Note :
tulisan warna hitam = dunia nyata
tulisan warna merah = dunia novel
===
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 04 - 1
Images by : SET TV
Chapter 04
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya
Chuchu, kaget. “Kesehatan ayahku tidak terlalu baik. Itu karna untuk memenuhi kebutuhan
ku dan adik lelakiku, ayahku pergi bekerja di sebuah lokasi konstruksi, tapi…
dia jatuh. Perusahaan tidak mau memberikan kompensasi. Dan adikku, ketika
mencoba mendapatkan keadilan untuk ayahku, malah di pukuli oleh orang-orang di
perusahaan konstruksi. Dan sekarang, dia bahkan di tuntut,” cerita Chuchu.
Xiao’en jadi merasa kasihan. Tidak
di sangka, Chuchu malah berterimakasih. Xiao’en jadi canggung mendapat ucapan
terimakasih itu karna kan menghibur orang itu gratis. Chcuhu malah berpendapat
di situasi sulit bisa mendapatkan penghiburan dari orang lain, rasanya sangat
berharga. Apalagi karna kondisinya saat ini, teman-teman dan sanak saudara jadi
menjauhinya. Karna itu, dia merasa berterimakasih mendapatkan kata penyemangat
dari Xiao’en.
Xiao’en beneran speechless. Baginya, karakter Chuchu
beneran seperti ‘lotus putih’ yang artinya murni hati. Bagaimana bisa dia tidak
mendukung Chuchu untuk mendapatkan Aoran. Tapi, jika dia mendukung Chuchu,
siapa yang akan mendukungnya? Ah, pokoknya dia harus bisa mendapatkan peran
yang lebih baik di novel ini.
--
Usai makan siang, Xiao’en kembali
ke kantor. Dia mulai memikirkan mengenai kisah ‘CEO, Kau Sangat Nakal.’
Walaupun judulnya tidak begitu spesial, tapi jalan ceritanya begitu menarik.
Mengenai seorang wanita murni dan miskin dengan kepribadianbaik yang berhasil
menjadi istri CEO melalui kerja kerasnya sendiri. Kisah ini jauh lebih
inspirasional daripada ujian kekaisaran. Bayangkan saja, dalam 267 tahun Dinasti
Qing, lebih dari 26.000 orang lulus ujian. Yang artinya, rata-rata kelulusan
adalah sekitar 100 orang per tahun. Tapi, hal mengenai wanita yang memulai dari
nol sebelum berhasil menjadi istri kaya… ada berapa banyak yang berhasil dalam
setahun?
Yah… pokoknya dia dan Chuchu tidak
akan bisa di bandingkan. Tidak ada tempat untuknya di hati Aoran.
--
Chuchu tampak ketakutan dan mulai
menangis. Qingfeng berusaha menenangkannya dengan mengajaknya berbincang. Dia
melihat kalau Chuchu mengenakan tablet lilin beraroma. Chuchu bersemangat karna
Qingfeng tahu yang di gunakannya adalah tablet lilin aroma, karna biasanya saat
orang melihatnya, mereka akan bilang ‘itu sesuatu yang berbau harum.’
“Apa kau masih ingat berapa biaya
cuci bajunya?”
Qingfeng menggeleng. Chuchu jadi
sedih deh karna tidak bisa bayar hutang. Huhuhu.
“Jika kau benar-benar ingin memberikan kompensasi padaku, bagaimana kalau kau membuatkan itu untukku (tablet lilin beraroma)?”
“Jika kau benar-benar ingin memberikan kompensasi padaku, bagaimana kalau kau membuatkan itu untukku (tablet lilin beraroma)?”
Chuchu setuju dan bahkan menyuruh Qingfeng
memberitahu ingin aroma apa. Dia akan mencoba membuat aroam yang sedikit
maskulin.
