Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 01 - 2


Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 01 - 2
Images by : SET TV

Semua sudah di rencanakan dengan matang oleh Mingli. Dia secara sengaja, sudah menyuruh asistennya untuk mengawasi Tianjian. Dan begitu, Tianjian masuk ke dalam toilet, asisten Mingli segera mengunci pintu, membuat Tianjian tidak bisa keluar.


Tianjian mengira kalau pintu rusak sehingga mau menelpon managemen. Tapi, asisten Mingli dari luar pintu, langsung meminta maaf dan menjelaskan kalau ini adalah perintah dari Mingli. Dia meminta Tianjian untuk menunggu selama 10 menit dan setelah itu, dia akan membebaskannya.
Tianjian berteriak kesal, tapi asisten Mingli sudah pergi. Tianjian segera menelpon Mingli dan tentu saja, tidak di angkat. Sebaliknya, Mingli meminta agar rapat pemilihan Ketua segera di mulai.


Tiangxin menolak karna direktur Xu dan Tianjian belum kembali. Mingli tidak peduli karena perjanjian mereka kan hanya istirahat 10 menit dan salah sendiri jika tidak datang tepat waktu. Dan juga menurut peraturan, rapat bisa di lakukan selama 2/3 dari anggota dewan hadir dan pemungutan suara bisa di lakukan. Dari 9 orang anggota dewan, ada 7 anggota sekarang.
“Sekarang, pukul 13.48, kita akan memulai pemilihan ketua Grup Tianliang,” umumkan Mingli.

Ini tentu tidak terduga bagi Tiangxin, tapi merupakan hal yang sesuai dengan perencanaan Mingli.
--


Susanna mendapatkan kabar yang terjadi di luar prediksi. Dia segera bergegas kembali ke kantor. Dan ketika tiba, direktur Xu masih ada di depan lift dan dihalangi untuk masuk. Susanna menghampirinya dan berbisik memberitahu kalau rapat pemilihan Ketua sudah di mulai.
--


Mingli yang memimpin rapat. Dia menyuruh yang memilihnya menjadi Ketua untuk mengangkat tangan. Mingli mengangkat tangannya, memilih dirinya sendiri. Kemudian ada 2 orang lainnya juga yang mengangkat tangan. Dari total 7 orang yang ada, sebanyak 3 orang mengangkat tangan. Tiangxin tampak lega.


Tapi, kelegaan itu hanya bertahan sedetik. Karna di detik berikutnya, tn. Hu mengangkat tangannya. Dia memilih Mingli. Tiangxin terkejut tapi tn. Hu menatapnya dan meminta maaf.
“Empat dengan tiga. Saya umumkan bahwa ketua baru Grup Tianliang adalah aku, He Mingli,” umumkan dengan wajah penuh kemenangan.


Tiangxin menatap tn. Hu dengan penuh kekecewaan. Walau begitu, dia tetap maju ke depan dan mengulurkan tangan pada Mingli, mengucapkan selamat dan berharap kalau Mingli dapat melakukan yang terbaik bagi perusahaan, dan memimpin perusahaan ke level berikutnya.
Uluran tangannya tidak di sambut oleh Mingli. Sebuah penghinaan. Tiangxin menarik tangannya sambil menahan rasa marahnya.
Tapi, saat dia mau keluar dari ruangan, sekelompok pria berpakaian hitam menerobos masuk ke dalam ruang rapat.
“Surat wasiat Ayah ada samamu kan?” tanya Mingli, mengintimidasi.
“Kenapa kau menanyakan ini?”

“Tidak ada. Aku hanya penasaran. Apa? Aku tidak boleh melihatnya?”

Amarah Tiangxin tersulut. Ayah mereka masih hidup, tapi Mingli malah berbuat sejauh ini. Mingli tidak peduli dan memberikan kode dengan matanya. Dalam sekejap, pria berpakaian hitam itu mulai menyerang Tiangxin.


Tiangxin berusaha kabur. Dia mencoba menaiki lift, tapi semua lift mati. Jadi, mau tidak mau, Tiangxin kabur melalui tangga darurat. Tapi, dari bawah tangga darurat juga sudah ada yang mengejarnya. Terpaksa, Tiangxin masuk ke sebuah ruangan kosong.
Di saat itu, Tianjian ternyata ada di sana. Dia menyuruh Tiangxin untuk mengikutinya. Tiangxin percaya dan mengikutinya.


Masalahnya, Tianjian membawa Tiangxin ke atap dan menyuruhnya menunggu di sana karna seseorang akan datang untuk menjemputnya. Tiangxin beneran berterimakasih atas bantuan Tianjian.
“Jaga dirimu,” nasehat Tianjian.

