Original Network : Tencent Video iQiyi Youku
iQiyi
“Ketua muda
istana. Pegang aku,” pinta Haitang sambil memegang erat tangan Xuezhi. Dia
berusaha untuk menarik Xuezhi naik ke atas.
Namun
sebelum Haitang berhasil, orang berpakaian hitam yang menyerang mereka, dia
menendang sebuah batu kecil untuk memukul tangan Haitang. Sehingga karena itu,
Haitang pun tidak sengaja melepas kan tangan Xuezhi. Lalu kantong pewangi yang
ada pada pinggang nya, itu juga terjatuh ke bawah tebing, bersamaan dengan
Xuezhi.
“Ketua muda
istana,” teriak Haitang, syok.
Orang- orang
berpakaian hitam lain yang bertarung melawan Zhu Sha dan Chequ, saat mereka
mendapat kan sinyal, mereka pun langsung berhenti dan melarikan diri. Dan Zhu
Sha serta Chequ merasa heran, namun mereka tidak terlalu memikirkan nya dan
langsung pergi untuk mencari Xuezhi.
Haitang
menangis di ujung tebing. Melihat itu, Zhu Sha dan Chequ merasa cemas dan
menanyai ada apa serta dimana Xuezhi. Dan dengan perasaan masih syok, Haitang
menjawab bahwa Xuezhi jatuh ke bawah tebing. Mendengar itu, Zhu Sha langsung
ingin melompat ke bawah tebing. Untungnya, Chequ langsung menarik tangan nya
dan memarahi nya untuk berpikiran jernih.
“Kalau
begitu, kita segera pergi cari,” kata Zhu Sha, panik. “Haitang. Kau buat apa?
Cepat bangun,” ajak nya sambil menarik tangan Haitang.
“Zhu Sha,”
tahan Haitang. “Kita harus pergi ke Istana Api Chong dan cari pelindung ketua
istana,” sarannya.
“Sudah kapan
ini? Cari ketua istana muda dulu,” teriak Chequ, tidak setuju.
“Tak boleh.
Mereka kuat dalam bela diri. Anggota kita tak cukup,” jelas Haitang, cemas.
“Kalau
begitu... Kalau begitu kau segera beritahu Pelindung Ketua istana. Aku dan
Chequ pergi mencarinya sekarang,” balas Zhu Sha. Lalu dia langsung pergi duluan
bersama dengan Chequ.
Liuli
berniat untuk membawa Gugu ke Istana Api Chong dan mencari bantuan disana.
Namun Gugu menyaran kan Liuli untuk mencari Shangguan Tou saja, karena
Shangguan Tou lebih dekat dengan mereka sekarang. Dan Liuli membalas bahwa dia
tidak tahu dimana Shangguan Tou sekarang. Tapi Gugu tahu.
“Kak
Shangguan pernah bilang, dia mau pergi ke E Mei,” kata Gugu.
Orang- orang
berpakaian hitam turun ke bawah tebing dan mencari- cari tubuh Xuezhi yang
barusan jatuh. Namun tiba- tiba mereka mendengar suara Zhu Sha dan Chequ yang
mencari Xuezhi juga. Jadi merekapun segera bersembunyi di semak- semak.
“Kenapa
begitu banyak darah?” kata Zhu Sha, terkejut, saat dia menemukan ada jejak
darah di tanah.
“Ini bekas
jatuh. Ketua muda istana pasti masih hidup,” kata Chequ dengan yakin.
“Chequ.
Bukannya ini kantong pewangi milik Haitang?” tanya Zhu Sha, saat dia menemukan
barang milik Haitang ada di sekitar darah Xuezhi. “Ketua muda istana pasti ada
di sekitar. Kita segera pergi cari,” ajaknya. Dan Chequ mengiyakan.
Para orang-
orang berpakaian hitam yang sedang bersembunyi, mereka mendengarkan pembicaraan
antara Zhu Sha dan Chequ. Dan mereka menunggu sambil Zhu Sha dan Chequ pergi
melewati mereka.
Liuli dan
Gugu berhasil menemukan Shangguan Tou serta Wuming. Mereka berdua menceritakan
apa yang terjadi kepada Shangguan Tou dan meminta bantuan nya.
“Wuming. Kau
bawa mereka pulang Istana Api Chong,” perintah Shangguan Tou. Lalu dia langsung
menaiki kudanya dan pergi untuk membantu Xuezhi.
Malam hari.
Didalam hutan, seorang pemburu lewat sambil membawa kelinci tangkapannya. Lalu
tiba- tiba dia mendengar suara, dan diapun berbalik ke belakang untuk melihat.
