Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 05 - 1
Images by : SET TV
Chapter 05
Xiao’en melakukan pekerjaannya dengan serius.
Dia bahkan merebus kain lap sesuai dengan peraturan Aoran. Usai bekerja,
Xiao’en baru bisa memasak ulang sarapan untuknya. Sebungkus mie instan. Dia
benar-benar kelaparan.
“Siapapun yang mentraktirku makan
enak sekarang, aku akan memanggil mereka Ayah,” ujarnya, berjanji.
Umur panjang, tidak lama, ponselnya
berdering.
“Ayah!!” serunya riang setelah
mendengar apa yang di katakan si penelpon.
--
Jrengg!!
Dan penelponnya adalah Qingfeng
yang mengajaknya bertemu di sebuah restoran mewah. Karna Qingfeng yang
mentraktir, maka Xiao’en tidak sungkan memesan banyak makanan mahal. Dan seolah
tidak mau membuang waktu, dia langsung melahap udangnya. Qingfeng jadi kasihan,
emangnya Aoran tidak membiarkannya sarapan ya? Dengan kesal, Xiao’en menjawab
kalau dia sudah salah menilai Aoran.
“Katakan. Kau membawaku ke sini
karna ada sesuatu yang mengganggumu,” tebak Xiao’en. “Mungkin ini karna kau
melihat Chuchu memperlakukan CEO dengan baik atau kau secara tidak sengaja
melihat CEO yang memperlakukan Chuchu dengan baik, atau kau tidak sengaja
melihat mereka saling memperlakukan satu sama lain dengan baik.”
Qingfeng malu mengakui dan
beralasan kalau dia hanya ingin mengecheck
keadaan Xiao’en yang tinggal di rumah Aoran sekarang ini. Ya sudah, karna
Qingfeng tidak mau ngaku dan beralasan seperti itu, ya sudah, dia akan percaya
saja.
Sambil makan, Xiao’en mulai
menanyakan, apa ada sesuatu yang tidak di makan Aoran?
“Tomat, pepaya, semangka, blewah
dan mentimun. Dia tidak suka jenis melon apapun,” jawab Qingfeng.
“Lalu, apa ada makanan yang tidak
bisa dia makan?”
“Tidak bisa dia makan?” tanya
Qingfeng balik, mulai curiga dengan arah pertanyaan Xiao’en.
“Apakah dia alergi terhadap
makanan? Adakah sesuatu yang membuat seluruh tubuhnya gatal sampai dia
kesulitan bernapas? Atau punya kram tubuh yang begitu menyakitkan sehingga dia
tidak bisa bangun dari tempat tidur untuk sarapan?”
“Kau ingin meracuni Situ sampa
mati?” tanya Qingfeng.
Wkwkw, tujuan Xiao’en tertebak.
Tapi, Xiao’en menyangkal dan beralasan kalau dia mau tahu untuk tujuan kerja.
Qingfeng pun menjawab kalau tubuh Situ sangat sehat dan tidak menderita sakit
atau alergi apapun. Xiao’en berlagak okay, padahal di dalam hatinya, dia tidak
percaya kalau CEO tidak punya penyakit apapun.
Melihat ekspresi Xiao’en, Qingfeng
terang-terangan berkata kalau tebakannya pasti benar, Xiao’en benar-benar ingin
meracuni Situ. Xiao’en tersenyum canggung.
“Apa kau lupa bahwa aku memintamu
pindah ke rumah Situ agar kalan berdua bisa berdamai dan berhenti bermusuhan?”
bahas Qingfeng, serius.
Xiao’en macam tercerahkan dan baru
teringat tujuan utamannya. Dia kan ingin menjadi pemeran dalam kisah cinta
romantis, bukannya perperangan. Jika dia meracuni bos sampai mati, maka tidak
akan ada lagi pertunjukan yang bisa di lakukan.
“Terimakasih telah mengingatkanku!
Maha Guru Qingfeng-ku. Cahaya hidupku! Aku berjanji padamu. Aku pasti akan
memperlakukan Boss dengan baik,” janji Xiao’en.
Xiao’en kemudian menanyakan
pertanyaan terakhir, kenapa Aoran tidak pernah mematikan lampu? Wajah Qingfeng
menjadi sangat serius. Dia tahu alasannya, tapi tidak bisa memberitahu Xiao’en
karna itu adalah masalah pribadi Situ. Xiao’en mengerti dan tidak memaksa
Qingfeng.
“Karna Situ memberitahumu untuk
tidak mematikan lampu, kau harus hormati permintaannya,” peringati Qingfeng.
