Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 13 - 1
Images by : SET TV
Sambil menyiapkan sarapan, Xiao’en
masih memikirkan mengenai mimpi Aoran. Dari mimpi itu bisa di simpulkan, bahwa
dalam keadaan koma, Tianxing bukannya tidak sadar sepenuhnya, dia masih dapat
merasakan apa yang terjadi di sekitarnya.
Aoran yang sudah berganti baju,
menghampiri Xiao’en yang sedang menyiapkan sarapan dan memuji harumnya masakan
Xiao’en. Begitu melihat Aoran, Xiao’en langsung ingin membahas mimpi Aoran
tadi. Dia merasa bahwa melalui mimpi itu, mungkin Tianxing ingin meminta
tolong—
Cup! Aoran
menghentikan ucapan dengan ciuman di bibirnya. Dia kemudian mengalihkan topik
dengan menanyakan menu sarapan yang Xiao’en buat. Xiao’en masih saja membahas
mimpi Aoran, dan Aoran kembali menghentikannya dengan memeluknya dari belakang.
“Kau tidak di izinkan menyebutkan
nama He Tianxing di cuaca baik seperti ini,” peringatinya.
Xiao’en masih saja cemas dan mau
membahas mengenai Tianxing. Tapi, setiap kali dia mengucapkan kata ‘He—‘, Aoran
langsung menciumnya. Xiao’en pun
menghentikan topiknya dan tersenyum bahagia.
--
Sarapan selesai! Xiao’en
menyiapkan sarapan yang sudah di siapkannya. Dia menghias sarapan itu sehingga
membentuk kata ‘I Love U’, Aoran tidak puas. Xiao’en pun menyiapkan sarapan
lain yang sudah di tulisinya : ‘U R the Only 1.’ Aoran masih belum puas juga.
Xiao’en mengeluarkan makanan
terakhir yang sudah di buatnya. Salad buah, tanpa hiasan apapun. Dan karna dia
sudah menyiapkan sarapan dan berhasil mendapatkan Aoran, maka dia akan berkemas
dan pulang.
Aoran malah menariknya hingga
terduduk di pangkuannya. Dia mengingatkan Xiao’en kalau kemarin malam adalah
hal yang tidak terduga kalau Xiao’en akan menginap di tempatnya. Jadi, barang
apa yang bisa Xiao’en kemas?
“Aku tidak membawa apapun,” balas
Xiao’en.
Setelah sibuk menggoda, Aoran
mulai bertanya serius, kenapa Xiao’en begitu serius dengan mimpi yang di
alaminya?
“Jangan marah ketika aku menyebut
namanya ya,” ujar Xiao’en sebelum bercerita. “Aku merasa kalau itu bukanlah
sembarang mimpi. Mungkin ini bukan hanya
mimpi mengenai He Tianxing, tapi juga mengenaimu?”
“Apa maksudmu?”
“Apa kau tidak merasa aneh terus
memimpikan orang yang sama? Mungkin mimpi ini adalah pertanda. Atau mengenai
masa depan. Kau tidak mau mencari tahu?”
“Bagaimana aku bisa mencaritahu?”
“Ceritakan mengenai mimpimu.”
Aoran mau menceritakannya. Isi
mimpinya hanyalah dia berbaring di tempat tidur rumah sakit. Tapi… sering kali
dia mendengar orang berbicara. Yang di lihat Aoran di mimpinya (dengan gambar
yang kabur) adalah saat Susanna memohon pada dokter agar dia tidak
mengizinkannya di bawa pindah rumah sakit oleh Mingli. Kemudian, saat Mingli
berbisik menyebutnya sudah kalah. Saat Susanna menyuruhnya segera bangun
sebelum tn. He meninggal. Saat Mingli curhat penuh kesedihan karna baru sadar
bahwa tujuan terbesar dirinya ada adalah untuk melenyapkan Tianxing. Semua itu
hanya kepingan-kepingan yang tidak di mengerti oleh Aoran.
Pembicaraan mereka berakhir karna
ada telepon masuk. Setelah menerima telepon itu, Aoran pamit pergi sama Xiao’en
karna ada hal yang harus di urusnya. Dia menyuruh Xiao’en untuk tidak
kemana-mana dan di rumah saja.
