Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 02 - 2
Images by : SET TV
Xiao’en menyadari
tatapan tajam Situ dan berpura-pura tidak sadar atas tindakannya yang salah.
Dia sok polos, nanya, apa dia tidak boleh memakan cookies itu? Ups, dia kira cookies
itu untuk semua orang. Dia bahkan langsung mengembalikan sisa cookies ke tangan Chuchu sampai meminta
maaf.
Susan dan Qiutian malah
senang dan bahkan menganggap Xiao’en sangat hebat.
“Tidak masalah. Apa kau
suka cookies? Kalau begitu… ini
untukmu saja,” ujar Chuchu. “CEO, aku minta maaf. Aku akan membuatkannya lain
kali lagi. Tidak masalah kan?” ujarnya dengan manis pada Situ (hm, kenapa aku jadi nggak suka sama Chuchu ya.
Sikapnya itu lho, kok tampak seperti palsu. Tapi, dia memang belum ada buat
jahat juga sih).
Situ tersenyum tipis
dan mengangguk. Tapi, senyumnya hilang saat melihat Xiao’en dan berganti
menjadi tatapan mata yang sangat tajam. Xiao’en sampai takut dan mengalihkan
pandangan. Qingfeng lah yang menyadari ada yang aneh.
--
Xiao’en menghabiskan
sisa cookies Chuchu sambil
memperhatikan Chuchu.
“Murni, lembut, tulus, baik hati dan sangat pandai berpura-pura
tidak bersalah. Dia pemeran wanita stereotip novel roman. Apakah Tuhan
mengirimkanku ke sini untuk membuatku melihatnya dengan jelas kalau aku tidak
akan pernah menjadi pemeran utama wanita? Atau apakah… untuk melihat cinta
mereka yang superior dengan mata kepalaku sendiri?” pikir Xiao’en. “Tidak mungkin! Aku
tidak akan membiarkannya,” gumamnya bertekad. “Aku telah menjadi pengamat seumur hidupku. Tidak bisakah aku menjadi
pemeran utama wanita dalam mimpiku sendiri? Bagaimanapun, CEO yang sombong
adalah milikku! Jangan mengacaukannya atau aku akan menghapus karaktermu
(Chuchu) saat aku menyerahkan konsep terakhir.”
Dan tentu saja
peringatan terakhir di dalam hati itu, tidak akan pernah sampai pada Chuchu.
Chuchu tiba-tiba
beranjak keluar dari ruangan. Susan, Qiutian segera mengajak Xiao’en untuk
mengikuti Chuchu. Setelah memastikan Chuchu masuk ke dalam salah satu bilik di
toilet, Susan mulai memberi tanda pada Qiutian. Qiutian balik memberi tanda
pada Xiao’en. Xiao’en bingung, mau ngapain?
Qiutian malah membawa
tangga yang ada di pojokkan dan sebuah ember. Dengan tanpa suara, Susan dan
Qiutian menyuruh Xiao’en untuk mengisi ember itu dengan air.
“Astaga!!! Ini sudah tahun 2020. Kenapa masih ada novel roman yang
menggunakan trik lama ini untuk mengganggu orang? Bagian ini harus di edit
nanti,” pikir Xiao’en kesal.
Xiao’en tidak suka
dengan rencana Susan dan Qiutian, karna itu dia menolak. Susan tidak menerima
penolakan dan balas mengancamnya. Karna Xiao’en tidak mau melakukannya, maka
Susan dan Qiutian yang menyiramkan air itu ke Chuchu yang ada di balik bilik
toilet melalui sela yang ada di atas antara pintu bilik dengan plafond.
Chuchu berteriak keras.
Susan dan Qiutian langsung menyerahkan ember kosong ke tangan Xiao'en dan
kabur. Xiao’en belum sempat kabur karna Chuchu sudah keluar dari bilik toilet
dengan tubuh basah kuyup. Melihat ember yang ada di tangan Xiao’en, dia tentu
jadi salah paham. Xiao’en berusaha menjelaskan kalau bukan dia yang
melakukannya, tapi Chuchu tidak memberikan kesempatan untuk menjelaskan.
