Menurut saya pribadi,
drama ini tidak sesuai untuk usia di bawah 19 tahun. Jadi, jika ada yang di
bawah 19 tahun, harap tidak lanjut membaca. Pemirsa di harap bijak.
Terimakasih.
Subtitle : thanks to penerjemah (the link you can see in images)
=====
Sinopsis Lakorn : Sapai Import Episode 06 - 3
Images by : Channel 7
Jade membawa Don untuk menemui
3 orang pekerja baru : Kwang, Ra dan Mut. Don menyuruh Jade untuk menyuruh
mereka untuk mengisi data dan di antar ke asrama mereka masing-masing. Dan tentu
saja, tanpa Don sadari, ketiga orang itu adalah orang jahat.
--
Dan benar saja, ketiga orang
itu adalah orang yang sengaja di selundupkan oleh Pit untuk menghancurkan
perternakan dan nantinya akan membuat Don yang di salahkan karena sudah
memperkerjakan mereka. Pekerja yang asli sebenarnya bukanlah ketiga orang itu, tapi
Jade sudah berbohong kepada pekerja yang asli bahwa sudah tidak ada lowongan
lagi jadi mereka tidak jadi di perkerjakan. Pit sangat senang karena semua
rencananya berjalan lancar.
Pertemuan mencurigakan mereka
tersebut terlihat oleh Pat. Sayangnya, sebelum Pat sempat menguping, Ratda
sudah melihatnya terlebih dahulu dan menegurnya. Mau tidak mau, Pat berbohong
kalau dia hanya melihat-lihat burung. Pit mendengar suara Pat, jadi dia
langsung bertanya, apakah Pat memata-matainya?
“Untuk apa aku memata-matai P’?
atau P’ merencanakan hal buruk? Dan takut kalau aku tahu?” tanya Pat, balik.
Pit tidak suka mendengar
pertanyaan dan nada bicara Pat yang seolah merendahkannya. Karena tersulut
emosi, Pit mencengkeram tangan Pat dan menanyakan apa masalahnya dengannya?!
Pat mengibaskan tangan Pit dengan kasar dan menyebut Pit lah orang yang
bermaasalah.
Pit tidak bisa menahan emosinya
lagi dan meninju wajah Pat hingga sudut bibirnya berdarah. Orn terkejut melihat
pertengkaran kedua putranya. Dia memarahi Pit karna sudah memukuli Pat. Pit
semakin emosi dan langsung pergi dari rumah.
--
di
Perternakan,
Di saat Lisa sedang bekerja
membersihkan kandang sapi, seseorang diam-diam memperhatikannya. Lisa dapat
merasakan hal tersebut, karena itu, saat tiba-tiba ada yang mencengkeram
tangannya, Lisa segera memelintir tangan orang tersebut. Eh, ternyata yang
datang adalah Don. Lisa jadi tidak enak hati dan langsung meminta maaf. Don
tidak mempermasalahkannya walaupun tangannya terasa sakit. Tujuan Don datang
adalah mengajak Lisa untuk bicara.
Mereka berdua masih merasa
canggung karena ciuman kemarin. Karena itu, Don memberanikan diri membahas
ciuman itu dan mengatakan kalau ciuman itu hanyalah kecelakaan dan dia juga
tidak merasakan apapun. Lisa jadi kesal juga dan berbohong kalau dia juga
merasakan hal yang sama, ciuman itu bukanlah apa-apa dan dia bahkan sudah
melupakannya.
Pembicaraan mereka berakhir
sampai di sana. Walau keduanya bilang ciuman kemarin tidak memberikan rasa
apapun, tapi mereka berdua sama-sama kesal karena yahhh mereka merasakan
sesuatu.
--
Don kembali bekerja di
kantornya. Lisa juga ada di sana untuk membuat laporan. Dan yang menjadi
penengah ketegangan di antara mereka adalah Mor yang sedang membaca buku. Entah
kenapa, Don terus melirik ke arah Lisa dan tidak fokus dalam membaca
dokumennya. Lisa merasakan hal itu dan akhirnya memilih pergi.
Mor yang dari tadi
memperhatikan, nggak tahan lagi, dan akhirnya nanya apa yang terjadi antara Don
dan Lisa? Apa mereka bertengkar lagi?
“Tidak.”
“Tidak bertengkar? Lalu kenapa?”
