Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 02 - 1
Images by : SET TV
Chapter 02
Tangan Tianxing memegang tangan Xiao’en yang
lewat di sampingnya. Membuat semuanya terkejut. Mingli lebih ke rasa takut,
segera bertanya pada dokter, apa Tianxing sudah sadar? Dokter segera memeriksa
tanda vital Tianxing. Tidak ada tanda bahwa Tianxing sadar kembali.
Mingli segera menatap ke Xiao’en. Xiao’en
yang ketakutan segera berbalik badan. Untungnya, Mingli tidak curiga apapun dan
menyuruh agar Tianxing segera di bawa masuk ke mobil di ambulans. Begitu di
dalam mobil, Mingli hendak melepas alat bantu pernafasan Tianxing. Dokter yang
juga ikutan masuk segera berteriak menyuruhnya untuk tidak menyentuh alat itu
karna akan membuat hidup Tianxing dalam bahaya. Mingli mengurungkan niatnya dan
bertingkah seolah tidak tahu.
--
Xiao’en berada di tempat yang sangat gelap.
Tidak ada siapapun. Tidak terlihat apapun. Tidak terdengar suara apapun.
Semuanya gelap dan tampak mengerikan.
Hingga cahaya mulai muncul dan menyinari
sosok Tianxing yang terbaring tidak berdaya di ranjang dengan segala alat bantu
hidup. Tangan Tianxing tiba-tiba mencengkeram erat tangan Xiao’en membuat
Xiao’en ketakutan dan berteriak agar di lepaskan.
Mata Tianxing tiba-tiba terbuka dan melotot
pada Xiao’en, “Kenapa kau tidak menyelamatkanku?!!” tanyanya, dengan nada
kemarahan.
Xiao’en berteriak ketakutan dan memohon maaf.
And
then… semua itu hanyalah
mimpi buruk. Xiao’en terbangun dan meraih gelas yang ada di meja di samping
tempat tidurnya. Gelas itu jatuh dan pecah. Xiao’en memeriksa suhu tubuhnya.
Panas.
Dengan merangkak dan sangat kesakitan,
Xiao’en mencari ponselnya yang ada di atas meja belajar. Dia menelpon Chun Tian
untuk meminta bantuan. Tapi, sebelum dia sempat mengatakan apapun, dia sudah pingsan.
Chun Tian sudah mengangkat teleponnya, tapi tidak terdengar suara apapun.
Sret!
Sreet! Terdengar suara
mistis dan layar menjadi abu-abu.
--
Xiao’en terbangun karna suara jam alarm. Awalnya,
dia masih santai tapi kemudian tersadar. Kemarin malam, dia demam tinggi, tapi
kenapa sekarang tubuhnya terasa sehat dan tidak panas lagi? Apa Chuntian datang
tadi malam dan merawatnya? Kenapa pergi tanpa pamit?
Xiao’en tidak memikirkan lebih jauh karna pas
lihat jam, dia sudah hampir terlambat. Xiao’en segera ke kamar mandi, menyikat
gigi dan bersiap ke kantor.
--
Xiao’en berlari panik menuju kantornya. Dan
anehnya, kakinya malah melangkah ke sebuah gedung mewah. Xiao’en sampai bingung
sendiri, kenapa dia malah kemari? Bukankah dia mau berangkat kerja?
Di tengah kebingungannya, Chun Tian muncul
sambil lari dan berteriak agar mereka cepat masuk, karena sudah mau terlambat. Xiao’en
beneran bingung dengan situasi sekarang ini. Saat dia nanya, ini dimana? Chun
Tian malah memegang dahinya dan bertanya apa dia sakit?
Xiao’en langsung berterimakasih karena Chun
Tian sudah datang ke rumahnya di tengah malam dan merawatnya. Giliran Chun Tian
yang bingung melihat Xiao’en. Apalagi saat Xiao’en terkejut melihat tag ID pekerja Royal Group miliknya.
Chun Tian mengira Xiao’en sedang melakukan prank.
Xiao’en beneran bingung. Tambah bingung saat
melihat nama di tag ID Chun Tian adalah : Lin Qiutian –bagian Pemasaran.
