Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 03 - 2
Images by : SET TV
Qiutian dan Xiao’en
beneran senang karna bisa mengenakan gaun cantik warna peach yang di sewa oleh perusahaan untuk para staff dalam acara
ini. Saking senangnya, Xiao’en bergumam kalau dia berharap bisa membawa gaun
itu kembali ke dunia nyata. Qiutian mengira Xiao’en hanya bicara ngawur dan
juga gaun ini hanya bisa di pakai saat ini dan setelah acara selesai, gaun
harus di kembalikan. Walau begitu, jangan sia-siakan moment mengenakan gaun cantik dan mari selfie.
Tidak lama, Aoran dan
Qingfeng datang dengan mengenakan jas. Walau Qingfeng sama gantengnya dengan
Aoran, tetap saja semua mata hanya tertuju pada Aoran. Begitu itba, orang
pertama yang di cari oleh Aoran adalah Chuchu.
Baru juga di cari,
Chuchu sudah muncul sambil berlari dengan gaunnya yang lebih indah daripada gaun
staff lainnya. Xiao’en tidak bisa menyembunyikan rasa irinya melihat gaun
Chuchu yang lebih glamour dengan
bawahan berbetuk baloon. Tidak hanya
Xiao’en yang iri, Qiutian pun iri.
“Sudah waktunya,” ujar
Xiao’en melihat Chuchu yang berlarian ke arah Aoran.
“Waktu apa?”
“Jatuh.”
Dan benar saja, seperti
tebakan jitu Xiao’en, Chuchu terjatuh pas di depan Aoran. Aoran dan Qingfeng
reflek menangkapnya. Dan yang berhasil adalah Qingfeng.
Qiutian beneran kaget.
Apa Xiao’en itu peramal?!
Aoran tampak sedikit
sedih karna gagal menangkap Chuchu dan malah Qingfeng yang berhasil. Udah
jatuh, ternyata sepatu Chuchu juga terlepas. Aoran tidak menyiakan kesempatan.
Dia membantu mengambilkan sepatu itu dan bahkan berlutut untuk memakaikannya ke
kaki Chuchu. Chuchu tidak menolak atau merasa sungkan sama sekali dan malah
membiarkan Aoran memegang kakinya dan memasangkannya sepatunya.
“Sudah ku duga. Apaan itu? Emangnya dia nggak punya tangan? Kenapa
harus di bantu untuk makai sepatu?” kesal Xiao’en, di dalam hatinya.
Setelah memasangkan
sepatu Chuchu, Aoran kembali fokus pada acara hari ini. Dia mengingatkan semua
staff bahwa semua investor yang hadir hari ini adalah tamu penting perusahaan.
Jadi, tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun hari ini.
Susan menghampirinya
dan melaporkan kalau mereka sudah memeriksa semuanya. Dan juga, langkah-langkah
keamanan juga telah di periksa. Tidak ada masalah sama sekali. Perjamuan akan
berjalan dengan lancar. Tidak perlu khawatir.
Karna semua sudah di
pastikan oke, maka Aoran menyuruh mereka untuk duduk di posisi mereka
masing-masing.
--
Walau semua sudah di
pastikan dengan aman, Xiao’en tetap khawatir. Dia menghampiri Chuchu dan
menasehatinya untuk berhati-hati terhadap apapun yang berbentuk persegi, tajam,
dingin dan panas. Chuchu sedikit tertawa karna kekhawatiran Xiao’en melebihi
kekhawatiran ibunya. Xiao’en tetap terus memberikan nasehat kalau Chuchu tidak
boleh melakukan apapun sendirian. Mau ke ruang penyimpanan, kamar kecil, atau lounge harus selalu bawa seseorang.
Baru juga di bicarakan,
Susan sudah menghampiri dan menanyakan Chuchu mengenai caviar yang akan di berikan kepada para investor nanti, kenapa
belum tiba? Chuchu paik dan berkata akan segera memeriksanya. Susan juga
kelabakan dan menyuruh Chuchu untuk cepat.
Chuchu langsung
bergegas pergi untuk memeriksa. Xiao’en menghentikannya dan memarahinya. Apa
ingatan Chuchu itu seperti ingatan ikan mas, hah? Dia baru saja bilang tiga
detik yang lalu kalau jangan melakukan apapun sendiri! Dan akhirnya, Xiao’en
yang menemani Chuchu pergi memeriksa.