“Bukan urusanmu,” jawab Don,
kesal dan keluar menyusul Lisa.
Pas sekali baru keluar, sudah
datang Pat. Pat datang untuk melaporkan kalau Pit bicara dengan seseorang di
taman, tapi dia tidak melihat wajah orang yang bicara dengan Pit. Walau tidak
tahu apa yang mereka bicarakan, Pat merasa kalau Pit akan melakukan hal yang
buruk.
Selama Pat bercerita, Lisa dan
Don menyadari kalau sudut bibir Pat terluka. Mereka lebih khawatir dengan hal
itu. Pat dengan gugup berbohong kalau dia tadi terjatuh karena tidak hati-hati.
Mor melihat luka itu dan tahu kalau itu luka karena di pukuli orang, bukan
terjatuh.
“Apa Pit memukulimu?”
interogasi Don.
“Ini karena aku asal bicara.
P’Pit jadi emosi.”
“Tapi, dia nggak seharusnya
begitu. Kau kan adiknya. Bagaimana bisa dia melukaimu? Aku akan bicara
dengannya,” ujar Don, tampak marah.
Lisa segera menahannya pergi.
Percuma saja Don pergi bicara dengan Pit karna hanya akan membuat keadaan
semakin buruk. Don malah tidak mau mendengarkan Lisa dan langsung pergi dengan
motornya, ke kediaman Ratda. Pat segera mengejarnya dengan motornya.
Di tengah jalan, Don melihat
mobil Pit yang hendak meninggalkan perternakan. Jadi, dia segera menghentikan
motornya di depan mobil Pit. Pit menekan klakson tapi Don tidak mau menyingkir
sama sekali. Pit langsung keluar dari mobilnya dengan emosi, tapi Don malah
berkata padanya untuk memukulinya jika marah padaya dan jangan lampiaskan pada
Pat.
“Apa Pat mengadu padamu?!”
tanya Pit, marah.
“Pat tidak bilang apapun, tapi
dengan melihatnya saja mudah untuk ku tebak. Walaupun Pat adalah adikmu, tapi
kau tidak punya hak untuk melukainya seperti itu.”
“Aku tidak menganggapnya
sebagai adikku lagi! Kau boleh memilikinya!” tegas Pit dan masuk ke dalam
mobil.
Don tetap tidak pergi dan malah
menegur sikap Pit yang jahat pada Pat padahal Pat menyanyangi Pit. Mendengar
itu, Pit keluar dari mobilnya untuk mengatakan kalau Pat tidak pernah
memihaknya dan hanya terus memuji Don. Don bukannya berhenti malah mengatakan
bahwa Pat seperti itu karena kelakuan Pit.
Woah, emosi Pit tersulut karena
apa yang Don katakan sama saja seperti bilang kalau dia hanya terus melakukan
hal buruk. Don dengan tenang berkata kalau dia tidak berkata seperti itu.
Perkelahian menjadi tidak terelakkan.
Perkelahian itu menarik
perhatian para pekerja yang ada di dekat sana. Pat yang baru tiba, juga
langsung melerai mereka. Sayangnya, Pat malah menyuruh Pit untuk tidak
melakukan apapun pada Don. Pit semakin marah karena merasa Pat khawatir pada
Don, di banding dirinya.
“Aku khawatir pada P’. P’ hanya
akan membuat masalah pada diri P’ sendiri kalau melakukan sesuatu pada P’Don,”
jelas Pat.
Pit sudah tidak bisa mendengar
kekhawatiran Pat dan hanya menganggapnya memihak Don. Karena itu, Pit hendak
memukuli Pat lagi. Don tidak membiarkan hal itu dan menahan Pit agar tidak
memukuli Pat lagi.
Paula yang lewat di dekat sana,
melihat perkelahian yang semakin memanas tersebut. Dengan panik, dia segera
menelpon Ko agar pergi ke kediaman Ratda melaporkan perkelahian mereka.
Sementara Paula juga pergi ke kediaman Orn untuk melapor.
Pit yang tidak bisa menghajar
Pat, mengalihkan target pada Don. Pat berusaha menahannya tapi Pit tidak bisa
di tenangkan lagi. Don menahan Pit dan menegaskan kalau dia tidak ingin melukai
Pit karena mereka adalah keluarga. Pit tidak percaya padanya dan hanya
menganggap Don berpura-pura baik.