(Qiutian berarti musim gugur). Sejak kapan Qiutian merubah nama jadi Chuntian?
“Aku tidak pernah tukar nama. Namaku selalu
begini. Chun… apa Chuntian? Betapa kunonya! Apa sih yang salah denganmu. Kalau
kau tidak percaya, lihat saja tag ID
mu sendiri.”
Woah, ternyata beneran ada. Pas Xiao’en
memeriksa isi tasnya, memang ada tag ID karyawan perusahaan milik nya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Xiao’en
tidak ingat apapun?
--
Kebingungan Xiao’en berlipat ganda saat
melihat manager team departemen pemasaran, Susan. Itu adalah sekretaris dari Tianxing.
Dan kelihatnya, Susan juga cukup akrab dengan Xiao’en dan Qiutian.
What
happened?
Perhatian Xiao’en teralihkan saat mendengar
suara teriakan Susan. Seorang pekerja, Chuchu, tidak berjalan hati-hati dan
menumpahkan kopi ke baju Susan. Chuchu dengan panik meminta maaf dan berkata
tidak sengaja. Walau sudah minta maaf, Susan tetap marah. Chuchu sudah sering
berbuat kesalahan.
“Aku… aku hanya ingin… membiarkan semua orang
minum secangkir kopi buatan tangan di pagi hari. Aku beneran menyesal,” jelas
Chuchu dengan suara bergetar. Dia mengambil tissue dan hendak menyeka baju
Susan yang terkena kopi. Tapi, karna dia cukup kikuk, dia malah membuat Susan
jadi jatuh. Qiutian segera membantu Susan untuk berdiri.
Xiao’en memandang kejadian di depannya itu
dan berpikir : “Jadi di dunia ini,
benar-benar ada orang yang begitu murni dan baik, membuatku entah kenapa jadi
ingin memutar mata.
--
Karena masih merasa linglung dengan situasi
yang terjadi, Xiao’en pergi ke pantry untuk
berpikir sejenak. Kenapa semuanya berubah begitu dia bangun tidur? Seingatnya,
kemarin dia demam tinggi. Ah, apa mungkin demamnya begitu tinggi kemarin
sehingga dia sudah mati?
Untuk mencari tahu, Xiao’en berlari ke arah
pintu kaca. Sakit!! Dia nggak menembus pintu, itu artinya, dia belum mati.
Kalau begitu, kenapa? Apa mungkin otaknya rusak dan dia menderita demensia atau
amnesia? Atau dia mempunyai kepribadian ganda atau psikosis? Atau sedang mimpi?
Grrit! Xiao’en menggigit jarinya dengan keras.
Awhh! Sakit. Bukan mimpi. Jadi apaan?
Karna tidak kunjung mendapatkan jawaban,
Xiao’en memutuskan untuk ke rumah sakit pas pulang kerja saja. Untuk
memeriksakan diri.
Brukk!! Saat hendak kembali ke ruang kerja, Xiao’en
tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang pria. He Tianxing.
“He Tianxing!! Kau baik-baik saja? Aku sangat
senang karna kau sudah pulih!” ujar Xiao’en girang sampai tidak sadar memegang
wajah Tianxing.
Seorang pria lain yang berjalan di belakang, Tianxing,
sampai heran dan bertanya ada apa? Tianxing memasang wajah jutek dan segera
menarik tag ID Xiao’en.
“Zheng Xiao’en,” ujarnya, membaca tag ID
Xiao’en, “Apa aku mengenalmu?”
Xiao’en tersenyum malu dan menjawab tidak,
hanya dia saja yang mengenal Tianxing. Walau begitu, dia benar-benar khawatir
dan senang karna Tianxing sudah pulih dengan baik. Dia bisa tenang sekarang.
“Apa yang dia katakan? Aku tidak mengerti?”
bisik pria di samping Tianxing, Duan Mu Qing Feng.
Tianxing segera memojokkan Xiao’en hingga ke
pintu kaca.
“Wanita, apa kau mengatakan hal-hal aneh ini
untuk menarik perhatianku?”
“Hah?” bingung Xiao’en. “Bagaimanapun,
selamat, tn. He.”
“tn. He? Kau berada di gedung ini, tapi kau
tidak tahu siapa aku?” tanyanya balik.