--
Chuchu sudah menelpon
supir yang mengantarkan caviar dan di
bilang akan tiba sebentar lagi. Jadi, dia dan Xiao’en menunggu di belakang
pintu masuk. Begitu truk pendingin yang mengantarkan caviar tiba, mereka mulai bekerja sama mengangkut turun
berkotak-kotak caviar dan membawanya
ke dalam. Pas mau masuk, Chuchu baru teringat kalau ponselnya tertinggal di
dalam truk.
Chuchu mau masuk
kembali, tapi karna cemas kalau Chuchu akan buat ‘masalah’, jadi Xiao’en yang
masuk ke dalam truk untuk mengambilkan ponsel Chuchu dan menyuruh Chuchu untuk
masuk duluan mengantarkan caviar pada
Susan.
Ponsel Chuchu jatuhnya
di pojokkan truk paling dalam dan tertutupi kotak kardus yang ada di sana.
Sialnya, supir truk pendingin itu tidak memeriksa lagi apakah masih ada orang
di dalam atau tidak dan langsung menutup pintu belakang truk. Xiao’en udah
teriak tapi supir itu tidak mendengar teriakannya karena asyik teleponan.
“Sudah ku duga!! Hal
ini pasti terjadi! tolong! Buka pintunya!!!” teriak Xiao’en dengan keras,
meminta pertolongan.
Qingfeng kebetulan
lewat dan sempat mendengarkan suara teriakannya, tapi karna tidak melihat ada
orang, Qingfeng mengira dia hanya salah dengar. Tapi, dia sedikit heran juga
melihat masih ada kotak caviar yang
di tinggalkan di teras dan belum di bawa masuk ke dalam gedung.
--
Susan memberikan daftar
tamu untuk acara hari ini pada Aoran. Mereka memeriksanya bersama-sama.
Perhatian Susan teralih saat dia melihat Qingfeng masuk sambil membawa kotak caviar. Kenapa Qingfeng yang membawanya
padahal dia meminta Chuchu yang mengurus?
“Pantas saja tadi aku
seolah-olah mendengar orang berteriak minta tolong di truk pendingin yang baru
saja pergi,” sadar Qingfeng.
Aoran langsung panik
dan pergi untuk mengejar truk itu, tanpa mencari info lebih pasti. Qingfeng
juga panik dan meminta nomor telepon Chuchu dari Susan.
--
Aoran mengebut untuk
mengejar truk pendingin itu. Qingfeng menghubunginya dan melapor kalau Chuchu
tidak bisa di hubungi dan supir juga tidak mengangkat telepon. Tapi, dia sudah
meminta rute yang akan di lalui truk itu dari perusahaan jasa pengiriman dan
akan mengirimkannya pada Aoran.
Begitu mendapatkan
rutenya dari Qingfeng, Aoran semakin mengebut.
--
Di dalam truk, Xiao’en
sudah hampir membeku. Dia beneran kedinginan. Dia sadar sih kalau Situ Aoran
pasti akan segera muncul untuk menyelematkannya karna jalan cerita novel
romance biasanya kan begitu. Tapi, lama kali seperti sedang naik sepeda saja
untuk menolongnya. Kalau begini, dia bisa mati duluan sebelum di tolong!
--
Supir truk itu akhirnya
bisa juga di hubungi sama Aoran. Aoran segera memberitahu kalau ada orang
terjebak di dalam freezer truk, jadi
segera hentikan kendaraannya. Jika tidak, orang yang terjebak itu bisa terkena
hiportemia.
--
Xiao’en sudah sangat
menggigil. Dan dia baru tersadar sesuatu. Dia kan bukan pemeran utama wanita,
jadi mana mungkin pemeran utama pria menyelematkannya! Apakah tidak akan ada
yang datang untuk menolongnya?!!
--
Si supir ikutan panik
karna ternyata rem mobilnya blong. Aoran
tetap tenang dan memberikannya perintah untuk berkendara ke jalan raya pesisir
karna hanya ada sedikit orang di sana. Supir truk tidak bisa menjamin bisa
mengemudi ke pinggiran kota dengan aman karna rem-nya tidak berfungsi.
--
Semua yang ada di
gedung panik mengenai Chuchu. Dan tiba-tiba saja Chuchu muncul dengan santainya
sambil mendorong troli berisi caviar untuk
para tamu investor. Lho, kok dia bisa di sini?
“Bukankah kau pergi
untuk mengambil caviar dan terjebak
di truk freezer?” heran Qingfeng.
“Apakah ada yang
terjebak di dalam truk?” tanya Chuchu balik.