Walau bagaimanapun berusaha,
Pit tetap tidak bisa memukuli Don karena dia kalah kekuatan. Sialnya, dia malah
melihat ada sebatang kayu di tanah. Tanpa berpikir panjang, Pit mengambil kayu
tersebut dan memukulkannya pada Don. Do berusaha menangkis dengan tangannya dan
Pat juga berusaha menghentikan Pit. Tapi, Pit malah memukulkan kayu itu ke
kepala Pat.
Don berusaha melawan dan
berhasil merebut kayu dari tangan Pit. Don yang sudah emosi karena Pit tidak
bisa di ajak ngomong baik-baik, memukuli wajah Pit. Di saat yang sama juga,
Lisa dan Mor tiba dan langsung membantu Pat berdiri.
Rombongan Orn dan Ratda juga
tiba. Ratda yang melihat Pit terjatuh di tanah, tanpa mendengarkan penjelasan
apapun, langsung menyalahkan Don yang memukuli Pit. Don tetap tenang
memberitahu kalau Pit yang memulai perkelahian. Sayangnya, di mata Ratda, yang
salah selalu Don. Dia menyebut Don melempar kesalahan.
“Mae, tapi yang P’Don katakan benar. P’Pit yang menyerang P’Don
duluan. Lihat lengan P’Don jika tidak percaya padaku,” jelas Pat dan
menunjukkan memar di tangan Don yang terkena pukulan kayu tadi.
Pit tidak mau mengakui
perbuatannya. Dia malah menyebut Pat yang sudah di cuci otak sama Don sehingga
selalu memuja apapun yang Don lakukan.
“Aku tidak melakukan apapun.
Don tiba-tiba muncul dan menyerangku,” ujar Pit.
Ratda percaya sepenuhnya pada
Pit. Dia mulai memaki dan mengancam Don agar tidak bertindak kelewatan karena
setiap orang mempunyai kesabaran. Orn tidak tahan mendengar Ratda yang terus
memarahi Don padahal Pit yang salah. Orn juga menyebut Pit sebagai anak yang
bisa menusuk keluarga dari belakang.
“Aku percaya pada putraku!
Putramu yang salah dan harus minta maaf pada Pit sekarang juga!” teriak Ratda.
“Teruslah bermimpi! Kali ini,
aku akan membiarkan masalah ini. Ku anggap aku buat kebaikan,” ujar Orn. “Don,
ayo pergi.”
Ratda tidak terima dan terus
menuntut Don agar meminta maaf. Melihat perdebatan Orn dan Ratda yang tampaknya
tidak akan mereda, Lisa menjadi khawatir. Dia meminta Rin dan Mor untuk pergi
menemui nenek dan melaporkan hal ini.
Perdebatan Orn dan Ratda
semakin memanas. Kedua orang itu sekarang masing-masing menuntut permintaan
maaf untuk anak itu. Orn juga menyuruh Paula untuk menceritakan apa yang di
lihatnya tadi.
“Aku… aku melihat Khun Pitarn
mau memukuli Khun Pat, tapi Khun Don menolong Khun Pat. Jadi, Khun Pitarn marah
dan mencoba memukulinya,” jawab Paula.
“Sekarang kau sudah tahu kan
orang seperti apa putra tersayang-mu itu,” sindir Orn.
Ratda mulai ragu. Apalagi
melihat wajah Pat yang terluka. Tapi, bukannya mengakui kesalahan Pit, Ratda
lebih memilih menyalahkan Pat. Dia menyebut Pat pantas mendapatkannya karna
memihak orang lain. Pat terpukul mendengar perkataan Ratda tersebut.
“Pat sungguh kasihan punya Ibu
sepertimu. Ini jelas rasa sayang yang terlalu memihak,” sinis Orn.
“Ini masalah keluargaku. P’Orn
tak perlu ikut campur!”
“Pat adalah keponakanku. Aku
punya hak. Mulai dari sekarang, jangan sampai aku tahu kalau kau dan Pit
membully Pat.”
“P’Orn tidak punya hak
memerintahku. Pat adalah anakku. Aku dapat melakukan apapun padanya!”
“Karena kelakuanmu yang seperti
inilah, makanya tidak akan ada satu orangpun yang berada di pihakmu,” ujar Orn.
Ratda tersinggung dan menampar
wajah Orn dengan keras. Dia juga memutuskan hubungan persaudaraan dengan Orn.