Pria yang ternyata bukan Tianxing itu,
memandang Xiao’en dengan tatapan sengit, seolah hendak marah. Qingfeng segera
menenangkan pria itu dan mengajaknya pergi karna ternyata Xiao’en hanyalah
salah mengenali orang.
Xiao’en beneran kelimpungan. Kalau pria itu
bukan Tianxing, jadi siapa?
--
Walau bingung, Xiao’en tetap memberitahu
Qiutian dengan riang kalau dia baru saja bertemu dengan Tianxing. Qiutian lebih
bingung, dan nanya balik, siapa itu He Tianxing? Xiao’en semakin stress, dunia
yang sudah gila atau dia yang sudah gila?
Susan memarahinya karna bukannya kerja sedari
tadi malah membuat keributan. Xiao’en sekarang ini bingung, mau kerja apa? Dan
apa yang terjadi?
Eh, kebetulan ada majalah yang memuat wajah Tianxing.
Dia menunjukkannya pada Qiutian dan memberitau kalau pria inilah He Tianxing.
“Kau sedang membicarakan CEO?” balas Qiutian
dan menunjukkan majalah di mejanya yang memuat nama CEO tersebut : Situ Aoran. “Apa
yang salah denganmu? Sudah berapa lama kau bekerja di perusahaan ini? Namun,
kau tidak tahu siapa Situ Aoran? Apa kau habis jatuh?”
Xiao’en merasa tidak asing dengan nama Situ
Aoran!! Ah, itu nama tokoh utama dari naskah yang sedang di editnya.
Untuk memastikan sekali lagi, Xiao’en
menunggu di lantai dua, melihat ke arah pintu masuk. Dan begitu Situ Aoran
masuk bersama Qingfeng, Xiao’en teringat semua deskripsi mengenai Situ Aoran.
Sesuai. Situ Aoran merasa ada yang melihatnya dan melihat ke atas. Dia dengan
Xiao’en bertatapan sesaat.
“CEO, Kau Sangat Nakal?” gumam Xiao’en
mengingat judul naskah yang di tanganinya. “Ya Tuhan!!!!!!!” teriaknya.
--
Apa yang terjadi??
Xiao’en di dunia nyata sedang di rumah sakit
dan di jagai Chuntian. Chuntian terus menangis karna khawatir, apalagi saat
suster memberitahu kalau Xiao’en harus di rawat inap. Itu karena, demam Xiao’en
sudah turun, tapi dia tidak kunjung bangun. Jadi, harus di lakukan pemeriksaan
lanjutan.
Suster meminta Chuntian menelpon keluarga
Xiao’en. Chun Tian memberitahu kalau Xiao’en tidak punya keluarga apapun dan
dia adalah sahabatnya. Karna itu, suster meminta Chuntian untuk pergi ke
resepsionis dan mengisi dokumen masuk rumah sakit untuk Xiao’en.
(Oke, untuk selanjutnya, di dalam dunia novel akan ku tulis dengan tulisan merah).
--
Tianxing sudah pindah rumah sakit. Dokter
menjelaskan pada Mingli kalau kondisi Tianxing sekarang ini lebih baik daripada
yang mereka duga. Mungkin karna Tianxing masih muda dan kuat, juga memiliki
keinginan kuat untuk hidup. Tianxing juga sudah melewati masa kritis, lebih
cepat daripada yang di perkirakan. Jika perawatannya di lanjutkan, dokter yakin
kalau Tianxing akan segera bangun.
Berita itu jelas kabar buruk bagi Mingli.
Karna itu, begitu dokter keluar, Mingli berbisik menyuruh Tianxing untuk
berhenti berjuang karna Tianxing sudah kalah. Mingli bahkan melepas alat
ventilator Tianxing. Dia mau membunuh Tianxing!!! Tidak hanya ventilator, tapi
semua alat yang terhubung ke tubuh Tianxing. Mesin detak jantung bahkan sudah
berbunyi biiiippp panjang.
Dan di saat yang tepat, Tianjian tiba. Dia
segera memarahi Mingli atas tindakannya. Suster juga masuk karna tanda bahaya.
