Sinopsis C- Drama : And The Winner Is Love Episode 16 part 1





Original Network : Tencent Video iQiyi Youku iQiyi

Fengzi mengunci diri di kamar dan menangis. Lalu Shuangshuang datang dan mengetuk pintunya serta memanggil nya. Tapi Fengzi diam.



Shuangshuang merasa khawatir dan ingin masuk ke dalam kamar, tapi ternyata Fengzi mengunci pintu kamar. Lalu tepat disaat itu, Qingmei lewat. Dan diapun bertanya kepada Qingmei, mengapa Fengzi tampak tidak bersemangat setelah pulang, bahkan sampai mengunci diri.
“Adik seperguruan, dia dilukai oleh perasaan cinta. Biarlah dia menenangkan diri,” kata Qingmei, menjelaskan. “Anda juga jangan bertanya terlalu banyak,” sarannya. Lalu dia pergi.
Didalam kamar. Fengzi diam mendengarkan itu sambil masih menangis.

Xuezhi dan Shangguan Tou bekerja merebus obat bersama. Dan sambil bekerja, Xuezhi menanyai, kemana saja Shangguan Tou selama setahun ini. Dan Shangguan Tou pun bercerita. Dia pergi ke Emei, dan disana dia mengetahui tentang identitas nya. Lalu dia pergi ke Kediaman Penasihat Kerajaan untuk membalas dendam, tapi setelah berinteraksi dengan Ayahnya, dia menyadari bahwa Ayahnya tidak seburuk dan sedingin seperti yang di pikirkan nya. Dia banyak berpikir dan akhirnya dia bisa memahami Ayahnya. Dan Xuezhi merespon bahwa itu adalah hal yang bagus.
“Nona Chong. Kelak aku akan membuka hatiku untuk mencoba menyadari dunia ini, mencoba untuk mencintai orang lain,” kata Shangguan Tou dengan serius sambil menatap Xuezhi.


Mendengar itu, Xuezhi menghentikan apa yang sedang di kerjakannya dan balas menatap Shangguan Tou. “Tuan Muda Shangguan, menurutmu, jika saat kita saling mengenal, kamu sudah melepaskan dendam di hatimu, akhir di antara kita apakah akan berbeda dengan sekarang?” tanyanya, berharap. Dan dengan sengaja Shangguan Tou diam sejenak, sehingga Xuezhi merasa agak deg- degan.

Lalu tiba- tiba saja tercium bau aneh, dan ternyata bau itu berasal dari rebusan obat Xuezhi yang sudah siap. Dengan buru- buru Xuezhi pun ingin mengangkat pot obat nya. Dan dengan perhatian, Shangguan Tou tersenyum lembut sambil membantu Xuezhi untuk mengangkat pot obat tersebut. 


Kemudian Chequ datang. “Ketua istana, terjadi masalah,” lapornya kepada Xuezhi. “Pelindung Ketua istana terinfeksi penyakit demam dingin. Sekarang mengunci diri sendiri di dalam kamar, tidak ingin bertemu dengan siapapun,” jelas nya.
“Bagaimana bisa seperti ini?” tanya Xuezhi, terkejut.
“Penatua Yuwen suruh kamu segera kembali ke istana,” jelas Chequ. Dan dengan perasaan khawatir, Xuezhi mengiyakan. Dan Shangguan Tou juga mengizinkan Xuezhi untuk segera pergi.



Malam hari. Qingmei mengetuk pintu kamar Fengzi, dan memanggilnnya dengan lembut, tapi Fengzi tidak ada menjawab. Lalu mendengar itu, Ketua Balai Lin menghampiri Qingmei dan bertanya, apa yang terjadi dengan Fengzi. Dan Qingmei memberitahukan tentang Fengzi yang ada bertemu dengan Shangguan Tou, dan mereka berdua terlibat sedikit konflik. Mengetahui itu, Ketua Balai Lin sangat tidak senang.

“Shangguan Tou dulu di Balai Gunung Pedang Roh melakukan hal seperti itu. Tak disangka Fengzi masih memikirkan berandalan itu,” kata Ketua Balai Lin, marah. Lalu dia berteriak memanggil Fengzi, tapi tidak ada jawaban. Jadi diapun langsung mendobrak pintu kamar Fengzi.


