Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 11 - 1


Note :
- Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 11 - 1
Images by : SET TV
Chapter 11

Efek samping dari ciuman yang di akhiri dengan kata ‘maaf’ oleh Aoran, membuat Xiao’en jadi tidak bisa tidur. Dia sibuk memikirkan semua maksud dari kata ‘maaf’ itu. Apa mungkin Aoran minta maaf setelah menciumnya dan mau bilang kalau dia habis kena gigit anjing, atau dia salah mencium orang, atau dia suka pria atau dll…

“Apa alasannya menciumku? Dan kenapa meminta maaf setelah menciumku?”
--

Tidak hanya Xiao’en yang tidak bisa tidur, Aoran pun begitu. Dia mencoba menyangkal diri kalau dia tidak mungkin menyukai Zheng Xiao’en. Dia pasti tadi kerusakan.
--
“Meskipun aku bukan gadis remaja lagi, tapi terkadang aku juga mempunyai fantasi seperti gadis remaja. Apa yang sebenarnya di pikirkannya, membuatku berfantasi begini?” gumam Xiao’en.
--

Aoran masih saja memikirkan ciumannya dengan Xiao’en. Dia mencoba menyangkal alasannya mencium Xiao’en mungkin karna pencahayaan dan situasi tadi membuatnya kehilangan kontrol. Itu hanyalah ciuman.
Walau mencoba membuat berbagai alasan, dia tetap memikirkan ciuman itu.
--
“Apa mungkin dia… maybe… bisa saja sedikit menyukaiku?” pikir Xiao’en.
--

Setelah memikirkannya, Aoran akhirnya mau mengakui pada dirinya sendiri : “Aku menyukai Zheng Xiao’en.”

Walau begitu, dia malah menyamakan rasa sukanya pada Xiao’en sama seperti rasa sukanya pada buku, mobil, travelling, investasi, steak, jam dan masih banyak lagi. Dia kan memang menyukai banyak hal.

Dia masih terus memikirkannya dan kemudian teringat pernyataan cinta Xiao’en dulu. Jadi, dia malah menyimpulkan : Zheng Xiao’en yang menyukainya dan dia mencium karna Zheng Xiao’en menyukainya.
--
Xiao’en udah mau tertidur, tapi teringat sesuatu. Dia sudah melupakan hal penting karna ciuman tadi.

“Situ Moran muncul. Dan begitu dia muncul, bos mulai bermimpi mengenai He Tianxing. Dia memikirkan mengenai He Tianxing. Lalu apa? Pokoknya, aku tidak bisa menolong Tianxing di dunia nyata, tapi di sini, aku tidak akan membiarkan Situ Moran melukai Bos. Harus,” tekad Xiao’en. “Aku penasaran mengenai keadaan Tianxing sekarang ini.”
--


Tianxing masih dalam keadaan koma. Tapi, tiba-tiba saja matanya terbuka dan dari bola matanya terlihat sosok “Xiao’en” dan suara Xiao’en yang memanggilnya “He Tianxing.”
Psaat!


Aoran terbangun dari mimpi buruk itu. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Dia merasakan firasat buruk.
--

Qiaozhi menunjukkan artikel online mengenai Tianjian yang terfoto keluar dari rumah sakit dengan wajah terluka. Melihat berita itu, Mingli hanya merasa kalau Tianjian pasti merasa bosan hingga jadi bodoh.

Berita-berita yang beredar memuat banyak spekulasi seperti Tianjian di hajar oleh mafia wanita. Tapi, mafia yang di beritakan sudah membuat pernyataan kalau dia tidak ada memukuli Tianjian. Ada juga yang bilang Tianjian terlihat keluar dari klub malam. Klub malam yang di beritakan sudah memberikan pernyataan dan membantah berita yang tersebar. Ada juga paparazzi yang menebak kalau Tianjian di pukuli oleh para mantan pacarnya.