Dia langsung memasang kembali ventilator dan semua alat ke tubuh Tianxing
sambil menanyai mereka dengan amarah, kenapa mencabut alat ventilator?
Tianjian meminta maaf dan berbohong kalau
tadi dia tersandung dan tidak sengaja melepas alat ventilator. Suster
memperingati dengan tegas kalau alat ventilator bukan untuk candaan. Nyawa pasien
hampir saja mati. Tianjian hanya terus meminta maaf.
Setelah suster keluar ruangan, Tianjian
segera menceramahi Mingli yang tidak berpikir ketika melakukan sesuatu! Ini
adalah rumah sakit!
Mingli bukannya merasa takut atau bersalah
dan malah membalikan perkataan Tianjian. Dia menyuruh Tianjian yang berpikir.
Apa Tianjian lupa bagaimana ibu Tianxing meninggal? Dia tidak akan pernah bisa
melupakan bagaimana tatapa mata Tianxing waktu itu. Jika Tianxing tidak mati
sekarang, maka suatu hari, Tianxing yang akan berbalik dan membunuh semua
keluarga mereka!
“Kau tidak bisa melupakan itu. Aku juga tidak
bisa melupakannya. But, who cares? Satu-satunya
hal yang di perdulikan orang diluar saat ini adalah mengapa kau, He Mingli, bersikeras
untuk pindah ke rumah sakit yang berbeda ketika Tianxing masih dalam kondisi
kritis. Oke, sekarang dia sudah pindah rumah sakit. Tapi, jika dia meninggal
setelah pindah rumah sakit, apa artinya itu? Artinya, kau, He Mingli, sedang
bilang, ‘Halo! Aku He Mingli sendiri yang
membunuh He Tiangxin.’’”
“Jadi? Apa maksudmu?”
“Biar ku ingatkan beberapa hal. Tianxing
berjuang dari bawah untuk perusahaan. Dia menghabiskan waktu kerjanya
bertahun-tahun untuk sampai pada posisinya sekarang. Pasti banyak orang yang
mendukungnya. Jika kau memilih untuk melakukannya bersamanya sekarang, bukankah
mereka akan mendukungmu? Tidak tahu. Tapi, aku tahu satu hal. Jika bukan karna
suara pengkhianatan Paman Hu di menit terakhir, orang yang akan menjadi ketuan
Tianliang adalah Tianxing. Benar, juga ada polisi. Bukannya polisi tidak curiga
dengan kecelakaan Tianxing, mereka hanya belum menemukan bukti. Aku tahu apa
yang kau pikirkan. Hanya saja Tianxing benar-benar tidak bisa mati sekarang.
Jika dia mati sekarang, tidak akan ada dari kita yang bisa lolos tanpa cedera,”
peringati Tianjian.
Mingli kali ini mau mendengarkannya. Dia
merasa perkataan Tianjian ada benarnya. Karna itu, dia malah membuat rencana
untuk menyediakan tim medis terbaik untuk merawat Tianxing. Dan jika Tianxing mati
dua minggu kemudian, bukankah dia tidak akan di curigai. Masuk akal bukan?
Tianjian hanya bisa geleng kepala. Dia tidak menyangka kalau
Mingli begitu bengis.
Mingli tidak peduli dengan pendapat Tianjian.
Dia memanggil Qiaozhi (sepertinya, nama asistennya) dan memerintahkannya untuk
membuat berita kalau luka He Tianxing sangat parah, meskipun dokter sudah
melakukan segala yang mereka bisa untuk melakukannya, hasilnya tidak terlihat
terlalu bagus.
--
Semua sesuai rencana Mingli. Media mulai
menyiarkan kabar kalau kondisi He Tianxing tidak terlihat bagus. Tapi, Ketua
baru, He Mingli, sama sekali tidak akan menyerah dan akan mencoba segalanya
untuk menyelamatkannya.
--
tn. Hu melihat berita itu dan tertawa. Dia
bisa tahu kalau semua hanyalah rencana dari Mingli. Hm, ada yang aneh. tn. Hu
bermain catur sendirian. Apa ada yang di rencanakannya?
