Sinopsis Thai Movie – Classic Again


Hello… 😊 aku baru aja selesai nonton movie Thailand –Classic Again- yang menurut info adalah remake dari movie Korea – Classic- dan di perankan oleh Son Ye Yin. Di buat kembali dalam versi Thai oleh CJ Major Entertainment. Karna aku belum pernah nonton yang versi Korea, aku tidak bisa membandingkan kedua movie ini. Tapi, aku suka dengan yang movie Thailand ini. Karena itu, aku putuskan untuk membuat sinopsis-nya.
Enjoy it!
Sinopsis Thai Movie – Classic Again



Tahun 2003 (dalam Thai calendar = 2546)
Sebuah kampus sedang melakukan festival untuk mempromosikan klub-klub universitas yang ada kepada para mahasiswi baru. Salah satu klub yang berpartisipasi adalah Klub Drama. Klub Drama melakukan promosi dengan tema ‘Snow White and the Seven Dwarfs.’



Poppy mengenakan kostum ‘Snow White’ menarik para mahasiswi baru untuk bergabung dengan klub mereka dengan cara berfoto bersama. Dan yang bertugas untuk memotret adalah Bota yang mengenakan kostum ‘Dwarfs / Kurcaci.’ Di saat sudah selesai memfoto para mahasiswa baru, Bota melihat ke sekeliling. Dan matanya, tertarik pada seorang pria tampan bernama Non yang sedang melihat-lihat di stan klub lain.





Saat Non menoleh ke arahnya, Bota langsung memalingkan tubuh dengan malu. Takut ketahuan sudah diam-diam memotretnya. Ternyata bukan hanya Bota saja yang tertarik pada Non, tapi juga Poppy, sahabatnya.
--



Bota dan Poppy pergi ke café di sekitar kampus. Mereka berdua memesan minuman yang sama : kopi susu panas tanpa busa. Pemilik café merangkap waitress, Toom, langsung berkomentar bahwa minuman yang mereka pesan adalah minuman favorit Non.
“Siapa Non?” tanya Poppy.
“Mahasiswa arsitektur itu.”



Mendengar itu, Poppy merasa sangat senang karna selera minumannya sama seperti Non. Bota menimpali kalau dia juga sama. Mereka tertawa menggoda satu sama lain. Kemudian, Poppy dengan serius bercerita mengenai perasaannya pada Non. Jadi, tempo hari, dia sempat berjalan melewati Non dan itu membuatnya sangat gugup hingga tidak berani menatap Non. Namun, dia bisa merasa kalau Non sempat meliriknya. Itu membuatnya yakin kalau Non punya perasaan yang sama padanya.
Bota dengan blak-blakan langsung bilang kalau Poppy hanya berkhayal. Kan Poppy sendiri yang bilang tidak berani menatap Non, jadi tahu darimana kalau Non melirik padanya.
Dan akhirnya, mereka jadi saling tertawa.
--



 Suatu hari, di saat hujan turun dengan deras,
Bota berada di rumah sendirian berasma kucing kecilnya. Ibunya sedang melakukan perjalanan dinas ke Seoul. Dan ayahnya, tampaknya sudah tidak ada lagi. Ibunya menelpon Bota dan memintanya untuk mencari sebuah amplop cokelat di lemari yang ada di kamarnya, yang isinya adalah surat tanah. Kalau sudah ketemu, tolong antarkan ke rumah bibi.
Dengan mudah, Bota menemukan amplop tersebut. Dia memberitahu ibunya akan mengantarkan amplop itu saat pergi ke kampus, sekalian lewat.







Setelah telepon selesai, mata Bota tertarik pada sebuah kotak kayu yang ada di dalam lemari. Iseng, Bota melihat isi dalam kotak itu. Ada sebuah buku diary, kertas yang di lipat menjadi bentuk perahu, bros bermotif bunga, sebuah tape, dan beberapa pucuk surat.





Bota mengambil salah satu surat dan melihat isinya. Surat itu di tujukan untuk : Dalah Phiphatkul (nama Ibu Bota) dan pengirimnya adalah Tanil Chaisamut. Saat surat di buka, bisa tercium aroma harum.
“Romantis sekali,” komentar Bota saat mencium aroma surat itu dan membaca isinya.
Semua orang punya kisa cinta sendiri yang di taruh di dalam kotak kenangan, di simpan di sudut lemari, menunggu agar menguap di udara.
-Classic Again-


Bota sudah membawa kotak kayu itu ke kamarnya dan menikmati waktu membaca isi-isi surat. Dia merasa surat cinta itu sangat manis dan lembut. Dan ini pasti adalah cinta pertama ibunya.


Selesai membaca surat, Bota melanjutkan dengan membaca buku diary yang tersimpan di dalam kotak. Ketika di buka, sebuah lembar foto lama terjatuh ke lantai. Foto seorang pria mengenakan seragam SMA yang membaca buku dan duduk bersandar di jendela.


Tahun 1967 (dalam Thai calendar = 2510)
Kajorn duduk bersandar di jendela sambil membaca buku. Dan seorang pria, Tanil, tiba-tiba muncul dan memotretnya. Kemudian, Tanil mendekati Kajorn. Dia memperkenalkan dirinya, Tanil dari kelas C. Kajorn menanggapi datar dan lanjut membaca.


Tanil merebut buku yang di baca Kajorn dan melihat isinya. Buku kumpulan puisi. Setelah itu, Tanil baru mengemukakan tujuannya menemui Kajorn. Itu karna rumor mengenai Kajorn yang bisa menulis surat cinta yang mencuri hati para gadis. Karena Kajorn pasti pandai merangkai kata-kata, dia mau minta tolong untuk menuliskan surat cinta untuknya.


“Namanya Dalah. Putri anggota Parlemen yang mau di jodohkan ayahku. Tolonglah aku,” pinta Tanil dan menunjukkan foto Dalah. Sebuah gadis cantik dengan rambut di kepang dua.

Melihat foto tersebut, Kajorn tampak terkejut dan tersenyum tipis.


 Flashback
Berminggu-minggu sebelumnya,
Saat liburan sekolah, Kajorn pulang ke kampungnya. Bersama teman-teman di kampungnya, mereka akan pergi memancing. Untuk menuju tempat itu, mereka menumpang mobil bak terbuka.


Di tengah jalan, mereka melihat sebuah mobil. Teman Kajorn memberitahu kalau yang di dalam mobil itu adalah keponakan tn. Kham yang cantik dan sekolah di Kota.
Yang ada di dalam mobil adalah Dalah.
Kajorn tampak jatuh cinta pandangan pertama pada Dalah. Temannya tampaknya menyadari itu dan berkomentar kalau Dalah adalah malaikat yang ada di luar jangkauan Kajorn. Walau begitu, Kajorn tetap melambaikan tangan pada Dalah.



Dalah yang berada di dalam mobil, juga tampaknya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kajorn. Dia membalas lambaian tangan Kajorn sambil tersenyum malu.
Teman-teman Kajorn mengira lambaian itu untuk mereka dan mulai berteriak memberitahu nama mereka : Chai dan Yod. Lambaian itu berakhir saat mobil mereka berhenti dan mobil Dalah terus melaju pergi.



Tapi, tatapan Kajorn tidak bisa lepas dari Dalah.
--



Kajorn dan teman-temannya memancing di sebuah empang. Dan saat Dalah bersama pembantunya (atau saudara ya?), Noi, muncul, semua langsung lari ketakutan. Kajorn juga mau kabur, tapi dia terpeleset dan jatuh di depan Dalah.



Noi memberitahu Dalah kalau Kajor dkk selalu diam-diam mencuri ikan cupang mereka. Dalah langsung jongkok di hadapan Kajorn dan menyebutnya sangat berani karna mencuri di empang kakeknya. Jika kakeknya tahu, dia bisa celaka.



Kajorn ketakutan dan memohon untuk tidak di adukan. Toh, ini hanya ikan. Dalah bersedia tapi dengan syarat Kajorn harus melakukan sesuatu untuknya. Kajorn tanpa ragu langsung setuju untuk melakukan apapun. Dalah merasa senang mendengarnya dan memberitahu kalau dia mau Kajorn mengantarnya ke rumah berhantu yang ada di seberang sungai.



Noi berusaha mencegah Dalah ke sana karna tempat itu berbahaya. Rumornya, hantu akan mematahkan kepala mereka. Dan juga, Kakek bisa marah kalau Dalah pergi ke sana. Dalah ternyata cukup keras kepala. Dia tidak memaksa Noi ikut dengannya, tapi dia meminta Noi tidak memberitahukan hal ini pada siapapun.