Haitang
pulang ke Istana Api Chong dan melaporkan kesalahannya yang tidak berhasil
untuk melindungi Xuezhi. Serta dia juga memberitahukan apa yang terjadi kepada
Xuezhi. Mengetahui hal tersebut, Muyuan merasa terkejut dan langsung memanggil
para anggota Istana Api Chong untuk mengikuti nya dan mencari keberadaan
Xuezhi.
“Tunggu
sebentar,” kata Penatua Yuwen, menghentikan Muyuan. “Tanya yang jelas sebelum
berangkat juga tidak terlambat,” jelas nya. Lalu dia menatap Haitang dan
bertanya, “Kenapa mereka mau serang ketua muda istana? Jangan-jangan demi
Sembilan Gaya Dewa Lotus?” tanyanya.
“Menjawab
Penatua, bawahan merasa, sekarang ini seharusnya cari keberadaan Ketua muda
istana lebih penting,” kata Muyuan dengan tegas. “Haitang. Pilih 10 orang murid
yang bagus. Ikuti aku keluar istana untuk cari Ketua muda istana,” perintahnya.
Lalu dia langsung pergi.
“Baik,”
jawab Haitang, patuh.
Setelah
seharian mencari, Chequ dan Zhu Sha akhirnya menemukan Xuezhi. Namun saat
mereka menemukan Xuezhi, saat itu Xuezhi sudah meninggal. Melihat itu, Zhu Sha
langsung menangis sedih. “Ketua muda istana. Ketua muda istana. Ketua muda
istana. Ketua muda… “ panggil nya, putus asa.
Sedangkan
Chequ. Hal pertama yang dilakukannya ketika melihat mayat Xuezhi adalah
memeriksa nya untuk memastikan bahwa mayat tersebut benar adalah Xuezhi. Dan
ketika dia melihat gelang pemberian Chong Ye di tangan Xuezhi. Dia pun menjadi
yakin kalau itu benar adalah mayat Xuezhi.
Orang
berpakaian hitam yang menyerang kemarin. Dia memperhatikan Zhu Sha dan Chequ
dari jauh. Dan ketika dia mengetahui kalau Xuezhi sudah meninggal, dia tampak
senang dan langsung pergi darisana.
Chequ dan
Zhu Sha membawa mayat Xuezhi menggunakan gerobak tarik. Dan lalu di tengah
jalan, Muyuan dan Haitang akhir nya datang serta bertemu dengan mereka berdua.
“Sudah
ketemu Ketua muda istana?” tanya Muyuan, khawatir.
“Pelindung
Ketua istana. Kita terlambat kesana,” jawab Zhu Sha, pelan. Lalu dia
menunjukkan gelang milik Xuezhi sebagai bukti.
“Bawahan
tidak kerja dengan baik. Tak melindungi Ketua muda istana dengan baik,” kata
Chequ dengan sikap menyesal. Melihat itu, Muyuan merasa terkejut.
Muyuan
membuka kain yang menutupi wajah Xuezhi untuk memeriksa mayat nya. Namun
sayangnya, wajah mayat tersebut sudah tidak bisa terlihat seperti apa rupanya
lagi. Tapi pakaian pada mayat tersebut adalah benar pakaian Xuezhi. Dan melihat
itu, Muyuan merasa sangat terpukul. Begitu juga dengan Haitang.
Dengan
sedih, Muyuan berjalan pulang sambil menarik gerobak mayat Xuezhi. Dan Haitang
diam ditempat nya serta memperhatikan itu.
Didepan
altar Yupan, anak nya, Penatua Yuwen bercerita dengan gembira, “Kamu tenang
saja. Ayah akan bantu kamu jaga Yuan dengan baik. Biar kamu di atas surga juga
bisa merasa bangga atas anak putramu.”
Disebuah
rumah yang damai dan tenang. Disana Xuezhi yang asli berada. Saat dia membuka
matanya, hal yang pertama yang dilihatnya adalah seorang Bibi muda. Dan dia
merasa sakit di bahu nya.
“Nona, kau
sudah bangun?” kata si Bibi dengan senang. “Bapak tua, segera ke sini. Nona ini
sudah bangun,” teriaknya, memanggil suaminya. Bapak tua adalah pemburu yang
melewati hutan pada malam hari itu.
Dengan
perhatian, si Bibi memberitahu Xuezhi bahwa Xuezhi sudah koma selama 2 hari.
Lalu dia ingin menyentuh dahi Xuezhi untuk memeriksa suhu tubuhnya, sebab saat
koma, Xuezhi terus demam. Namun karena Xuezhi tidak mengenal siapa si Bibi,
maka dia pun menepis tangan si Bibi dan menjaga jarak darinya. Dan si Bibi
mengerti.