--
Xiao’en dengan tenaga
lemah terus memukul pintu truk, berharap di luar ada yang mendengar dan
menolongnya. Dia masih belum mau mati karna CEO saja masih belum jatuh cinta
padanya.
Di luar truk, mobil
Aoran berhasil mengejar. Dia mendekat ke supir dan menanyakan mengenai rem kaki
dan rem tangan truk. Supir menjawab kalau kedunya tidak berfungsi. Karna itu,
Aoran mengemudi mendahului mobil, kemudian berhenti dan berdiri di kap mobil.
Dia menunggu hingga truk lewat di sampingnya dan segera melompat dan
berpegangan ke pegangan pintu belakang truk.
Untungnya pintu
belakang tidak ada gembok, jadi bisa langsung di buka.
Pandangan Xiao’en sudah
mulai memudar. Dan dia beneran bersyukur saat pintu terbuka dan Aoran ada di
depannya untuk menyelamatkannya. Aoran juga tampak terkejut karna yang ada di
dalam truk adalah Xiao’en.
Aoran langsung
memberitahu kalau rem truk tidak berfungsi dan bisa saja menabrak kapan saja,
jadi mereka harus segera turun. Dia mengulurkan tangannya dan Xiao’en
meraihnya. Aoran membawanya ke tepian pintu dan menyuruhnya bersiap untuk
melompat dari truk. Xiao’en mana bisa siap melompat, tapi, Aoran langsung
menariknya turun dari truk.
Tahu yang lucu? Saat
mereka lompat, saat itu juga truk berhenti setelah menabrak tepian jalan dan
menghancurkan pipa air yang ada di sana. Air pun menyebur keluar dan mengenai
Xiao’en. Aoran segera menarik Xiao’en ke sisinya agar tidak terkena semburan
air.
Aoran menanyakan
keadaan Xiao’en. Xiao’en begitu shock dengan
yang terjadi, hingga dia menangis dan berkata kalau keadaannya tidak baik-baik
saja! Dia kira dia akan mati tadi! Seharusnya Aoran tidak menariknya jatuh
seperti tadi. Bahkan jika dia tidak mati karna jatuh, dia bisa saja mati karena
shock.
Xiao’en tampaknya
beneran ketakutan tadi sehingga dia meluapkan semua perasaan marah dan takutnya
dengan memukuli dada Aoran. Dia juga menyebut kalau Aoran adalah CEO, sang
pemeran utama, jadi bisa melakukan apa saja dan tidak akan mati! Tapi, dia
bukanlah siapapun dan dia bisa mati dengan mudahnya!!
“Jika kau ingin
memukulku untuk melampiaskan frustasimu, silahkan. Tapi bisakah kau memukul
sisi ini saja,” ujar Aoran, di tengah pukulan Xiao’en pada dadanya. Dia meminta
Xiao’en memukul lengannya saja.
“Kenapa?”
“Itu sakit,” jawab
Aoran, berusaha tetap cool.
Ucapan itu membuat
Xiao’en jadi teringat mengenai luka di punggung Aoran. Dia jadi tidak tega
memukul Aoran lagi. Tapi, bukannya jujur mengenai alasannya tidak memukul lagi,
Xiao’en malah berbohong kalau dia tidak mau memukul karna Aoran mengizinkan
(seolah, sudah tidak menarik lagi karena dapat izin).
Aoran tampaknya tidak
mengerti hati Xiao’en sebenarnya, tapi menelan mentah-mentah perkataannya.
Walau begitu, dia tetap memberikan sapu tangannya untuk Xiao’en gunakan menyeka
air matanya.
“Udah baikan?” tanya
Aoran.
Xiao’en mengangguk
kecil.
“Ada sesuatu yang ingin
aku tanyakan.”
“Apa itu?”
“Chuchu… dia benar –
benar tidak ada di dalam truk itu kan?” tanya Aoran, sangat khawatir.
Raut wajah Xiao’en
menunjukkan jelas rasa kecewanya. “Chuchu… tidak ada di dalam truk itu. Kau bisa
tenang,” ujar Xiao’en dan berjalan pergi sambil menyembunyikan air matanya.
Aoran menahan tangan
Xiao’en. Dia melepas jaketnya dan memakaikannya ke badan Xiao’en sambil
berujar, “Jangan sampai sakit.”
Sedikit perhatian yang
menyentuh hati Xiao’en. Xiao’en sampat melihat sekilas ada noda darah di
belakang baju Aoran. Luka Aoran yang kemarin, kembali terbuka. Karna itu,
Xiao’en menyuruhnya untuk ke rumah sakit. Aoran menolak karna masih ada hal
yang harus di urusnya.