“Sungguh. Jangan biarkan lampu di rumahnya padam.”
“Aku tahu.”
“Jangan pernah bercanda tentang
masalah ini dengan Situ,” peringati Qingfeng lagi, benar-benar serius.
“Tenang saja! Aku tahu batasanku!”
jawab Xiao’en mulai kesal.
Qingfeng mengira kalau Xiao’en
sudah selesai makan, eh, mana taunya, Xiao’en malah memesan lebih banyak
makanan lagi. Qingfeng sampai mematung dan memeriksa isi dompetnya. Walau
begitu, dia tersenyum kecil melihat tingkah Xiao’en.
--
Para karyawan Grup Tianliang melakukan demo
menentang di lakukannya PHK. Demo di lakukan di depan pintu masuk gedung. Demo
itu bahkan sudah mulai viral dan membuat Mingli jadi stress.
Dengan menahan gengsi, dia menanyakan pada
tn. Hu, apa yang dulu mereka lakukan untuk mengatasi masalah seperti ini? tn.
Hu menjawab kalau waktu Tianxing yang memimpin, belum pernah ada demo seperti
ini. Mingli jadi semakin marah dan merasa kalau para karyawan itu jelas
menentangnya.
Okay, kalau begitu, Mingli akan mengatasi dengan
caranya sendiri. Dia memerintahkan Qiaozhi untuk menghubungi wartawan dan membuat
mereka memberitakan bahwa para karyawan yang berdemo adalah mereka yang serakah
dan tidak pernah puas. Dan secara tidak masuk akal, para karyawan menuntut
keamanan tiga bulan pada akhir tahun (?).
Tianjian ragu kalau metode Mingli akan
membuahkan hasil. Emangnya, orang akan percaya pada berita yang Mingli katakan
itu? Mingli dengan santai menjawab kalau orang pasti percaya. Karna dia akan
mengeluarkan sedikit uang dan menyuap satu atau dua orang pekerja untuk menjadi
penjahat. Kemudian, membuatnya mejadi berita.
Tianjian tidak setuju dengan apa yang Mingli
hendak lakukan. Tapi, Mingli tidak menerima pendapatnya dan malah menanyakan
Tianjian ada di pihak yang mana?
“Ini bukan masalah di sisi mana aku berpihak.
Ini masalah kepercayaan, okay?” balas Tianjian.
“Apa kau tidak mengerti situasinya? Aku baru
saja di promosikan menjadi Ketua dan mereka mulai mogok kerja. Pernahkah kau
berpikir bahwa seseorang pasti merencanakan ini?”
Tianjian merasa kalau bisa saja tidak ada
orang yang merencanakan hal itu. Mingli tidak peduli karna walaupun tidak ada
yang merencanakan, kenapa pula mereka bekerja sama untuk mogok? Lihat saja,
sekarang mereka ingin kenaikan gaji, kemudian akan minta di buat childcare di dalam perusahaan, kemudian
minta di sediakan mesin kopi, ruang karaoke dan ruang pijat. Dan semakin lama,
mereka malah akan meminta agar di sediakan tissue toilet 3 ply (3 lembar)!
Bagi Mingli, Tianjian hanyalah orang tidak
berguna, jadi dia tidak akan mendengarkan pendapatnya.
“Ini adalah situasi pertama yang ku hadapi
sejak aku di promosikan. Semua orang memperhatikan bagaimana aku menanganinya.
Jika saat ini aku menyerah, siapa yang tahu ada seseroang dari anak perusahaan
lain akan memerasku besok atau lusa? Saat ini, aku ingin semua karyawan
Tianliang tahu, Aku, He Mingli, tidak bisa di kacaukan. Jika kau berani menjadi
musuhku, itu tidak akan berakhir baik untukmu!”
--
Tianjian beneran tidak setuju dengan rencana
Mingli. Wajahnya terlihat sangat muram. Saat ada waktu berdua dengan tn. Hu,
dia menanyakan pendapatnya, apa menurut tn. Hu memang ada orang yang
merencanakan pemogokan ini?
tn. Hu merasa tidak ada, karna Tianxing juga
masih ada di rumah sakit (mungkin maksudnya, kalau ada yang menentang Mingli
juga pastinya Tianxing, tapi Tianxing pun sekarang masih koma di rumah sakit).
Pembicaraan mereka terhenti karna Tianjian
mendapat telepon dari Chuchu. Chuchu menunggunya di lobby kantor.