“Jangan
takut ya. Kami berdua bukan orang jahat,” kata si Bibi dengan halus dan ramah.
“Aku...”
kata Xuezhi dengan bingung, saat dia melihat pakaiannya. Dan si Bibi menjawab
bahwa dia yang menukar kan pakaian Xuezhi. “Aku harus segera pergi,” kata
Xuezhi sambil berdiri untuk pergi.
“Nona. Kamu
tak boleh bergerak. Tubuh kamu sekarang masih ada luka, butuh mengobati dengan
pelan,” kata si Bibi, menghentikan Xuezhi.
“Nona, kamu
tenang saja. Mereka tak bisa menemukan sini. Aku tau bahwa kamu menghindari
pengejaran,” kata si Bapak Tua, menenangkan Xuezhi.
“Bagaimana
kamu tau?”
Si Bapak Tua
menceritakan kejadian pada malam itu. Beberapa hari lalu dia pergi berburu ke
hutan, dan lalu dia menemukan Xuezhi. Kemudian dia mengetahui kalau ada orang-
orang yang sedang mencari Xuezhi. Karena cemas, diapun mencari cara untuk
mengalihkan perhatian orang- orang tersebut. Dia menukar Xuezhi dengan mayat
lain. Dan dia memakaikan pakaian serta gelang di tangan Xuezhi kepada mayat
tersebut. Sehingga orang- orang yang mencari Xuezhi tidak akan curiga. Serta
karena ada banyak serigala di dalam hutan, maka orang- orang tersebut tidak
akan curiga dengan mayat Xuezhi dan hanya akan mengira mayat Xuezhi di makan
oleh serigala.
Mendengar
itu, Xuezhi merasa sangat berterima kasih kepada mereka berdua, karena mereka
berdua telah menyelamatkan nya. Dan dengan ramah, si Bibi mengiyakan.
“Ini adalah
Paman Wei kamu. Panggil aku Bibi Wei saja,” kata si Bibi, memperkenalkan
dirinya. “Kami adalah pemburu di sini. Sudah tinggal 4-5 tahun di sini.”
“Tak mengira
bahwa jurang ini juga ada orang yang tinggal,” komentar Xuezhi.
“Tempat kami
ini adalah taman Nirvana. Kamu tau tentang Tao Qian? Yang dimaksud adalah
tempat kami ini,” jelas Paman Wei dengan bersemangat.
“Jangan
dengarkan omong kosong dia,” kata Bibi Wei sambil tertawa ramah. “Disini adalah
Tebing Luoxia Gunung Barat,” jelas nya. Lalu dia menyuruh Xuezhi untuk
beristirahat, dan dia akan pergi untuk membuat kan makanan.
Yuwen memuji
hasil kerja bagus Yu Wan. Dan dia berjanji akan mengangkat Yu Wan sebagai
Pelindung Ketua Istana nantinya. Dan Yu Wan sangat berterima kasih. Lalu dia
memberitahu tentang Haitang yang tiba- tiba malah membantu Xuezhi, saat dia
mencoba untuk membunuh Xuezhi. Dan dia khawatir, di dalam hati, Haitang telah
berubah haluan.
“Yuan adalah
orang yang setia pada cinta dan teman. Takutnya tak bisa tenang dalam waktu
dekat. Kalau dia terlalu sedih, aku takut akan berpengaruh pada urusan
pewarisan posisi,” kata Penatua Yuwen, cemas. “Kamu bantu aku awasi dia. Segera
beritahu aku kalau ada masalah,” perintahnya.
“Baik,
tuan.”
Xuezhi
mengingat tentang orang yang telah menyerang nya. Dan juga mengingat tentang
Haitang yang memegang tangan nya serta berusaha untuk menarik nya.
Zhu Sha
memberitahu Muyuan bahwa Xuezhi pernah mencurigai kalau ada pengkhianat didalam
Istana Api Chong, dan menurut nya, Haitang mencurigakan. Chequ setuju dengan
Zhu Sha, menurutnya, Haitang pasti ada menyembunyikan sesuatu dari mereka.
Disebuah
warung kecil. Shangguan Tou bertemu dengan Paman Wei yang sedang beristirahat.
Dia mendekati nya dan menanyai, apakah Paman Wei ada bertemu dengan seorang
Nona yang selalu tersenyum dan bertubuh mungil, saat Paman Wei sedang berburu.