Chuchu langsung lari
keluar sambil nangis dan malah bertabrakan dengan Situ yang kebetulan sekali
lewat. Xiao’en juga masih berlari mengejar berkata kalau bukan dia yang
melakukannya. Sh*t! Situ pun jadi
salah paham padanya.
--
Situ membawa Chuchu ke
ruangan Susan. Dia juga memberikan handuk untuk menutupi tubuh Chuchu yang
basah kuyup. Di ruangan sekarang ada : Situ, Chuchu, Xiao’en, Susan dan
Qiutian.
Situ memarahi Susan
karna membiarkan Xiao’en mengganggu teman sekerja secara terang-terangan. Dia
tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi di perusahaannya! Susan hanya bisa
meminta maaf dan berkata kalau mungkin ada kesalahpahaman karna teamnya semua
rukun dengan Chucu. Jadi, tidak mungkin ada yang mengganggunya. Qiutian
mendukung pernyataan Susan (tentu, karena mereka yang melakukan dan membuat
Xiao’en jadi di salahpahami).
Susan kemudian akting
dengan menegur Xiao’en yang dia minta membersihkan toilet, tapi tidak memeriksa
terlebih dahulu apakah ada orang atau tidak? Xiao’en bingung dan udah mau
marah, tapi begitu melihat tanda dari Susan, Xiao’en ikutan akting. Dia
langsung meminta maaf pada Chuchu.
“Tidak masalah. Kau
juga tidak sengaja melakukannya,” ujar Chuchu (laelah, kenapa sok bilang nggak masalah, padahal tadi nangis dan
nggak mau dengar ucapan Xiao’en. Pas udah ada Situ sok tidak masalah, wkwk, kok
aku yang emosi.).
Susan kemudian bertepuk
tangan, menyudahi permasalahan atas kesalahpahaman. Sayangnya, Situ tidak
membiarkannya begitu saja. Di kantor kan ada petugas CS, kenapa Xiao’en yang
membersihkan kamar mandi?
Xiao’en bingung mau
menjawab apa. Dia memandang Susan dan Qiutian, berharap bantuan dari mereka.
Mereka berdua juga tidak tahu mau membuat alasan apa, jadi mengalihkan mata dan
menghindari tatapan Xiao’en.
“Karena aku menderita mysophobia *takut kotor,” jawab Xiao’en, menemukan alasan.
“Meskipun CS sudah melakukan pekerjaan pembersihan yang sangat menyeluruh, jika
aku melihat bahkan setitik debu terkecil atau bahkan sehelai rambut di kamar
mandi, seluruh tubuhku akan mulai gatal. Jika aku tidak segera membersihkannya,
maka aku akan terus memikirkan setitik debu itu sepanjang hari, dan tidak bisa fokus
pada pekerjaanku. Jadi, aku harus segera membersihkannya sekarang juga,”
jelasnya panjang lebar.
Susan ikut membenarkan
kalau Xiao’en memang orangnya begitu. Situ tidak mudah di bodohi. Kalau Xiao’en
bisa nampak setitik debu dan bahkan sehelai rambut di lantai yang bahkan tidak
di biasa di perhatikan orang, kenapa dia tidak bisa melihat ada orang di kamar
mandi? Tidak masuk akal.
Mati! Mau buat alasan
apa lagi nih? Apalagi Situ menuntut jawabannya. Xiao’en mati kutu karna Situ
begitu sulit di bodohi.
“Iya! Aku memang aneh
begitu,” akhirnya Xiao’en menjawab sambil tertawa. “Bukankah ada jenis orang
yang akan jatuh ke dalam selokan demi mengejar koin yang berguling-guling di
lantai? Nah, aku tipe orang yang melihat hal kecil, tapi tidak melihat hal
besar. Membingungkan, bukan?” tanyanya dengan santai sambil menunjuk.
“Lagipula, tidak semua orang cerdas, bijaksana, berwawasan luas dan heroik
seperti Anda, CEO. Orang-orang dengan otak bodoh sepertiku, bisa membuat
kesalahan bodoh begini. CEO, karna kau sangat pintar, pasti sulit bagimu untuk
mengerti.”