Sh*t!!! Mingli dan anak buahnya ternyata berhasil menemukan mereka. Mingli menyuruh Tianjian untuk meyingkir dan tidak campur dalam urusannya. Tapi, Tianjian tidak mau dan membujuk Mingli untuk melepaskan Tiangxin. Toh, Mingli juga sudah berhasil mendapatkan posisi Ketua.

“He Tiangxin, aku tidak tahu apa yang kau katakan pada Tianjian. Tapi, tolong jangan bersikap tidak tahu malu dan bersembunyi di belakang adikku!” teriaknya. “Aku tahu. Kau sudah seperti ini sejak kecik. Hatimu lebih tinggi dari langit, tapi sayang sekali hidupmu lebih tipis dari kertas. Posisi Ketua di renggut, jadi kau marah dan kau tidak ingin menunjukkan wasiat itu. Aku mengerti semua itu, tapi… kau haurs menemukan cara untuk tetap hidup terlebih dahulu!”

Tianjian terkejut dengan peringatan Mingli yang berbahaya. Mingli malah membentaknya, jika tidak ke pihaknya, dia akan memperlakukannya sama seperti Tiangxin. Tianjian ragu, tapi di sisi lain, dia tidak tega meninggalkan Tiangxin.
“Pergilah. Tianjian, kau sudah cukup membantuku. Pergi,” ujar Tiangxin, mengalah.
Tianjian tidak mau, tapi Tiangxin segera mendorongnya ke arah anak buah Mingli. Tianjian di tahan oleh para anak buah Mingli agar tidak bisa membantu Tiangxin lagi.


Tiangxin mengeluarkan sebuah amplop kecil dari balik saku jas-nya. Itu adalah hal yang Mingli inginkan : Surat wasiat tn. He.
“Bagaimana aku bisa tahu apakah itu asli atau palsu?”
“Kau akan tahu begitu membacanya.”

Mingli tersenyum dan memberi tanda agar sekretarisnya mengambil dokumen itu dari Tiangxin. Tidak semudah itu. Tiangxin menyuruh Mingli yang berjalan ke tempatnya dan mengambilnya sendiri dari tangannya (posisi Tiangxin adalah berdiri di dekat tepi gedung).
Karna Mingli tidak mau, maka Tiangxin mengancam dengan mengarahkan amplop itu ke bawah, hendak membuangnya. Mingli jadi ragu, karna jika itu asli, apa mungkin Tiangxin akan membuangnya?



“Kenapa tidak bisa? Aku sudah melihat isinya. Apalagi, Ayah masih hidup. Aku selalu dapat mencari pengacara untuk membuat salinannya. Tapi, itu tidak sama untukmu. Bukankah kau melakukan semua hal ini hanya untuk melihat isinya? Bagaimana? Kau benar-benar penasaran kan? Apa yang akan Ayah tulis? Dan apa yang akan kau dapatkan? Apa yang akan di berikan padamu? Apakah kau menginginkannya, itu terserah padamu.”

Mingli tidak tahan. Dia akhirnya menyerah dan akan berjalan sendiri ke arah Tiangxin untuk mengambil amplop berisi wasiat tersebut. Begitu Mingli sudah dekat, Tiangxin menyerangnya.

Dia membuat tubuh Mingli mengarah ke tepian gedung dengan tangan menggenggam lehernya. Dia memperingati semuanya untuk tidak mendekat. Jika mereka mendekat, dia akan melepaskan tangannya dan orang yang akan jatuh dari gedung adalah Mingli.
“Kau pikir kau bisa keluar dari sini setelah melemparku dari gedung?” ujar Mingli, tidak takut.
“Jika tidak membuangmu dari gedung, dapatkah aku keluar dari sini hidup-hidup? Karna aku akan mati juga, lebi baik memilikimu sebagai teman di jalan menuju akhirnya. Dengan begitu, setidaknya tidak akan membosankan!!” teriaknya dan semakin mendorong tubuh Mingli.


Tianjian panik dan meminta Tiangxin untuk tenang. Bukankan Tiangxin menghargainya? Kenapa tidak melepaskan Mingli?
“Tianjian, bukan aku yang tidak mau membiarkannya. Tapi dia yang tidak akan membiarkanku!!” teriak Tiangxin.

Mingli juga berteriak menyuruh Tianjian untuk tidak memohon nyawanya pada Tiangxin. Dia juga menyebut Tiangxin yang tidak seperti yang terlihat. Mingli tidak peduli walau harus mati. Dia tidak akan memohon dan melepaskan Tiangxin!
“Qiaozhi!!” teriak Mingli.