Qingfeng kemudian membahas tujuan
Chuchu, mau kemana? Apa kerjaannya akan tertunda karna lift mati ini? Chuchu
memberitahu kalau Xiao’en menyuruhnya untuk mengambil kunci untuk ruang
pertemuan. Dia di suruh mengambilnya pada jam 3 sore karna departemen strategi
akan mengadakan pertemuan.
Flashback
Saat Qingfeng sedang serius bekerja, tiba-tiba sebuah telepon masuk
dan di angkat oleh Xiao’en. Kemudian, Xiao’en bilang padanya kalau itu telepon
dari pihak keamanan yang memberitahu seseorang telah menggores mobil Qingfeng
dan meminta Qingfeng ke parkiran untuk memeriksa.
End
“Sepertinya, Xiao’en sedikit
mengerjai kita,” ujar Qingfeng pada Chuchu. Dan di sambut dengan wajah muram
Chuchu.
Melihatnya, Qingfeng jadi khawatir,
apakah Chuchu sering di kerjai? Apa orang-orang di departemen pemasaran membully? Chuchu panik dan berkata
tidak, tapi raut wajahnya mengatakan ya. Walau dia terus berkata tidak,
Qingfeng jadi khawatir. Chuchu
bahkan berkata kalau senior mungkin
tidak menyukainya karna kinerjanya nggak
baik (hm, maaf ya, kok ini jadi kayak sok
baik ya). Qingfeng
tentu bilang kalau kinerja tidak baik, tidak menjadi alasan bagi seseorang
untuk membully. Chuchu masih saja membahas mengenai kabar kalau perusahaan akan
memecat orang yang tidak bisa bekerja sama dengan rekan kerjanya.
“Konyol,” ujar Qingfeng sambil memegang kepala Chuchu, “Yang di perhatikan perusahaan adalah keadilan. Setidaknya, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang tidak adil terjadi ketika aku ada.”
Pembicaraan mereka terhenti karna
lift sudah menyala.
--
“Apa yang aku pikirkan?” tanya
Aoran, “Hanya ada satu hal yang aku yakini saat ini.”
“Apa?”
--
Tanpa ada penjelasan dan toleransi, Xiao’en harus berhenti detik itu juga dari perusahaan. Bahkan Aoran mengawasi saat Xiao’en mempacking barang-barangnya.
Aoran tidak percaya dan menuntut
Qingfeng untuk menjelaskan saja. Qingfeng sudah mau menjelaskan niat Xiao’en
untuk membantunya dekat dengan Chuchu, tapi sebelum melakukannya, Xiao’en sudah
menghentikannya. Tampaknya, Xiao’en tidak mau hubungan Aoran dan Qingfeng
rusak, jadi dia menerima keputusan Aoran yang memecatnya. Dia bahkan mengakui
hal yang tidak di lakukannya. Dia bilang kalau dia memang melukai Chuchu,
menyetrumnya, ingin menjebaknya di truk pendingin dan juga menjebaknya di lift
sehingga Chuchu tidak bisa pergi kerja tepat wakut. Puas?!
Aoran menganggukan kepala. Qingfeng
yang frustasi karna Xiao’en mengakui hal yang tidak di lakukan dan bukan hal
yang sebenarnya.
Aoran beneran kejam sama Xiao’en.
Dia bahkan mengawasi barang apa saja yang di bawa Xiao’en pergi. Dia
menyuruhnya untuk mengembalikan stapler dan gunting karna itu adalah milik
perusahaan. Dengan kesal, Xiao’en mengeluarkan kedua barang itu dari dalam
kotaknya dan meletakkannya di atas meja.
--
“Kau di pecat karna melakukan hal
yang salah. Sudah cukup bagus perusahaan tidak memintamu untuk bertanggung
jawab,” ujar Qingfeng, yang artinya tidak ada pesangon.