“Bagaimana? Hantu atau kakek, mana yang lebih kau takuti?” tanya Dalah pada Kajorn. “Temui aku besok di sungai,” lanjut Dalah, tanpa mendengar jawaban Kajorn.


“Tentu.”
Karena janji sudah di buat, Dalah pun pergi bersama Noi.

Setelah Dalah dan Noi pergi,  Chai dan Yod yang tadi bersembunyi baru berani keluar. Mereka mau tahu apa yang Dalah dan Kajorn bicarakan. Kajorn tidak memberitahu dan hanya menyuruh Yod untuk mencarinya perahu. Dan meminta Chai untuk mengajarinya mendayung.
“Aku? Aku tak bisa mendayung,” jawab Chai.
--



Esok hari,
Kajorn sudah menunggu Dalah di tepi sungai dengan perahunya. Begitu Dalah datang, mereka segera berangkat. Di atas perahu, Kajorn terus tersenyum menatap Dalah.



“Namaku Dalah,” perkenalkan Dalah, membuka pembicaraan.
“Namaku Kajorn,” beritahu Kajorn.


Dalah akhirnya nanya, apa Kajorn tahu caranya mendayung? Dengan sombong Kajorn menjawab kalau ini mudah walaupun ini pertama kalinya dia mendayung. Kenapa Dalah bertanya? Karena perahu yang di dayung Kajorn menuju arah yang salah.
--



Setelah cukup lama mendayung, akhirnya mereka tiba juga di seberang sungai, dimana rumah berhantu berada. Kajorn sok gentle menyuruh agar Dalah yang memegang senter karna dia tidak memerlukannya.




Mereka berdua mulai memasuki rumah tua kosong itu. Dari depan saja sudah cukup menyeramkan. Di dalam, juga sangat gelap dan sumber cahaya hanya dari jendela yang sudah rusak. Karna suasana cukup tegang, Kajorn langsung ketakutan saat Dalah memegang senter dengan cahaya mengarah ke wajah. Kajorn meminta Dalah untuk tidak memegang senter begitu karna menyeramkan.



Walau takut, mereka tetap nekat masuk ke ruangan yang ada di dalam rumah. Di lantai ada sebuah buah. Dalah mau mengambil, tapi Kajorn segera mencegah. Dia mengingatkan petuah orang tua untuk tidak mengambil dan memanggil hal-hal aneh.



Sebuah pintu ruangan lain terbuka karna angin. Suasana jadi semakin menyeramkan. Apalagi saat mereka memalingkan wajah sebentar, buah yang ada di lantai tadi sudah menghilang. Kajorn udah takut dan mengajak Dalah keluar saja, tapi Dalah tidak mau dan malah mau memeriksa ke dalam ruangan yang pintunya terbuka tadi.
Mereka berlari masuk dan langsung berteriak heboh saat melihat kucing hitam. Kajorn udah mau pergi, tapi Dalah malah tetap mau memeriksa sebuah ruangan lagi. Kajorn saking takutnya udah berdiri di belakang Dalah.


Bruk! Pintu di buka. Ada kera! Dalah dan Kajorn beteriak heboh dan kabur keluar rumah. Sementara si kera, asyik makan buah yang di ambilnya di lantai tadi.


Pas udah lari sampai luar, mereka berdua tertawa senang dengan pengalaman tadi.
“Masih mau melihat hantu?” tanya Kajorn.
Dalah menggeleng dan mereka lanjut tertawa. Karna langit sudah mendung, Kajorn mengajak Dalah bergegas kembali ke sungai.



Tapi, hujan turun terlalu deras sebelum mereka sempat sampai di sungai. Dan ketika sudah tiba, perahu sudah terbawa ke tengah sungai. Kajorn menyuruh Dalah untuk tidak khawatir dan pergi mencari tempat berteduh. Nanti kalau sudah reda, mereka bisa mencari cara kembali.



Dalah setuju. Tapi, karena hujan dan tidak berhati-hati, Dalah malah terpeleset jatuh dan kakinya terkilir. Kajorn segera menawarkan diri untuk menggendong Dalah di punggungnya.




Selama Kajorn menggendongnya, Dalah menggunakan scarf –nya sebagai payung untuk mereka.
--



Mereka akhirnya berteduh di saung yang ada di tengah hutan. Keduanya tampak malu dan terus saling melirik sambil tersenyum.


“Hantunya ternyata tidak ada,” ujar Dalah, membuka pembicaraan.
“Bukankah itu hal yang bagus? Kenapa kau mau melihat hantu?”


“Aku penasaran. Aku mau tahu yang terjadi saat orang meninggal,” jawab Dalah, tampak sedih.
Dalah kemudian mengalihkan topik dengan menanyakan sekolah Kajorn. Kajorn memberitahu kalau dia tinggal di desa tapi sekolah di kota. Dalah dengan senang memberitahu kalau dia juga sekolah di kota dan hanya pulang untuk menemui Kakek saat libur sekolah.
Perut Dalah dan Kajorn kemudian berbunyi. Keduanya sama-sama lapar dan tertawa senang.
--



Setelah hujan reda, Kajorn segera pergi mencari makanan. Dia memanjat sebuah pohon nangka dan memetik buah. Walau sampai harus terjatuh dari pohon, Kajorn masih bisa tertawa dan membuka buah nangka yang sudah di petiknya. Mereka berdua tertawa senang.
--



Perjalanan di lanjutkan. Di tengah jalan, Kajorn menurunkan Dalah dan memintanya menunggu. Itu karna Kajorn melihat bunga ungu yang bermekaran di sebuah pohon. Dia memetik bunga itu dan memberikannya pada Dalah. Dalah menerimanya dengan senang
--



Waktu sudah semakin larut. Mereka berhenti di sebuah jembatan kayu kecil. Di sana, ada banyak kunang-kunang yang berterbangan. Kajorn menangkap seekor kunang-kunang dengan tangannya dan memberikannya pada Dalah.



“Indah sekali,” komentar Dalah, dengan senyum tidak terlepas dari wajahnya.


Malam itu sangat indah dan juga romantis. Di saat kunang-kunang berterbangan dengan indah, mata Kajorn terus menatap Dalah.
“Kau berbuat banyak untukku hari ini. Aku belum melakukan apapun.”
“Tidak apa-apa. Aku senang sekali hari ini,” ujar Kajorn.
Dalah tersenyum manis mendengar jawaban itu. Dia terpikir sesuatu. Dalah melepas kalung yang di pakainya dan memakaikannya pada Kajorn.



“Terimakasih Kajorn,” ujar Dalah.



--



Kajorn lanjut menggendong Dalah. Mereka akhirnya tiba di seberang sungai. Dan sudah banyak orang mencari Dalah. Begitu melihat Dalah bersama Kajorn, kakek Dalah marah. Ayah Kajorn juga marah dan menampar Kajorn dengan keras.
Kakek juga menarik Dalah untuk pulang bersamanya.


Dan begitulah akhir pertemuan mereka, dengan kalung Dalah yang ada pada Kajorn
Bota membaca kisah itu, memasang raut wajah sedih. Kisah cinta pertama ibunya, cukup berat.
--



di Kampus,
Dosen sedang mengajarkan mengenai ‘teori probabilitas’ adalah peristiwa yang paling tak mungkin sebenarnya bisa terjadi. Di saat dosen sedang sibuk menjelaskan, Poppy diam-diam menyelinap masuk untuk menemui Bota. Bota saja kaget karna Poppy masuk ke kelas padahal ini bukan mata pelajaran yang Poppy ambil.



Poppy datang karena ingin memberitahu kabar mengenai kisah yang di ajukannya di klub untuk di pentaskan, terpilih. Bota turut senang mendengarnya dan memberikan selamat. Tapi, kisah yang mana?
“Yang kau ceritakan padaku.”
“Yang mana?”
“Surat cinta ibumu.”


“Tidak! Jangan yang itu,” refleks Bota berteriak, lupa kalau dia ada di kelas dan dosen sedang mengajar.
Teriakannya tentu menarik perhatian semuanya. Dan dia langsung di tandai oleh dosen. Bota hanya bisa menundukkan kepala meminta maaf.


“Kau tak boleh begitu. Itu hal pribadi dan aku mempercayaimu!” bisik Dalah. “Jika ibuku tahu, aku pasti di bunuhnya.”
Poppy malah santai. Kan Ibu Bota lagi kerja di Seoul, jadi tidak akan tahu. Udah gitu, Poppy malah meminta Bota yang menuliskan naskah dramanya. Bota dengan keras menolak. Poppy tidak terima dan berteriak kalau Bota harus membantunya.