Aoran langsung berjalan
menuju mobilnya.
--
Para tamu sudah hadir
dan mereka mulai protes karna Aoran belum juga muncul. Qingfeng sebagai
sekretaris Aoran, berusaha menenangkan mereka dengan berbohong kalau Aoran tadi
kembali ke perusahaan karna ada hal yang harus di urus, tapi dia akan segera
kembali.
Alasan itu malah
membuat para tamu menjadi cemas. Hal apa yang begitu mendesak harus di urus
hingga membuat mereka menunggu? Apa ada masalah dengan keuangan perusahaan?
Tidak biasanya Aoran membuat mereka menunggu seperti ini.
Qiutian jadi cemas dan
ikut mendesak Qingfeng mengenai apa yang harus mereka lakukan. Jika tidak
melakukan apapun, para tamu akan pergi sebelum CEO datang.
Yang di bicarakan sudah
tiba di gedung acara. Sudah ada Susan yang menanti dengan membawakan baju ganti
hitam dan jas untuk Aoran. Sambil berjalan ke ruangan acara, Aoran menukar
bajunya yang bernoda darah dengan baju kemeja berwarna hitam. Sementara bajunya
yang bernoda darah, di pegang oleh Xiao’en.
Dia tiba di saat yang
tepat, dimana para tamu sudah mau pergi. Begitu masuk, dia langsung mengucapkan
permintaan maaf karna sudah membuat mereka menunggu. Kehadirannya yang
dramatis, menambah efek keren pada dirinya. Membuat para staff semakin kagum.
Apalagi, begitu tiba, Aoran langsung memulai presetansi nya di hadapan para
tamu. Woah banget.
Semua bertepuk tangan
begitu presentasi-nya selesai, termasuk Xiao’en. Tapi, di antara semua orang
yang bertepuk tangan, tatapan Aoran hanyalah tertuju pada Chuchu yang berdiri
di sisi panggung dan tersenyum padanya. Hal itu terlihat oleh Xiao’en dan entah
kenapa, membuat hatinya terasa sakit. Tidak mau menambah rasa sakit pada
hatinya, Xiao’en memutuskan pergi dari ruangan tersebut. dan Qingfeng menyadari
hal tersebut.
--
Xiao’en pergi ke kamar
yang di sewa untuk beristirahat. Dia cemburu mengingat tatapan mesra Aoran dan
Chuchu, hingga dia melempar jas yang Aoran pakaikan padanya tadi. Qingfeng
ternyata mengikutinya dan melihat hal tersebut. Dia mengabaikan yang di
lihatnya dan menyodorkan handuk untuk Xiao’en gunakan mengeringkan rambut
(basah karna di dalam truk freezer dan
tersiram air).
Awalnya, Qingfeng hanya
diam memperhatikan Xiao’en. Akan tetapi, rasa penasarannya tidak bisa di
bendung. Dan akhirnya, dia bertanya, bagaimana caranya Xiao’en bisa tahu kalau
Chuchu dalam bahaya?
“Mana ada,” sangkal Xiao’en.
“Berhenti berpura-pura.
Chuchu sudah memberitahuku,” ujar Qingfeng. Sialnya, Aoran malah lewat di depan
kamar dan memutuskan menguping karna mendengar nama Chuchu di sebut. “Chuchu
bilang kau bertingkah aneh sejak kemarin. Kau tidak membiarkan dia menyentuh
pisau dan garpu atau berada di dekat kabel listrik. Kau tidak membiarkannya
melakukan apapun. Kau bahkan tidak akan membiarkan dia melakukan sesuatu
sendiri. Selain itu, kau terus memperingatkannya bahwa dia dalam bahaya. Kau
bahkan meramalkan kalau dia akan tersandung tadi. Mengapa?” interogasi
Qingfeng.
Xiao’en kesulitan
menjawab pertanyaan itu dan akhirnya menjawab ngawur kalau dari kecil dia punya
kemampuan seperti indera keenam, déjà vu gitu.
Aoran yang dari tadi
menguping, akhirnya masuk dan menyebut penjelasan Xiao’en sebagai hal omong
kosong. Dia bahkan menuduh bahwa Xiao’en adalah dalang yang berusaha melukai
Chuchu, makanya bisa tau kalau Chuchu dalam bahaya.
Whasa! Wajar kalau Xiao’en marah di tuduh seperti
itu, di saat dia bahkan hampir mati. Kalau memang dia dalangnya, lalu kenapa
yang terkunci di truk itu adalahnya dan bukan Chuchu?
