Original Network : Channel 3
Kota Ratchaburi pada masa pemerintahan Rama V
Uthaiyothin
datang ke Ratchaburi dengan membawa seorang kolonel bernama Kowalski, tentara
sekaligus Insinyur yang dikirim oleh Rusia untuk bantu membangun Siam. Dan
karena ini adalah hari weekend, dia membawa Kowalski bersama nya. Dan dia
memperkenalkan Kowalski kepada Than Jao Sua (Pria kaya) yang datang menyambut
mereka.
“Halo,” sapa
Kowalski menggunakan bahasa Thai.
Mendengar itu,
Jao Sua tertawa keras. “Dia bisa bahasa kita! Ohh! Aku tidak menyangka! Aku
terkejut!” katanya. Lalu dia mengajak Uthaiyothin dan Kowalski untuk
mengikutinya.
Kota Ratchaburi
sangat ramai dengan berbagai macam kegiatan dan dagangan. Sambil berjalan, Jao
Sua menanyai, kenapa Uthaiyothin ingin menjadi petugas pemerintah, kepadahal
setahunya Ayah Uthaiyothin ingin Uthaiyothin untuk menjadi biksu untuk
menghindari kemalangan. Dan Uthaiyothin menjelaskan bahwa dia ingin menggunakan
pengetahuan nya untuk negara.
Mendengar itu,
Jao Sua mengerti. Lalu mereka pun sampai di tempat Jao Sua untuk makan bersama
terlebih dahulu.
Didapur. Mae Ging
sangat kerepotan memeriksa hasil kerja para karyawan nya, karena dia ingin
menghidangkan makanan sempurna untuk menyambut kedatangan Uthaiyothin yang
merupakan petugas pemerintahan. Dan disaat dia sedang kerepotan, Duangkae
datang membantu. Dia membuat dessert Mu Sa God.
Uthaiyothin
sangat menikmati makanan yang di hidang kan untuknya. Tapi Kowalski tidak bisa,
karena rasa makanan nya sangat pedas untuk seleranya. Dan Jao Sua tertawa. Lalu
diapun menyaran kan Kowalski yang kepedasan untuk makan dessert saja, supaya
rasa pedas nya bisa hilang.
“Hey! Mana
dessert nya?” panggil Jao Sua. Dan para pelayan datang serta menghidangkan Mu
Sa God untuk mereka. Dan Jao Sua memberikan itu kepada Kowalski.
Melihat dessert
Mu Sa God, Uthaiyothin merasa tertarik dan mencobanya.
Mae Ging merasa
terkejut, saat mendengar kalau Jao Sua memanggilnya. Dia takut makanan yang
dihidangkannya tidak cukup bagus untuk bangsawan dari Bangkok. Jadi diapun
merasa panik. Dan Duangkae menenangkan Mae Ging untuk jangan panik, karena dia
akan menemani Mae Ging. Mendengar itu, Mae Ging pun merasa sedikit lega.
Ketika Duangkae
datang, Uthaiyothin merasa terpesona melihatnya. Dan melihat Uthaiyothin
tersenyum kepadanya, Duangkae merasa canggung dan malu.
“Ini adalah Mae
Duangkae, Putriku. Ini keponakan ku, Mae Ging,” kata Jao Sua, memperkenalkan.
“Duangkae? Nama
mu cantik seperti kamu,” puji Uthaiyothin.
“Terima kasih,”
balas Duangkae dengan pelan.
Dengan gugup, Mae
Ging menanyakan, alasan mereka memanggilnya. Dan Kowalski menjawab bahwa
makanan nya kepedasan. Mendengar itu, Mae Ging merasa panik. Tapi kemudian Kowalski
memuji bahwa walau begitu, makanan nya sangat enak. Dan mendengar itu, Mae Ging
pun jadi merasa aneh serta canggung.
“Aku yang meminta
untuk bertemu kalian berdua,” kata Uthaiyothin, menyela. “Karena aku penasaran
dengan dessert ini. Aromanya enak dan rasanya manis. Sangat enak,” pujinya.
“Terima kasih
banyak,” balas Duangkae, merasa senang. “Nama dessert itu adalah Mu Sa God.