Pembicaraan mereka membuat semua yang sedang serius belajar jadi terganggu. Dosen juga jadi marah dan mengusir mereka berdua keluar. Tanpa melawan, mereka berdua pergi keluar kelas. Poppy masih memaksa Bota untuk menuliskan naskahnya karna sutradara sudah janji akan menjadikan Poppy sebagai pemeran utama jika drama itu di pentaskan.
--

Dan karna permintaan Poppy, Bota akhirnya mau membantu membuatkan naskah drama berdasarkan kisah cinta pertama ibunya.



Adegan 1 : Seorang pria duduk dekat jendela… 


Bota mulai menulis sambil menggerakkan pena di jarinya.



Kajorn membantu Tanil untuk menuliskan surat cinta untuk Dalah. Dia menggerakan pena di jarinya untuk memikirkan apa yang akan di tulisnya. Tanil yang duduk di sebelahnya, bercerita kalau Dalah jatuh sakit selama berminggu-minggu setelah pulang dari rumah kakeknya. Entah sakit apa, dia juga tidak tahu. Namun, saat keluar rumah sakit, Dalah sudah tampak ceria dan gembira. Sebelumnya, Dalah selalu tampak sedih sejak ibunya meninggal.
Informasi Tanil membuat Kajorn mengerti raut sedih Dalah saat mereka berbicara di saung.


Sebenarnya, aku sedih harus menulis surat cinta untuk Tanil. Ada banyak hal yang ingin ku ceritakan padanya. Namun, setidaknya, surat ini memberiku peluang untuk bicara dengannya lagi.
Kajorn selesai menulis surat cinta dengan perasaan sejujurnya. Dia memberikannya pada Tanil dan Tanil memuji isi surat yang teramat manis.


“Kau hebat sekali, seolah-olah tulus dari hatimu,” puji Tanil, tanpa tahu bahwa memang itu dari perasaan Kajorn untuk Dalah.


Karena Kajorn sudah membantunya, Tanil memberi hadiah. Foto Kajorn yang di potretnya waktu itu, saat duduk bersandar di jendela sambil membaca buku.
--



Kajorn lagi belajar di kelas. Tanil yang dari kelas lain, malah menerobos masuk sambil berteriak memanggil nama Kajorn, tidak peduli bahwa kelas sedang berlangsung. Kajorn sudah memberi tanda agar Tanil diam, tapi Tanil terus bicara kalau Dalah membalas suratnya.
Dan saat di tatap oleh guru, Tanil malah tetap pamer kalau suratnya di balas (surat yang di tuliskan Kajorn).



Pada akhirnya, mereka berdua di hukum untuk mengepel lorong kelas. Sambil ngepel, Tanil memberitahu kalau Dalah mengajaknya menonton pertunjukan sekolahnya. Dia di kirimi dua tiket, dan ingin Kajorn ikut. Kajorn tentu saja mau ikut.
--


Mereka pergi ke sekolah Dalah dan melihat pertunjukkan piano Dalah. Kajorn duduk di kursi belakang sambil membawa sebuket bunga, sementara Tanil duduk di depan bersama ayahnya dan ayah Dalah. Tanil juga membawa sebuket bunga.


Selama pertunjukkan, Kajorn terus menatap Dalah dengan tatapan penuh cinta dan senyuman.



Begitu pertunjukkan berakhir, semua penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan. Setelah selesai, Tanil memberikan buket bunga yang di bawanya kepada Dalah. Kajorn yang juga membawa buket bunga, tidak berani mendekat dan hanya melihat dari jauh.



Dalah ternyata melihatnya. Dia tersenyum pada Kajorn. Sayangnya, Dalah di ajak ayahnya dan orang tua Tanil untuk makan bersama. Maka Dalah mengikuti mereka.


Kajorn hanya bisa melihat Dalah pergi dengan sedih. Tanpa Kajorn ketahui, Dalah melirik ke arahnya.
--


Begitu makan siang selesai, Dalah segera berlari kembali ke aula sekolah, berharap Kajorn masih ada di sana. Sayangnya, aula sudah kosong.


Tapi, ternyata, Kajorn masih menunggunya di taman depan aula. Dalah begitu bahagia melihat Kajorn yang masih menunggunya. Kajorn juga bahagia karena Dalah kembali.
Sawasdee (Hai). Aku tak mengira akan melihatmu di sini,” ujar Dalah, senang.
Kajorn memberikan buket bunganya pada Dalah dan Dalah menerimanya dengan senang. Sayangnya, dia harus segera pergi karna dia tadi menyelinap keluar.

“Dalah! Bisa kita bertemu lagi?”

Dalah tersenyum dan mengangguk. Kajorn begitu graing dan berteriak keras sambil melompat.
Citanya masih belum berakhir.



Adegan itulah yang sedang di reka ulang oleh Poppy dan Non di atas panggung. Bota yang duduk di kursi penonton, tersenyum melihat kisah ibunya di mainkan di atas panggung. Atau, mungkin dia tersenyum karena Non?


Saat istirahat, Poppy menghampiri Bota. Dia memberitahu perasaannya yang sangat senang karna Non mau menerima peran di drama ini, padahal, sebelumnya Non selalu menolak semua peran yang di tawarkan padanya. Namun, Non menyukai naskah ini dan ingin mencobanya. Tapi, Poppy merasa alasan sebenarnya Non menerima peran adalah karena tahu dia adalah pemeran utama wanitanya.
“Poppy, kau tidak memberitahu kalau aku penulis naskahnya kan?” tanya Bota, membahas topik lain.


“Tentu saja tidak. Itu kan kisah hidup ibumu. Ini hanya teater kampus. Tapi, kenapa kau berdandan? Baru kali ini aku melihatnya. Kau cantik.”


Bota malu mendengar pertanyaan Poppy dan mengalihkan topik. Kebetulan, Non melewati mereka. Jadi, Poppy segera memperkenalkan Bota dan Non. Pas pula, sutradara memanggil Poppy ke panggung untuk memberikan pengarahan.


Karna di tinggal berdua, Bota jadi merasa canggung. Apalagi, Non menanyakan padanya, “Kau tahu siapa penulis naskahnya?”


“Tidak,” bohong Bota.

Non duduk di sebelahnya, dan Bota segera menjauh sambil terus memalingkan wajah karena malu.
“Jika kau bertemu penulisnya, sampaikan naskah ini hebat,” pinta Non.
“Baik,” jawab Bota.


Bota beneran grogi ada di dekat Non. Apalagi saat Non mengkhawatirkannya karena pipinya memerah. Apa dia demam? Bota segera menjauh dan berkata dia baik-baik saja. Saking grogi, tasnya sampai ketinggalan. Untung Non memberitahu.
--


Begitu pulang sekolah, Kajorn dan Tanil langsung heboh berlari ke toilet. Kenapa? Mereka bergegas berganti baju dan perg ke pesta dansa sekolah Dalah.



Dalah hadir dengan penampilan menawan. Mata Dalah hanya terfokus pada Kajorn dan begitu juga dengan Kajorn. Tapi, Tanil tidak menyadarinya. Dia malah memperkenalkan Kajorn sebagai sahabatnya. Kajorn dan Dalah juga bersikap seolah baru pertama kali bertemu. Dalah juga memperkenalkan sahabatnya, Tubtim.

Sahabat Dalah, Tubtim juga tampak tertarik pada Kajorn. Buktinya, dia berbisik pada Dalah, memuji Kajorn yang sangat tampan.


Saat acara dansa, Tanil berdansa dengan Dalah, sementara Kajorn berdansa dengan Tubtim. Walau berdansa dengan pasangan berbeda, mata Kajorn terus menatap kepada Dalah. Mereka juga saling bicara tanpa suara kalau saling merindukan.



Saat akhirnya pasangan dansa berganti, mereka berdansa dengan bahagia. Dalah membahas kalau dia tidak menyangka Kajorn bersahabat dengan Tanil. Mereka terus berdansa, seolah hanya mereka yang ada di sana.

Lagu dansa yang awalnya romantis, kemudian berganti musik menjadi ceria. Tanil dan Tubtim mulai menari dengan heboh. Tarian mereka di ikuti oleh Kajorn dan Dalah. Mereka benar-benar bahagia hari itu.