Aoran malah menjawab
kalau alasannya karna Xiao’en bodoh. Qingfeng yang masih ada di sana, mendukung
Xiao’en dan tidak setuju dengan kesimpulan tidak masuk akal Aoran. Mau apapun
yang di katakan, di mata Aoran, tetap Xiao’en yang bersalah.
Xiao’en pun sadar akan
hal itu. Karenanya, dia tidak mau mengatakan apapun untuk membela dirinya lagi.
Dia hanya menyuruh Aoran untuk membawa buktinya saja kalau memang dia adalah
penyerang Chuchu.
Aoran mengakui kalau
dia memang tidak punya bukti, tapi dia punya dasar atas kesimpulannya. Itu
karna Xiao’en pernah membully Chuchu
sebelumnya (yang di ep.02 dan memang itu salah paham). Itulah alasan dia tidak
bisa mempercayai Xiao’en lagi.
Xiao’en beneran capek.
Dia kan udah bilang kalau itu hanyalah salah paham. Apa dia tidak bisa
memberikan kesempatan lagi padanya?!
“Kesempatan adalah
sesuatu yang orang lain berikan padamu, bukan sesuatu yang bisa kau tuntut,”
ujar Aoran.
“Kau hanya berprasangka
terhadapku!” marah Xiao’en.
Karna melihat Xiao’en
yang begitu ingin membuktikan diri tidak bersalah, maka Aoran membuat keputusan.
Mulai dari sekarang, dia memindahkan Xiao’en menjadi asisten Kepala Strategi
dan Qingfeng yang akan bertugas mengawasi Xiao’en. Dengan begitu, Xiao’en tidak
akan bisa melakukan apapun lagi.
Qingfeng dan Xiao’en
yah kaget, tiba-tiba di jadikan rekan kerja.
--
Tapi, perintah CEO
adalah hal mutlak. Karna itu, besoknya, Xiao’en membereskan semua barang-barang
di mejanya dan bersiap pindah ruang kerja. Qiutian dan Susan ikutan sedih tapi
mereka tetap harus berteman. Jika ada waktu, mereka harus makan siang bersama.
Ingatlah, gosip tidak boleh berhenti.
Lagi asyik perpisahan
dengan yang lain, Chuchu muncul dengan ekspresi sok merasa bersalah dan meminta
maaf.
“Tidak masalah. Tidak
perlu meminta maaf,” jawab Xiao’en, santai saja.
Sebelum Xiao’en keluar
dari ruangan, Susan memintanya untuk tanda tangan dulu. Dia sudah membuat surat
perjanjian agar Xiao’en merahasiakan rahasia gosip mereka selama ini. wkwkwkw.
--
Xiao’en resmi pindah ke
departemen Strategi dan ternyata, di lantai tersebut hanya di tempati oleh Qingfeng
dan Aoran. Mendengar itu, Xiao’en beneran senang, apalagi mejanya ada di
hadapan meja Aoran.
--
Qiaozhi masuk ke ruangan direktur
Sun begitu saja, tanpa mengetuk pintu sama sekali. Dia tidak datang sendiri
melainkan bersama beberapa pria yang membawa kotak. Dir. Suk tentu menegur
sikap tidak sopannya tersebut. Qiaozhi dengan tenang memberitahu kalau Mingli
sedang melakukan audit.
--
Dir. Zhang sedang ada di bar,
ruangan khusus tertutup bersama 2 orang wanita yang menemani dan klien pria.
Saat itu, seorang pria menerobos masuk sambil merekamnya dengan ponsel. Qiaozhi
ada di belakang pria tersebut dan menyebut dir. Zhang yang sudah diam-diam
bertemu kontraktor dan harus menjelaskannya sendiri pada Mingli atau mereka
akan memanggil polisi.
--
Terakhir, dir. Xu yang pergi
dengan marah ke ruangan Mingli. Qiaozhi menghentikannya dengan alasan kalau
Mingli sedang rapat. Dir. Xu tidak peduli dan tetap menerobos masuk. Terliha di
dalam ruangan juga ada tn. Hu.
Dir. Xu begitu marah karna bisa
menebak apa yang Mingli dan tn. Hu rencanakan. tn. Hu malah tertawa dan berkata
kalau dia dan Mingli sedang mendiskusikan mengenai makan siang mereka, mau
makan masakan Barat atau Chinese.
