Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 11 - 2
Images by : SET TV
Susan dan Qiutian
membantu mengeringkan rambut Xiao’en yang basah. Susan beneran kesal dan
menyebut orang yang menyiramkan air itu kekanak-kanakan. Qiutian dan Xiao’en
langsung menatapnya, karna dulukan Susan pernah melakukan hal itu. Susan
langsung berkilah kalau cemburu memang membuat orang jadi tidak punya standar.
Untuk menyembunyikan
rasa malunya, Susan menyeka rambut Xiao’en dengan keras. Dan mereka baru sadar
kalau wajah Xiao’en sangat merah. Xiao’en malu mengakui kalau dia tadi bersama
Aoran, dan jadinya dia beralasan wajahnya merah karna sekaan Susan yang keras. Susan
dan Qiutian bisa menebak yang terjadi.
Qiutian kemudian
mengajak Susan untuk membalaskan dendam pada orang yang sudah menyiram Xiao’en.
Merkea bisa ke ruang security dan meminta rekaman CCTV-nya.
“Tidak. Tidak perlu.
Ini karna aku tidak memeriksa terlebih dahulu jadinya jatuh ke dalam perangkap.
Lain kali tidak akan terjadi lagi,” cegah Xiao’en. Karna nanti bisa ketahuan
CEO yang menolongnya.
Pembicaraan mereka
terhenti dengan kedatangan Chuchu yang bermuka masam. Qiutian merasa kalau
Chuchu sedari tadi bertingkah aneh. Susan setuju dan dia juga makin tidak
menyukai Chuhu karna tidak menunjukkan perhatian apapun melihat Xiao’en yang
basah kuyup begini.
Xiao’en salah paham
karna sangat optimis. Dia membela Chcuhu di depan Qiutian dan Susan. Kalau,
Chuchu mungkin saja teringat kenangan buruknya karna melihat keadaannya begini.
Chuchu mendapat pesan
dari Aoran yang menanyakan apakah dia sudah pulang kerja? Chuchu sudah tidak
antusias lagi dengan apa yang hendak Aoran katakan. Dia tampaknya punya firasat
setelah mendengar pembicaraan Xiao’en dan Aoran tadi, jadi dia meminta maaf
karna harus kerja lembur dan meminta agar bertemu lain kali. Aoran setuju saja.
Dan setelah mengirim
pesan pada Aoran, Chuchu menghampiri Xiao’en, “Apa kau ada waktu nanti malam?”
“Ada.”
“Aku mau ke rumah sakit
menjenguk ayahku. Dan kemudian, akan menemuimu,” ujarnya, seperti memberi
perintah. Tanpa mendengar jawaban Xiao’en, Chuchu kembali ke meja kerjanya.
--
Qingfeng heran karna
Aoran baru kembali. Dia sudah menunggu dari tadi untuk meminta tanda tangan
Aoran. Tanpa menutupi apapun, Aoran memberitahu kalau Xiao’en tadi terkunci di
kamar mandi dan di siram air.
“Zheng Xiao’en?” kaget
Qingfeng.
“Ya.”
“Bukan Chuchu?”
“Bukan Chuchu,” tegas
Aoran.
“Jadi, kau tadi ke
kamar mandi untuk menolongnya?”
“Iya.”
“Hal seperti ini tidak seharusnya
terjadi padanya,” gumam Qingfeng.
“Kenapa?”
“Karena… aku tidak
tahu bagaimana menjelaskanya. Yang
jelas, ini tidak benar. Sangat tidak benar,” jawab Qingfeng. Dia menyerahkan
dokumen ke tangan Aoran dan langsung pergi.
--
Qingfeng ternyata pergi
mengunjungi Xiao’en ke rumahnya. Dia membawa banyak sekali makanan. Xiao’en
jelas senang walaupun dia merasa makanan itu terlalu berat dan banyak untuk
masuk kategori ‘cemilan malam.’
“Siapa yang
menguncimu?”
“Nggak tahu.”
“Aku akan mencari
tahu.”
“Tapi…”
“Beneran tidak perlu.
Sebelumnya, aku tidak akan pernah terkurung di dalam kamar mandi. Kau juga tahu
siapa yang biasanya mengalami hal ini.”