--
Qingfeng mengajak Aoran untuk makan
malam bersama, tapi Aoran menolak dan memilih makan malam di rumah. Qingfeng
jadi kepo, ada makanan enak apa di rumah hingga Aoran mau pulang?
Aoran tersenyum jahil, “Ada sesuatu
yang sangat aneh dan menarik di rumah.”
Aoran sudah mau pulang, tapi
tiba-tiba teringat sesuatu. Dia memberitau Qingfeng kalau untuk perjalanan
bisnis kali ini, Qingfeng tidak perlu ikut.
--
“Mengapa?!” tanya Chuchu, kaget.
Reaksinya mendapat putaran bola
mata Susan. Dia kesal melihat reaksi Chuchu apalagi saat Chuchu bilang kalau
dia kan belum punya cukup pengalaman, tapi kenapa dia yang di utus melakukan
perjalanan bisnis dengan Aoran?
Bukan hanya Susan, Qiutian juga
kesal. Bahkan tetangga pun bisa tahu kalau Chuchu tidak cukup berkualitas untuk
ikut dalam perjalanan bisnis itu.
“Kau cukup berkualitas atau tidak,
bukan aku yang memutuskan. CEO yang memutuskannya!” jawab Susan, kesal.
“Aku…,” ujarnya dengan eskpresi
senang.
“Berhenti bicara tentang kau dan
aku. Aku tidak ingin mendengarnya sekarang!” hentikan Susan. “Jika kau ingin
bahagia, pulang dan berbahagialah. Ingatlah untuk menyiapkan semua dokumen yang
kau butuhkan. Jangan khawatir. Akan ada uang saku. Sudah, sana pergi.”
Chuchu pun langsung kembali ke meja
kerjanya dengan bahagia. Qiutian menghampiri Susan dengan ekspresi suram.
Kenapa harus Chuchu?! Begitu beruntungnya dia bisa pergi dengan CEO dan bahkan
mendapatkan uang saku. Apakah masih ada keadilan di dunia ini?
“Jangan bicarakan lagi. Hatiku
benar-benar sakit sekarang!”
Eh, mereka berdua malah mengira
kalau Chuchu di pilih karna memberikan cookies
waktu itu. Apa mereka berdua harus ikut kelas membuat kue?
--
Xiao’en sedang menyiapkan makan
malam dengan penuh tekanan. Itu karna Aoran berdiri di hadapannya dan
memperhatikannya dengan sangat seksama. Dalam hatinya, Xiao’en sebenarnya
jengkel karna Aoran tiba di rumah begitu cepat. Jam pulang kantor kan jam 6
sore dan Aoran sudah sampai rumah jam 6.30 sore, emangnya nggak ada macet di
jalan ya?!
“Kau berencana membuat apa?” tanya
Aoran.
“Pasta Alfredo seafood dan sayap
ayam panggang,” jawab Xiao’en.
“Tidak ada sup?”
“Sup daging sapi dan lobak.”
Dan respon yang di berikan Aoran
hanyalah ‘oh’. Xiao’en tambah kesal karna dia sudah bersusah payah memikirkan
ide menu tersebut. Itu menu yang tidak mengandung daun bawang, jahe dan bawang
putih, seperti yang Aoran inginkan.
Aoran bukannya langsung pergi
setelah bertanya, malah tetap berdiri dan mengawasi. Dia mengomentari suhu
panggangan Xiao’en yang kurang panas. Dia juga mengomentari pasta yang Xiao’en
rebus masih kurang matang. Xiao’en menjelaskan kalau pasta itu nanti masih
harus di masak dengan makanan laut, jadi tidak boleh di rebus matang karna pas
di masak malah jadi lembek nantinya. Dan karna Aoran terus mengganggu, sayap
ayam yang Xiao’en panggang jadi gosong.
“Kau sengaja melakukan ini! Kau
datang untuk membuat kekacauan. Pergilah! Pada dasarnya kau menghalangiku
memasak! Kalau kau mau makan malam, keluar dari dapurku sampai aku selesai
memasak!” usir Xiao’en dengan tegas.
Dan untuk kali ini, Aoran
mendengarkannya.
--
Makanan siap. Xiao’en mau ikutan
makan, tapi Aoran melotot padanya, sebagai tanda kalau dia tidak boleh duduk di
meja yang sama dengannya. Xiao’en jelas merasa merana. Dia kelaparan dan
berencana akan menghabiskan seluruh isi kulkas di tengah malam nanti!
Aoran beneran nggak ngajak Xiao’en
makan sedikitpun. Dia memakan semuanya sendirian dan membiarkan Xiao’en hanya
berdiri melihatnya makan. Setelah selesai makan, dia memberitahu Xiao’en akan
mendapat libur besok.