Didalam kamar. Fengzi ditemukan dalam keadaan pingsan di atas tempat tidur. Dan melihat itu, Qingmei ingin memeriksa nya. Tapi Ketua Balai Lin menghentikan nya, sebab Fengzi tampaknya terinfeksi epidemi.
“Fengzi, Fengzi. Kamu sadarlah. Sadarlah,” kata Ketua Balai Lin sambil mengguncang pelan tubuh Fengzi.

“Pil Air Mancur Tenang Biru,” gumam Qingmei, teringat tentang informasi yang ditemukan nya. Lalu diapun segera pergi untuk mencari Pil tersebut.


Xuezhi merasa sangat khawatir kepada Muyuan. Dia berjanji bahwa dia pasti akan membantu Muyuan untuk mencari cara mengobati penyakit demam dingin. Dan dengan lemah, Muyuan menggelengkan kepalanya. Lalu dia menjelaskan bahwa Zhu Sha bertanggung jawab dalam melatih para murid, dan Chequ bertanggung jawab dalam membuat senjata. Jika Xuezhi masih ada yang tidak dimengerti, dia menyarankan Xuezhi untuk bertanya kepada Kedua Penatua, sebab dia mungkin sudah tidak bisa membantu Xuezhi lagi.



Mendengar itu, Xuezhi merasa sangat sedih dan cemas. “Kak Muyuan, kamu jangan katakan lagi. Aku pasti akan temukan obat penawar untukmu.”
“Hal yang sudah ditakdirkan tidak bisa dipaksakan,” balas Muyuan, sudah pasrah.
“Kamu berjanji padaku, kembalikan Istana Api Chong padaku setelah 3 tahun. Sekarang masih ada 2 tahun. Jika kamu berani tinggalkan aku dan Istana Api Chong, aku tidak akan melepaskanmu,” ancam Xuezhi.
“Baik. Kalau begitu aku bertahan hingga Zhi kembali,” janji Muyuan.
“Kamu harus bertahan. Aku pasti akan temukan obat penawar untukmu.”
“Hati-hati di perjalanan.”

Setelah itu, Xuezhi pun segera pergi. Dan dengan lemah, Muyuan terbatuk- batuk pelan.

Saat keluar dari kamar Muyuan, Xuezhi bertemu dengan Liuli dan Zhu Sha yang baru saja pulang. Mereka berdua melapor kan bahwa penyebab penyakit demam dingin bukanlah bencana alam, tapi ulah manusia. Mereka sudah pergi ke beberapa desa yang epidemi nya serius dan menemukan di dalam tubuh unggas- unggas disana, ada lipan beracun. Lipan beracun ini menular kepada Unggas, lalu Unggas menularkan nya kepada manusia. Dan ini perbuatan yang sangat kejam, membuat orang sangat marah.

“Tapi ini perbuatan siapa?” tanya Xuezhi.



“Berdasarkan prediksiku, lipan beracun ini berkaitan dengan Paviliun Xuantian Hongling,” jawab Liuli. Mengetahui itu, Xuezhi berniat untuk segera pergi ke sana. “Ketua istana, Paviliun Xuantian Hongling adalah ajaran sesat. Tempat mereka tak hanya punya berbagai jenis racun, dan juga penuh dengan senjata tersembunyi. Jika kamu pergi sendirian, takutnya akan berbahaya,” kata Liuli, cemas.
“Tidak perlu khawatir. Man Feiyue tak bisa berbuat apapun padaku,” balas Xuezhi dengan percaya diri. “Lagi pula berdasarkan kungfuku sekarang, mereka bukan lawanku. Kalian berdua berada di sini jaga Pelindung Ketua istana dengan baik. Setengah langkah pun tak boleh pergi dari sini,” perintahnya.

“Baik,” jawab mereka berdua.


Qingmei datang ke Perkumpulan Hiu Biru. Dia menemui Tie Xiao dan dengan penuh hormat, dia langsung memberitahu kan tujuan kedatangan nya. Dia ingin meminta Pil Air Mancur Tenang Biru yang kabar nya bisa mengobati penyakit demam dingin. Dan Tie Xiao menolak untuk memberikan nya, sebab Pil Air Mancur Tenang Biru adalah pil warisan leluhur nya. Jika bukan karena terpaksa, dia tidak akan memakai nya. Mendengar itu, Qingmei merasa kecewa.