“Jadi…”
“Jadi, itu artinya,
aku, Zheng Xiao’en, suskes melakukan revolusi,” ujar Xiao’en, senang. “Aku
sukses menjadi bunga kecil CEO.”
Walau Xiao’en
mengatakannya semangat, tidak dengan Qingfeng. Dia sedih karna Xiao’en terus
memuji Aoran yang menyelamatkannya. Dia merasa bahagia. Biasanya, dia harus
menghadapi semuanya sendiri. Dan saat Aoran tadi menyelamatkanya, dia mulai
bisa merasakaan seperti apa perasaan di lindungi.
Xiao’en masih tidak
sadar perasaan Qingfeng padanya dan malah menyemangati Qingfeng untuk terus
berusaha.
“Semoga kita bisa
bersama orang yang kita sukai,” ujar Xiao’en.
Qingfeng tahu itu
mustahil, “Ku harap kita bisa menemukan kebahagiaan yang kita inginkan.”
“Sangat bagus.
Bersulang!”
--
Selesai makan, Xiao’en
mengantarkan Qingfeng ke luar rumah. Dan terlihat kalau Chuchu ada di dekat
sana. Diam-diam dia mengambil foto Xiao’en dan Qingfeng. Sepertinya, dia
mempunyai rencana jahat untuk Xiao’en.
Dan setelah Qingfeng
pergi, Chuchu baru keluar dari persembunyiannya. Wajahnya tampak jahat. Dia
menemui Xiao’en dengan niat terselubung.
Chuchu menyerahkan
sejumlah uang. Itu uang untuk mengganti uang Xiao’en saat membantunya membayar
uang pengobatan ayahnya. Xiao’en bingung. Chuchu mulai menyalahkannya karna
sudah membawa CEO ke dalam masalahnya dan bahkan mengambil uang CEO.
“Aku kira kau ingin
membantuku. Tidak ku sangka kau membawa CEO ke rumah sakit dan membuatnya tahu
kalau keluargaku berhutang uang. Di depannya, aku tidak punya harga diri lagi.
Kenapa kau melakukannya,” tangis Chcuhu (ish, padahal waktu itu kan Xiao’en
pingsan. Dan dia sendiri yang cerita ke CEO mengenai kondisi keluarganya. Dan
kini, malah menyalahkan Xiao’en).
“Maaf. Aku tidak tahu
akan jadi begini. Tapi, jangan khawatir. Uang yang CEO berikan belum ku
cairkan. Bisa di bilang, aku belum mengambil uangnya.”
“Kalau begitu, ke
depannya, apapun yang di berikannya, kau tidak boleh menerima,” ujar Chuchu,
seolah itu adalah perintah.
Xiao’en tidak
mengiyakan dan mengalihkan topik dengan menanyakan darimana Chuchu mendapatkan
uang sebanyak itu? Chuchu dengan gugup berkata dia bekerja sambilan (entah
kenapa, aku yakin dia bohong. Itu pasti uang Situ Moran, firasatku).
Xiao’en tidak ambil
pusing. Tapi, Chuchu benar-benar ingin membuat Xiao’en menjauh dari CEO. Saat
ada bunyi pesan masuk di ponselnya, dia langsung berseru kalau CEO mengirim
pesan lagi.
“CEO belakangan ini
terus mengajakku keluar. Rasanya dia ingin mengatakan hal penting,” ujarnya,
sengaja. “Tapi, aku rasa hanya sebagian dari kata-kata pria yang bisa di
percaya. Sebagai seorang CEO dan pria baik, dia tidak mungkin hanya
memperlakukan satu orang dengan baik. Menurutmu?”
“Sudahlah. Aku akan
mempercayai CEO. Percaya kalau hanya aku yang di perlakukannya dengan baik,”
ujar Chuchu, memotong Xiao’en. “Xiao’en, kau akan terus memberikan restumu
kan?”
“Tentu saja kau harap
semua orang bisa bahagia, tapi aku rasa –“
“Aku harap kau beneran
tulus mendukungku,” ujarnya, lagi-lagi memotong ucapan Xiao’en.
Dia menatap Xiao’en
dengan tatapan intimidasi kalau Xiao’en harus mendukungnya.