Saat acara selesai, Tanil lah yang mengantar pulang Dalah. Kajorn tampak kecewa karna yang ada di samping Dalah bukanlah dirinya. Tubtim tidak menyadari perasaan Kajorn dan terus bicara mengenai perasaannya hari ini seolah adalah putri dan Kajorn adalah pangerannya. Tubtim juga memenjamkan mata dan memonyongkan bibir, ingin Kajorn menciumnya. Bukan di cium, yang ada Kajorn malah kabur.
--


Tanil mengantar Dalah sampai ke depan rumah. Dia sangat senang hari ini dan mau … belum selesai Tanil bicara, Dalah sudah bilang terimakasih. Usiran halus. Tanil tidak melanjutkan perkataannya dan akhirnya pamit pergi.


Saat Tanil sudah pergi, Dalah mengeluarkan kunci gembok. Saat mau membuka gembok pagar, lampu tiang di depan rumah, mendadak mati. Dalah jadi takut, apalagi saat berbali, tidak ada siapapun. Dalah semakin mempercepat tangannya membuka gembok, dan lampu semakin berkedap kedip.



Merasa ada yang aneh, Dalah berbalik. Dan sebuah buah menggelinding. Itu buah yang di lihatnya di rumah hantu, di desa kakek. Dan benar saja, Kajorn ada di sana. Di samping tiang. Dia yang memati hidupkan lampu tadi.
Tampaknya, Kajorn diam-diam mengikuti Tanil dan Dalah.


Dalah tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa cintanya. Dia segera belari ke arah Kajorn dan memeluknya dengan erat. Pelukan eratnya di balas oleh Kajorn juga.
--

Poppy terus membicarakan Non pada Bota. Dia memuji Non sebagai pria yang baik, populer dan ramah. Anehnya, Non tidak pernah pacaran. Mungkin, Non sedang menunggu jodohnya. Dan Poppy yakin kalau dirinya adalah jodoh Non.  
“Itu pasti takdirku dan kau dewi asmaraku,” ujar Poppy yakin.

“Ayo ganti topiknya,” ujar Bota. “Kita kemana besok?”


“Besok pulang sekolah, Non mau mentraktirku. Dia mengajakmu untuk ikut. Aku kebetulan bilang ulang tahun kita sama. Dia juga mau mentraktirmu,” beritauhu Poppy.

Dan entah kenapa, Bota merasa tidak nyaman. Wajahnya terlihat sedih.
--


Non dan Poppy melakukan latihan adegan dansa untuk pesta. Poppy begitu senang berdansa dengan Non, hingga saat sutradara bilang latihan sudah selesai, Poppy masih belum melepas tangannya dari tangan Non.


Perhatiannya baru teralih saat sutradara menyuruhnya untuk pergi mencoba kostum. Sutradara memberikan pengarahan lebih pada Non mengenai cara berdansa tadi. Karena Poppy sedang mencoba kostum, maka sutradara meminta bantuan Bota yang sedang mengatur set lampu sebagai pasangan dansa Non. Bota menolak karena dia tidak bisa menari.
“Hanya untuk penanda. Ikuti arahan Non saja. Kemarilah. Ayo,” perintah sutradara.


Non juga entah kenapa, terus tersenyum pada Bota. Bota tidak bisa menolak lagi dan akhirnya naik ke panggung. Karena dia tidak bisa menari, dia hanya mengikuti arahan dan tuntunan dari Non.
Bota menari dengan sangat kaku, sementara Non terus menatapnya. Karena tegang dan grogi, Bota memilih untuk menari dengan menutup mata. Saking terbawa suasana, Bota sampai tidak sadar kalau sudah menginjak kaki Non.


Dan begitu sadar, Bota sangat malu. Karna terlalu malu, Bota langsung minta maaf dan mendorong Poppy yang baru kembali ke arah Non untuk latihan lagi.
--




Saat upacara bendera, Tanil tiba-tiba saja pingsan. Kajorn langsung panik dan menolongnya, membawanya ke UKS. Tapi, ternyata, Tanil hanya berpura-pura pingsan.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Kajorn, kesal karena tertipu.
--


 Tanil sengaja pura-pura pingsan agar bisa bolos sekolah. Dia membawa Kajorn ke pinggir pantai dan curhat mengenai Dalah yang tidak membalas suratnya lagi. Dia biasanya tidak gelisah dan peduli seperti ini, tapi kali ini berbeda. Dia ingin membuat Kajorn merasa istimewa dan karna itu dia ingin Kajorn membantunya memilihkan hadiah untuk Dalah.

“Pilih sendiri saja,” tolak Kajorn. “Kau tak butuh aku.”
“Aku butuh karena kau sahabatku. Kau yang paling tahu perasaanku. Ya, bukan?”
Kajorn tidak tega menolak karna Tanil menatapnya penuh kepercayaan.
--



Mereka akhirnya pergi ke toko pernak pernik. Tanil mulai memilih berbagai barang dan menanyakan pendapat Kajorn. Tapi, barang yang di pilihnya aneh. Dia memilih topi lebar berwarna biru, boneka berkepang dua dan bahkan pisau, dan kalung manik. Semua itu tentu tidak cocok untuk Dalah.



Kajorn sendiri terus menatap pada bros bermotif bunga. Dia ingin membeli itu untuk Dalah. Tapi, Tanil mengira Kajorn memilihkannya untuknya. Jadi, dia segera mengambil bros itu dari tangan Kajorn dan membayarnya.

“Ini sempurna. Lihat? Kau paling mengenalku,” ujar Tanil, tanpa tahu perasaan Kajorn sebenarnya.
--



Non mentraktir Bota dan Poppy sekaligus merayakan ulang tahun mereka di café Toom. Usai menyanyikan lagu ulang tahun dan meniup lilin, Non memberikan hadiah untuk mereka berdua.
Non meletakkan kotak yang di ikat pita berwarna merah di depan Poppy, sementara kotak yang di ikat pita berwarna gold di depan Bota. Bota sudah mau mengambil kotak hadiahnya, tapi Poppy malah langsung mengambil kotak itu dan bilang mau yang itu.

“Sebenarnya, yang ini untukmu,” ujar Non dan memberikan kotak yang di ikat pita warna merah.


Poppy sangat senang. Dia menerima kotak itu dan merasa kado-nya pasti istimewa (mungkin, di pikiran Poppy, Non menyediakan kado itu khusus untuknya, hingga tidak boleh tertukar).
Bota menerima kotak hadiahnya, tapi dia merasa tidak nyaman berada di antara Non dan Poppy. Karna itu, dia pamit pulang duluan. Non menyuruhnya untuk makan kue dulu, tapi Bota menolak. Dia berterimakasih atas hadiahnya kemudian beranjak pulang.
“Bisa antar aku pulang nanti?” tanya Poppy pada Non begitu Bota berdiri.
Dan wajah Bota tampak sedih. Mungkin iri dan cemburu (?)
--


Begitu sampai di rumah, Bota segera melihat hadiah dari Non. Sebuah buku.
--



Hari itu hujan,
Tanil datang dan memberikan hadiah bros tersebut kepada Dalah. Begitu melihat hadiahnya, Dalah segera mengembalikan dan menolak untuk menerimanya.
“Tapi ini bukan perintah ayahku. Aku yang ingin memberikannya sendiri. Aku sungguh menyukaimu,” jujur Tanil.


Dalah terkejut. Apalagi Tanil tiba-tiba maju dan mengecup keningnya kemudian pergi, tanpa membawa kembali hadiahnya.


Dalah tampak sedih dan menatap bros hadiah Tanil.
--


Saat Dalah bertemu dengan Kajorn di tepi pantai, Dalah langsung membahas bros itu. Dia tahu kalau Kajorn lah yang membantu Tanil memilih bros itu. Melihat Kajorn yang terdiam, membuat Dalah yakin kalau tebakannya benar. Dan itu, membuat Dalah sakit hati. Apa Kajorn tidak peduli dengan perasaannya dan Tanil?

“Maafkan aku. Aku mau belikan itu untukmu. Namun, aku tak mampu. Tanil melihatku memegangnya. Dia ambil dan membayarnya,” jujur Kajorn, kecewa pada dirinya sendiri. “Tanil itu bodoh!”
“Tidak. Dia pria yang baik.”
“Dia bodoh karna dia terlalu baik,” lanjut Kajorn. “Dia cocok untukmu.”


Keduanya sadar bahwa hubungan mereka sulit apalagi dengan perbedaan status mereka (Dalah kaya sementara Kajorn tidak). Dalah menangis dan memaringkan kepalanya di pundak Kajorn.

