Original
Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi
=Rahasia Lili Merah=
He Ping membawa Qiao Man untuk tinggal dirumahnya. Dan
mengetahui itu, Qiao Man ingin merebut kembali koper nya dan pergi saja. Namun
He Ping tertawa dan langsung menjelaskan bahwa dia hanya bercanda saja. Dia ada
menyewakan rumah untuk Qiao Man, dan rumah itu tepat berada di sebrang rumahnya
sekarang. Mendengar itu, Qiao Man pun setuju.
“Dengan begini kita juga bisa saling membantu, benar kan?” kata
He Ping.
“Memang bisa saling membantu. Pintar,” puji Qiao Man.
Ketika masuk kedalam rumah, Qiao Man merasa sangat senang dan
puas. Sebab rumah yang disewakan untuk nya sangat besar dan luas, bahkan
perabotan di dalam nya juga masih baru. Lalu dia meminta He Ping untuk
memberikan gaji yang tinggi padanya, saat dia bekerja nanti. Sebab biaya listrik,
sewa, dan air, serta sebagainya, itu pasti sangat besar dan dia tidak akan
sanggup membayarnya. Dan mendengar itu, He Ping mengomentari Qiao Man sebagai
mata duitan. Lalu dia menjelaskan bahwa Qiao Man tidak perlu khawatir, karena
dia sudah membayarkan uang sewa rumah ini.
“Mm… Apa jangan-jangan kau memasang kamera CCTV di sini ya? Kau
bukan orang yang suka mengintip kan?” tanya Qiao Man, curiga. Karena He Ping
sangat baik.
“Apa yang kau pikirkan? Saya membantumu, semuanya hanya karena
kau membantu saya memikirkan sebuah rencana anti-pemalsuan yang sangat bagus,”
balas He Ping, menjelaskan. “Lagi pula saat di Barcelona, kau juga sering
membantu saya. Di Tiongkok tentu saja saya harus membantumu,” jelas nya.
Kemudian dia memberikan kartu resepsionis kepada Qiao Man.
Qiao Man menerima kartu resepsionis yang He Ping berikan, namun
dia ingin He Ping membantunya jika misalnya ada apa- apa, seperti resepsionis
tutup dan listrik rumah mati. Dan He Ping mengiyakan. Lalu dia mengingatkan
Qiao Man untuk berhati- hati, sebab beberapa hari yang lalu rumah nya baru saja
kemalingan. Mengetahui itu, Qiao Man merasa terkejut dan merasa tidak aman.
“Barang apa yang dicuri?” tanya Qiao Man.
“Karya seni yang saya koleksi,” jawab He Ping. “Pihak kepolisian
sedang memeriksa, saya yakin sebentar lagi akan ada
hasilnya.”
Mao Zhi datang menemui Duo sambil membawa lukisan- lukisan
curian mereka. Dia mengeluh, karena ternyata lukisan yang dimiliki He Ping
berasal dari pelelangan, jadi jika dia menjual itu, maka setiap orang akan tahu
milik siapa lukisan tersebut. Sehingga tidak ada orang yang berani membeli
lukisan tersebut. Mengetahui itu, Duo menyuruh Mao Zhi untuk menyimpan saja terlebih
dahulu lukisan tersebut, nanti kalau sudah aman, baru lukisan itu akan di jual.
“Kalau begitu …”
“Sudahlah. Saya katakan padamu, sekarang yang terpenting
bukanlah lukisan ini, melainkan buku harian itu, buku harian "Dunia
Lain",” jelas Duo dengan serius.
Mao Zhi tidak mengerti, kenapa sebuah buku harian biasa, bisa
sangat mahal dinilai oleh He Ping. Dan dengan tegas, Duo menjelaskan bahwa itu
karena para seniman berbeda dengan mereka. Mereka mungkin merasa barang itu
tidak berharga, tapi bagi seniman itu mungkin saja tidak ternilai harganya.
Sesudah menjelaskan itu, Duo mengingatkan Mao Zhi untuk menyimpan lukisan
curian mereka dengan baik. Dan cari buku harian ‘Dunia Lain’.
Mendengar itu, Mao Zhi pun mengiyakan serta langsung mengikuti
Duo.
Yang Lan datang ke kantor auditor. Dengan ramah, dia menyuruh
setiap orang untuk beristirahat dan makan dulu. Dan para karyawan auditor
mengiyakan serta pergi darisana. Lalu setelah mereka semua pergi, Yang Lan
langsung menukar dokumen asli yang ada disana, dengan dokumen pembukuan palsu
yang sudah disiapkannya dan di stempel nya menggunakan cap He Jianfeng.
Saat tugas nya sudah selesai, dia pun langsung pergi darisana
secara diam- diam.
Yang Lan kemudian menemui A Li dan melapor padanya. Dan
mengetahui hasil kerja Yang Lan yang berhasil menukar dokumen pembukuan asli
dengan dokumen pembukuan palsu, A Li merasa sangat senang. Karena akhirnya,
masalah besar nya telah terlesaikan.
He Ping membawa Qiao Man ke perusahaan nya. Dia membawa Qiao Man
menemui para direksi yang sedang mengadakan rapat. Dan ketika melihat Qiao Man,
A Li merasa sangat terkejut. Karena wajah Qiao Man sangat mirip sekali dengan
Nan Sheng.
“Maaf, saya pergi dulu. Saya pergi dulu,” kata A Li dengan
panik. Lalu dia langsung berlari pergi dari ruang rapat.
A Li :
“Nan Sheng? Yang saya lihat jelas-jelas adalah Nan Sheng. Saya tidak salah
lihat kan? Saya tidak salah lihat kan?”