--
Begitu Chuchu pergi,
Xiao’en mulai berpikir. Dia merasa ada yang aneh. CEO yang sombong menciumnya,
dan itu artinya CEO harusnya menyukainya. Dan apa iya dia memperlakukannya dan
Chuchu sama? Lalu gimana Qingfeng? Qingfeng dan Chuchu harusnya punya
kesempatan sekarang.
Benar-benar
membingungkan.
--
Xiao’en dkk
berpas-pasan dengan Aoran dan Qingfeng. Qingfeng menyapa Xiao’en dengan ramah
dan Xiao’en balas menyapa ‘Good Morning, Qingfeng.’ Sementara pada Aoran, dia
menyapa “Hello, CEO.”
“Kenapa aku hanya mendapatkan satu kata “Hello” sementara Duanmu
dapat dua kata “good morning”? Dan mengapa dia memanggilnya ‘Qingfeng?” pikir Aoran, cemburu.
Mereka masih mau
bicara, tapi Susan dan Qiutian langsung menarik Xiao’en pergi begitu mendapat notifikasi
di ponsel mereka. Dari jauh, Chuchu memandang dengan wajah bengis.
--
Susan dan Qiutian
menunjukkan foto – foto Xiao’en bersama Qingfeng yang di posting seseorang di
website internal perusahaan. Dan foto itu membuat Xiao’en menjadi di benci. Xiao’en
berada di urutan pertama dalam survey orang yang di benci, mengalahkan Chuchu.
--
Aoran sedang bersantai
menikmati teh. Ponselnya berbunyi, pesan dari Chuchu : CEO, kau tahu apa yang terjadi? sambil menyertakan link.
Begitu melihat
foto-foto Qingfeng dan Xiao’en, Aoran meminta penjelasan Qingfeng.
“Sama seperti yang kau
lihat,” jawab Qingfeng.
“Kenapa kau
menemuinya?”
“Aku menemuinya tentu
ada alasan. Kenapa? tidak boleh menemuinya?”
“Bukannya tidak boleh.
Kalau gitu, apa yang kalian lakukan?”
“Rahasia.”
Aoran sudah menduga hal
itu. Qingfeng dengan serius menyuruh Aoran lebih mengkhawatirkan Xiao’en. Ada
dua hal yang harus di perhatikan. Pertama, kenapa seseorang mengambil foto itu
dan menyebarkannya? Itu artinya ada seseorang di perusahaan yang punya niat
jahat pada Xiao’en. Kedua, setelah melihat foto ini, orang yang membenci
Xiao’en akan meningkat. Hari-hari Xiao’en di perusahaan tentu akan sulit.
“Bukankah kau harus
lebih memperhatikan keselamatannya?”
“Kau benar.”
“Apa kau pernah
memikirkan alasan kenapa kau tiba-tiba menyerah pada Chuchu?” tanya Qingfeng
serius. “Tidak apa. Aku hanya tiba-tiba penasaran.”
Karna Qingfeng hanya
bilang gitu, Aoran tidak menjawab dan pergi. Untuk mengawasi Xiao’en.
“Yang lebih penting,
apa rencanamu pada Zheng Xiao’en?” gumam Qingfeng.
--
Susan dan Qiuitan
menasehati Xiao’en kalau sekarang ini, Xiao’en pasti sudah di anggap
menyelingkuhi CEO dengan CSO. Tapi, tidak perlu khawatir, mereka akan
melindungi Xiao’en.
--
Di tempat acara pameran
seni, Aoran terus mengawasi Xiao’en. Dan Xiao’en ternyata lebih lihai. Dia
melihat ada orang yang menyodorkan kaki, mau membuatnya terjatuh, jadi, dengan
sengaja Xiao’en menginjak kaki orang itu.
Saat ada yang
menyodorkan minuman yang sudah di campur obat, Xiao’en pura-pura tersandung dan
menumpahkan minuman itu pada orang itu, Orang itu mau melempar minuman ke arah
Xiao’en dan dengan cepat Xiao’en menghindar.
Saat ada yang mau
menyiramkan air saat dia di toilet, dia sudah siap siaga dan mengambil foto
orang itu.