Makanan tradisional. Orang dulu bilang nya itu dari timur tengah, tapi dia ubah
menjadi rasa Thai,” jelas nya.
“Mu Sa God. Aku
ingat sekarang. Aku ada membaca di Ayat raja. Ini pertama kalinya aku melihat
ini hari ini. Mu Sa God, bagaimana ‘pelukan’ itu? Aku cukup penasaran dan ingin
tahu. Arti nama makanan penutup ini membingung kan,” kata Uthaiyothin sambil
tersenyum. Dan dengan canggung, Duangkae diam.
Dirumah pelacuran.
Boonlua berkelahi melawan para wanita disana. Tapi kemudian dia malah dipukul
oleh Bibinya sambil mulutnya berdarah. “Mengapa kamu memukul ku?”
“Karena kamu
selalu ingin berkelahi seperti anjing. Jika kamu tidak dihukum, kamu tidak akan
pernah berhenti. Boonlhua! Kamu tidak setuju bekerja dan menyebabkan masalah
untukku setiap hari. Jika aku tidak bersimpati dengan Ibu mu yang sudah
meninggal, aku sudah membiarkan para pria ini mencemari mu sejak lama!” bentak
Bibi.
“Kamu selalu
menyalahi ku! Tidak kah kamu lihat apa yang para wanita ini lakukan kepadaku?!
Mengapa?!” protes Boonlhua, marah. Dan Bibi memukul nya lagi.
“Karena kamu
pelayan di rumah pelacuran ku! Para wanita ini menghasilkan uang untukku. Tapi
apa yang kamu lakukan untukku?! Sejak kamu tidak bekerja, kamu harus terluka!”
bentak Bibi. Dan Boolnhua meludahinya.
Karena Boonlhua
meludahinya, Bibi pun merasa semakin merasa marah. Dan dia langsung mengusir
Boonlhua dari tempatnya. Dan dengan benci, Boonlhua menatap Bibi. Lalu dia
pergi darisana.
Ditepi sungai.
Boonlhua membuat sebuah tombak kayu yang tajam. “Sekali aku punya tempat
tujuan, kamu tidak akan melihat yang terakhir dari ku,” gumamnya dengan tatapan
benci dan tajam.
Uthaiyothin
mengantarkan Duangkae dan Mae Ging yang sudah mau pulang. Dan dia merasa
sedikit sedih, karena harus berpisah. Dan dengan lembut, Duangkae menjelaskan
bahwa jika Uthaiyothin masih tinggal di Ratchaburi lebih lama nantinya, maka
mungkin mereka bisa punya kesempatan untuk bertemu lagi. Mendengar itu,
Uthaiyothin merasa senang.
Duangkae kemudian
pamit kepada Ayahnya. Dan lalu dia bersama Mae Ging naik ke atas kapal dan
pergi darisana.
Di tengah jalan.
Seseorang tiba- tiba datang dengan panik kepada Jao Sua dan memberitahu kalau
ada masalah besar. Seorang pelayan Duangkae di temukan tidak sadarkan diri di
belakang kuil. Mendengar itu, Jao Sua merasa terkejut.
“Jadi siapa yang
mendayung perahu untuk mengantarkan Putriku pulang?! Siapa mereka?!” tanya Jao
Sua, panik.
Pelayan nya yang
baru saja bangun mengatakan kalau itu adalah Gang Mek Tiger!”
Mae Ging dan
Duangkae berteriak memanggil pertolongan, saat mereka sadar kalau mereka sedang
dalam bahaya. Dan tepat disaat itu, Boonlhua yang sedang duduk di tepi sungai
mendengar teriakan tersebut.
Penjahat
mengancam Duangkae dan Mae Ging untuk diam. Lalu sesampainya di daratan,
seorang penjahat memukul Mae Ging yang memberontak. Dan dengan terpaksa,
Duangkae pun mengikuti mereka.
Boonlhua
memperhatikan kejadian itu dari jauh. “Penculikan?” gumamnya, tidak peduli.
Namun saat dia teringat kalau dia sudah di usir. Dia pun bertekad untuk
membantu.