--
Hari sudah berganti. Dan masih ada
yang belum berubah. Jadi, dia mulai ragu, apa dia gila, mati atau benar-benar
di dalam novel? Tapi… kalau memang dia ada di novel, apa yang harus di
lakukannya untuk keluar dari sini dan kembali ke dunia nyata?
“Dunia ku…,” Xiao’en memikirkan kehidupannya di dunia nyata.
Di dunia nyata, kehidupan kerja
Xiao’en cukup berat. tn. Yao terlalu banyak marah dan menuntut hal yang
mustahil di lakukan dengan budget yang di berikan. Walau sudah di jelaskan, tn.
Yao tetap akan memarahinya dengan kasar.
“Duniaku… toh tidak sehebat itu. Zheng Xiao’en, jika ini bukan di
dalam mimpimu, melintasi ruang dan waktu atau hampir mati, apa kau akan
mendapat kesempatan sedekat ini dengan He Tianxing? Mungkin Tuhan kasihan
padamu, jadi dia memberimu kesempatan untuk memenuhi mimpimu sebelum kau mati.
Apa kau tidak ingin memanfaatkan kesempatan ini?” pikir Xiao’en. “Jika aku akan
tinggal, apa yang harus ku lakukan untuk lebih dekat dengan He Tianxing? Tidak,
lebih dekat ke Situ Aoran.”
Karena itu, Xiao’en bersemangat
untuk mendapatkan Situ Aoran. Qiutian yang heran melihat sikap Xiao’en karna
sangat berbeda dari kemarin.
Chuchu memecah keheningan dengan
pamit untuk pulang duluan (karena memang sudah jam pulang kerja). Susan menyindirnya
yang pulang on time / teng-go (begitu
teng langsung go) padahal kerjaannya
masih belum selesai. Chuchu hanya menunduk dan tetap pulang.
Susan semakin kesal dan benci
dengan Xiao’en. Dia merasa Chuchu tidak sopan dan tidak menghormatinya. Dia kan
atasan, seharusnya, Chuchu menunggunya pulang dulu, baru pulang!
Qiutian mendukung Susan. Dia ikutan
memanasi keadaan dan bicara dengan sangat baik dengan Susan. Setelah itu,
Qiutian mengajak Xiao’en untuk makan malam bersama. Xiao’en menolak karna dia
mempunyai urusan penting.
--
Urusan apa yang Xiao’en miliki di
dunia novel??
Xiao’en pergi ke jalan penuh
pepohonan di dekat kantor. Dia mengingat kisah pertemuan sang tokoh utama pria
dan wanita yang ada di dalam novel ‘CEO, Kau Sangat Nakal!’. Di novel tersebut,
sang pemeran wanita sedang mengembalikan anak burung yang terluka ke sarangnya
sehingga dia memanjat pohon walaupun takut ketinggian. Kemudian, sang wanita
terjatuh dan kebetulan sekali Situ Aoran lewat dan menangkapnya!
Xiao’en sangat bersemangat. Karna
itu, dia sibuk memilih pohon yang cantik untuk di panjat dan menjadi tempat pertemuan
romantisnya dengan Situ Aoran. Setelah menilai beberapa pohon, Xiao’en akhirnya
menemukan sebuah pohon yang sesuai kriteria. Masalahnya, pas mau di panjat,
tangannya terus tergelincir, seolah pohon tidak mengizinkan Xiao’en
memanjatnya.
Arrrggh!!
Terdengar suara teriakan. Dan saat
Xiao’en berbalik, dia melihat Chuchu yang sudah jatuh dalam gendongan Situ
Aoran. Saat Situ Aoran menanyakan alasan Chuchu memanjat pohon, Chuchu menjawab
kalau seekor burung jatuh dari sarang. Jadi, dia mengembalikannya ke sarang dan
karna tidak hati-hati, dia terpeleset jatuh.
“Kau baik sekali,” puji Situ Aoran.
Melihat itu, Xiao’en jadi kesal,
karna itu kan harusnya dialog dan adegannya. Eh, tunggu! Apa jangan-jangan… di
dunia novel ini, dia hanyalah… penonton?!
--
Kondisi Tianxing tiba-tiba saja memburuk.