“Sebaiknya, kita jangan bertemu lagi. Cinta kita akan melukai semua orang. Aku tak akan menemuimu dan Tanil lagi,” putuskan Dalah.

Usai mengatakan keputusannya, Dalah segera pergi meninggalkan Kajorn.
--



Kajorn masih belum bisa melepaskan Dalah. Saat malah, dia pergi ke depan rumah Dalah dan memati hidupkan lampu, sebagai tanda bahwa dia ada di sana. Dalah tahu hal itu. Dia ada di kamarnya, menangis dan menahan diri untuk tidak keluar. Di depannya, ada buku yang berisi bunga yang sudah mengering. Itu adalah bunga yang di berikan Kajorn saat mereka di desa.
--



Bota membuka buku hadiah Non. Di halaman pertama buku ada tulisan tangan Non : Saat matahari bersinar di pagi hari, aku memikirkanmu. Saat bulan berkilau di malam hari, aku memikirkanmu.
--


Pagi tiba,
Saat Dalah keluar rumah, di depan sela pagar rumah, ada perahu kertas yang di selipkan. Itu dari Kajorn. Dalah membuka perahu tersebut dan ada tulisan : Saat matahari bersinar di pagi hari, aku memikirkanmu. Saat bulan berkilau di malam hari, aku memikirkanmu.
--

Bota sekarang melihat isi perahu kertas yang ada di dalam kotak kayu ibunya. Dia memasang eksrepsi bingung. Kenapa Non bisa menulis kalimat yang sama di buku itu?
--


Hujan turun begitu derasnya. Dan saat Dalah tiba di sekolah, Kajorn ada di sana menunggunya dalam keadaan basah kuyup. Dalah mengeraskan hatinya dan terus berjalan, mengabaikan Kajorn.
Kajorn mengejarnya dan memohon agar Dalah mendengarkannya. Dia ingin mereka kembali seperti dulu lagi.


“Mustahil bagi kita untuk bersama.”
“Tidak. Pasti ada cara,” yakin Kajorn.


Dalah tidak mengatakan apapun. Dia hanya memberikan payungnya pada Kajorn dan pergi meninggalkannya. Dalah tetap mengeraskan hatinya, mengeraskan tekadnya.
--


Kajorn tidak menyerah. Dia masih menanti Dalah di depan rumah walau hujan masih belum berhenti juga. Payung pemberian Dalah ada di tangannya, tapi tidak di gunakan sama sekali.
Dalah yang ada di dalam rumah, mulai goyah.
Akhirnya, dia keluar menemui Kajorn.

“Kenapa kau seperti ini? Nanti bisa kena pneumonia.

“Aku melakukan ini… karena aku mencintaimu,” ujar Kajorn.


Dalah tidak bisa lagi mengeraskan hati. Dia goyah. Dalam hujan yang turun begitu derasnya, Dalah memeluk Kajorn.



Kajorn segera membuka payung dari Dalah, melindungi mereka dari hujan. Dalah tertawa karena hal tersebut. Padahal mereka sudah basah kuyup, tapi Kajorn malah membuka payung (maksudnya, udah terlanjur basah juga pun).
--


Bota dalam perjalanan ke perpustakaan kampus, ketika hujan tiba-tiba saja turun. Mau tidak mau, Bota berteduh di bawah pohon besar. Bukan hanya Bota yang kehujanan tapi juga Non.
Karena Non berada di dekatnya, Bota merasa grogi dan memutuskan untuk pergi menerobos hujan. Tapi, Non menghentikannya. Dia menanyakan tujuan Bota. Saat tahu Bota mau ke perpustakaan, Non berkomentar kalau itu tidak jauh. Dan jika mereka mengintari gedung, mereka tidak akan basah kuyup.


Bota terdiam, tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Non juga melepas jaketnya dan mengatakan akan menemani Bota ke sana. Tanpa persetujuan Bota, Non memayungkan Bota dengan jaket bajunya.

“Aku punya payung ajaib,” ujarnya. “Siap? 1… 2…. 3.”








Dan mereka mulai berlari di tengah hujan dengan jaket Non sebagai payungnya (Romantis. Sama romantisnya ketika Kajorn dan Dalah di hutan desa).
Non dan Bota terus berlari bersama di tengah hujan. Mereka akan berhenti di sebuah gedung untuk istirahat sejenak dan kemudian lanjut lari lagi. Hingga akhirnya tiba di depan perspustakaan.

“Terimakasih banyak.”
“Tak masalah,” balas Non sambil memberikan tas Bota yang di pegangin-nya sedari tadi.



Bota kemudian pamit masuk ke dalam perpus. Non mengiyakan dan kembali berlari di tengah hujan. Bota sempat memandangi Non, tapi Non ternyata juga melihat ke arahnya. Karena malu, refleks Bota bersembunyi.
--


Tanil curhat pada Kajorn. Dia sudah jatuh cinta pada Dalah dan karna itu, dia memutuskan untuk jujur bahwa bukan dia yang menulis surat-surat itu (dia minta tolong Kajorn awalnya). Tanil juga memberitahu kalau Dalah sekarang di rawat di rumah sakit karna terserang flu lagi. Dia bingung juga kenapa Dalah suka main hujan.

Kajorn jadi khawatir mendengar itu. Sementara Tanil tidak menyadari bahwa alasan Dalah sakit adalah karena hujan-hujanan bersama Kajorn.
--


Dalah sedang tidur di ranjang rumah sakit. Kajorn ada di sebelahnya, menjenguk. Begitu bangun, Dalah terkejut karena Kajorn ada di sampingnya. Dalah juga langsung menutup bagian bawah wajahnya (dari mata ke bawah) dengan selimut karna malu. Dia belum cuci muka dan matanya lengket, dia sedang terlihat jelek.


“Kau cantik seperti biasa. Tak ada yang buruk,” ujar Kajorn.


Ucapannya membuat Dalah mau menurunkan selimutnya. Dia kemudian bertanya bagaimana Kajorn bisa tahu dia di sini? Apa Tanil yang memberitahu? Kajorn mengangguk. Wajah keduanya menjadi sedih karena merasa bersalah pada Tanil.
“Maafkan aku. Aku selalu berbuat hal bodoh. Selain mencintaimu… aku tak pandai dalam hal apapun,” ujar Kajorn.
Ucapannya membuat Dalah tersenyum manis, “Tidak, kau pandai banyak hal. Terutama menulis surat cinta.”
Dalah kemudian memberitahu kalau Tanil tadi siang menjenguknya dan memberitahu semuanya, mengenai surat-surat cinta yang selama ini di terimanya. Awalnya, dia tercengang. Namun, juga senang karena tahu bahwa kata-kata itu berasal dari Kajorn.


“Aku sudah memutuskan. Aku akan beritahu Tanil semuanya. Agar adil bagi kita semua,” putuskan Kajorn.
Raut wajah Dalah berubah khawatir. Kajorn mencium lembut keningnya dan menyuruhnya untuk tidak khawatir. Setelah mengelus lembut kepala Dalah, Kajorn pun pergi.
--



Begitu pulang sekolah keesokan harinya, Kajorn langsung membawa Tanil ke tepi pantai, tempat dimana mereka biasa bermain. Dia menyuruh Tanil untuk mengepalkan tangannya dan memukulinya dengan keras. Tanil tentu bingung dengan sikap aneh Kajorn.



“Karena aku teman yang buruk! Aku menyukai Dalah. Aku bertemu dia dan menyukainya sebelum kau minta menulis surat untuknya. Namun, aku tak berani memberitahumu,” beritahu Kajorn, semuanya.



Tanil menatap kalung yang Kajorn kenakan. Dia ternyata mengenali kalung itu. Itu adalah kalung milik mendiang ibu Dalah. Dia sudah menduga Kajorn dan Dalah saling menyukai. Awalnya, dia mendekati Dalah agar ayahnya senang. Namun, setelah mengenal Dalah, dia benar-benar jatuh cinta. Namun, tak masalah. Pria tampan sepertinya, selalu bisa mendapatkan gadis baru.