“Aku tidak tahu siapa dalang di balik ini semua, tapi berita mengenai tn. He (Tianjian) yang terluka ada di mana-mana,” beritahu Qiaozhi. “Sebenarnya, perusahaan mempunyai dokter pribadi. Tapi dia malah berobat ke dokter di pinggiran kota dan terpotret. Mungkin, ada sesuatu.”
“Dia hanya ingin membuatku jengkel. Terserah saja dia mau melakukan apa, aku tidak peduli!” duga Mingli. “Aku lebih ingin tahu siapa si brengsek yang menusukku dari belakang dan membantunya. Aku harus bicara baik-baik dengan mereka.”
Qiaozhi mengerti maksud Mingli dan akan segera mengatur waktu pertemuan Mingli dengan para direktur.
Begitu Qiaozhi pergi, Mingli hendak meminum obatnya. Dan obatnya malah habis. Jadi, dia memutuskan untuk mengawasi kamar rawat Tianxing saja.
--

Tianjian sedang bersama tn. Hu dan melihat berita yang beredar. Tianjian tertawa sangat keras karna bisa menduga kalau Mingli pasti mengira dia hanya ingin membuatnya jengkel. Begitu mudah.

“Kau melakukannya dengan baik. Aku bahkan mengira orang-orang sudah menganggapmu remeh sebelumnya. Sekarang semua persiapan sudah selesai, dan hanya tersisa hal terakhir,” puji tn. Hu.
 “Hal terakhir apa? Biarkan aku yang mengurusnya!”
“Tidak sulit mendapatkan posisi Ketua. Tapi, kalau mau mempunyai posisi yang stabil dan lama, cerita lain. Tersisa penghalang terakhir yang harus di singkirkan. Hal yang membuat kakakmu terganggu.”
“Aku tahu. Yang kau maksud adalah He Tianxing,” sadar Tianjian.
 tn. Hu tersenyum sangat lebar dan memuji Tianjian karna begitu pintar.
--


Qiaozhi dengan panik masuk ke ruangan Mingli untuk melapor kalau Tianjian hari ini tidak datang kerja.
“Apa masalahnya?”
“Aku mendapat kabar kalau dia buru-buru menuju rumah sakit Tuan Muda Tianxing sekarang dengan beberapa orang.”


Mendengar kabar itu, ketenangan Mingli menjadi lenyap. Dia sadar kalau sekarang ini, Tianjian ingin mendapatkan perusahaan dan semua harta keluarga He.
--



Tianjian pergi ke rumah sakit dengan di antar oleh Tn. Hu. Dalam perjalanan, tn. Hu menyuruh Tianjian untuk membuka dashboard mobilnya. Di dalamnya ada sebuah kotak kecil yang berisi jarum suntik dan botol obat.

 “Apa ini?”
“Hanya dengan satu kali suntikan,” jawab Tn. Hu. “Apa kau bisa melakukannya?”
Tanpa perlu di jelaskan lebih lanjut, Tianjian sudah mengerti maksud suntikan itu. Dia bisa melakukannya.
--

Qiaozhi dan Mingli bergegas ke rumah sakit. Dalam perjalanan, Qiaozhi menelpon para orang yang di tempatkan untuk berjaga di depan kamar rawat Tianxing. Dia hendak memastikan kalau Tianxing masih ada di sana dan jangan biarkan siapapun maksud termasuk Tianjian. Ini perintah dari Ketua.
Mingli juga terus melihat rekaman CCTV ruangan kamar rawat Tianxing, “Aku mau kau mati, tapi kau tidak mati. Sekarang, aku tidak mau kau mati,” gumam Mingli, cemas.
--

Begitu mengantarkan Tianjian, tn. Hu langsung pergi dari sana. Para anak buah yang sudah di sewa Tianjian juga tiba dan mengikuti Tianjian masuk ke dalam gedung rumah sakit.
--

Para anak buah Mingli masih terus berjaga di depan kamar rawat Tianxing. Dan tiba-tiba saja terdengar pengumuman kalau ada api di lantai 13 dan 14, jadi semua di minta melakukan evakuasi. Alarm kebakaran dan asap juga mulai menyebar. Dan karna itu, para anak buah yang berjaga langsung pergi mengevakuasi diri terlebih dahulu.
--

Mingli tiba tidak lama kemudian. Dan begitu maksud, Tianjian menyambutnya dengan amarah menanyakan, dimana He Tianxing?
Kenapa? karna He Tianxing sudah menghilang dari ranjang rumah sakit.
Kedua kakak beradik itu mulai saling menuduh satu sama lain terkait hilangnya Tianxing. Mereka mengira salah satu dari mereka telah menyembunyikan Tianxing.