Qingfeng kemudian serius menanyakan
alasan Xiao’en tidak menjelaskannya semuanya dengan Aoran. Walaupun nantinya
hubungannya dengan Aoran akan menjadi canggung, tapi setidaknya, Aoran tidak
akan memecat Xiao’en. Xiao’en memberitahu kalau penjelasannya akan percuma.
Qingfeng tiba-tiba terpikir
sesuatu. Dia mengejar Xiao’en dan menanyakan apa Xiao’en bisa memperbaiki
toilet. Pertanyaan yang aneh. Xiao’en sampai bingung. Tapi karna Qingfeng
menuntut jawabannya, Xiao’en menjawab. Dia bisa memperbaiki toilet karna dia
sudah hidup sendiri sejak kecil. Dia bahkan bisa membunuh kecoak, mengecat
dinding, memasang ubin dan masih banyak lagi.
Semangat Xiao’en jadi hilang.
Qingfeng mengabaikan reaksinya itu. Dia mengeluarkan kertas dan mencatatkan
sebuat alamat kemudian memberikannya pada Xiao’en. Dia menyuruh Xiao’en segera
pulang, kemasi barang dan ke alamat itu untuk melapor kerja. Tidak perlu
khawatir karna makanan dan tempat tidur di sediakan. Lingkungan tempat
tinggalnya juga nyaman.
Susana baru saja pulang kerja dan tampak ada
seseorang yang mengikutinya diam-diam. Dan benar saja, saat Susanna berada di
tempat sepi, seseorang tiba-tiba menyerangnya dari belakang dan menjambret
tasnya. Susanna langsung berteriak sembari mengejarnya.
Dan ternyata, rekannya, Jason, sudah
mengawasi juga dan segera menyerang jambret itu. Tas Susanna berhasil di rebut
kembali dan jambret itu lari. Susanna segera memeriksa tasnya dan menyadari ada
yang hilang.
Dan benar, pelakunya adalah Mingli. Orang
suruhannya kembali dengan membawa amplop yang sudah di rebut dari tas tas
Susanna. Tapi isi dari amplop itu ternyata hanyalah sebuah brosur gedung.
Dengan marah, Mingli merobeknya. Dia tersadar
kalau Tianxing sudah membohonginya. Sedari awal, Tianxing tidak pernah membawa
surat wasiat ayah bersamanya.
Sama seperti Xiao’en, Aoran kaget dan
langsung mau menutup pintu. Xiao’en cukup gesit dan menahan pintu tertutup
dengan tangannya sambil mengancam akan berteriak hingga seluruh alam semesta
mendengar jika Aoran menutup pintu. Aoran tidak takut dengan ancaman itu karna
tidak akan ada yang peduli.
Aoran beneran kesal dan menelpon
Qingfeng. Dia memecat Xiao’en agar tidak perlu melihatnya lagi, tapi Qingfeng
malah mengirimnya ke rumahnya. Qingfeng lagi di dalam mobil ketika mengangkat
telepon dari Qingfeng. Dengan santai, dia menjawab kalau Aoran kan menyuruhnya
mencari orang yang bisa memperbaiki toilet, dan orang yang di temukannya adalah
Xiao’en.
Seolah sadar kalau Aoran meragukan
kemampuannya, Xiao’en langsung berujar kalau dia beneran bisa memperbaiki
toilet. Tapi, Aoran tetap kasar pada Xiao’en. Xiao’en beneran kesal dan dalam
hatinya jadi ingin mengubah alur cerita “CEO, Kau Sangat Nakal,” menjadi kisah
pembantu dengan seorang CEO tampan. Xiao’en mulai berkhayal kalau dia adalah
pemeran utamanya, yaitu si pembantu dan membuat Aoran jatuh cinta padanya.
Aoran masih teleponan dengan
Qingfeng. Dengan marah, dia menyuruh Qingfeng segera datang ke rumahnya dan
membawa Xiao’en pergi. Qingfeng masih keukeh dan memberithau kemampuan Xiao’en
yang lain yaitu mengganti bohlam lampu. Aoran tetap tidak mau menerima Xiao’en
karna dia bisa menyewa tukang ledeng atau tukang listrik untuk mengganti bohlam
lampu.
