Sinopsis Lakorn : Leh Bunpakarn Episode 2 part 5


Original Network : Channel 3

Kota Ratchaburi pada masa pemerintahan Rama V
Uthaiyothin datang ke Ratchaburi dengan membawa seorang kolonel bernama Kowalski, tentara sekaligus Insinyur yang dikirim oleh Rusia untuk bantu membangun Siam. Dan karena ini adalah hari weekend, dia membawa Kowalski bersama nya. Dan dia memperkenalkan Kowalski kepada Than Jao Sua (Pria kaya) yang datang menyambut mereka.
“Halo,” sapa Kowalski menggunakan bahasa Thai.
Mendengar itu, Jao Sua tertawa keras. “Dia bisa bahasa kita! Ohh! Aku tidak menyangka! Aku terkejut!” katanya. Lalu dia mengajak Uthaiyothin dan Kowalski untuk mengikutinya.

Kota Ratchaburi sangat ramai dengan berbagai macam kegiatan dan dagangan. Sambil berjalan, Jao Sua menanyai, kenapa Uthaiyothin ingin menjadi petugas pemerintah, kepadahal setahunya Ayah Uthaiyothin ingin Uthaiyothin untuk menjadi biksu untuk menghindari kemalangan. Dan Uthaiyothin menjelaskan bahwa dia ingin menggunakan pengetahuan nya untuk negara.
Mendengar itu, Jao Sua mengerti. Lalu mereka pun sampai di tempat Jao Sua untuk makan bersama terlebih dahulu.

Didapur. Mae Ging sangat kerepotan memeriksa hasil kerja para karyawan nya, karena dia ingin menghidangkan makanan sempurna untuk menyambut kedatangan Uthaiyothin yang merupakan petugas pemerintahan. Dan disaat dia sedang kerepotan, Duangkae datang membantu. Dia membuat dessert Mu Sa God.

Uthaiyothin sangat menikmati makanan yang di hidang kan untuknya. Tapi Kowalski tidak bisa, karena rasa makanan nya sangat pedas untuk seleranya. Dan Jao Sua tertawa. Lalu diapun menyaran kan Kowalski yang kepedasan untuk makan dessert saja, supaya rasa pedas nya bisa hilang.

“Hey! Mana dessert nya?” panggil Jao Sua. Dan para pelayan datang serta menghidangkan Mu Sa God untuk mereka. Dan Jao Sua memberikan itu kepada Kowalski.
Melihat dessert Mu Sa God, Uthaiyothin merasa tertarik dan mencobanya.


Mae Ging merasa terkejut, saat mendengar kalau Jao Sua memanggilnya. Dia takut makanan yang dihidangkannya tidak cukup bagus untuk bangsawan dari Bangkok. Jadi diapun merasa panik. Dan Duangkae menenangkan Mae Ging untuk jangan panik, karena dia akan menemani Mae Ging. Mendengar itu, Mae Ging pun merasa sedikit lega.

Ketika Duangkae datang, Uthaiyothin merasa terpesona melihatnya. Dan melihat Uthaiyothin tersenyum kepadanya, Duangkae merasa canggung dan malu.
“Ini adalah Mae Duangkae, Putriku. Ini keponakan ku, Mae Ging,” kata Jao Sua, memperkenalkan.
“Duangkae? Nama mu cantik seperti kamu,” puji Uthaiyothin.
“Terima kasih,” balas Duangkae dengan pelan.


Dengan gugup, Mae Ging menanyakan, alasan mereka memanggilnya. Dan Kowalski menjawab bahwa makanan nya kepedasan. Mendengar itu, Mae Ging merasa panik. Tapi kemudian Kowalski memuji bahwa walau begitu, makanan nya sangat enak. Dan mendengar itu, Mae Ging pun jadi merasa aneh serta canggung.

