Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 12 - 2
Images by : SET TV
Walaupun sudah di hajar babak
belur, Aoran masih tetap mengkhawatirkan Xiao’en. Dia memohon agar Moran tidak
menyakiti Xiao’en. Moran tertawa dan mengejek Aoran yang tampaknya beneran
mencintai Xiao’en. Walau begitu, dia tidak peduli. Dia pergi keluar gudang dan
mengunci pintu gudang dengan rantai, mengurung Aoran di dalam.
Xiao’en melihat ke sekeliling dan
menemukan sebuah palu. Dengan palu yang ada, dia berusaha memutuskan rantai.
Tapi, rantai begitu kuat hingga tidak mungkin hancur dengan palu.
“Hape-ku di bawa pergi olehnya,”
beritahu Aoran.
Mendengar itu, Xiao’en jadi semakin
khawatir.
“Jangan pergi! Zheng Xiao’en, janji
satu hal padaku. Setiap aku mengulurkan tangan, aku harus bisa merasakan
tanganmu. Itu lah jarak terjauh kau bisa meninggalkanku. Kau mengerti?”
Xiao’en terdiam mendengar perkataan
itu. Dia menganggukan kepala, “Aku janji! Sekarang, kau harus membiarkanku
menolong mu keluar dulu. Tunggu aku.”
Dan setelah Xiao’en berkata begitu, Aoran melepaskan genggaman tangannya. Xiao’en berusaha sangat keras untuk memutuskan tali rantai. Karna palu tidak berhasil, Xiao’en mencoba menggunakan linggis.
--
--
“Karna kau mencuri ayahku. Asalkan
kau menghilang, ayah akan mencintaiku!”
“Kau bilang ayah tidak pernah tidak
mencintaiku. Lalu, ku tanya, apa dia pernah mencintaiku sebelumnya?! Dari aku
kecil, di dalam keluarga Situ, aku di perlakukan seperti udara, seperti orang
yang tidak terlihat. Kenapa? Karena kau!! Kau adalah CEO yang sukses, lalu aku?
Di matanya, aku hanya pencundang yang selalu gagal di segala hal yang ku
lakukan! Loser!”
“Kau hanya belum sukses. Bukankah
selama ini aku selalu mendukungmu?
“Aku tidak pernah berpikir begitu.”
“KAU BERPIKIR BEGITU!!!”
“Aku sudah bilang sebelumnya! Aku
tidak akan meninggalkanmu! Tidak akan!!!” balas Xiao’en, berteriak.
“Walaupun Situ Aoran mati, kau
tetaplah kau. Kau tidak akan pernah bisa menjadi Situ Aoran,” teriak Xiao’en.
“Chuchu sudah pergi menelpon polisi. Polisi udah dalam perjalanan kemari. Jika
kau membiarkan kami pergi, aku akan bilang pada mereka kalau ini hanya
pertengkaran saudara dan ada kesalahpahaman. Jika kau beneran membunuh orang,
seumur hidupmu akan hancur! Jika tidak masuk penjara, seumur hidupmu kau akan
terus melarikan diri. Mulai dari sekarang, kau tidak akan pernah bisa melihat
cahaya lagi. Itu yang kau inginkan?”
“Kau sangat berisik. Aku akan
mengurusmu dan Situ Aoran!” teriaknya dan mulai menyiramkan sisa minyak tanah
ke tubuh Xiao’en.
Xiao’en tidak mau pergi. Dia
mengambil pemantik api Moran yang terjatuh dan menggunakan pemantik itu agar
Moran melepaskan Aoran. Jika tidak, dia akan melemparkan pemantik itu ke tanah
yang sudah di penuhi dengan minyak tanah. Dia tidak peduli jika mereka semua
mati!!!
Aoran berteriak menyuruh Xiao’en
untuk pergi. Xiao’en tidak mau. Dia lebih memilih mati dengan Aoran. Jika Aoran
mati, dia tidak mungkin bisa tenang.
“Kau suka padaku?” kaget Xiao’en.
“Aku tidak pernah menyangka akan mendengar kau bilang suka padaku.”
Dan karena itu, dia melawan balik
Moran dan melumpuhkannya. Setelah itu, polisi baru tiba dan menangkap Moran. Chuchu
dan Qingfeng menyusul di belakang. Dan yang mereka lihat adalah perhatian Aoran
pada Xiao’en.
Chuchu hanya bisa menatap semua itu
dengan cemburu. Sementara Qingfeng, tampak sedih. Dia lagi-lagi, terlambat.
Begitu tiba di rumah, Xiao’en
mengobati luka irisan di leher Aoran. Dia menangis melihat luka itu. Walau
sudah mengobati luka itu, dia tidak bisa menghentikan tangisnya. Sisa ketakutan
akan hampir kehilangan Aoran tadi, masih sangat terasa.
Aoran meraih tangan Xiao’en dan
menempelkannya di wajahnya, “Tanganmu masih hangat seperti sebelumnya. Kau
ingat apa yang kau janjikan padaku. Selama aku mengulurkan tangan, aku harus
bisa merasakan tanganmu. Inilah jarak terjauh kau bisa pergi dariku.”
“Aku dapat memegang dan
merasakannya. Dari awal sampai akhir, semuanya adalah Situ Aoran. Bukan yang
lain. Itu bukan He Tianxing. Itu kau. Aku suka padamu, Situ Aoran. Kau bukan
pengganti siapapun. Kau unik. Tidak ada yang bisa menggantikanmu.”