“Baguslah kalau kita bukan
saudara lagi. Jadi, aku tidak perlu merasa sungkan lagi,” ujar Orn dan menampar
Ratda sekuat tenaga.
Dari perkelahian para anak,
menjadi perkelahian para ibu. Suasana sangat kacau.
DORRRR!!!
Suara sebuah tembakan berhasil
menghentikan perkelahian tersebut. Itu adalah tembakkan yang di lepaskan oleh
Nenek yang sudah tiba dengan di dampingi Rin dan Orn. Nenek juga berteriak agar
semua pekerja kembali bekerja. Setelah itu, nenek baru memarahi Orn dan Ratda
yang bertengkar di hadapan para pekerja. Apa mereka tidak merasa malu sama
sekali?! Kalau anak-anak yang berkelahi, dia masih maklum, tapi ini para orang
tua!!
“Nenek, aku minta maaf. Aku
yang membuat masalah ini,” ujar Don, langsung.
“Don sudah meminta maaf. Kau
tidak?” tanya Nenek, pada Pit.
“Ini bukan salahku. Kenapa aku
harus minta maaf?” balas Pit dengan nada tidak sopan.
Ratda terkejut mendengar nada
suara Pit dan langsung menegurnya agar tidak bicara seperti itu pada nenek. Bukannya
menyesal, Pit malah terus menyalahkan Don yang sudah ikut campur dalam masalah
keluarga mereka.
“Cukup, Pit! Kau berperilaku
seperti ini bahkan saat aku di depanmu? Kau sama sekali tidak menghormatiku?!
Aku tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi di keluargaku lagi,” marah
Nenek. “Mae Orn, Mae Da, ikut denganku!”
Setelah Nenek dan para Ibu
pergi, Pit malah mengancam Don untuk berhati-hati. Jika dia tidak bisa
mendapatkan perternakan, maka Don juga tidak akan bisa! Usai mengancam seperti
itu, Pit langsung masuk ke mobilnya dan pergi.
--
Nenek membawa Orn dan Ratda ke
kediamannya untuk membahas konflik Pit dan Don yang sekarang sudah kelewat
batas. Dan konflik mereka malah membuat para Ibu ikut bertengkar. Bagaimanapun,
mereka adalah keluarga, satu darah. Tidak seharusnya hal seperti ini terjadi.
Mereka harusnya saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Para ibu juga
harusnya memberikan contoh pada para anak-anak agar tidak bertengkar.
Bukannya mendengarkan nasihat
Nenek, Ratda malah menyalahkan Nenek dan Kakek yang tidak pernah berlaku adil
padanya dan Orn. Ratda selama ini merasa kalau orang tuanya hanya memihak Orn
dan memujinya. Untuk contoh saja, ayah mewariskan perternakan pada Don yang
adalah anak Orn. Padahal, ayah bisa saja mewariskan perternakan pada Don dan
Pit.
Orn tidak suka mendengar ucapan
Ratda yang menjelekan almarhum ayah. Sebelum menyalahkan ayah, seharusnya Ratda
melihat bagaimana kelakuan Pit. Hal itu akan membuat Ratda mengerti kenapa ayah
tidak percaya pada Pit.
Mau apapun, yang Orn katakan,
Ratda sudah gelap mata. Dia hanya di liputi rasa iri dan tamak untuk memiliki
harta Praituksa. Dia bahkan mulai ragu apakah dia beneran adalah putri kandung
Praituksa atau hanya anak angkat?
“Kau sudah melewati batas
Ratda! Keterlaluan,” marah Nenek.
“Tentu saja, aku merasa begitu.
Dari aku kecil, Khun Mae hanya memuji
P’Orn. Tapi padaku, apapun yang ku lakukan, Khun
Mae hanya akan terus memarahiku. Ketika aku menikah, Khun Mae tidak pernah menyukai suamiku, tidak seperti pada suami
P’Orn. Khun Mae dengan bangga
memamerkan suami P’Orn pada semua orang. Ketika aku punya anak, Khun Mae juga membenci mereka. Jadi,
bagaimana bisa aku tidak sakit hati?!”
“Bagaimana bisa kau berpikir
begitu? Aku mencintai semua anak-anakku dan cucu-cucuku.”
“Tapi, apa yang Khun Mae tunjukkan tidak seperti itu!