“Aku yang meminta untuk bertemu kalian berdua,” kata Uthaiyothin, menyela. “Karena aku penasaran dengan dessert ini. Aromanya enak dan rasanya manis. Sangat enak,” pujinya.
“Terima kasih banyak,” balas Duangkae, merasa senang. “Nama dessert itu adalah Mu Sa God. Makanan tradisional. Orang dulu bilang nya itu dari timur tengah, tapi dia ubah menjadi rasa Thai,” jelas nya.
“Mu Sa God. Aku ingat sekarang. Aku ada membaca di Ayat raja. Ini pertama kalinya aku melihat ini hari ini. Mu Sa God, bagaimana ‘pelukan’ itu? Aku cukup penasaran dan ingin tahu. Arti nama makanan penutup ini membingung kan,” kata Uthaiyothin sambil tersenyum. Dan dengan canggung, Duangkae diam.

Dirumah pelacuran. Boonlua berkelahi melawan para wanita disana. Tapi kemudian dia malah dipukul oleh Bibinya sambil mulutnya berdarah. “Mengapa kamu memukul ku?”
“Karena kamu selalu ingin berkelahi seperti anjing. Jika kamu tidak dihukum, kamu tidak akan pernah berhenti. Boonlhua! Kamu tidak setuju bekerja dan menyebabkan masalah untukku setiap hari. Jika aku tidak bersimpati dengan Ibu mu yang sudah meninggal, aku sudah membiarkan para pria ini mencemari mu sejak lama!” bentak Bibi.

“Kamu selalu menyalahi ku! Tidak kah kamu lihat apa yang para wanita ini lakukan kepadaku?! Mengapa?!” protes Boonlhua, marah. Dan Bibi memukul nya lagi.
“Karena kamu pelayan di rumah pelacuran ku! Para wanita ini menghasilkan uang untukku. Tapi apa yang kamu lakukan untukku?! Sejak kamu tidak bekerja, kamu harus terluka!” bentak Bibi. Dan Boolnhua meludahinya.
Karena Boonlhua meludahinya, Bibi pun merasa semakin merasa marah. Dan dia langsung mengusir Boonlhua dari tempatnya. Dan dengan benci, Boonlhua menatap Bibi. Lalu dia pergi darisana.

Ditepi sungai. Boonlhua membuat sebuah tombak kayu yang tajam. “Sekali aku punya tempat tujuan, kamu tidak akan melihat yang terakhir dari ku,” gumamnya dengan tatapan benci dan tajam.


Uthaiyothin mengantarkan Duangkae dan Mae Ging yang sudah mau pulang. Dan dia merasa sedikit sedih, karena harus berpisah. Dan dengan lembut, Duangkae menjelaskan bahwa jika Uthaiyothin masih tinggal di Ratchaburi lebih lama nantinya, maka mungkin mereka bisa punya kesempatan untuk bertemu lagi. Mendengar itu, Uthaiyothin merasa senang.

Duangkae kemudian pamit kepada Ayahnya. Dan lalu dia bersama Mae Ging naik ke atas kapal dan pergi darisana.


Di tengah jalan. Seseorang tiba- tiba datang dengan panik kepada Jao Sua dan memberitahu kalau ada masalah besar. Seorang pelayan Duangkae di temukan tidak sadarkan diri di belakang kuil. Mendengar itu, Jao Sua merasa terkejut.
“Jadi siapa yang mendayung perahu untuk mengantarkan Putriku pulang?! Siapa mereka?!” tanya Jao Sua, panik.
Pelayan nya yang baru saja bangun mengatakan kalau itu adalah Gang Mek Tiger!”

Mae Ging dan Duangkae berteriak memanggil pertolongan, saat mereka sadar kalau mereka sedang dalam bahaya. Dan tepat disaat itu, Boonlhua yang sedang duduk di tepi sungai mendengar teriakan tersebut.