Situ tampaknya masih
tidak percaya dengan penjelasan aneh begitu. Tapi, untuk tidak memperpanjang
masalah, dia akan membiarkannya kali ini. Dengan peringatan, hal seperti ini
tidak boleh terjadi lagi di masa depan.
Susan menyanggupi dan
berjanji, kejadian ini tidak akan pernah terulang.
Dengan lembut, Situ
menyuruh Chuchu untuk pulang dan beristirahat. Jangan sampai terkena demam.
Karna Situ dan Chuchu
sudah pergi, Susan dan Qiutian memarahi Xiao’en yang tadi begitu lambat hingga
tertangkap sama Situ. Xiao’en balas memarahi mereka yang membully Chuchu padahal mereka kan sesama
rekan kerja.
Susan dan Qiutian
langsung sok sesak nafas. Mereka memarahi Xiao’en yang jadi memihak Chuchu
hanya karna sudah memakan cookies Chuchu.
Kan Xiao’en sendiri yang mengatakan pada mereka agar mengucilkan Chuchu. Kenapa
sekarang malah berakting seolah orang baik? Dan juga, mereka juga mau berteman
baik dengan Chuchu, tapi Chuchu yang tidak mau. Setiap kali di ajak makan malam
atau menonton film, Chuchu selalu menolaknya. Susan juga kesal karena Chuchu
selalu berbuat kesalahan dalam pekerjaan, dan dia yang harus selalu
membereskannya. Dan setiap kali buat salah, Chuchu selalu menangis. Apa
menangis itu begitu hebat, hah?
“Stop!! Aku salah! Aku
salah!! Maafkan aku, nyonya-nyonya,” ujar Xiao’en, menyerah.
Setelah Xiao’en mengaku
salah, Susan dan Qiutian baru mau bubar dan kembali bekerja.
Xiao’en kemudian
menyadari sesuatu. Peran Chuchu adalah pemeran utama wanita. Dan jika Susan, Qiutian
dan dirinya membully-nya, lalu
bukankah peran mereka tidak ada bedanya dengan saudara tiri Cinderella?
“Sialan! Tidak apa-apa jika aku bukan pemeran wanita, tapi aku malah
antagonis yang mengganggu pemeran utama wanita?!” sadar Xiao’en, mengenai perannya.
--
Begitu pulang kantor,
Xiao’en segera pergi ke tempat rental komik dan novel. Dia mencari semua novel
“CEO, Kau Sangat Nakal.” Tapi, tidak ada. Xiao’en sadar kalau novel itu berarti
tidak ada di dalam dunia novel ini.
Auh, Xiao’en jadi
nyesal karna tidak selesai membaca isi novel waktu di dunia nyata. Jika tahu,
dia pasti akan membaca sampai tamat, menghafal dan menyalin poin-poin penting.
Dengan begitu, semua akan baik-baik saja. Sekarang, dia harus gimana?
Eh, tunggu, ini kan
hanya kisah di dalam novel roman. Walaupun dia belum membaca 1000 novel roman,
tapi dia setidaknya sudah membaca 900 novel roman. Secara praktis, dia sudah
menjadi ahli percintaan CEO. Okay, semua novel roman mempunyai formula yang
sama. Dan selama dia bisa mengetahui rumusnya, dia bisa menjadi pemeran utama
wanita meskipun bukan dia pemeran utamanya. Dia pasti bisa mengubah nasibnya.
Dengan tekad baru
tersebut, Xiao’en menyewa banyak sekali novel berkaitan dengan kisah cinta CEO.
Dalam waktu satu malam, Xiao’en bergadang untuk membaca semuanya. Dan kisahnya
hampir sama dengan yang di bacanya di dunia nyata.
Premis kisahnya selalu
mengenai CEO yang brengs*k sombong, penjilat jahat, atau pria bermuka dua yang
kemudian di pasangkan dengan pemeran utama wanita yang jatuh ke salah satu
kiasan teratai putih : seorang wanita dewasa ; wanita bijak ; gadis yang sakit
; perempuan mungil ; dukun jahat atau gadis yang bodoh, polos dan manis.