“Jika kau terus menyuratinya, tulis namaku di amplopnya seperti biasa, agar keluarganya tak curiga,” ujar Tanil, iklah dan menerima semuanya bahkan membantu Kajorn. “Ku kira aku tahu cinta. Kini, aku hanya tahu kehilangan,” lanjutnya dengan suara sedih.
Walau begitu, persahabatan mereka tetap terjalin.
--

Bota duduk di pinggiran panggung. Membuat properti untuk pertunjukkan. Dan ketika Non mengajaknya bicara, Bota langsung kabur. Non tersenyum melihat tingkahnya. Dan dia mengambil salah satu perahu kertas Bota yang terjatuh dari dalam kotak properti.
--


Saat musim liburan sekolah, Kajorn akan pulang ke kampung. Walau begitu, dia dan Dalah masih terus berhubungan dengan surat. Mereka terus surat menyurat setiap harinya, menyuarakan kerinduan mereka satu sama lain.
Aku bahkan bisa menebak, jika ada yang bertanya apa yang paling mereka tunggu setiap harinya, mungkin mereka akan menjawab ‘surat’.
Aku merindukanmu. Sangat rindu sampai hatiku mau meledak. Sampaikan salahmku kepada sungai-sungai dan kunang-kunang. Katakan aku sangat merindukan mereka. Aku baik-baik saja di sini.
Setelah membaca surat Dalah, Kajorn akan membalasnya secepat mungkin.




Aku iri kepada mentari karna bisa membangunkanmu di pagi hari. Aku iri kepada air yang bsa mengecupmu setiap hari. Tiap menatap keluar jendela dan melihat ranting yang menari di embus angin, ingatlah bahwa orang yang kau cintai juga mecintaimu.
Dalah membalas surat Kajorn kembali. Setiap kali menulis suratnya, Dalah akan menyemprot kertas suratnya dengan parfumnya sebelum mengirimnya.
Kini sekolah sedang libur. Pasangan berkencan, berjalan bergandengan tangan. Namun, aku hanya bisa menyuratimu. Aku sungguh merindukanmu. Tunggu aku. Akan ku minta Ayah mengizinkanku menjenguk Kakek. Aku tak sabar ingin melihat wajahmu lagi.

Setiap kali menerima surat dari Dalah, Kajorn selalu mencium aroma surat itu. Dan surat terakhir dari Dalah, membuat Kajorn tidak sabar untuk bertemu dengan Dalah.
Di suatu malam, Kajorn merekam permainan gitarnya dalam kaset tape dan mengirimkannya pada Dalah, bersama sepucuk surat.
Di malam panjang nan sepi, penjamkan matamu dan tempelkan telingamu di bantal. Kau akan mendengar lagu kita dalam mimpimu. Melantukan : “Aku mencintaimu.”


Dalah begitu bahagia menerima tape dan surat Kajorn. Dia terus mendengarkannya dalam tawa bahagia.
--

Bota ada di café Toom, menikmati secangkir kopi sambil menatap guyuran air hujan dari jendela.



Toom tiba-tiba memanggilnya dan memberikan payung Non. Dia meminta tolong Bota untuk mengembalikannya pada Toom. Bota tentu heran, kenapa dia?
“Ingat hari itu saat hujan deras?” tanya Toom.




Flashback
Hari itu saat hujan turun dengan deras, Toom sebenarnya ada di dalam café. Dia sedang menikmati minumannya ketika melihat Bota berlari di tengah hujan dan berteduh di bawah pohon besar di seberang café.


Saat itu, sebenarnya Toom membawa payung kuningnya. Dan entah kenapa, dia tersenyum senang. Dia dengan sengaja meninggalkan payungnya di café Toom setelah bertanya apakah Toom membawa payung? Dan Toom menjawab tidak.
End


Bota terkejut mendengar cerita itu. Dia mulai mengingat saat Toom dengan sengaja ternyata, menemuinya dan berhujan-hujanan dnegannya di bawah jaketnya.
“Itu memang payung ajaib P’,” ujar Bota, bahagia.

Dia tersenyum begitu cerah dan berkata pada Toom kalau dia akan mengembalikan payung itu.



Bota berlari keluar dengan payung Toom di tangannya, walaupun hujan sedang turun dengan deras. Dia tidak menggunakan payung itu, hanya memegangnya dan berlari bahagia. Senyumnya tampak sangat senang. Dia berlari sambil mengingat kenangannya ketika berlari bersama Non di bawah hujan.

Langkahnya terhenti ketika Poppy berjalan dalam guyuran hujan di hadapannya. Poppy menangis. Melihat Bota, dia memberitahu kalau dia baru menyatakan perasaannya pada Non dan Non menolaknya.


“Dia pasti punya wanita lain,” duga Poppy dan menangis sesengukan di bahu Bota. “Selama ini ku kira dia menyukaiku. Kenapa seperti ini?”
Tangisan Poppy, membuat Bota ikut menangis. Dia takut menghadapi perasaanya pada Non.
--


Dan benar saja, begitu pulang ke rumah, Bota membuang buku hadiah Non. Tidak hanya itu, dia menelpon sutradara klub drama dan mengundurkan diri dari team pentas dengan alasan nilai-nilai pelajarannya menurun dan dia ingin fokus belajar.



Ketika berbaring, Bota merasa tidak tenang. Dia memungut kembali buku hadiah Non yang sudah di buangnya. Dia membaca isi halaman pertama buku itu dan ada foto Non juga di sana (foto yang di ambilnya pertama kali). Bota memutuskan tidak jadi membuang buku itu dan menyimpannya.
--



Ayah Tanil menemukan surat Dalah untuk Tanil, tapi tidak pernah sampai ke Tanil melainkan ke alamat lain. Dia segera menginterogasi Tanil. Tanil tidak bisa berbohong lagi dan akhirnya jujur bahwa Dalah dan Kajorn saling mencintai.
Plaak! Tamparan ayah mendarat dengan keras di pipi Tanil.

“Sudah ku coba, dia tak pernah menyukaiku,” lanjut Tanil, walau sudah menerima tamparan dari ayahnya.

“Karena kau tak berguna. Kau tak pernah berhasil melakukan permintaanku! Dia putri anggota Parlemen. Kau sadar bahwa kau sudah membahayakan bisnis keluarga kita?” marah ayah.


Ayah bangkit berdiri sambil melepas tali pinggang-nya. Tanil ketakutan dan memohon pada ayahnya untuk tidak memukulnya. Namun, permohonan dan tangisan Tanil tidak mempan pada ayah. Ayah mencambuk Tanil dengan tali pinggangnya. Ibu berusaha melindungin Tanil, tapi Ayah tidak melunakkan hatinya. Dia mencambuk istri dan anaknya.

“Kau aib bagi keluarga! Seharusnya aku tak punya anak sepertimu!!” teriak ayah.
--


Ayah Tanil pergi ke rumah Dalah. Dia menunjukkan surat sembunyi-sembunyi Dalah dengan Kajorn. Tahu mengenai apa yang Dalah lakukan, membuat ayahnya sangat marah.
--


Hari Festival Songkran,
Kajorn sudah menunggu sedari pagi di stasiun kereta api. Dia menanti kedatangan Dalah yang akan datang ketika festival Songkran. Saat melihat kereta api tujuan dari kota tiba, senyum Kajorn merekah. Dia melihat dengan seksama semua orang yang turun dari kereta.

Tapi… Dalah tidak ada. Dalah tidak datang.
--


Hari masuk sekolah,
Saat upacara bendera, Tanil mendadak jatuh. Kajorn ingin menolongnya, tapi orang di depan Tanil sudah terlebih dahulu menolong dan akan membawanya ke UKS. Agar Kajorn tidak khawatir, Tanil sengaja mengedipkan sebelah mata, sebagai tanda kalau dia hanya berpura-pura. Kajorn tersenyum tipis, mengira Tanil hanya berbohong seperti biasanya.
--

Tanil berada sendirian di ruang UKS. Guru yang bertugas menjaga, keluar. Entah apa yang Tanil pikirkan, karena tatapan matanya tidak seperti biasanya.
--


Begitu upacara selesai, Kajorn segera ke UKS untuk menjenguk Tanil. Tapi, yang di temukannya malah tubuh Tanil yang tergantung di jendela dengan dasi. Mengikat lehernya. Tanil gantung diri.


Kajorn berteriak histeris dan berteriak meminta pertolongan. Dia berusaha untuk menurunkan tubuh Tanil. Teriakannya terdengar oleh orang yang ada di luar dan semua segera menolong untuk menurunkan Tanil.

Di atas kasur ada sebuah surat dengan amplop bertuliskan : “Kepada semua yang ku sayangi – Tanil.”
--


Tanil berhasil di selamatkan, tapi masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dalah yang mendengar kabar Tanil, datang untuk menjenguknya. Saat Dalah tiba, Kajorn ada di sana. Tatapn keduanya penuh kesedihan.
Kajorn meminta Dalah untuk di sisi ranjang. Agar ketika Tanil membuka matanya, orang yang pertama yang di lihatnya adalah Dalah. Jika begitu, Tanil pasti akan senang sekali.
 