Aoran yang sudah siap
siaga mau nolong, jadi tidak berdaya karna Xiao’en bisa melindungi diri
sendiri.
--
Saat masuk ke lift,
Xiao’en adalah orang terakhir. Lift kepenuhan. Tapi Xiao’en tidak mau keluar.
Dia dan Susan serta Qiutian malah bekerja sama mengusir orang yang mengusir
Xiao’en barusan dengan menuduhnya kentut.
Dan di sudut lift, ada
Chuchu yang menatapnya penuh kebencian.
Semua itu di perhatikan
Aoran dan Qingfeng lewat CCTV (seolah Chuchu tidak lagi penting, di dalam CCTV,
Chuchu yang berdiri di sudut bahkan tidak terekam). Qingfeng tertawa karna
Xiao’en bisa melindungi diri sendiri. Aoran berkomentar kalau dia sudah salah
mendengarkan ucapan Qingfeng karna Xiao’en bisa melindungi diri sendiri dan
malah lebih seperti Xiao’en yang melindunginya.
Qingfeng semakin
tertawa karna pemeran utama tidak punya cara untuk menunjukkan potensial.
--
Karna ini adalah hari
terakhir pameran, maka Qingfeng mengajak semuanya untuk berfoto bersama dengan
memakai yukata. Semua staff wanita langsung heboh memilih yukata dan berfoto
bersama Qingfeng.
Setelah selesai,
Xiao’en yang bertugas melipat kembali semua yukata. Kenapa? karna yang lain
malah tidak mau merapikan dan melemparkannya pada Xiao’en. Qiutian ingin
membantu, tapi Xiao’en mengatakan tidak apa-apa karna dia tahu Qiutian masih
harus membantu Susan membereskan hal lain.
Kemalangan Xiao’en
malah berubah menjadi keberuntungan. Karna ketika dia sendirian, Aoran muncul
di hadapannya dan mengajaknya berfoto. Xiao’en mengira Aoran ingin dia membantu
memfoto, jadi dia sudah memegang ponsel Aoran dan menyuruhnya berpose.
Dan betapa terkejutnya
dia, ketika Aoran tiba-tiba menariknya, memeluknya dan menyuruhnya menatap
kamera. Mereka berfoto berdua. Xiao’en sangat menyukai foto itu dan meminta
Aoran untuk mengirimkannya kepadanya. Aoran langsung mengirimkannya.
Masih ada yang ingin di
bicarakan, tapi Aoran malah mendapat telepon dari Qingfeng. Qingfeng
memberitahu kalau semua orang sudah menunggu Aoran untuk mengadakan pesta
makan.
“Kau pergi aja duluan.
Semua sudah menunggu,” ujar Xiao’en.
“Okay,” ujar Aoran dan
pergi.
Setelah Aoran pergi,
Chuchu tiba – tiba muncul dan membuat Xiao’en sangat terkejut. Kenapa kembali?
“Jika aku tidak
kembali, aku tidak akan melihat muka dua mu sebenarnya?! Kau orang paling tidak
tahu malu yang pernah ku temui. Kau mendukungku di depan, tapi kau merayunya di
belakangku. Kau sengaja mengusir yang lain biar bisa berfoto dengan CEO kan?”
“Aku benar-benar tidak
seperti itu. Aku –“
“Aku tidak perlu
penjelasanmu! Aku hanya mau kau meninggalkan CEO, meninggalkan CSO,
meninggalkan perusahaan dan pergilah yang jauh. Semakin jauh, semakin bagus!!”
teriaknya dan mendorong Xiao’en hingga menabrak hiasan bunga yang ada di sana.
Chuchu terkejut melihat
Xiao’en yang terjatuh dan langsung mau kabur. Tapi, di ujung lorong dia melihat
rombongan Qingfeng. Dengan cepat, dia berbalik ke tempat Xiao’en, menariknya
dan menjatuhkan diri ke lantai sambil berteriak.
Teriakannya membuat
semua berkumpul.
“Zheng Xiao’en… Zheng
Xiao’en memukulku,” tangis Chuchu dan berjalan ke sisi Aoran sambil menangis.
Semua menatap pada
Xiao’en. Xiao’en speechless.