Hm, dengan ilmu novel
roman yang sudah di miliknya, Xiao’en sudah menyiapkan rencana matang agar bisa
menjadi pemeran utama wanita. Salah satu cara membuat hubungan wanita dan pria
di dalam novel semakin kuat dan hangat adalah setiap kali pemeran utama pria
datang menyelematkan gadis yang kesulitan. Dan yang harus di lakukannya adalah
menjadi gadis tersebut!
--
tn. Yao sudah keluar dari rumah
sakit. Dan hal pertama yang di lakukannya adalah datang ke kantor. Dia memarahi
Chuntian karna cover yang di mintanya masih belum selesai padahal itu adalah
hal yang mudah. Bahkan sudah lebih dari 3 hari waktu yang di berikan karna dia
baru keluar rumah saki, tapi masih belum jadi! Apa omongannya tidak di anggap?
Dan kemana juga Zheng Xiao’en?
Chuntian memberitahu kalau
Xiao’en ada di rumah sakit. tn. Yao malah marah dan menyebut Xiao’en
bermalas-malasan. Dia memberikan peringatan terakhir. Kalau cover itu masih
belum ada hingga besok, Xiao’en dan Chuntian akan di pecat!
Emosi Chuntian tersulut. Dia
tidak takut lagi dan bahkan bersedia keluar dari perusahaan sekarang juga. Dia
dan Xiao’en sudah melakukan banyak untuk perusahaan, tapi tidak pernah di
anggap! Bahkan di saat Xiao’en sedang tidak sadarkan diri seperti ini pun!
Mendengar Xiao’en tidak sadarkan
diri, tn. Yao beneran kaget. Dia jadi khawatir dan merasa bersalah. Dia beneran
tidak menyangka kalau kondisi Xiao’en begitu. tn. Yao bahkan sampai menangis.
“Kenapa kau tidak bilang dari
awal mengenai kondisi Xiao’en? Kalau kau bilang, aku tidak akan begini,” sesal
tn. Yao.
--
Mingli menelpn tn. Hu dan berkata
kalau semua sudah di selesaikan. Dan siang ini, dia akan datang sendiri ke
tempat tn. Hu.
Selesai teleponan, Mingli
menambal make-up nya lagi.
Qiaozhi datang menemu dan melapor
kalau dia masih belum menemukannya. Mingli memarahinya karna tidak bisa
melakukan pekerjaan mudah begitu. Surat wasiat itu tidak ada di tubuh Tianxing,
jadi kemana hilangnya? Harus segera di
temukan!
--
Susanna ingin tahu apa yang
sebenarnya terjadi di atap gedung hari itu. Dia ingin memeriksanya. Dan karna
mereka sudah tidak bisa secara bebas naik ke atap, maka mereka harus
melakukannya diam-diam. Karna itu, Susanna membutuhkan bantuan dari rekannya
untuk mengawasi.
Susanna naik ke atap dan langsung
memutar CCTV ke arah atas (menghadap langit) agar tidak mereka dirinya.
Petugas CCTV menyadari kalau CCTV
di atap berubah arah. Tapi, mereka mengira itu karna angin. Walau begitu,
mereka bergegas ke atap untuk memperbaiki arah CCTV sesuai semula.
Di atap, Susanna melihat ke
sekeliling atap, berharap ada sedikit petunjuk. Saat itu, ponselnya berbunyi.
Rekannya memberitahu kalau petugas sudah naik ke atas.
Susanna bersembunyi di balik
tembok dan berusaha kabur saat petugas sedang memperbaiki CCTV. Tapi, ketahuan.
Dia langsung akting seolah baru naik. Dia juga membuat alasan kalau dia baru
saja lewat dan melihat pintu atap yang terbuka, makanya dia masuk.
“Maaf. Ketua (Mingli) sudah
memberi perintah kalau tidak ada yang di izinkan untuk naik ke atas,” beritahu
petugas.
Susanna tersenyum dan mengangguk.