“Jika bukan karena terpaksa, aku tak akan membuat permintaan seperti ini. Tapi sekarang, berbagai murid aliran telah menderita penyakit demam dingin. Jika Ketua Tie tak bersedia membantu, berbagai aliran akan menderita,” kata Qingmei, berpura- pura mengkhawatirkan setiap orang.

“Pendekar Xia, jika kamu berniat datang meminta pil, tak perlu cari alasan yang tampak mengesankan,” balas Tie Xiao, mengetahui sikap pura- pura baik Qingmei.


Dengan jujur, akhirnya Qingmei menceritakan alasan sesungguhnya. Dia menginginkan Pil ini untuk menyembuhkan Fengzi. Dan dia berjanji bahwa bila Tie Xiao bersedia untuk membantunya, maka dia tidak akan melupakan budi besar ini. Lalu dia juga membawa nama Balai Gunung Roh yang memiliki pengaruh besar di dunia persilatan, kelak bila Tie Xiao memiliki permintaan, maka mereka akan membantu.

“Pendekar Xia, alasan ini aku bisa menerimanya,” kata Tie Xiao sambil tertawa. “Hanya saja juga seharusnya suruh Lin Zongxing sendiri yang datang memohon padaku. Dia ingin menyelamatkan nyawa putrinya, hanya utus murid untuk kemari. Ini terlalu tidak memandang aku, Tie Xiao,” jelas nya, tidak senang.

Mendengar itu, Qingmei berusaha untuk membuat alasan lain. Tapi Tie Xiao tidak mau mendengarkan nya lagi. Dia ingin Lin Zongxing sendiri yang datang memohon padanya, barulah dia akan menyerahkan Pil Air Mancur Tenang Biru untuk menyelematkan Fengzi.

“Ketua Tie, kamu dengarkan ucapanku, Ketua,” pinta Qingmei, memohon. Tapi Tie Xiao mengabaikannya dan pergi.


Penatua Yin Ci datang ke klinik. Dia menjelaskan kepada Shangguan Tou bahwa sebenarnya dia tidak mau datang, tapi Wuming memaksanya. Dan karena dia memandang Shangguan Tou, maka diapun tidak melakukan apapun kepada Wuming dan datang. Namun bila karena ini dia ikut terkena penyakit, lalu mati, maka dia tidak akan melepaskan Shangguan Tou, walaupun dia menjadi hantu.

Mendengar candaan itu, Shangguan Tou tertawa. “Bedasarkan kemampuan Anda, meskipun aku terinfeksi, Anda juga tidak akan terinfeksi,” katanya dengan yakin. Lalu dia mulai berbicara serius. “Tapi, epidemi kali ini sangat serius, sungguh harus minta tolong Penatua. Aku akan utus Wuming berjaga di luar klinik medis. Jika ada yang diperlukan, Anda langsung perintahkan.”

“Jangan banyak omong kosong. Cepat bawa aku pergi lihat,” kata Penatua Yin Ci, mengerti.



Feiyue menampar Feng She, karena Feng She telah membunuh lipan-lipannya yang seharusnya disebarkan. Dan dengan takut, Feng She menangis sambil menjelaskan alasan nya. Dia merasa kasihan kepada Aliran Emei yang semua nya adalah wanita. Lagian epidemi akan menyebar ke sana cepat atau lambat, jadi dia ingin membiarkan mereka untuk hidup beberapa hari lagi.

“Kamu sungguh membuatku terharu,” sindir Feiyue dengan sinis. “Tapi, aku sudah mengutus orang lain ke sana. Kamu ada kesempatan melihat mereka jatuh seperti batu giok, layu seperti bunga,” jelas nya. Lalu dia memerintahkan pengawal untuk membawa Feng She ke penjara, karena dia ingin memakainya sebagai kelinci percobaan untuk racun barunya.


“Ketua Paviliun. Ketua Paviliun,” teriak Feng She, memohon. Tapi Feiyue sama sekali tidak peduli, dan malahan dia tertawa sangat keras karena senang.



