan nya. Lalu mata Plerngfah pun kembali menjadi hitam.
“Beritahu aku,
dimana kamu menyembunyikan Idol Khun Uthaiyothin,” kata Pakboon, bertanya.
“Boonlhua!” balas
Plerngfah. “Aku tidak akan pernah mencintai kamu. Selain tidak mencintai kamu,
aku bahkan jijik padamu. Kamu hanya terlihat cantik di luar, tapi hati mu lebih
bejat daripada ular berbisa. Boonlhua! Orang seperti mu tidak akan pernah
menemukan cinta. Kamu tidak layak,” jelas nya dengan tegas.
Mendengar itu,
Pakboon merasa sangat marah.
Saat Krat dan
Sitang masuk ke dalam ruangan, mereka terkejut mendengar suara jeritan Pakboon.
Adul menghentikan
Pakboon yang ingin mencekik Plerngfah sampai mati. Dengan paksa, dia menarik
Pakboon untuk pergi darisana. Tapi dengan emosi, Pakboon terus mengumpati
Plerngfah dan memanggil nya bajingan.
Plerngfah
menceritakan kepada semuanya bahwa dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi,
dia hanya ingat Pakboon melakukan ritual padanya, itu saja. Lalu dia
menanyakan, bagaimana keadaan Pakboon sekarang. Dan Adul menjawab bahwa Pakboon
baik- baik saja. Kemudian dia meminta maaf
kepada Plerngfah, menggantikan Pakboon. Dan Plerngfah dengan baik hati,
menenangkan Adul untuk tidak perlu merasa bersalah, sebab segala nya adalah
salah nya juga, jadi selama Pakboon baik- baik saja, itu sudah bagus.
“Ritual Khun
Pakboon tidak bekerja pada Plerng dua kali, paman. Aku pikir kita lebih baik
tidak mengambil resiko lagi,” kata Sitang, menyarankan.
“Ya. Kita mesti
mencari cara lain untuk melawan pembunuh nya,” balas Adul, setuju.
Krat kemudian
mengajak Adul dan Sitang untuk pergi beristirahat. Dan mereka berdua
mengiyakan. Tapi supaya Sitang tidak pergi, Plerngfah berpura- pura sakit
kepala. Sehingga Sitang pun memutus kan untuk menemani Plerngfah dan merawat
nya.
“Kamu harus
berterima kasih padaku,” kata Plerngfah, ketika Krat dan Adul telah pergi.
“Untuk apa?”
tanya Sitang, tidak mengerti.
“Untuk
menghalangi MP (Male Protagonis) dari kamu. Atau kamu ingin dia untuk
mengantarmu ke kamar mu dan mengatakan ‘selamat bermimpi indah’?” balas
Plerngfah dengan ketus.
“Jadi kamu
berpura- pura, ya?” balas Sitang, kesal. Lalu diapun melemparkan barang yang
ada di tangan nya kepada Plerngfah. Kemudian dia ingin pergi, tapi Plerngfah
langsung menahan nya.
Plerngfah
menanyai, apakah Sitang pernah membiarkan Pakboon untuk melihat ke kehidupan
lalu Sitang, karena dia ingin tahu siapa Soulmate Sitang. Dengan alasan dia
ingin memberikan selamat kepada Sitang sebagai seorang teman lama.
“Tidak perlu,”
balas Sitang. “Aku hanya tertarik pada masa ini. Masa lalu tidak penting untuk
ku,” jelasnya. Lalu dia pergi. Dan mendengar itu, Plerngfah tersenyum kecil.
Tags:
Leh Bunpakarn
Seru kakak
ReplyDeleteLanjut