Dalah mengerti, karena itu, dengan menangis, dia duduk di samping ranjang Tanil. Sementara Kajorn yang juga menangis, berdiri di belakang, menatap mereka. Hatinya terasa sakit. Yang satu adalah sahabatnya dan satu lagi adalah orang yang sangat di cintainya.
 


Dalah duduk di samping ranjang Tanil dan mulai mengajaknya bicara, walaupun Tanil tidak sadarkan diri. Dia membahas semua kenangannya dengan Tanil. Tanil seolah mendengar suaranya, mulai menggerakkan jemarinya. Melihat itu, Dalah bahagia dan segera berbalik untuk memberitahukan hal itu pada Kajorn.


Tapi… Kajorn sudah tidak ada. Hanya ada kalung pemberian Dalah yang tergantung di kenop pintu yang terbuka. Kajorn pergi. Meninggalkan Dalah dan Tanil. Memutuskan menghilang dari kehidupan mereka.
Dalah berlari keluar mencari Kajorn. Dia berteriak memanggil nama Kajorn, berharap Kajorn mendengar teriakannya. Tapi, Kajorn tidak ada. Dia menghilang.
--

Rasa sedih yang di tuliskan di dalam diary tersebut, juga bisa di rasakan oleh Bota, yang membacanya di perpustakaan.

Saat mau pulang, Bota melihat poster pentas drama yang sudah di buat. Judulnya dramanya : “Cinta Pertama.”
--


Tahun 1973 (dalam Thai calendar = 2516)
Dalah sudah menjadi mahasiswi. Dan tahun itu, para mahasiswa/I banyak yang turun ke jalan menjalankan aksi demonstrasi. Mereka menyerukan untuk bersatu melawan bangsa penjajah yang memakai pengaruh untuk menguasai negara kita. Mereka juga menyebarkan selebaran.


Dalah tidak ikut dalam aksi tersebut. Namun, dia berada di dekat lokasi demonstrasi. Entah siapa, ada yang melempar kaleng yang berisi bom asap untuk membubarkan aksi demonstrasi. Semua berlarian panik.
Dalah ikutan lari, namun terjatuh. Seseorang mahasiswa yang ikut dalam demonstrasi, segera membantunya dan membawanya ke tempat yang agak jauh. Dia juga memberikan sebotol air yang dapat Dalah gunakan untuk mencuci mata yang pedih terkena bom asap.

Dan orang itu adalah… Tanil. Dan ini adalah pertemuan pertama mereka setelah sekian tahun.
--

Mereka memutuskan untuk berbincang. Dalah memuji Tanil yang tampak berbeda daripada dulu. Sekarang, Tanil kelihatan dewasa dan serius.
“Setelah kejadian itu, ku putuskan untuk dewasa dan mengubah diri. Kau bagaimana? Sedang apa kau di sini?”
“Aku baru selesai kuliah, sedang cari pekerjaan. Hari ini aku ikut tes di Kementerian Luar Negeri. Mungkin, tak akan lolos,” cerita Dalah, pesimis.
Tanil menyakinkannya kalau dia pasti lolos. Tanil saja menyesal dengan perbuatanya dulu. Andai saja dulu dia tidak bodoh, dia pasti sudah meraih gelar, alih-alih putus sekolah. Mereka tertawa.
 Dalah tiba-tiba memasang wajah serius, “Apa… sudah ada kabar dari Kajonr?”


Tanil terdiam mendapat pertanyaan tersebut.
--

Di sebuah kampung, orang-orang berkumpul di pinggir jalan sambil melambaikan bendera nasional Thailand. Mereka mengantarkan kepergian sanak saudara atau malah anak mereka yang menjadi tentara dan akan berperang.
Dalah datang ke kampung itu. Dia berlari memeriksa setiap mobil tentara yang akan berangkat. Dan dia menemukannya. Kajorn yang telah menjadi tentara.

Kajorn berbalik saat mendengar namanya di panggil. Dia melihat Dalah dan Tanil yang berdiri di belakang Dalah. Melihat itu, Kajorn segera memalingkan muka, menahan air mata dan seolah tidak melihat Dalah.

Dalah tidak menyerah. Dia mendekat pada Kajorn dan mengguncang tubuhnya agar melihatnya. Dia mulai menangis karena Kajorn terus memalingkan muka. Dia meminta Kajorn menatapnya.

Mobil mulai bergerak. Dalah dan Tanil terus berteriak memanggil namanya dan mengejarnya mobil. Dalah melepas kalungnya dan mengulurkannya pada Kajorn. Dia terus berlari dan meneriaki nama Kajorn.


Kajorn tidak kuat lagi. Dia akhirnya berbalik menatap Dalah dan meraih kalung pemberian Dalah.
“Kau harus kembali. Jaga dirimu, Kajorn,” perintah Dalah. “Aku telah merindukanmu.”
Dalah tidak bisa mengejar Kajorn lagi karena petugas sudah menahan agar tidak mendekati mobil.
Dengan menangis, Kajorn memakai kalung pemberian Dalah. Itu adalah kalung yang dulu di kembalikannya pada Dalah.
--

Di arena perang…
Suasana begitu mencenkam. Banyak korban berjatuhan. Suara pistol dan ledakan granat terdengar dimana-mana.

Salah satu rekan Kajorn terkena tembakan. Kajorn berusaha menolongnya, tapi rekan yang lain menarik Kajorn utnuk segera pergi. Sudah percuma untuk menolong karna rekannya itu sudah meninggal. Rekannya itu dalam keadaan sekarat, sempat menarik kerah baju Kajorn agar menolongnya.
Kajorn sudah berlari mundur bersama rekan lainnya yang selamat. Namun, dia kemudian tersadar bahwa kalungnya tidak ada. Nekat, Kajorn berlari kembali ke tempat rekannya yang sekarat yang memegang kerah bajunya tadi.
Seorang diri, Kajorn berusaha menerobos musuh. Dia berhasil kembali. Dan benar, kalungnya ada di tangan rekannya itu, yang sudah meninggal. Kalung sudah di temukan, kini Kajorn harus berusaha kembali ke camp.

Kajorn hampir berhasil kembali, ketika tiba-tiba saja, sebuah granat meledak di dekatnya!!! Mengenai Kajorn. Begitu banyak granat yang meledak.


Kajorn terjatuh ke tanah. Tubuhnya penuh luka.  Yang terlihat di depannya adalah langit yang begitu cerah. Dan di saat seperti itu, yang teringat oleh Kajorn adalah Dalah. Dalam keadaan sekarat, Kajorn memegang erat kalungnya.
--


Kajorn selamat. Dia mengenakan kemejanya. Menata rambutnya. Memakai jam tangannya. Dan terakhir, memakai kalung pemberian Dalah yang di simpannya di dalam kotak kayu kecil.
Kajorn menuju sebuah restoran, tempat janjinya dengan Dalah.
--

Dalah sudah ada di sana, menanti Kajorn dengan semangat. Saat Kajorn tiba, Dalah memanggilnya.
“Sudah lama. Kau masih tetap cantik,” puji Kajorn, berjalan ke arah suara Dalah.
Dalah tersipu, “Tidak juga. Aku mulai tua. Kau juga masih tampan.”
Mereka kemudian duduk. Dalah menanyakan kabar Kajorn selama ini. Kajorn meminta maaf karna dia sangat sibuk, tapi dia baik-baik saja.
 “Ada yang ingin ku katakan. Aku sudah menikah,” beritahu Kajorn.
Senyum Dalah memudar. Namun, dia tetap memberikan selamat sambil memaksakan diri tersenyum. Kajorn kemudian membahas mengenai Dalah yang belum menikah padahal pasti punya banyak penggemar. Dalah berkata kalau dia penggila kerja dan belum terpikir untuk menikah.
“Banyak yang ingin ku katakan padamu. Namun, setelah melihatmu, aku lupa semuanya,” ujar Kajorn. Dia kemudian mengalihkan pandangan ke arah meja hias di belakang Dalah, “Lihat piano kecil itu. Jadi ingat saat aku mendengarmu bermain begitu indah.”

Dalah menoleh ke belakang, mengikuti arah tatapan Kajorn. Tidak ada piano kecil di sana. Hiasan piano itu di bawa oleh anak kecil pengunjung restoran untuk di mainkan di mejanya. Tapi, Kajorn terus bicara seolah piano itu ada di sana.