Dengan
waspada, Paman Wei menanyai, siapa Shangguan Tou, karena dia takut Shangguan
Tou berniat jahat. Dan Shangguan Tou menenangkan Paman Wei untuk tidak perlu
cemas, karena Nona tersebut adalah teman nya, dan dia sudah beberapa hari
mencari, tapi dia masih belum bisa menemukan apa- apa. Dan Paman Wei
menyarankan Shangguan Tou untuk menyerah, sebab di hutan ada banyak binatang
buas, jadi Nona itu mungkin sudah tidak bisa di temukan lagi.
“Paman,
orang ini sangat penting bagiku. Berhubungan dengan nyawa orang, mohon Anda
bisa pikir baik-baik,” pinta Shangguan Tou, memohon.
“Kamu bisa
membiarkan orang yang penting jatuh ke dalam jurang. Karena sudah hilang, maka
ikuti takdir saja. Hidup atau mati semua tergantung perbuatannya,” balas Paman
Wei. Lalu diapun segera menghabiskan minuman nya dan pergi.
Shangguan
Tou diam dan berpikir. Dia merasa curiga kepada Paman Wei, sebab dia tidak ada
mengatakan kalau Nona yang dicarinya jatuh ke dalam jurang. Tapi Paman Wei
malah bisa berbicara seperti itu barusan. Jadi dia yakin kalau Paman Wei pasti
mengetahui sesuatu.
Muyuan
mengembalikan kantong pewangi milik Haitang yang terjatuh ke jurang. Lalu
dengan tegas, dia meminta Haitang untuk memberikan penjelasan kepadanya, sebab
dia benar- benar tidak ingin mencurigai Haitang. Karena mereka berdua sudah
tumbuh besar bersama, hidup bersama, latih bela diri bersama, dan dia
menganggap Haitang sebagai saudara kandung nya.
“Ini salah
aku. Aku ingin menyelamatkan dia. Tapi
dia hanya dapat menangkap tas pewangi,” kata Haitang, menjelaskan dengan
perasaan bersalah.
“Baik. Kalau
begitu, kamu beritahu aku, para pembunuh itu kenapa sama sekali tak melakukan
apa-apa padamu?” tanya Muyuan, mengintrogasi.
“Mungkin
mereka... Tujuan mereka adalah Ketua muda istana,” jawab Haitang dengan gugup.
“Baik. Kalau
begitu, hari ini di depan papan nama ini, bersumpah dihadapan para leluhur
ratusan tahun Istana Api Chong bahwa kematian ketua muda istana tak ada
hubungan denganmu,” bentak Muyuan dengan marah. “Kamu berani?” tantang nya.
“Aku tak
tau,” kata Haitang, tidak berani.
Melihat
reaksi Haitang, Muyuan sudah mendapatkan jawaban yang di inginkan nya. Dan dia
merasa sangat kecewa serta marah. Dan mulai dari hari ini, dia tidak ingin
melihat Haitang lagi. Mendengar itu, Haitang merasa terkejut serta terluka.
Haitang
mencengkram baju nya sendiri dengan erat untuk menahan diri nya sendiri agar
tidak menangis. Kemudian dia pun pergi darisana.
Haitang
meninggalkan surat untuk Muyuan di atas meja. Lalu dia membawa barang- barang
nya dan pergi meninggalkan Istana Api Chong.
Paman Wei
dan Bibi Wei memperlakukan Xuezhi dengan sangat baik. Dan Xuezhi merasa sangat
berterima kasih kepada mereka. Lalu karena penasaran, dia menanyai, kenapa
Paman Wei dan Bibi Wei bisa tinggal di tengah jurang ini.
“Kamu benar-benar ingin tau?”
tanya Paman Wei, ragu. Dan Xuezhi mengganguk kan kepalanya.
“Sebenarnya
juga tak ada alasan yang penting. Aku dan pamanmu ini sebelumnya juga orang
dunia persilatan seperti kamu. Yang dinamakan dunia persilatan adalah hari ini
pukul yang ini, besok bunuh yang itu,” kata Bibi Wei, bercerita.
“Kemudian
putra kami juga dibunuh orang. Kami suami istri juga keluar dari dunia
persilatan, lalu tinggal di tengah jurang ini,” tambah Paman Wei dengan sedih.
Mendengar
itu, Xuezhi meminta maaf, sebab dia sudah menanyai sesuatu yang menyedihkan.
Dan Paman Wei serta Bibi Wei menjawab tidak apa- apa.