Tiangxin berbalik menatap mereka dengan tajam.
Syuuutttt!!!


Entah apa yang terjadi!! benar-benar tidak ada yang tahu!!! (termasuk aku!!!) entah bagaimana, tiba-tiba adegan sudah beralih. Bukan Mingli yang jatuh dari gedung, melainkan Tiangxin.




Tangan Tiangxin memegang amplop itu, menggapai-gapai berharap ada yang bisa menolongnya. Tatapan matanya terfokus pada satu hal. Dan dari bola matanya, kita bisa melihat …  drone!!
--


Xiao’en melihat semua kejadian tersebut. Dia sangat terkejut dan ketakutan. Air matanya mengalir karna ketakutannya tersebut. Dengan panik, Xiao’en mengeluarkan hp-nya ntuk menelpon 110. Tapi, sebelum dia melakukannya, dia menjadi ragu. Xiao’en takut. Seorang CEO seperti Tiangxin saja bisa di serang begitu, apalagi orang biasa sepertinya. Jika dia ketahuan melihat semua kejadian tadi, dia pasti akan mati!


Saking takutnya, Xiao’en hendak melempar remote drone. Menghancurkan bukti.
“Ehhh!! Kau ngapain?” teriak Chun Tian, yang baru kembali, sebelum Xiao’en sempat melempar remote drone. “Mana drone-ku?”
“Oh…,” Xiao’en tampak gugup dan ketakutan. “Ada elang yang terbang dan menabrak drone kita,” bohongnya.

Chun Tian untung percaya. Xiao’en sangat pucat dan memberitahu Chun Tian kalau dia tidak enak badan, jadi dia akan pulang duluan.
--


Tiangxin di bawa ke rumah sakit. Berita mengenainya yang jatuh dari atas gedung sudah tersiar di media manapun. Tapi, di berita di katakan bahwa dia kehilangan pijakan dan jatuh dari gedung.
--

 Asisten Mingli melaporkan pada Mingli bahwa Tiangxin tidak mati. Dokter berusaha menyelamatkanya. Kabar itu tidak membuat Mingli merasa senang.
“Lihat dan awasi dia. Jika ada kabar, segera laporkan padaku.”
“Baik.”
“Dan drone tadi milik siapa?” tanya Mingli. *woaw, dia juga melihat drone itu.
“Masih di caritahu.”
“Sebaiknya kau segera menyelesaikannya. Pikirkan cara untuk menyingkirkan semua kamera keamanan yang mungkin telah merekam kejadian tadi!” perintah Mingli.
Asistennya mengerti dan segera keluar untuk mengerjakan tugasnya.


Di dalam ruangan ada tn. Hu dan Tianjian. Mingli dengan sinis mengemukakan keinginannya agar Tiangxin mati. Dia juga mengucapkan selamat pada tn. Hu karna sudah memilih berada di pihak yang benar. Dan mau kemana mereka merayakannya?
“Merayakan apa?” tanya Tianjian, ketus.
“Aku baru saja menjadi Ketua. Bukankah seharusnya kita merayakannya?” balas Mingli, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Tianjian tidak mau berdebat dan memutuskan pergi. Mingli kesal, tapi senang karna tn. Hu mau pergi dengannya.
--


Tianjian mau pergi dari kantor, tapi dia melihat seorang wanita berdiri di depan ruangan Tiangxin. Tianjian mengenalinya sebagai staff dari kantor sekretaris.
“Nama saya, Ling Chuchu.”
“Oke. Cari siapa?”
Chuchu malah menangis terisak-isak. Membuat Tianjian terkejut dan memberikan sapu tangannya.
“CEO… apa dia baik-baik saja?” tanya Chu-chu dengan terisak-isak.

“Cedera Tiangxin parah. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Aku yakin dia akan sembuh.”
--



Xiao’en bersembunyi di dalam rumah. Dia sangat takut. Dia juga melihat berita mengenai kondisi Tiangxin yang sekarang di rawat di ICU. Dari dari penyelidikan awal, alasan jatuh Tiangxin adalah kecelakaan. Lebih detailnya akan terungkap setelah di lanjutkan penyelidikan lebih lanjut oleh Polisi. Reporter juga memberitahu identitas Tiangxin yang berusia 32 tahun dan lulus dari Sekolah Pascasarjana Bisnis Stanford dan memulai dari level bawah di Grup Tianliang. Dua tahun lalu, menjadi CEO.
Xiao’en tidak mendengarkan berita hingga selesai. Dia bingung kenapa di berita di sebutkan Tiangxin jatuh karena kecelakaan, padahal yang dia lihat bukan begitu. Menyadari kalau orang yang terlihat berada di posisi atas, Xiao’en merasa lega karna tidak melapor ke polisi tadi. Jika dia melakukannya, dia pasti sudah di lenyapkan (di bunuh)!