Dalah mulai tersadar sesuatu. Dia menggerakan tangannya di depan mata Kajorn, tapi Kajorn tetap menatap lurus, tidak menyadari apa yang di lakukannya. Air mata Dalah mulai jatuh.
“Bagaimana penampilanku sekarang?”
“Kau tampak ceria dan bahagia. Namun, aku ingin melihatmu lebih bahagia lagi,” ujar Kajorn tulus.

Tangisan Dalah mulai menderas, “Kajorn, aku menangis. Kau tak melihat air mataku,” ujar Dalah dan memegang tangan Kajorn, “Kau pikir berapa lama bisa kau tutupi dariku?”

Kajorn terkejut menyadari kalau tipuannya gagal. Dia menarik tangannya dari Dalah dan berbalik untuk kabur. Tapi, karena tidak bisa melihat, Kajorn terjatuh. Kajorn buta karna ledakan di medan perang waktu itu.
“Aku hampir berhasil,” sesal Kajorn.

“Tidak. Namun, kau sangat menyakinkan. Aku hampir percaya,” tangis Dalah.

Kajorn menangis. Dia mengeluarkan kalung Dalah dari sakunya. Tujuannya menemui Dalah adalah mengembalikan kalung itu. Dalah mengambil kalung itu dari tangan Kajorn dan memakaikannya ke leher Kajorn.
“Simpanlah. Itu sudah jadi milikmu… sejak pertama kita bertemu.”
--
Adegan terakhir itu lah yang menjadi penutup pentas drama “Cinta Pertama.” Para penonton bertepuk tangan meriah untuk kisah yang begitu bagus tersebut. Bota ada di bangku penonton dan membawa payung kuning Non.
 Aneh, betapa kisahku dan kisah ibunya sangat serupa. Kami memilih yang kami rasa terbaik bagi pria yang kami cintai, dengan kepedihan sebagai gantinya. Suratnya mengajariku arti cinta yang lebih mendalam. Namun, aku tak mau cintaku berakhir sama seperti cintanya. Kini, aku tahu tahu apa yang akan terjadi… tapi ku putuskan untuk menyelamatkan cinta ini dengan caraku.














Dua kisah cinta yang begitu serupa. Antara dua sahabat yang mencintai orang yang sama. Akankah kisah cinta ini kembali mengalami akhir yang sama?
 Semoga aku membuat pilihan yang benar.
Bota berjalan maju ke depan panggung. Dia berdiri di hadapan Poppy dan Non. Non heran melihat Bota yang membawa payung padahal hari tidak hujan.
 “Ada yang ingin ku katakan. Aku… aku menyukai Non,” nyatakan Bota, “sejak awal.”

Usai menyatakan itu, Bota berbalik hendak pergi. Tapi, Non menghentikannya. Non belum mengatakan apapun, tapi Poppy sudah menangis dan marah pada keduanya, merasa mereka mengkhianatinya.

Non mengejar Poppy untuk menjelaskan. Tapi, ketika berbalik, Bota sudah tidak ada. Hanya ada payungnya yang Bota tinggalkan di atas panggung.
--

Bota masuk ke kamar ibunya. Terlihat foto pernikahan ibunya, Dalah. Dalah tidak menikah dengan Kajorn.
Bota masuk ke sana untuk mencari radio ibunya dan memutar tape yang ada di dalam kotak. Isinya adalah permainan gitar dan nyanyian Kajorn.





Kajorn sebenarnya tidak bisa bermain gitar, namun, dia berusaha keras untuk mempelajarinya agar bisa merekam lagu untuk Dalah.
Dan kita melihat semua kenangan manis antara Kajorn dan Dalah. Mereka pergi bersama berdoa di kuil. Dan Kajorn selalu melihat penampilan piano Dalah.
--

Esok hari,
Non datang ke rumah Dalah dengan mengenakan payung kuningnya. Bota tentu heran dengan kedatangannya.
“Apa itu?” tanya Bota, melihat Non menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.
Bota berusaha melihat apa yang Non sembunyikan, tapi itu membuat mereka tidak sengaja berciuman. Keduanya menjadi canggung, namun Bota berhasil mengambil apa yang Non sembunyikan. Sebuah perahu kertas.



Dan ketika perahu kertas itu di buka ada tulisan : “Aku ingin menjadi cinta dalam hidupmu.”




 Flashback
Sedari awal, Non sudah tertarik pada Bota. Dia terus mencari cara untuk bisa dekat dan bicara dengan Bota. Dia selalu diam-diam memandanginya.
End
Dan begitulah cinta mereka bersatu. Non memeluk Bota dengan erat dan Bota membalas pelukannya.
--

Bota pergi ke café Toom. Dia menyapa Toom yang sedang membereskan meja dengan riang. Eh, ternyata itu Poppy. Toom sudah pulang dari tadi dan meminta tolong Poppy menggantikan menjaga toko.
Poppy tampak masih marah, tapi sebenarnya tidak.
“Kenapa selera kita selalu sama?” komentar Poppy melihat gantungan tas Bota yang sama dengannya.
“Kaulah… yang meniru seleraku,” balas Bota tersenyum.

Poppy sudah kembali seperti biasa dan mulai menggoda mengenai apa saja yang sudah Bota dan Non lakukan? Sebenarnya, Poppy juga sudah mengikuti audisi untuk teater profesional dan terpilih menjadi peran pendukung. Bota memberikan selamat untuknya.
“Aku beruntung ikut drama yang kau tulis. Mereka melihat potensiku.”
“Itu bukan drama. Semuanya kisah ibuku.”
“Kau tahu, ku kira surat ibumu adalah takdir untuk menyatukanku dan Non. Dengan kau sebagai dewi asmaraku. Ternyata, aku malah si antagonis yang menghalangi pasangan utama.”
“Jangan sok dramatis,” tawa Bota.
Mereka saling tertawa bahagia.
--

Non membawa Bota untuk kencan di pinggiran pantai. Mereka duduk menikmati semilir angin laut.
“Setelah hari itu, apa mereka pernah bertemu lagi?” tanya Non, mengenai kisah ibu Bota.
“Tidak, ibuka tak bertemu Kajorn lagi. Lalu, setelah Kajorn meninggal…”

Dalah yang sudah menikah dan mempunyai anak yaitu Bota, pergi ke pemakamam Kajorn. Kajorn di makamkan di desa. Yod dan Chai, teman baik Kajorn yang mengurus pemakaman Kajorn. Yod berteriamakasih karna Dalah sudah mau datang.
“Khun Dalah, terimakasih sudah datang. Kau masih ingat aku? Aku teman Kajorn. Aku juga… adik iparnya,” perkenalkan diri, Yod.
 “Kau termasuk anak yang masuk ke perkebunan Kakek,” ingat Dalah.
“Benar. Sebelum meninggal, Kajorn memintaku memberikan ini padamu,” ujar Yod sembari memberikan kotak kayu.

Isi dari kotak kayu itu adalah foto Dalah semasa muda, surat-surat mereka, buku diarynya dll. (Kotak yang di temukan Bota)
“Dia mau kau menyimpannya. Setelah kau menikah, dia menikahi adikku,” beritahu Yod.
Dalah terkejut, karna dia sudah tertipu selama ini. Dia mengira Kajorn menikah, sesuai yang di katakan Kajorn di pertemuan terakhir mereka. Namun, tidak. Kajorn menikah setelah dirinya menikah.
“Mereka punya anak lelaki,” lanjut Yod dan memeluk anak lelaki yang berdiri di sampingnya.
Anak itu menatap Dalah sambil tersenyum. Dia adalah anak Kajorn.
Karena sudah menyampaikan semua pesan Kajorn, Yod pamit untuk pergi. Sementara Dalah menangis terisak-isak.

Saat itu, Bota berlari menghampirinya sambil menunjuk ke pelangi yang terbentang indah.

“Aku masih ingat pelangi itu. Pelangi terbesar dan terindah yang pernah ku lihat,” ujar Bota.

Anak lelaki Kajorn, berbalik menatap ke pelangi yang terbentang di langit, di saat abu ayahnya di sebarkan di sungai.
“Aku juga ingat pelangi itu,” ujar Non.

Hari itu, Bota dan anak lelaki Kajorn, Non, sempat bertatapan.

Bota terkejut mendengar ucapan Non. 


Non melepas kalung yang selama ini di kenakannya. Kalung peninggalan ayahnya, Kajorn, dan memasangkannya pada leher Non.
Mereka berdua saling berciuman. Tersenyum. Di tengah pelangi yang membentang di kedua sisi lautan.



1 Comments

Previous Post Next Post