Qiaozhi memeriksa rekaman CCTV dan menemukan hal aneh. Di rekaman sekarang ini, terekam Tianxing yang berbaring padahal tidak ada, dan semua yang berada di dalam sana, tidak terekam CCTV. Qiaozhi segera menunjukkan rekaman itu pada Mingli dan memeriksa CCTV.
Di CCTV di temukan sebuah alat yang di gunakan untuk mengelabui rekaman. Seseorang sudah membawa kabur Tianxing. Tianjian dengan marah memerintahkan anak buahnya untuk segera berlari keluar mencari jejak.

Melihat kepanikan Tianjian, Mingli tertawa keras. Mereka mulai bertengkar kembali dan mengingatkan kalau mereka menginginkan kematian Tianxing. Dan juga, Tianjian bertekad akan menemukan cara untuk membuktikan keaslian surat wasiat.
“Kau jangan lupa kalau marga ku juga adalah ‘He’, jadi aku berhak atas harta keluarga He. Dan yang lebih penting, akulah Ketua-nya sekarang,” ingati Mingli.
“Entah darimana rasa percaya dirimu itu berasal. Karna He Tianxing belum mati, kau kira kau bisa mempertahankan posisi mu?”
“Aiyooo, adikku yang bodoh. Sekarang ini, siapapun yang panik, dia yang kalah,” tanggapi Mingli. “Kelihatannya masih akulah pemenangnya,” ujarnya sambil berlalu pergi.

Begitu tinggal berdua, Qiaozhi menanyakan perintah Mingli. Apa dia harus mencari He Tianxing? Mingli melarang. Sebelumnya, dia sangat cemas kalau Tianjian akan melemparkan tuduhan pembunuhan Tianxing padanya sehingga dia terus mengecek CCTV kamar rawat Tianxing setiap menit. Itu membuatnya sangat tertekan. Dan sekarang, ada orang yang bersedia melindungi He Tianxing, dia merasa lega.
“Jadi, kita beneran tidak akan memikirkan kemana He Tianxing?”

“He Tianjian tidak tahu kemana He Tianxing menghilang. Aku sangat yakin mengenai itu.’
“Lalu, mengapa kau hanya –“
“Coba pikirkan. Di dunia ini, siapa lagi yang ingin menyembunyikan He Tianxing?”
“Yang Anda maksud….,” ujar Qiaozhi tersenyum, bisa menebak.

Berbeda dengan Mingli yang sangat tenang, Tianjian sangat marah.
--

Sama seperti yang kita semua bisa tebak, yang membawa kabur Tianxing adalah Susanna dan Jason. Kini Tianxing berada di tempat aman yang akan merawatnya dengan baik.
Flashback
Susanna dan Jason yang membuat alarm kebakaran palsu. Mereka menyelinap masuk dengan memakai pakaian dokter dan masker untuk menutupi wajah. Susanna juga yang memasang alat untuk mengecoh CCTV yang terpasang. Mereka juga membawa kursi roda untuk memudahkan membawa kabur Tianxing.
End
Dan kini, Tianxing ada di hadapan mereka.
--


Pameran seni akhirnya resmi di buka. Pameran ini akan berlangsung selama 3 hari dan di mulai dari pukul 9 pagi. Qingfeng yang memberikan pengarahan dan meminta semuanya melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Jika sesuatu terjadi, mereka harus segera menginformasikannya ke grup chat yang sudah di buat. Tapi, suara ponsel harus di kecilkan agar tidak mengganggu para pengunjung.


Di tengah penjelasan itu, Aoran mendadak muncul. Matanya dan Xiao’en saling beradu dan keduanya jadi canggung dan mengalihkan pandangan. Hal itu tidak luput dari perhatian Qingfeng dan Chuchu.


Begitu pengarahan Qingfeng selesai, semuanya langsung bubar melakukan tugas masing-masing. Qingfeng kemudian menanyakan alasan Aoran datang karna seingatnya, Aoran tidak ada bilang mau berkunjung.

“Aku datang membantu,” alasan Aoran.