Pada tengah malam, Qingmei masuk ke dalam ruang penyimpanan Perkumpulan Hiu Biru secara diam- diam dan berencana untuk mencuri Pil Air Mancur Tenang Biru. Tapi dia ketahuan oleh Tie Xiao. Dengan panik, Qingmei segera menjelaskan kepada Tie Xiao bahwa jangan salahkan gurunya, karena semua ini, dia sendiri yang merencanakan nya, sebab dia ingin menyelamatkan nyawa Fengzi. Mendengar itu, Tie Xiao menjelaskan bahwa besok dia akan mengumumkan perbuatan Qingmei ini kepada seluruh dunia bela diri. Dan Qingmei tidak takut, asalkan Tie Xiao mau membantunya untuk menyelamatkan Fengzi.


“Bantu orang licik seperti kamu, tidak ada gunanya bagiku. Pergi dari sini!” tegas Tie Xiao, masih menolak.

“Tidak bisa. Aku hari ini mesti mendapatkannya,” kata Qingmei. Lalu dia menyerang Tie Xiao untuk merebut pil yang berada di tangannya.


Qingmei dan Tie Xiao bertarung. Namun memakai jurus biasa, Qingmei bukanlah tandingan Tie Xiao. Jadi Qingmei pun menggunakan Sembilan Gaya Dewa Lotus dan membunuh Tie Xiao. Lalu setelah itu, tanpa rasa bersalah, dia langsung mengambil Pil Air Mancur Tenang Biru yang Tie Xiao pegang.


Tapi ada satu masalah, Qingmei menyadari kalau di leher Tie Xiao ada bekas Sembilan Gaya Dewa Lotus.


Saat Qingmei sampai di Balai Gunung Pedang Roh, dia langsung menyuapi Pil Air Mancur Tenang Biru yang dibawa nya kepada Fengzi. Melihat itu, Ketua Balai Lin merasa terkejut dan bertanya, bagaimana bisa Qingmei memiliki pil ini. Dan Qingmei menjawab bahwa dia pergi ke Perkumpulan Hiu Biru dan meminta Pil tersebut.



“Qingmei, kamu telah menyelamatkan nyawa Fengzi, Guru akan mengingatnya,” kata Ketua Balai Lin sangat berterima kasih. Dan Qingmei mengiyakan.

“Ka... kami memang adalah kakak adik seperguruan. Ini sudah seharusnya kulakukan. Budi baik Tie Xiao ini, aku juga mengingatnya. Kelak aku pasti akan membalasnya,” kata Qingmei dengan sikap gugup yang tidak terlalu kentara. Kemudian dia menjelaskan bahwa Pil ini hanya ada satu, jadi mereka harus mencari cara untuk para murid.


Xuezhi bertemu dengan Shangguan Tou dijalan. Dan dia memberitahukan informasi yang dimilikinya. Dan setelah mendengarkan, Shangguan Tou ingin mengikuti Xuezhi untuk pergi bersama ke Paviliun Xuantian Hongling. Tapi Xuezhi menolak, sebab Shangguan Tou telah memberikan tenaga dalam kepadanya, jadi bila terjadi bahaya, dia khawatir dia tidak bisa melindungi Shangguan Tou.
“Kedatangan kali ini juga bantu ringankan beban ayah. Jika bisa menemukan pelakunya, juga bisa berikan penjelasan kepada ayah,” jelas Shangguan Tou. “Lagi pula...”
“Lagi pula apa?” tanya Xuezhi, penasaran.

“Kali ini bukan kita berdua yang ke sana,” jawab Shangguan Tou sambil tersenyum penuh arti.


Ternyata yang Shangguan Tou maksud adalah mereka akan pergi bersama dengan Hongxiu dan Zhong Tao. Mereka berdua datang, karena Shangguan Tou memohon bantuan mereka, dan ini sungguh jarang. Lalu Hongxiu mulai menggoda Xuezhi yang tampak sangat dekat dengan Shangguan Tou. Mendengar itu, Shangguan Tou dan Xuezhi saling tersenyum malu- malu sambil melirik ke arah masing- masing.


“Kalian berdua pasti ada sesuatu. Lebih baik secepatnya terus terang,” kata Hongxiu, saat melihat sikap mereka berdua.

“Nona Xiu pintar menilai orang,” balas Shangguan Tou.
“Tentu saja. Hanya saja, waktunya sudah lewat begitu lama. Kalian berdua baru berkembang hingga seperti ini,” keluh Hongxiu, bercanda. “Kamu sungguh membuatku kecewa.”
“Hongxiu, kamu tidak mengerti akan hal ini. Perasaan cinta yang kokoh dan pantang menyerah, meskipun berkembang lambat dan lama, juga layak. Aku memahami Kepala Botak. Karena aku dan dia punya perasaan yang sama pada orang yang dicintai.  Betul tidak, Kepala Botak?” kata Zhong Tao, mencari dukungan.