Dir. Xu meminta Mingli untuk
berpikir jernih. Kalau bukan karna dirinya, apakah mungkin Tianliang akan bisa
seperti sekarang? Apa yang Mingli lakukan sekarang adalah tindakan tidak tahu
terimakasih!!
Mingli tersenyum tenang. Dia
mulai membahas mengenai tindakan ilegal tn. Xu dengan memalsukan akun dan
menerima suap. Dan yang di lakukannya sekarang adalah memotong rumput liar
dengan kebaikan grup Tianliang. Jika dir. Xu tidak melakukan hal salah, kenapa
harus takut?
“Jangan mengira aku takut padamu
ya! Kita lihat saja nanti,” ujar dir. Xu sambil berjalan keluar.
Setelah dir. Xu keluar, tn. Hu
menasehati Mingli. Dia bisa memahami tujuan Mingli melakukan semua ini, tapi untuk
beberapa hal, tidak seharusnya Mingli melakukannya seekstrim ini.
“Apa yang salah? Anda juga
keberatan dengan caraku melakukan sesuatu?” tanya Mingli, dengan eskpresi
dingin.
tn. Hu tidak mau merusak hubungan
mereka, jadi dia berkata mendukung Mingli sepenuhnya. Apalagi, Qiaozhi
melaporkan hal lainnya. Dia sudah menanyakan pihak rumah sakit, tempat pertama
kali Tianxing di rawat. Dan pihak rumah sakit bilang kalau barang-barang
pribadi CEO sudah di ambil oleh Susanna. Dan surat wasiat itu juga pasti ada
padanya.
--
Qiutian dan Susan
mencoba bersikap baik pada Chuchu dengan mengajaknya makan siang bersama. Dan
Chuchu menolak. Dia bahkan langsung pergi duluan.
Susan jelas kesal
melihat Chuchu yang tidak mengambil kesempatan untuk bersikap baik pada mereka.
Apa dia itu bodoh?!! Qiutian ingin ngajak Xiao’en, tapi Susan melarang. Sekarang
ini, Xiao’en sedang masuk daftar hitam Aoran, dan jika mereka tampak bersama
Xiao’en, mereka bisa di anggap komplotan.
--
Bukannya fokus kerja,
Xiao’en malah sibuk memperhatikan Aoran dan mulai berkhayal menulis novel.
Keasyikannya lenyap
karna kepalanya di toyor pakai jari sama Qingfeng. Qingfeng bahkan menggodanya
dengan menyuruhnya untuk mengelap air liur-nya. Udah itu, dia menyuruh Xiao’en
untuk jangan lupa kalau dia atasannya. Xiao’en langsung bicara sok formal dan menanyakan
apa yang bisa di bantu.
Qingfeng menanyakan
mengenai kerjaan yang di berikannya pagi ini, apa sudha selesai? Wkkw, Xiao’en
gelagapan menjawab hampir selesai (pasti nggak di kerjain itu). Qingfeng
menyuruhnya untuk mengantar ke kantor accounting juga sudah selesai.
“Hei--- dimana kantor
accounting?” tanya Xiao’en.
Qingfeng memandangnya
heran dan Xiao’en tertawa canggung sambil berkata kalau dia hanya sedang
menguji Qingfeng saja. Dan jadinya, Qingfeng tidak memberitahu ada dimana
kantor accounting.
--
Xiao’en dalam
perjalanan ke kantor accounting. Dia sengaja lewat tangga darurat. Dan malah
mendapati Chuchu yang sedang diam-diam makan bekal. Chuchu begitu terkejut
melihat Xiao’en hingga menjatuhkan bekal yang di bawanya.
Xiao’en jadi kasihan
melihat bekal yang di bawa Chuchu.
--
Karna rasa bersalah,
Xiao’en membawa Chuchu ke resto untuk makan siang bersama. Dia yang akan
traktir. Chuchu tidak enak hati dan menolak dengan berbagai alasan. Xiao’en
jadi kesal dan akhirnya memesan sendiri makanan untuk mereka berdua.
Sambil makan, Chuchu
curhat mengenai Susan yang tidak menyukainya. Dan dia sadar kalau itu pasti
karna kerjanya tidak kompeten. Dia tahu dia punya banyak kekurangan, karna itu,
dia mencari kelas online. Tapi, dia hanya bisa belajar sampai jam 10 malam
saja. Karna setelah itu, dia harus pergi ke rumah sakit.
“Apakah karna ayah atau
ibumu sakit?” tanya Xiao’en.
“Bagaimana kau bisa
tahu?”