Tianjian sangat panik dan segera menekan tombol darurat untuk memanggil dokter
dan suster. Di saat dokter sibuk memeriksa kondisi Tianxing, Tianjian melihat
seorang yang mencurigakan.
Dan orang itu adalah Chuchu.
--
Tianjian akhirnya membawa Chuchu ke bar untuk
bicara. Chuchu menjelaskan kalau dia datang untuk menjenguk Tianxing. Tianjian
sampai penasaran, seberapa baik sih Tianxing sama karyawan hingga karyawan
begitu mengkhawatirkannya? Apa Chuchu menyukai Tianxing? Apa mereka pacaran?
Tianjian semangat karna merasa tebakannya benar dan akan ada bahan gosip baru
di kantor. Yes! Tianjian ingin tahu sudah berapa lama Chuchu pacaran dengan
Tianxing?
“Sebenarnya, pada hari CEO mengalami
kecelakaan, kami sudah membuat janji untuk bertemu di akhir pekan ini. Jika
bukan karna kecelakaan itu, itu akan menjadi kencan pertama kami. Berita
mengatakan kalau kondisi Tianxing semakin memburuk. Apa CEO beneran tidak akan
sembuh?” tanya Chuchu sambil menangis.
Tianjian jadi merasa kasihan padanya.
--
Chuntian masih ada di rumah sakit, menjagai Xiao’en.
Dokter akhirnya menemui Chuntian dan memberitahu kalau dari hasil tes, tidak
ada kelainan apapun pada tubuh Xiao’en. Dan jika dia harus menggambarkan
kondisi Xiao’en saat ini… Xiao’en tertidur.
“Tertidur?” ulang Chuntian, ragu dengan yang
di dengarnya.
“Ya, keadaan fisiologisnya adalah dia
tertidur.”
“Tapi, dia sudah tertidur selama
berhari-hari. Apakah orang normal akan seperti ini?”
“Tidak, tapi kami sudah menjalankan semua tes
pada pasien. Kami benar-benar tidak dapat menemukan keanehan apapun.”
Chuntian semakin khawatir. Dia hanya ingin
tahu kapan Xiao’en akan bangun? Dokter juga tidak tahu dan yang bisa di
lakukannya hanyalah terus mengamati kondisi Xiao’en. Yang bisa mereka lakukan
sekarang hanyalah menunggu.
Chuntian khawatir dan menggoyangkan tubuh
Xiao’en sambil berteriak menyuruhnya untuk segera bangun.
--
Di dunia novel, Xiao’en seolah bisa
merasakan guncangan Chuntian di dunia nyata, karna tiba-tiba saja dia jadi
merasa pusing. Xiao’en mengira alasannya karna supir taksi mengemudi terlalu
kencang, jadi dia menegur untuk tidak usah ngebut. Wkwkw, padahal jalanan saja
lagi macet. Gimana mau ngebut.
--
Xiao’en tiba di kantor dengan
murung, berbeda 180 derajat dengan kemarin. Dia sangat kecewa karna dia
bukanlah pemeran utama wanita di novel “CEO, Kau Sangat Nakal”. Tapi, di tengah
kemurungannya, Situ Aoran malah tiba awal di kantor. Semua staff wanita
menjerit heboh melihat kedatangannya.
Chuchu, si pemeran utama, seolah
tidak bisa mencari waktu yang pas, malah memilih waktu tersebut dengan kondisi
di tengah keramaian, menghampiri Situ. Dia berterimakasih atas pertolongan Situ
kemarin. Tentu saja, semua staff wanita jadi memandanginya dengan sinis dan
penuh rasa iri.
Chuchu bahkan memberikan sekotak
kecil cookies buatan tangannya sebagai rasa terimakasihnya. Xiao’en tidak bisa
membiarkan moment romantis itu berlangsung lebih lama, jadi dia segera maju dan
berdiri di antara Chuchu dengan Situ. Dia juga mengambil kotak cookies Chuchu
dengan senyum ramah, membukanya dan mencobanya. Dia memuji rasanya yang sangat
enak.
Dan apa yang di lakukannya, mendapatkan
tatapan tajam dari Situ.
Susan dan Qiutian sampai speechless melihat tingkah tak terduga
Xiao’en.