Dia langsung membantu orang yang mengangkat banyak kardus. Dan baru sadar kalau orang yang di bantunya adalah Xiao’en. Xiao’en juga terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan kardus yang di pegangnya dan mengenai kaki mereka. Keduanya refleks menjerit kesakitan. Tapi, jeritan itu berhenti saat tubuh mereka bersentuhan. Benar-benar canggung. Qingfeng, Susan dan Qiutian yang ada di dekat sana saja bisa merasakan atmosfer kecanggungan tersebut.
--
Xiao’en beristirahat sejenak di tempat sepi karna kakinya terasa sakit akibat kejatuhan kardus tadi. Qingfeng melihatnya dan langsung menanyakan keadaannya. Xiao’en pun menjawab kalau kakinya hanya sedikit sakit.

“Apa yang terjadi antara kau dan Aoran?” tanya Qingfeng.
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Awalnya, aku tidak tahu. Tapi, sekali melihat reaksimu, aku langsung tahu. Itu pasti hal yang memalukan.”
Xiao’en jadi malu dan mulai mengalihkan topik dengan menanyakan kemarin malam Qingfeng janjian sama siapa? Belum juga Qingfeng menjawab, Xiao’en malah melihat tablet lilin yang ada di saku baju Qingfeng. Dia malah menggoda Qingfeng.



Kedekatan mereka terlihat oleh Chuchu yang lewat. Dan dengan suara keras dan senyum lebar, Chuchu langsung menghampiri sambil berujar, “Aku tidak menyangka kau membawanya.” Jelas sekali Chuchu ingin menegaskan kalau itu adalah barang pemberiannya. Dia bahkan mengambil tablet lilin dari tangan Xiao’en dan memasukkannya kembali ke saku baju Qingfeng.
“Apa kau suka wanginya?” tanyanya. Dan tampak sangat jelas, nilai terselubungnya yang ingin menunjukkan pada Xiao’en kalau Qingfeng miliknya.
 “Hm.”
“Jika kau mau lagi, beritahu aku,” lanjutnya dan tersenyum kemudian pergi.


Sayangnya, Xiao’en nggak cemburu sama sekali. Dia malah semakin menggoda Qingfeng yang semakin dekat dengan Chuchu dan memberikan selamat. Xiao’en beneran masih mengira kalau Qingfeng menyukai Chuchu. Makanya, ketika Qingfeng mau menjelaskan, Xiao’en malah tidak mendengarkan.
  
Keakraban mereka itu terlihat juga oleh Aoran yang kebetulan lewat. Dia mulai menggerutu karna cemburu. Lagi-lagi, Chuchu muncul dan menyapa dengan suara keras.
“CEO, lihat. Aku membawa ini denganku. Bagaimana denganmu?” tanya Chuchu sambil menunjukkan dompet yang mereka buat tempo hari.
Aoran diam sesaat, “Aku meninggalkannya di rumah.”

Senyum Chuchu memudar, “Kalau gitu… tolong ingat bawa lain kali ya.”
Tidak ada jawaban ‘ya’ sebaliknya, Aoran ingin bicara dengan Chuchu sepulang kerja. Dan Chuchu dengan semangat mengiyakan dan bilang kalau dia ada waktu.

Berbeda dari ekspresi wajah Chuchu yang tampak bahagia, Aoran tidak demikian. Dan wajah gundah Aoran terlihat oleh Xiao’en.

 Xiao’en juga mulai merasakan ada keanehan. Seolah ada yang memperhatikannya.
--

Begitu kembali ke kantor, Xiao’en malah tanpa sengaja mendengar dua orang pegawai wanita yang sedang menggosipinya di pantry. Mereka menyebutnya berusaha menarik perhatian CEO, wanita tidak tahu malu, tidak pantas untuk CEO dan CEO tidak akan mungkin menyukainya.

Dan tanpa Xiao’en sadari, Susan dan Qiutian sudah ada di belakangnya dan mendengar semua pembicaraan itu juga. Xiao’en yang tidak tahu harus bagaimana, memilih pergi. Tapi, Susan dan Qiutian malah menariknya ke depan dan menghadapi para penggosip itu. Mereka berdua memarahi kedua penggosip itu dan menyebut mereka yang tidak tahu malu. Mereka bahkan mengejek kedua orang itu yang tidak bisa menarik perhatian CEO, jadinya nggak senang. Kedua orang itu kalah argumen melawan Susan dan Qiutian, sehingga mereka memilih pergi.