Xiao’en mendengar ucapannya itu dan
mulai membayangkan kisah “Teknisi Listrik sang CEO” yang bukunya baru saja di
rilis perusahaan tempatnya bekerja bulan lalu. Dia berkhayal menjadi tukang
listrik yang di panggil Aoran dan kisah cinta mereka mulai bersemi, bahkan
mempunyai anak.
Aoran segera menyuruh Xiao’en
mengikutinya ke toilet di lantai atas. Xiao’en ikut sambil membawa kopernya. Aoran
terang-terangan meragukan kemampuan Xiao’en. Walau kesal, Xiao’en bersifat
profesional dan meminta Aoran untuk membawakannya alat-alat perkakas.
Aoran sadar betul kalau Xiao’en
menyindirnya. Tapi, dia tetap pergi mengambilkan. Begitu mendapat peralatan,
tidak butuh waktu lama bagi Xiao’en untuk memperbaiki toilet dan air sudah bisa
mengalir lancar.
Okay, Xiao’en lulus dari test. Aoran
membawanya kembali ke lantai bawah dan Xiao’en mengikuti tanpa membawa
kopernya. Aoran memberitahu beberapa aturan yang harus Xiao’en ingat selama
bekerja di rumahnya.
Xiao’en jadi cemas karna lampu
kamar tidur juga tidak boleh mati. Dia tidak bisa tidur dengan lampu menyala.
Aoran memberikannya izin untuk mematikan lampu hanya di kamarnya.
Terakhir, Aoran menunjukkan kamar
yang akan Xiao’en tempati. Xiao’en terperangah. Kamar itu sangat luas dan
mewah, jauh berbeda dengan kamar yang pernah di tempatinya. Saking bagusnya,
Xiao’en sampai mau menangis. Dia bahkan tidak gengsi lagi di hadapan Aoran dan
langsung melompat-lompat di atas kasur.
“Aoran adalah orang yang sangat
berprinsip dalam hal bisnis. Aku akan menjelaskan padanya. Dia pasti akan
mengeti.”
Xiao’en menjelaskan kalau sekarang
ini, Aoran sedang menyukai Chuchu. Dan akan tidak baik bagi Qingfeng nantinya
jika Aoran tahu Qingfeng juga menyukai Chuchu. Berdasarkan sejarah, bertarung
dengan CEO untuk mendapatkan seorang wanita tidak akan berakhir dengan baik.
Percaya padanya! dia sduah membaca ratusan buku dengan plot seperti itu.
Qingfeng beneran nggak ngerti
dengan ucapan Xiao’en. Tapi, apa Xiao’en berencana untuk menanggung semuanya
sendiri? Xiao’en membenarkan. Dia akan menanggung situasi ini, jadi jangan
memperumitnya. Kalau tidak, bukan hanya Qingfeng yang akan terkena dampak, tapi
juga Chuchu.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan
sekarang?”
“Tidak tahu. Aku akan memikirkannya
sembari pulang,” jawab Xiao’en dan beranjak pergi sambil memikirkan untuk
membuka bisnis popcorn chicken.
“Bagus. Kebetulan aku ada kerjaan
untukmu.”
“Aku baru bilang. Memperbaiki
toilet.”
“Jangan terlalu berterimakasih
padaku,” akhiri Qingfeng dan pergi tanpa menjelaskan lebih lanjut.
--
“Aku tahu siapa mereka,” ujar Susanna,
menyadari siapa yang menyerangnya.