“Yang penting, dia selamat. Masih ada harapan selama dia masih hidup. Aku pasti akan berdoa untukmu dan menyalakan lampion di kuil untuk percepatan pemulihanmu,” janji Xiao’en sambil berdoa.
--


Walau sudah berusaha menyakinkan diri mengenai pilihannya, Xiao’en tidak bisa merasa tenang. Saat datang ke kantor, wajahnya sangat kacau. Chun Tian jadi khawatir mengiranya masih sakit dan menyarankan untuk ke dokter. Xiao’en menolak.

Chun Tian kemudian membahas mengenai CEO tampan yang suka mereka lihat, kemarin jatuh dari gedung. Xiao’en jadi gugup. Chun Tian tidak menyadari perubahan sikap Xiao’en dan terus bicara, merasa kasihan pada Tiangxin.

Saat itu, seorang rekan mereka menghampiri dan menyuruh mereka berdua untuk mencabut kertas undian. Walau bingung, mereka mencabutnya. Dan begitu di buka, di kertas Xiao’en ada tulisan X.
 “Selamat!!!”
“Aku dapat hadiah?”

“Selamat, kau memenangkan hadiah utama. Kau mendapat kesempatan untuk mengunjungi Pemimpin Redaksi Yao di rumah sakit. Pemimpin Redaksi Yao sakit wasir, jadi dia ke rumah sakit untuk operasi. Selamat, kau mewakili departemen kita untuk menjenguknya. Jangan lupa sampaikan salamku.”

Wkwkw, penipuan. Xiao’en sampai menggerutu karena terpillih. Chun Tian berusaha menghiburnya agar tetap semangat.
--


Tiangxin di pakaikan alat medis. Dia tidak sadarkan diri. Susanna ada di sana. Walau polisi bilang itu kecelakaan, tapi dia tidak percaya. Karna itu, dia hanya bisa berharap Tiangxin sadar dan memberitahu apa yang terjadi kemarin. Dia sudah mengenal Tiangxin dari kuliah, dan tahu kalau Tiangxin bukanlah tipe orang yang akan mengakui kekalahan.
Walau cemas dan khawatir, tapi Susanna tidak bisa masuk ke dalam sana, karena dia bukan anggota keluarga.


Karna itu, saat Mingli dan asistennya datang bersama dokter dan suster, Susanna baru bisa ikutan masuk dan menghalangi Mingli untuk melakukan hal jahat. Mingli dengan sombong memberitahu kalau dia sudah mencari dokter terbaik di rumah sakit terbaik untuk mengobati Tiangxin. Jadi, tujuannya datang adalah untuk memindahkan Tiangxin ke rumah sakit lain.
Susanna melarang, tapi Mingli tidak peduli karna dia adalah anggota keluarga Tiangxin, jadi dia punya berhak. Susanna protes kepada dokter, tapi dokter juga tidak bisa melakukan apapun. Jika anggota keluarga pasien sudah bekeras, dia tidak bisa menahannya.
“Bukankah seharusnya seorang dokter bertindak demi kepentingan terbaik pasiennya?!” marah Susanna.
“Ya, itu sebabnya kami membuat perjanjian dengan rumah sakit yang di sewa oleh He Family, lengkap dengan bangsal medis VIP dan tim medis terbaik. Ini tentu saja demi kepentingan terbaik pasien,” balas Mingli.
Susanna memohon agar Tiangxin tidak di pindahkan. Tapi, dokter menyuruhnya tenang karna Mingli adalah anggota keluar Tiangxin jadi tidak mungkin mencelakai-nya. Dia menyuruh Susanna untuk menjauh. Suster sampai harus menahannya agar tidak mengganggu proses pemindahan.
Ambulans yang akan memindahkan Tiangxin sudah menunggu. Xiao’en juga ternyata ke rumah sakit yang sama.

Wajah Xiao’en berubah menjadi ketakutan saat melihat Mingli berjalan keluar rumah sakit bersama segerombolan orang. Xiao’en membalikan badannya.

Tapi, sebuah tangan tiba-tiba mencengkeramnya! Tangan Tiangxin! Xiao’en begitu terkejut hingga berteriak kaget.





Post a Comment

Previous Post Next Post