--
Begitu kembali ke ruangannya,
rekan Susanna (yang juga anak buah Tianxing) menyuruhnya untuk segera melihat
berita. Mingli yang adalah pemilik Tianliang Hospitality menjalin kontrak kerja
sama dengan Tianliang Construction yang sebelumnya di kelola oleh Tianxing (dan
karna dia koma serta tn. He sakit, maka tn. Hu yang menggantikan posisi mereka).
Dan karna berita kerja sama sudah tersebar, harga saham Tianliang Hospitality
meroket.
Rekan Susanna memberitahu kalau
Tianliang Const. sudah mengakuisisi 19% saham Tianliang Hospitality. Ini sama
saja dengan menempatkan Tianliang Hosp. yang mati otak di ECMO (mesin pendukung
kehidupan). Susanna juga kesal karna Tianliang Hosp. itu tidak mungkin dapat
hidup kembali. Susanna hanya merasa kasihan karna Tianxing selama ini sudah
begitu banyak mengorbankan waktu dan upaya untuk melakukan pembenahan Tianliang
Const, namun semuanya kembali ke titik nol karna He Mingli.
(Jadi gini, Tianliang Hosp itu terus merugi. Sudah
mau bangkrut. Tidak akan bisa bertahan. Makanya tn. He dan Tianxing mau menutup
Tianliang Hosp saja. Tapi, Mingli memanfaatkan posisinya sebagai Ketua Grup
Tianliang untuk menyelematkan perusahaannya dengan menyatukannya dengan
Tianliang Const. Yang artinya, Tianliang Hosp itu hanya menjadi parasit bagi
Tianlaing Const).
--
Hal pertama yang
Xiao’en lakukan untuk mengubah takdirnya menjadi pemeran utama wanita adalah
dengan memperbaiki hubungannya dengan Chuchu. Dia membuat cookies sebagai permintaan maaf atas kejadian kemarin. Walaupun
hanya salah paham, tapi dia merasa tidak enak karna sudah membuat Chuchu susah.
Chuchu menerimanya
dengan senang dan berterimakasih. Dia bahkan tidak mempermasalahkan hal
kemarin. Dia bahkan memuji rasa cookies yang
sangat enak.
Qiutian yang tidak suka
melihat Xiao’en bersikap baik pada Chuchu. Xiao’en menjelaskan kalau dia hanya
bersikap baik agar CEO tidak salah paham kalau mereka membully Chuchu.
Saat itu, Susan masuk
dengan membawa kabar. Perusahaan mereka sudah mempersiapkan acara besar yaitu
jamuan apresiasi untuk Investor Royal Venture selama tiga bulan ini. Dan lusa
adalah hari H. Jadi, mereka harus pergi
ke tempat acara hari ini untuk mendekorasi. Yang harus di perhatikan adalah CEO
mereka sangat memperhatikan acara ini, jadi mereka harus melakukan yang terbaik
dan jangan mengacau.
Mendengar kabar itu,
Xiao’en langsung waspada. Kalau di novel, saat penting seperti ini, pasti si
pemeran utama akan membuat kekacauan. Dia yakin Chuchu akan membuat masalah di
acara tersebut.
--
Dan karna itu, Xiao’en
sangat memperhatikan Chuchu.
“Untuk memiliki skenario dimana pahlawan menyelamatkan gadis dalam
kesulitan, krisis harus di buat. Tapi, pertama-tama, aku perlu mengonfirmasi
dimanakan Situ Aoran akan muncul di saat Chuchu dalam bahaya. Kalau tidak,
semua akan sia-sia,” itu yang di pikirkan Xiao’en.
Karena itu, saat Chuchu
lewat, Xiao’en dengan sengaja menarik rambut Chuchu. Dan Situ langsung muncul,
tepat di detik itu juga. Xiao’en sudah menduga hal itu.
Situ menanyakan keadaan
Chuchu. Xiao’en langsung minta maaf dan menjelaskan kalau tadi mau narik baju
Chuchu karna mau minta bantuan membantu mengatur taplak meja, tapi dia malah
salah tarik. Chuchu tidak masalah dan langsung membantu Xiao’en.