Xiao’en senang, tapi kenapa? Aoran
tidak mau memberitahu. Xiao’en jadi punya firasat kalau ini pasti ada
hubungannya dengan Chuchu. Jika firasatnya benar, tolong beri tanda padanya!
Jederrrr!!! Suara petir menggelegar. Pertanda
untuk menyatakan firasat Xiao’en benar.
--
Xiao’en bergegas kembali ke kamar
dan menelpon Qingfeng. Dia menanyakan, mau kemana Aoran besok? Qingfeng
menjawab, urusan bisnis.
“Dengan siapa dia melakukan
perjalanan bisnis?”
“Benar sekali. Seperti yang kau
pikirkan.”
“Lalu mengapa kau tidak pergi
bersamanya?” protes Xiao’en.
Qingfeng memberitahu kalau Aoran
menyuruhnya untuk tidak pergi. Xiao’en mulai menceramahinya karna begitu mudah
menyerah. Qingfeng kan bisa tetap pergi ke sana dan berpura-pura kalau tidak
sengaja bertemu dengan mereka. Atau, Qingfeng bisa menelpon para investor dan
kemudian bilang pada Aoran kalau investor mau dia harus ikut!
“Royal Grup adalah investornya,”
jawab Qingfeng.
“Kau benar-benar membuatku jengkel
padahal aku mencoba berbuat baik. Apa kau tidak tahu pentingnya waktu?” kesal
Xiao’en.
“Lain kali saja,” ujar Qingfeng.
“Kalau lain kali, kau itu udah jadi
obat nyamuk. Percaya padaku.”
Qingfeng merasa itu tidak mungkin.
Xiao’en masih mau menjelaskan, tapi terdengar suara bel pintu. Jadi, dia
menyudahi teleponnya dan bergegas turun untuk membuka pintu.
Aoran ada di ruang tamu dan duduk
santai sambil minum kopi. Dia mendengar suara bel pintu tapi sengaja tidak mau
membukanya agar Xiao’en yang membuka. Xiao’en beneran kesal dengannya.
Pas saat Xiao’en lewat di depannya,
Aoran mendapat pesan dari Susan yang memberitahu kalau ada masalah dengan
kontrak hari ini dan harus segera di revisi. Dan Chuchu sudah dalam perjalanan
membawa kontrak tersebut.
Wasaa! Aoran langsung panik dan
segera turun menyadari kalau yang datang adalah Chuchu. Beruntungnya, dia
sempat menghalangi Xiao’en untuk membuka pintu. Xiao’en jadi kepo, ada apa?
Apalagi Aoran memberinya perintah untuk kembali ke kamar dan tidak keluar
selangkahpun sampai dia mengizinkan.
“Chuchu datang?” tebak Xiao’en.
“Apa kau cenayang?” tanya Aoran,
balik dengan terkejut.
Bel kembali di bunyikan. Xiao’en
mau teriak, tapi Aoran dengan cepat membekap mulutnya dan menyuruhnya kembali
ke kamar. Xiao’en mengangguk. Dan begitu bekapan di buka, Xiao’en mengajukan
syarat. Dia mau kembali ke kamar asalkan Aoran mengabulkan satu permintaannya.
Mereka sedikit berdebat, tapi pada
akhirnya, Aoran mau menerima syarat Xiao’en. Apa permintaannya?
“Mulai hari ini, aku ingin makan di
meja juga. Jika kau memiliki makanan untuk di makan, maka aku pun begitu,” ujar
Xiao’en.
“Hanya itu?” kaget Aoran, karna
hanya permintaan sederhana. Dan hal itu bisa di kabulkannya dengan mudah.
Xiao’en kemudian pamit pergi. Dan
saat Aoran lengah, Xiao’en malah membuka pintu dan bersembunyi di balik pintu
tersebut. Aoran hampir saja jantungan, tapi Xiao’en beneran menepati perkataan
karna dia hanya membuka pintu dan bersembunyi.
Di depan mata Aoran sekarang ada
Chuchu yang berdiri dengan tubuh basah kuyup sambil memegang amplop cokelat.
“Sepertinya aku dalam situasi yang
memalukan setiap kali aku bertemu denganmu,” ujar Chuchu.
“Aku akan mengambilkan handuk
untukmu,” ujar Aoran dan bergegas ke kamarnya.