Setelah keduanya pergi, Susan dan Qiutian mulai memarahi Xiao’en karna hanya berdiri diam membiarkan orang-orang itu menjelek-jelekannya. Apa dia masih Xiao’en yang mereka kenal? (dari raut wajahnya, Xiao’en sangat terharu karna Susan dan Qiutian membela dan berada di pihaknya).
“Bukannya kemarin kalian juga mengabaikanku?” tanya Xiao’en sedih.
“Hal kemarin, biarkanlah berlalu,” ujar Susan, sok bijak.
“Sesuatu yang terjadi hari ini adalah awal yang baru,” timpali Qiutian.



Xiao’en tertawa kecil mendengar ucapan mereka. Susan dan Qiutian kemudian meminta maaf. Kemarin entah kenapa, seperti di rasuki hantu, mereka jadi marah saat melihat Xiao’en dekat dengan CEO. Dan setelah marah, pulang ke rumah, mereka mulai sadar kalau sikap mereka salah. Walaupun CEO itu penting bagi mereka, tapi persahabatan lebih penting.

Xiao’en tidak marah sama sekali sama mereka, karna dia bisa mengerti. Akhirnya, mereka berbaikan kembali.

“Yang lebih penting, jangan menyembunyikan apapun dari kami. Kami akan merasa terluka kalau kau memperlakukan kami seperti orang luar,” pinta Susan.
“Maaf. Aku tidak akan begitu lain kali.”


Xiao’en tersenyum lebar dengan kebaikan dan perhatian Susan dan Qiutian padanya. Tanpa dia sadari, masih ada orang yang memperhatikannya.
--


Dan saat Xiao’en pergi ke kamar mandi seorang diri, baru juga masuk, sudah ada orang yang menyiraminya dengan air. Xiao’en berteriak marah dan mau keluar, tapi pintunya di tahan dari luar.
“Buka!!! Buka pintunya!!!” teriak Xiao’en. “Ada apa sih belakangan ini? Siapa yang sudah ku singgung?” gumamnya kesal.

Dan ketika itulah, Xiao’en baru menyadari kalau ada lingkaran api di bawah kakinya setiap kali dia menghentakkan kaki.
“Apa ini? Apa mungkin setelah aku di cium oleh CEO sombong, aku jadi naik posisi?” sadar Xiao’en dan tersenyum lebar.
--
Editor Yao menemui Chuntian dan menanyakan mengenai plot cerita dan nama Xiao’en di novel “CEO, You’re So Naughty” apa sudah di ganti? Dengan sigap, Chuntian menjawab kalau dia sudah mengganti nama Xiao’en dan untuk plotnya dia sudah meminta penulis untuk merubahnya.
“Jangan buat kesalahan ya,” peringati Editor Yao.
“Tentu saja.”


Selesai masalah novel, Editor Yao membahas mengenai Xiao’en. Boss besar bilang kalau mereka tidak bisa membiarkan posisi Xiao’en terlalu lama kosong dan ingin dia mencari orang untuk menggantinya Xiao’en.
Chuntian langsung protes. Xiao’en kan bukannya sengaja tidak mau kerja. Bagaimana bisa perusahaan membuangnya di saat begini? Apa kalian bukan manusia?
“Tentu saja aku manusia. Jadi, aku menolaknya. Karna aku tidak mencari orang baru, selama Xiao’en belum sembuh, kau harus bekerja lebih keras. Satu orang mengerjakan pekerjaan dua orang,” ujar Editor Yao.
Chuntian kesal mendengarnya. Toh, selama ini kan itu yang mereka lakukan. Pekerjaan beberapa orang di kerjakan sama satu orang.