“Kamu, hanya cerewet saja,” balas Hongxiu, merasa malu.
“Cinta sejatiku, tidak pernah berubah,” kata Zhong Tao dengan serius.

Mendengar itu, Shangguan Tou tersenyum geli. Tapi kemudian, dia menyadari bahwa Xuezhi tampak sedikit tidak nyaman. Jadi diapun mengajak mereka berdua untuk segera berangkat. Dan mereka mengiyakan.


Feiyue masuk ke dalam penjara sambil membawa racun- racun barunya. Dengan bangga dia menjelaskan kepada Feng She bahwa satu tetes saja dari racun ini bisa membuat seluruh otot dan pembuluh tubuh mengecil, sehingga akan kesakitan sampai mati. Mendengar itu, Feng She sangat takut, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.


Feiyue kemudian memberikan obat tersebut kepada salah satu tawanan yang ada didalam penjara. Dan tawanan tersebut langsung mati dengan sangat kesakitan. Melihat itu, Feiyue tertawa senang. Lalu racun itu diberikan lagi kepada tawanan yang lain, dan tawanan tersebut juga mati dengan menyakit kan. Dan Feiyue tertawa semakin senang. Kemudian kedua tawanan yang telah mati tersebut di bawa keluar dari penjara.
 



“Feng She, kamu kemari. Obat kali ini sangat berhasil. Kamu berjasa,” puji Feiyue. Mendengar itu, Feng She tersenyum kaku. “Sekarang giliran kamu,” kata Feiyue. Dan senyum Feng She langsung menghilang.

Feng She mengambil botol racun yang lain dan secara paksa menuangkannya ke dalam mulut Feng She. Tapi anehnya, Feng She tidak meninggal dan masih baik- baik saja. Ternyata obat itu gagal. Mengetahui itu, Feng She merasa senang, dia mengira Feiyue sengaja tidak memberikan racun padanya.


“Feng She, kamu adalah orang yang kubesarkan. Meracunimu, aku bagaimana tega?” kata Feiyue dengan lembut. Dan Feng She tersenyum ceria. “Tapi kamu sudah tidak berguna. Orang yang tidak berguna sudah seharusnya dibuang,” lanjut Feiyue dengan kejam.

“Kamu ini wanita kejam. Kamu bunuhlah aku,” bentak Feng She, emosi.


Feiyue tertawa. Lalu dia memuji kalau Feng She beruntung, karena efek racun yang diberikan nya ternyata kurang. Jadi karena itu, dia akan memberikan Feng She satu kesempatan. Yang penting Feng She mematuhi perintahnya, maka dia akan membiarkan Feng She tetap hidup. Dan Feng She menolak.
“Apakah aku tidak baik padamu?” tanya Feiyue dengan sikap lembut yang menakutkan.

“Hidup dengan meracuni orang dan diremehkan orang. Aku sudah cukup menerimanya. Kamu bunuhlah aku. Aku hanya ingin menjadi orang biasa,” balas Feng She sambil menangis.



Feiyue meremehkan keinginan Feng She, menurutnya sejak lahir Feng She bukanlah orang biasa. “Apakah kamu tahu siapa ayahmu?” tanya nya. “Ketua Aliran Huashan, Feng Cheng,” katanya. Mengetahui itu, Feng She merasa terkejut sekaligus senang. “Apakah kamu tahu siapa ibumu?” tanya Feiyue, lagi. “Wanita desa yang tak bernama. Waktu itu aku masih seorang tabib. Saat itu, aku yang bantu persalinan ibu yang melahirkanmu. Aku mengantarmu ke aliran Huashan. Feng Cheng sama sekali tidak menerima. Kamu adalah anak haram. Tidak pantas menjadi orang biasa,” katanya. Mendengar itu, Feng She merasa sangat terguncang.
“Feng Cheng adalah ayahku. Aku adalah anak Feng Cheng,” gumam Feng She.
“Kamu sekarang tahu kebenarannya, juga sudah terlambat. Hari ini, kamu tak bisa tinggalkan tempat ini dengan hidup,” kata Feiyue dengan kejam.

Post a Comment

Previous Post Next Post