Situ memperhatikan
mereka. Dia sangat sangat dan sangat mencurigai Xiao’en akan berbuat jahat pada
Xiao’en.
“Karna tindakan si pemeran utama pria sudah terkonfirmasi.
Selanjutnya adalah insiden.”
Xiao’en mulai
memperhatikan sekeliling. Semuanya tampak berbahaya. Di dalam kepalanya,
Xiao’en bahkan sudah membuat perhitungan seberapa persen tingkat berbahayanya.
Seperti taplak meja : 30 persen, karna Chuchu mungkin saja tersandung taplak
dan jatuh ; pisau dan garpu : 40 persen, karna jika Chuchu menyentuhnya,
mungkkin dia akan terluka dan berdarah ; kabel ekstensi : 50 persenn, karna
Chuchu bisa saja tersandung ; lampu gantung : 60 persen, karna bisa saja
terjatuh dan mengenai Chuchu ; keranjang bunga : 75 persen, karna bisa saja
ketika Chuchu lewat, keranjangnya jatuh menimpa Chuchu ; menara sampanye : 85
persen, karna bisa saja ketika di sentuh sedikit saja sama Chuchu, menaranya
akan jatuh mengenainya ; pintu besar 99%, karna di novel manapun, selalu saja
ada adegan pemeran utama yang menabrak pintu seolah buta tidak nampak pintu
segede gaban gitu.
Hmmm…. Kesimpulannya :
Tempat ini sangat berbahaya.
“Apa yang bahaya?”
tanya Qingfeng, muncul dari belakang Xiao’en dan mendengar kesimpulannya.
Xiao’en menatapnya
dengan bingung karna dia beneran tidak mengenali Qingfeng.
“Kau tidak ingat aku?”
“Ingat,” bohong
Xiao’en.
“Siapa namaku?”
Xiao’en tidak bisa
menjawab dan hanya tersenyum.
“Halo, namaku Duanmu
Qingfeng (Qingfeng berarti angin musim semi).”
Xiao’en tertawa kecil
mendengar nama itu. Dia merasa kalau selera penulis dalam memilih nama sangat
aneh.
Qingfeng
terang-terangan menyebut kalau sikap Xiao’en sangat aneh. Sebagai karyawan
perusahaan, Xiao’en malah tidak mengenali Situ maupun dirinya.
“Dan kau baru saja
bilang kalau di sini berbahaya. Bagaimana bisa?” tanya Qingfeng.
“Itu…,” belum Xiao’en
menjawab, dia sudah teralih kepada Chuchu yang berjalan dengan membawa nampan
berisi garpu dan sendok.
Dia mengambil nampan
itu dari Chuchu dan meletakkannya di meja.
Saat Chuchu mau manjat
tangga untuk memperbaiki sesuatu, Xiao’en menghalangi dan berkata kalau itu
berbahaya, jadi dia saja yang melakukannya.
Semua sikap aneh
Xiao’en tidak luput dari perhatian Susan. Melihat Susan yang mau marah, Qiutian
langsung berbisik memberitahu kalau semua adalah taktik Xiao’en untuk membuat
CEO yakin mereka tidak membully Chuchu.
Xiao’en selesai
memperbaiki dan turun dari tangga. Tapi, dia melihat Qiutian yang lewat dengan
membawa troli berisi banyak karton besar dan Chuchu juga berjalan ke arah
Qiutian. Xiao’en panik dan berlari menerjang sambil menyuruh Chuchu untuk
berhati-hati.
Yang akibatnya, bukan
Chuchu yang terluka tapi Xiao’en. Tubuhnya menghantam lantai dnegan keras. Situ
berdiri di hadapannya dan tidak membantu sama sekali. Qiutian yang membantunya
berdiri.
“Darah!!!!” teriak
Qiutian heboh karna Xiao’en mimisan.
--
Chuntian datang mengunjungi
Xiao’en di rumah sakit.
“Dokter!!!” teriaknya, karna
hidung Xiao’en mengeluarkan darah.