Paman Wei
dan Bibi Wei kemudian menanyai, sebenarnya Xuezhi perbuat apa, sampai orang-
orang mengejar dan ingin membunuh Xuezhi. Dan dengan jujur, Xuezhi menceritakan
tentang dirinya, tentang Ayahnya, dan tentang keadaan nya. Saat mendengar
cerita itu, Paman Wei dan Bibi Wei saling bertatapan dalam diam. Namun Xuezhi
tidak menyadari keanehan dari sikap mereka berdua tersebut.
“Apakah aku
salah bicara apa?” tanya Xuezhi, karena setelah dia selesai bercerita, Paman
Wei dan Bibi Wei sama sekali tidak ada merespon.
“Tak ada.
Nona, waktu sudah malam. Kamu cepat istirahat,” kata Bibi Wei. Dan Xuezhi pun
mengiyakan
Ketika Paman
Wei berdiri, dia sedikit goyah dan hampir saja terjatuh. Untungnya, Bibi Wei
berhasil menangkap nya dengan cepat. Dan dengan khawatir, Xuezhi menanyai,
apakah Paman Wei baik- baik saja.
“Tak
apa-apa,” kata Paman Wei, menenangkan. “Ini luka yang tertinggal saat latih
bela diri di masa muda. Kaki sakit pada saat cuaca dingin. Tak masalah.”
“Tak bisa
disembuhkan?’ tanya Xuezhi, perhatian.
“Sudah tak
bisa disembuhkan lagi. Tapi ada sejenis obat yang bisa meredakan sakit, namanya
Rumput Lingzhi,” jawab Bibi Wei, menjelaskan.
“Rumput Lingzhi
ini sangat langka?” tanya Xuezhi.
“Tidak
langka. Di atas tebing gunung seberang juga ada. Tapi, aku dan paman Wei kamu
sudah tua. Kaki juga kurang bagus. Lewatkan saja,” jawab Bibi Wei.
“Buat apa
kau bicarakan ini pada anak,” tegur Paman Wei. Lalu mereka berdua menyuruh
Xuezhi untuk beristirahat. Dan Xuezhi pun mengangguk dengan raut wajah
khawatir.
Penatua Yuwen membaca surat yang Haitang tinggalkan di atas meja Muyuan.
Kak Muyuan. Ini pertama kali, dan
satu-satunya aku panggil kamu seperti itu. Ketika kamu lihat surat ini, aku
sudah pergi. Tak bisa melindungi ketua muda istana, Haitang tau sudah bersalah.
Tapi aku tak ada cara lain. Aku ada seorang adik kembar, namanya Yanhe. Kami
adalah yatim piatu sejak kecil. Waktu umur 7 tahun di adopsi oleh penatua
Yuwen. Dia bawa kami kembali ke Istana Api Chong. Tapi menyembunyikan adikku
diluar. Berjanji asal aku bekerja untuk dia, maka kami bisa berkumpul kembali.
Beberapa tahun ini aku selalu bantu dia awasi ketua muda istana. Tapi aku tak
pernah berpikir bahwa dia akan benar-benar mencelakai Ketua muda istana.
Selesai
membaca surat tersebut, Penatua Yuwen langsung merobek nya. Lalu dia mengubah
surat milik Haitang dengan surat lain.
Zhu Sha
membaca surat yang di tinggalkan oleh Haitang untuk Muyuan. Itu adalah surat
lain yang dibuat oleh Penatua Yuwen.
Pelindung Ketua istana. Maaf, aku yang
mengakibatkan meninggalnya Ketua muda istana. Karena aku mencintai Pelindung
Ketua istana bertahun-tahun dengan diam. Tak terima penjagaan pelindung ketua
istana terhadap ketua muda istana. Cemburu di dalam hati. Setelah ketua muda
istana meninggal, aku merasa sangat bersalah. Tak bisa menghadapi semua orang.
Hanya bisa menebus dosa dengan kematian.
Selesai
membaca surat tersebut, Zhu Sha menangis keras, sebab dia tidak percaya kalau
Haitang yang telah membunuh Xuezhi, dia yakin ada orang yang memaksa Haitang.
Dan Chequ sependapat dengan Zhu Sha, karena ada banyak point mencurigakan di
dalam kasus ini.
Liuli
kemudian datang dengan sikap buru- buru. “Pelindung Ketua istana. Kenapa diluar
terasa aneh?” tanya nya. Namun Muyuan hanya diam. Lalu dengan heran, dia pun
menatap Zhu Sha dan Chequ yang bersikap aneh. “Ada apa yang terjadi?” tanyanya,
mendesak.
“Haitang
bunuh diri,” jawab Zhu Sha, masih menangis.
“Kami
menemukan jenazahnya di belakang gunung,” tambah Chequ.
Tags:
And The Winner Is Love