Melihat sikap aneh A Li, Qiao Man merasa heran. Namun He Ping
tidak berniat untuk menjelaskan dan langsung menarik tangan Qiao Man serta
memperkenalkannya dengan para anggota dewan direksi.
Didalam kamar mandi. A Li terduduk dengan lemas di dilantai. “Mana mungkin? Bagaimana mungkin bisa
terjadi hal seperti ini? Kenapa wajahnya bisa begitu mirip? Apakah dia Nan
Sheng?”
A Li mengingat kejadian saat di pantai dulu. Dia memaksa Nan
Sheng untuk berbicara ditelpon. Namun Nan Sheng menolak dan menyuruh A Li untuk
menyingkirkan ponsel itu dari nya. Tapi A Li tidak mau dan terus memaksa Nan
Sheng. Lalu tanpa sengaja, Nan Sheng terjatuh ke dalam laut. A Li ingin
menangkap tangannya, tapi dia tidak sempat dan gagal.
“Nan Sheng! Nan Sheng! Nan Sheng! Nan Sheng!” panggil A Li,
panik.
Mengingat kejadian tersebut, A Li menangis ketakutan. Lalu saat
dia teringat senyuman Qiao Man barusan, dia semakin ketakutan. Dengan segera
dia langsung mencuci wajah nya untuk menenangkan pikirannya yang kacau.
“Xu A Li,
kau tidak boleh membiarkan gadis ini terus berada di samping Heping. Tidak
boleh.”
He Ping membiarkan Qiao Man untuk menjelaskan idenya kepada para
dewan direksi. Dan selagi Qiao Man menjelaskan, He Ping memperhatikannya dari
luar ruangan.
“Melihat
tampang Qiao Man bekerja sangatlah cantik. Lin He Ping, kau harus mengerti apa
yang sedang kau lakukan. Selama sukarela, tidak peduli lupa, atau pun mulai
kembali, segalanya akan menjadi lebih mudah.”
A Li mendekati He Ping yang sedang sibuk memperhatikan Qiao Man.
Dengan penasaran, dia menanyakan, darimana He Ping menemukan Qiao Man dan siapa
Qiao Man sebenarnya. Dan dengan jujur, He Ping menjelaskan bahwa dia dan Qiao
Man bertemu di spanyol.
“Qiao Man? Dia adalah Qiao Man?” gumam A Li, merasa lega. “Pantas
saja, kalian selalu bersama. Jangan katakan pada saya, kau tidak tahu dia mirip
siapa.”
“Ya, dia memang mirip Nan Sheng. Tapi ini tidak menghalanginya
untuk bekerja untuk kita,” balas He Ping, melindungi Qiao Man. “Saat di
Spanyol, dia pernah membantu saya. Kali ini dia juga mengusulkan rencana
anti-pemalsuan, yang kebetulan kita butuhkan,” jelas nya.
Dengan tegas, A Li menyatakan ketidak setujuannya. Dia tidak
setuju bila Qiao Man harus bekerja di perusahaan mereka ini. Dan dia juga ingin
An Group di tuntut. Mendengar itu, He Ping merasa A Li tidak masuk akal. Sebab
An Group sudah mengajukan kompesansi.
“Apa kau tidak bisa menuruti saya sekali saja?” tanya A Li,
kesal.
“A Li, dulu kau bilang saya tidak mempertimbangkan demi kebaikan
perusahaan. Sekarang siapa yang tidak mempertimbangkan demi perusahaan?” balas
He Ping.
“Pokoknya, saya tidak akan setuju dia menetap di sini.”
Setelah Qiao Man selesai, dia langsung menemui He Ping yang
sudah menunggu. Dan melihat itu, A Li segera pergi menjauh darisana.
“Bagaimana? Bagaimana pendapat para direktur?” tanya He Ping,
ramah.
“Mereka merasa cukup puas,” jawab Qiao Man dengan bangga.
“Tenang saja. Saat di Barcelona saya bisa membantumu melakukannya, di sini saya
juga bisa membantumu.”
“Baiklah, ayo kemari,” ajak He Ping. Dan Qiao Man pun
mengikutinya.
Duo akhirnya berhasil menemukan Ben, dan dia merasa sangat
senang. Dengan bersemangat, dia menanyakan, apakah Ben ingat dengan buku harian
yang pernah di jual nya. Dan Ben sama sekali tidak ingat buku harian yang mana.
“Sebenarnya begini, beberapa hari yang lalu, saya secara tidak
sengaja menjual buku harian adik saya kepada Anda. Begitu saya pulang dia
menangis dan memarahi saya, menyuruh saya untuk mencarinya kembali. Makanya
saya kembali untuk meminta pada Anda. Saya ingin... saya ingin membelinya
kembali,” jelas Duo, berbohong.
“Oh begitu. Kalau tidak kau cari saja, kalau ada di sini,
berarti masih ada,” balas Ben.
Dengan senang, Duo pun langsung membongkar- bongkar buku
ditempat dagangan Ben untuk mencari buku harian Dunia lain. Tapi sayang nya,
dia sama sekali tidak bisa menemukan buku tersebut. Dan dia memohon supaya Ben
bisa membantunya mencari buku tersebut. Namun Ben menolak, sebab dia sudah mau
tutup toko dan pulang ke rumah.
“Sungguh, tolong Anda bantu. Bantu. Sepuluh kali lipat, bos,”
pinta Duo, memohon dengan sangat.
“Kalau
sudah tidak ada ya sudah tidak ada. Pergi,” usir Ben. Dan dengan lemas, Duo pun
pergi darisana.
Tags:
Beautiful Reborn Flower