Setelah Editor pergi, Chuntian langsung sakit perut dan bergegas ke kamar mandi. Dia membuka salah satu bilik dan ternyata ada Xiao’en di dalam yang basah kuyup dan mengetuk pintu.
“Ah, maaf,” ujar Chuntian, masih tak sadar. Dan saat pintu tertutup, Chuntian melihat jelas kalau yang ada di dalam adalah Xiao’en.
Dengan bingung, Chuntian membuka pintu kembali, tapi tidak ada siapapun.
“Apa ini karna aku terlalu merindukan Xiao’en?” pikir Chuntian.
--

Faktanya, yang di lihat Chuntian adalah apa yang terjadi pada Xiao’en kini. Dalam keadaan basah kuyup, Xiao’en terus mengetuk pintu berteriak meminta tolong. Tapi sedari tadi tidak ada jawaban sama sekali. Xiao’en mulai cemas.
--

Di ruangannya, Aoran mendapat telepon dari satpam yang ingin melaporkan pengawasan mereka terhadap Zheng Xiao’en.
“Ah, tidak usah lagi. Kalian tidak perlu mengawasinya lagi,” perintah Aoran.
“Baik. Mengerti. Itu…”
“Ada apa lagi?”
“Nona Zheng Xiao’en barusan masuk ke kamar mandi wanita, setengah jam yang lalu. Tapi sampai sekarang, belum ada keluar. Tidak tahu apa yang sudah terjadi.”


Begitu mendengar laporan itu, Aoran langsung berlari panik ke kamar mandi. Di sana, dia menemukan sebuah tongkat yang menahan sebuah pintu. Dan benar saja, yang ada di balik bilik pintu adalah Xiao’en dalam keadaan basah kuyup.

“Kau nggak apa-apa?” tanya Aoran, khawatir.
Xiao’en hanya diam. Dia terkejut karna Aoran yang muncul menolongnya. Dia tidak mengerti dan bertanya linglung, kenapa Aoran bisa ke sini?

Dengan canggung, Aoran menjelaskan kalau satpam memberitahu ada seseorang yang terkurung di kamar mandi.
“Apa satpam ada bilang kalau aku yang terkurung di kamar mandi?”
“Aku rasa… ada,” jawab Aoran, malu mengakui langsung.
“Jadi, kau langsung lari kemari untuk menolongku?”
“Tidak bisa di bilang ‘langsung’ juga. Hanya saja… setelah meletakkan telepon, kakiku pelan-pelan jalan keluar ruangan. Pelan-pelan kemari. Tanganku pelan-pelan menekan liftt,” jelas Aoran, menekankan kata ‘pelan-pelan’ untuk menutupi kepanikannya tadi.

Penjelasan Aoran malah membuat Xiao’en menangis. Aoran jadi khawatir, ada apa? Xiao’en menangis karna dia merasa bahagia Aoran datang demi menyelamatkannya. Rasanya, seperti mimpi.
“Jangan khawatir, semua baik-baik saja,” ujar Aoran lembut sambil memegang wajah Xiao’en. “Weirdo.”
Karna situasi sedang begini, mereka secara bersamaan menanyakan mengenai hal kemarin. Aoran menyuruh Xiao’en yang bertanya duluan. Xiao’en menanyakan alasan Aoran menciumnya kemarin malam.
 “Aku tidak tahu.”
“Oh,” raut wajah Xiao’en berubah kecewa, tapi tetap memaksakan diri tersenyum, “Kalau tidak ada hal lain, aku kembali ke kantor dulu.”


Aoran tidak membiarkannya pergi. Dia menahan tangan Xiao’en, “Aku sekarang sedang mencari jawabannya,” ujarnya serius.

Dia berjalan mendekat ke arah Xiao’en. Menatapnya dengan lekat. Dengan perhatian, dia menyuruh Xiao’en segera bergegas mengeringkan diri. Xiao’en tersenyum dengan perhatian tersebut. Tidak hanya Xiao’en tapi juga Aoran. Senyum penuh cinta.
Dan tahu apa yang menyeramkan???
Setelah Xiao’en dan Aoran pergi, seseorang keluar dari salah satu bilik kamar mandi. Chuchu. Wajahnya tampak menyeramkan dan penuh kemarahan serta rasa cemburu. Dia sedari tadi ada di sana. Tahu Xiao’en terkurung, tapi tidak menolong sama sekali. Dan ada kemungkinan, dialah orang yang menyiram Xiao’en.



Post a Comment

Previous Post Next Post