Uthaiyothin,
Kowalski, dan Jao Sua. Mereka dalam perjalanan untuk menyelamatkan Duangkae dan
Mae Ging.
Para penjahat
membawa Duangkae dan Mae Ging ke sebuah tempat terpencil. Lalu Boonlhua yang
mengikuti secara diam- diam, dia menyerang seorang penjahat dari belakang
dengan cara menusuk nya dengan tombak kayu. Lalu dia menahan seorang penjahat
lain, dan menyuruh Duangkae serta Mae Ging untuk segera pergi.
Ketika Duangkae
dan Mae Ging kabur. Si penjahat merasa marah dan memukuli Boonlhua yang
menggigit kakinya. Dan dengan takut, Boonlhua menatap nya.
Setelah cukup
jauh, Duangkae berhenti berlari. Dia khawatir kepada Boonlhua yang sudah
membantu mereka. Karena itu, diapun segera kembali ke tempat barusan. Dengan
cemas, Mae Ging mengikuti nya.
Kedua penjahat
memukul Boonlhua dan kemudian ingin melecehkan nya. Tepat disaat itu, Duangkae
dan Mae Ging kembali. Mereka berdua membantu Boonlhua untuk melawan kedua
penjahat tersebut. Namun karena mereka bertiga adalah wanita yang lemah, mereka
pun kesulitan melawan kedua penjahat tersebut.
Untung saja,
Uthaiyothin, Kowalski, dan Jao Sua, datang disaat yang tepat. Mereka
mengalahkan para penjahat dan menyelamatkan Duangkae, Mae Ging, dan Boonlhua.
“Bagaimana kamu?”
tanya Uthaiyothin dengan perhatian kepada Boonlhua. Dan saat Boonlhua melihat
wajah tampan Uthaiyothin, dia merasa terpesona.
Dirumah Jao Sua.
Dengan sikap menyedihkan, Boonlhua menceritakan keadaan nya. Dia adalah seorang
anak yatim piatu, dan orang- orang di rumah pelacuran memaksanya untuk menjadi
pelacur. Karena dia tidak ingin, mereka melukai nya. Mendengar itu, Duangkae
merasa kasihan kepada Boonlhua.
“Ayah,” pinta
Duangkae.
“Kamu
menyelamatkan putriku, aku akan membayar mu tentu nya. Jadilah pelayan putriku.
Aku akan menjagamu dengan baik, tidak akan membiarkan siapapun melukai mu
lagi,” kata Jao Sua.
“Terima kasih
banyak,” kata Boonlhua.
“Kamu dan dia
mungkin bertakdir di masa lalu, Duangkae. Itu mengapa kalian berdua
berkesempatan untuk bertemu lagi dan saling membantu satu sama lain di dalam
kehidupan ini,” komentar Uthaiyothin. Dan Duangkae setuju. “Apa nama mu? Aku
masih belum tahu,” tanya Uthaiyothin kepada Boonlhua.
“Namaku Boonlhua,
Tuan,” jawab Boonlhua sambil menatap terpesona pada Uthaiyothin.
Saat Boonlhua
masuk ke dalam kamarnya. Dia merasa sangat senang, karena kamar tersebut sangat
nyaman. “Menjadi pelayan dari Jao Sua Leng, si pria kaya. Kamu akan hidup
nyaman, Boonlhua!” gumamnya, senang. “Betapa beruntungnya.”
Boonlhua kemudian
menatap keluar jendela dengan tatapan tajam. Dia mengingat penderitaan nya saat
tinggal di rumah pelacuran. “Tunggu sampai gelap!” gumamnya penuh kebencian.
Tags:
Leh Bunpakarn
Lanjut min...... Seru bgt
ReplyDeleteLanjut ya seru....!!!
ReplyDeleteLanjut plisss
ReplyDeletelanjut dong min... ngikutin banget ni seruuuuu... pliss
ReplyDeleteminn... lanjut dong min..🙏
ReplyDeleteLanjut please
ReplyDeleteDi tunggu updatenya,,, semangat buat admin
ReplyDeletelanjut pliss
ReplyDeleteLanjut plis
ReplyDeleteLanjut kak masih penasaran sama cerita nya
ReplyDelete