Ucapan Xiao’en membuat Aoran
kehilangan kontrol. Dia mulai mencium Xiao’en. Mereka meluapkan rasa cinta
mereka. Dan berakhir dengan tidur bersama.
Setelah meminum obat tidur yang
Ibu berikan, Mingli jadi mengalami halusinasi. Dia berhalusinasi ada He Mingli
lain di hadapannya. Wanita itu terus berkata kalau dia adalah He Mingli,
sementara He Mingli yang sekarang bukanlah He Mingli.
Dan begitu dia membuka matanya,
dia malah sudah berada di tepi laut, masih dengan piyama-nya. Menakutkan. Dan
He Mingli sama sekali tidak ingat bagaimana dia bisa tiba di sana?
Qiaozhi lah yang menjemput Mingli
dari sana dan mengantarkannya pulang. Dia menyarankan agar Mingli membuat janji
dengan psikiater. Sarannya di tolak tegas oleh Mingli karna tidak ada yang
boleh tahu masalah ini.
Tianjian hari ini kembali ke
kantor pusat. Dia menyapa semuanya dengan riang. Mingli yang baru datang
langsung mengusirnya untuk pergi. Tianjian memasang ekspresi bingung, karna
Mingli yang kemarin menyuruhnya kembali. Kemarin malam, Mingli menelpon di
tengah malam menyuruhnya kembali kerja mulai hari ini.
“Kak, apa kau baik-baik saja?
kenapa kau terlihat buruk? Apa kau lupa yang kau lakukan kemarin malam?” tanya
Tianjian.
Mingli panik dan menyangkal kalau
dia lupa. Padahal, kenyataannya dia lupa semuanya. Dan begitu tiba di
ruangannya, dia langsung memeriksa ponselnya. Dan memang ada riwayat telepon
kalau dia menelpon tn. Hu dan Tianjian kemarin malam. Tapi, kenapa dia tidak
ingat sama sekali?
Lagi memikirkan masalah ini,
malah ada masalah lain. Sekarang ini, di semua komputer pegawai ada rekaman
pertengkaran Tianjian dan Mingli. Saat dimana Tianjian bilang kalau Mingli
orang yang membuat jalan baginya dan Mingli adalah batu loncatan. Mingli yang
sangat marah hari itu, memukul Tianjian!
Xiao’en kebangun dan
mengira dirinya sedang bermimpi tidur dengan Aoran. Tapi, begitu membuka mata
dan sadar kalau yang ada di hadapannya beneran Aoran, Xiao’en jadi panik. Dia
harus gimana? Pura-pura tidur? Atau gimana?
Berbeda dengan Xiao’en,
Aoran malah mengalami mimpi buruk. Xiao’en jadi khawatir dan memanggil namanya
agar sadar.
“Kau… bermimpi buruk?”
tanya Xiao’en. “Apa ada hubungannya dengan He Tianxing? Mimpi apa? Aku? Aku ada
di mimpimu?”
Aoran mengenggam tangan
Xiao’en sama seperti cara He Tianxing saat mengenggam tangan Xiao’en saat
Xiao’en lewat (di akhir episode 01), “Seperti ini,” ujar Aoran.
Xiao’en tersenyum dan menganggukan kepala. Aoran pun bangkit dari tempat tidur dan memakai bajunya. Dia meminta Xiao’en untuk memasak sarapan, sama seperti yang biasanya di lakukan. Dia ingin sarapan bersama Xiao’en.
“Sudah sampai begini dan kau masih
saja berdebat denganku? Darimana kau datang sih? Kenapa aku bisa suka wanita
sepertimu!!”
“Bahkan jika aku mati sekarang, aku
tidak ada penyesalan lagi,” ujar Xiao’en.
“Aku tidak. Masih banyak hal yang
ingin ku lakukan bersamamu,” ujar Aoran.
--
--
Arrggghhh!!!!
--
Ibu yang baru bangun, heran karna
Mingli ‘baru pulang’, kemana dia kemarin? Mingli berbohong kalau ada hal
penting di tengah malam tadi, jadi dia keluar dan sekarang baru kembali.
Tapi, Ibu tampak ragu. Karna dia
melihat Mingli bertelanjang kaki dan ada bekas pasir.
--
“Tidak mungkin!”
“Ketua, yang Tianjian bilang itu
benar. Bukankah kemarin malam Anda menelponku dan menyuruhku membiarkan
Tianjian kembali kerja hari ini,” ujar tn. Hu yang baru datang.
--
“Kau… kenapa kau tidak
menolongku?” tanya Aoran, begitu terbangun.
“Hah?”
“Bukan apa-apa,” ujar
Aoran, begitu sadar sepenuhnya.
“Kau bisa merasakan kau
memegang tanganku?”
“Aku bukanya sengaja,
hanya saja---“
“Tidak peduli apapun,
kau tidak harusnya melepaskan tanganku,” uajr Aoran, santai.
Xiao’en tersenyum dan menganggukan kepala. Aoran pun bangkit dari tempat tidur dan memakai bajunya. Dia meminta Xiao’en untuk memasak sarapan, sama seperti yang biasanya di lakukan. Dia ingin sarapan bersama Xiao’en.
Hal sederhana itu,
sudah membuat Xiao’en merasa sangat bahagia.
Tags:
Lost Romance