Penjahat mengancam Duangkae dan Mae Ging untuk diam. Lalu sesampainya di daratan, seorang penjahat memukul Mae Ging yang memberontak. Dan dengan terpaksa, Duangkae pun mengikuti mereka.
Boonlhua memperhatikan kejadian itu dari jauh. “Penculikan?” gumamnya, tidak peduli. Namun saat dia teringat kalau dia sudah di usir. Dia pun bertekad untuk membantu.
Uthaiyothin, Kowalski, dan Jao Sua. Mereka dalam perjalanan untuk menyelamatkan Duangkae dan Mae Ging.

Para penjahat membawa Duangkae dan Mae Ging ke sebuah tempat terpencil. Lalu Boonlhua yang mengikuti secara diam- diam, dia menyerang seorang penjahat dari belakang dengan cara menusuk nya dengan tombak kayu. Lalu dia menahan seorang penjahat lain, dan menyuruh Duangkae serta Mae Ging untuk segera pergi.
Ketika Duangkae dan Mae Ging kabur. Si penjahat merasa marah dan memukuli Boonlhua yang menggigit kakinya. Dan dengan takut, Boonlhua menatap nya.
Setelah cukup jauh, Duangkae berhenti berlari. Dia khawatir kepada Boonlhua yang sudah membantu mereka. Karena itu, diapun segera kembali ke tempat barusan. Dengan cemas, Mae Ging mengikuti nya.

Kedua penjahat memukul Boonlhua dan kemudian ingin melecehkan nya. Tepat disaat itu, Duangkae dan Mae Ging kembali. Mereka berdua membantu Boonlhua untuk melawan kedua penjahat tersebut. Namun karena mereka bertiga adalah wanita yang lemah, mereka pun kesulitan melawan kedua penjahat tersebut.
Untung saja, Uthaiyothin, Kowalski, dan Jao Sua, datang disaat yang tepat. Mereka mengalahkan para penjahat dan menyelamatkan Duangkae, Mae Ging, dan Boonlhua.


“Bagaimana kamu?” tanya Uthaiyothin dengan perhatian kepada Boonlhua. Dan saat Boonlhua melihat wajah tampan Uthaiyothin, dia merasa terpesona.

Dirumah Jao Sua. Dengan sikap menyedihkan, Boonlhua menceritakan keadaan nya. Dia adalah seorang anak yatim piatu, dan orang- orang di rumah pelacuran memaksanya untuk menjadi pelacur. Karena dia tidak ingin, mereka melukai nya. Mendengar itu, Duangkae merasa kasihan kepada Boonlhua.
“Ayah,” pinta Duangkae.
“Kamu menyelamatkan putriku, aku akan membayar mu tentu nya. Jadilah pelayan putriku. Aku akan menjagamu dengan baik, tidak akan membiarkan siapapun melukai mu lagi,” kata Jao Sua.
“Terima kasih banyak,” kata Boonlhua.

“Kamu dan dia mungkin bertakdir di masa lalu, Duangkae. Itu mengapa kalian berdua berkesempatan untuk bertemu lagi dan saling membantu satu sama lain di dalam kehidupan ini,” komentar Uthaiyothin. Dan Duangkae setuju. “Apa nama mu? Aku masih belum tahu,” tanya Uthaiyothin kepada Boonlhua.
“Namaku Boonlhua, Tuan,” jawab Boonlhua sambil menatap terpesona pada Uthaiyothin.

Saat Boonlhua masuk ke dalam kamarnya. Dia merasa sangat senang, karena kamar tersebut sangat nyaman. “Menjadi pelayan dari Jao Sua Leng, si pria kaya. Kamu akan hidup nyaman, Boonlhua!” gumamnya, senang. “Betapa beruntungnya.”
Boonlhua kemudian menatap keluar jendela dengan tatapan tajam. Dia mengingat penderitaan nya saat tinggal di rumah pelacuran. “Tunggu sampai gelap!” gumamnya penuh kebencian.

10 Comments

Previous Post Next Post