Pokoknya, konflik antara Pit dan Don tidak akan berakhir begitu saja. Karena
ayah yang sudah tidak adil dari awal pada kami! Khun Mae dan P’Orn tunggu dan lihat saja. Jika Pit tidak
mendapatkan perternakan ini, aku akan membuat semuanya tidak bahagia!” ancam
Ratda.
Nenek benar-benar terkejut
mendengarnya. Ratda tidak menunjukkan rasa penyesalan sama sekali dan malah
langsung pergi, kembali ke kediamannya. Melihat Ratda yang sudah seperti itu,
Nenek jadi merasa kalau Ratda sudah tdak bisa di sembuhkan lagi.
“Ratda tidak akan
mendengarkanku apapun yang ku katakan. Sekarang semua tergantung padamu untuk
membuat semuanya lebih baik. Aku mohon padamu, Mae Orn. Bersikap baiklah pada adikmu. Mungkin, itu dapat
mengajarkanya hal yang baik,” pinta Nenek.
--
Paula bukannya kembali bekerja,
malah pergi menemui Panom dan Waen untuk bergosip mengenai perkelahian Don dan
Pit yang akhirnya merembet ke perkelahian Orn dan Ratda. Lagi asyik mendengar
gosip Paula, Ko malah datang dengan panik.
Kenapa?
Ko kehilangan semua uang yang
ada di dompetnya. Padahal, uang itu akan di transfernya kepada ibunya, jadi dia
menyimpan uang itu di dompet, di dalam kamar. Mendengar itu, Paula jadi takut
kalau ada pencuri di perternakan mereka. Apalagi sekarang mereka kedatangan
pekerja baru.
Umur panjang, pekerja baru yang
di bicarakan, muncul untuk minum air. Tanpa takut, Ko langsung menghampiri
mereka dan menanyakan apa mereka mengambil uangnya?! Para pekerja itu dengan
tampang menyeramkan mengintimidasi Ko, apa punya bukti? Ko jadi ketakutan
apalagi saat pekerja itu mencengkeram kerah bajunya.
“Aku tidak akan melakukan
apapun padamu kecuali kau yang memulai. Aku hanya baik hari ini, jadi aku akan
membiarkanmu pergi. Tapi, jika kau masih bersikap sombong, maka aku tidak akan
menjamin keselamatanmu,” ancam para pekerja dan langsung pergi.
Melihat sifat mereka, Waen jadi
takut juga karena mereka itu seperti mafia. Wajah Ko juga tampak sangat pucat
karena takut.
--
Malam hari,
Tidak di duga! Pit ternyata
pergi ke Bangkok untuk menemui Wichai. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa
mereka saling mengenal?
Flashback
Saat
acara penghargaan di hotel tempo hari, Wichai ternyata mengajak Pit bertemu.
Wichai mengajak Pit bekerja sama dengannya karena dia menginginkan perternakan
Praituksa.
“Apa
yang bisa kau tawarkan? Kenapa aku harus bekerja sama denganmu?”
“Kau
sangat blak-blakan. Dan hal itu membuat negosiasi kita semakin mudah. Dari yang
aku lihat, kau dan Khun Don mempunyai beberapa konflik. Dan dari yang aku tahu,
kau tidak akan pernah mendapatkan perternakan. Karena kakekmu sudah secara hukum
memberikannya pada Khun Don.”
“Kau
sudah menyelidiki ternyata.”
“Karena
kau tidak akan mendapatkan perternakan bagaimanapun, maka kalau kau membantuku
mendapatkannya, kau akan mendapatkan uang sebagai kompensai. Bukankah ini
solusi win-win.”
End
Dan Pit menerima kerja sama
tersebut. Tujuannya datang menemui Wichai adalah untuk melapor kalau dia sudah
melakukan sesuai yang di perintahkan. Akan tetapi, butuh waktu hingga Don
kehilang kredibiltasnya.
“Tidak apa. Aku tidak
terburu-buru. Perlahan tapi pasti, aku lebih suka,” ujar Wichai. “Tapi, ada
sesuatu yang ingin ku tanyakan. Mengenai istri Don, Khun Lisa. Siapa dia dan
darimana dia berasal?”
Tags:
Sapai Import
Lanjutt ya kak
ReplyDeleteLanjutt ya kak
ReplyDeleteLanjt donk mbn kyknya seru...
ReplyDelete