--
--
Xiao’en tiba di alamat yang di berikan
Qingfeng. Waoh, perumahan elit dengan rumah yang besar. Memang teman dari orang
kaya itu sangat berbeda. Pantas saja Qingfeng menyuruhnya tidak usah
berterimakasih. Melihat dari tempat tinggalnya, bos rumah itu pasti akan
membayar mahal untuk memperbaiki toilet.
Dengan keyakinan tersebut, Xiao’en
menekan bel rumah. Pintu terbuka. Dan yang berdiri di hadapannya adalah… Situ
Aoran.
Xiao’en beneran keras kepala dan
tidak tahu malu. Walau sadar Aoran tidak akan mengizinkannya masuk, Xiao’en
tetap nekat masuk. Xiao’en bahkan masuk sampai ruang tamu dan melihat-lihat
botol wine yang ada di atas meja.
Aoran tidak mau menerima Xiao’en,
tapi Qingfeng malah mengingatkan kalau Aoran kan bilang toiletnya rusak dan hal
itu mendesak. Walau mendesakpun, Aoran tetap tidak mau menerima Xiao’en. Qingfeng
malah balas berkata kalau manusia bisa pergi tanpa makanan selama sehari, tapi
tidak bisa tidak menggunakan toilet sepanjang hari. Dan juga, Xiao’en beneran
bisa memperbaiki toilet.
Qingfeng masih terus membujuk Aoran
untuk menerima Xiao’en. Kan enak kalau hidup dengan orang yang bisa memperbaiki
bohlam lampu kapan saja. Dan juga, Aoran kan tidak bisa tidur kalau mati lampu.
Aoran mulai goyah, tapi dia tetap tidak mau menerima Xiao’en yang menyakiti
Chcuhu. Qingfeng juga menyerah membujuk.
“Suruh saja dia pergi. Dia tidak di
kantormu atau rumahmu, jadi dia tidak berada di bawah kendalimu,” ujar
Qingfeng.
“Karna dia tidak berada di bawah
kendalimu, itu berarti kau tidak bisa mengontrol apa yang di lakukannya. Kau
pastinya tidak bisa mengendalikan apa yang akan dia lakukan pada Chuchu. Chuchu
tidak selalu di kantor. Apa yang kau lakukan jika sesuatu terjadi padanya
setelah jam kerja? Bisakah kau mengawasinya 24 jam? Karna kau tidak bisa,
kenapa tidak menyelesaikan masalah dari akarnya?”
Hm, ucapan Qingfeng terasa masuk
akal bagi Aoran. Karna itu, dia mau menerima Xiao’en bekerja di rumahnya, jadi
bisa mengawasinya selama 24 jam.
“Pergi ambil alat,” ujar Xiao’en.
“Pergi?” ulang Aoran, merasa
tersinggung.
Xiao’en sadar hal itu dan segera
merubah kalimatnya, “Pak Boss, tolong gerakkan kaki bangsawan Anda dan pergi ke
untuk membawakan hamba kotak perkakas berkualitas tinggi dan mewah, oke?”
“Kualitas kebersihan adalah
keharusan. Aku tidak mau rumahku tampak berantakan. Jadi, semua perabot yang
kau lihat harus kembali ke tempat aslinya setelah di gunakan. Aku tidak suka
bau menyengat. Jadi, hal-hal seperti daun bawang, bawang putih dan sayuran acar
sama sekali tidak di perbolehkan di lemari es. Juga, lap harus di rebus setiap
hari. Lantai empat adalah ruang belajarku. Kau tidak perlu membersihkan di
sana. Kau benar-benar tidak boleh masuk tanpa izinku. Juga, yang paling penting
adalah, aku tidak suka kegelapan. Jadi tidak ada lampu di rumah yang boleh di
matikan,” jelas Aoran.
“Apakah kau takut kegelapan?” tanya
Xiao’en.
“Aku baru saja memberitahumu aku
tidak suka yang gelap,” sangkal Aoran.
Dan tentu saja, image Xiao’en di mata Aoran semakin
turun.
Tags:
Lost Romance