Harusnya sih yang terjadi adegan
romantis antara CEO dan Chuchu. Tapi, karna kehadiran Xiao’en, adegan romantis
malah jadi adegan absurd. Aoran
memberikan handuk untuk Chuchu dan Chuchu kemudian tiba-tiba bersin. Jadinya
Aoran menawarkannya untuk mandi air panas.
Sembari Chuchu mandi, Aoran
menunggu di depan. Karna Chuchu lag mandi, Xiao’en jadi bisa menghampiri Aoran
dan memberikan sebuah hairdryer yang bisa Chuchu pakai. Aoran kemudian
meminta Xiao’en meminjamkan bajunya yang bisa di pakai oleh Chuchu.
“Baik. Aku akan meminjamkannya gaun
renda tembus pandang. Dia begitu polos, jadi dia pasti tidak akan bertanya
kenapa kau mempunyai pakaian wanita di rumahmu ini,” sarkas Xiao’en.
“Cari solusi lain!” perintah Aoran.
Akhirnya, Aoran membawa Xiao’en ke
kamarnya dan menyuruhnya memilihkan baju nya yang bisa di pakai sama Chuchu. Xiao’en
pun mulai melihat – lihat isi laci di kamar Aoran. Di salah satu laci, Xiao’en
menemukan sebuah tablet vitamin B yang juga mengandung zinc! Khawatir terjadi
sesuatu, Xiao’en malah menyembunyikan tablet vitamin itu di bawah kolong laci.
Dia mulai melihat baju Aoran dan
membayangkan akan bagaimana jika Chuchu mengenakannya. Kemeja? Tidak,
berbahaya! Jaket? Berbahaya!!
“Apa kau ada camel legging ?” tanya Xiao’en.
“Apa itu?”
“Celana yang di pakai kakek tua di
musim dingin.”
“Lemari pakaianku tidak di izinkan
memuat barang tidak berkelas seperti itu!”
--
Entah seperti apa baju yang sudah
di pilihkan oleh Xiao’en, tapi begitu sudah selesai, dan Chuchu masih belum
selesai mandi, Aoran memerintahkan Xiao’en untuk memasak sup jahe. Xiao’en
menolak karena kan Aoran sendiri yang melarang kalau di dalam kulkasnya tidak
boleh ada daun bawang, jahe ataupun bawang putih.
Aoran melotot padanya. Dia tahu
kalau Xiao’en tidak mungkin menurutinya and pasti mempunyai persediaan. Dan
karena tatapan mengintimidasi tersebut, akhirnya, Xiao’en terpaksa mengeluarkan
jaheyang sudah di simpannya di bawah tumpukan sayuran di kulkas.
Aoran mau ikut bantu dengan
mengambilkan panci. Tapi, Xiao’en menyuruhnya untuk tidak ikut campur tangan
kalau mau sup jahe itu jadi. Aoran langsung menurut dan tidak menganggu Xiao’en
membuat sup jahe lagi.
“CEO!” terdengar suara panggilan
Chuchu yang mencari Aoran.
Refleks, Aoran langsung mendorong
Xiao’en ke bawah meja untuk bersembunyi. Dengang merangkak sembunyi-sembunyi,
Xiao’en berhasil pindah tempat sembunyi ke kamar mandi di samping dapur.
Jrengg! Baju yang di pilihkan Xiao’en untuk Chuchu adalah baju sweater
lengan panjang dan celana panjang yang besar. Semua itu agar tidak terjadi
adegan romantis antara CEO dengan Chuchu.
Chuchu pun semakin kagum dengan
Aoran dan memujinya karna bisa membuat sup jahet. Sambil Chuchu meminum sup
jahe-nya, Aoran memeriksa dokumen yang harus di revisi. Aoran juga menyuruh
Chuchu untuk menunggu hingga pakaiannya kering di cuci.
Xiao’en tidak tahan melihat
kedekatan mereka dan dengan sengaja mulai membuat suara kucing mengeong. Aoran
kaget sementara Chuchu bersemangat mengira Aoran memelihara kucing. Dengan
panik, Aoran berbohong kalau itu mungkin suara kucing tetangga.
Bukannya menghabiskan sup jahe-nya,
Chuchu malah mendekat untuk melihat apa yang Aoran kerjakan. Apa yang di
lakukannya, membuat Aoran jadi canggung karna baju yang Chuchu kenakan begitu
longgar jadi bagian bahunya terbuka lebar. Xiao’en menyadari hal itu dan mulai
batuk-batu. Refleks, Aoran ikutan batuk untuk menyembunyikan suara batuk
Xiao’en dan beralasan kalau cuaca dingin.
Tags:
Lost Romance