--
Aoran pergi ke pemakaman keluarga
Situ. Dia meminta maaf karna tidak dapat menjaga Moran. Masalah yang di buat
Moran kali ini, bukan hanya melibatkannya tapi juga orang lain, jadi dia tidak
bisa melepaskannya begitu saja. Moran harus bertanggung jawab atas kesalahannya
sendiri.
Tidak lama, Qingfeng datang. Dia
memberitahu kalau semua sudah di urus. Kejahatan Moran sangat jelas jadi dia
akan di bawa ke pengadilan. Untuk Chuchu, karna dia sudah menelpon polisi, jadi
bisa di anggap dia menyerahkan diri. Jadi, dia bisa keluar dengan jaminan, tapi
tidak ada satupun yang mau membayar uang jaminan untuknya.
“Bayarkan saja. Setelah dia
bebas, suruh dia langsung mengundurkan diri,” ujar Aoran.
Setelah semua laporan itu, hal
selanjutnya yang di lakukan Qingfeng adalah meninju wajah Aoran. Dia sangat
marah karna sebelumnya, Xiao’en sudah berulang kali memperingatinya untuk
berhati-hati dengan Moran, tapi Aoran tidak mendengarkannya sama sekali! Itu
karna Aoran tidak pernah mempercayai ucapan Xiao’en dan membuatnya hampir
celaka. Dulu, untuk melindungi Chuchu, Aoran sampai menyuruh satpam untuk
mengawasi Xiao’en. Tapi, waktu Xiao’en menyuruh untuk hati-hati sama Moran,
kenapa dia tidak menyuruh orang untuk mengawasinya?!
“Aku tidak berhati-hati,” ujar
Aoran.
“Kau bukannya tidak
berhati-hati!! Kau hanya ingin menghancurkan perasaanku! Aku mundur karna
Xiao’en menyukaimu, bukan karna kau temanku. Jika kau tidak bisa menjaganya,
aku---“ Qingfeng tidak melanjutkan kalimatnya dan memutuskan pergi.
Aoran langsung menahan tangannya
agar dia tidak pergi, “Aku akan menjaga Xiao’en mulai dari sekarang.
Terimakasih atas semua yang sudah kau lakukan padanya.”
Qingfeng masih tampak marah.
Aoran merasa sangat bersalah. Dia ingin melakukan sesuatu untuk Qingfeng,
kecuali Xiao’en. Itu karna dari kecil, Qingfeng lah satu-satunya sahabatnya. Ketika
dulu dia di hukum guru karna menyembunyikan barang terlarang, Qingfeng
membantunya dan bertanggung jawab bersamanya. Bahkan saat ayahnya mengurungnya,
Qingfeng selalu mencari berbagai alasan untuk datang ke rumahnya untuk
menolongnya. Apapun yang terjadi, Qingfeng selalu ada di sisinya. Jika dia bisa,
dia sangat ingin mengabulkan apapun keinginan Qingfeng. Hanya saja, dia tidak
bisa mengabulkan jika Qingfeng meminta Xiao’en.
“Kau tahu, apa kesalahan terbesar
yang pernah ku buat di dalam hidupku?” tanya Qingfeng. “Yaiut merekomendasikan
Xiao’en untuk ke rumahmu memperbaiki toilet. Tapi, aku tidak bisa memutar
kembali waktu. Halaman yang sudah di balik, tidak bisa lagi kembali.”
Aoran tahu bagaimana perasaan
Qingfeng. Tapi, dia berharap bahwa mereka masih bisa tetap menjadi sahabat
selamanya. Qingfeng adalah orang baik dan berlapang dada. Walau wanita yang di
cintainya memilih sahabatnya, Qingfeng tetap mau menjadi sahabat Aoran.
Selamanya.
--
Di rumah Aoran sendirian, Xiao’en
mulai menyatukan kepingan puzzle yang ada. Berdasarkan cerita dan pengalaman yang
ada, Xiao’en mulai menghubungkan hubungan satu persatu orang yang ada di mimpi
Aoran.
Wanita yang waktu itu di lihatnya
di rumah sakit (akhir episode 01/awal episode 02) pasti adalah He Mingli,
makanya punya wewenang untuk memindahkan Tianxing ke rumah sakit lain. Melihat
tatapan dan cara bicara Mingli, tampaknya, dia tidak terlalu peduli pada
Tianxing. Jadi, wanita yang di lihat Aoran di mimpinya, yang mau melepas
ventilator Tianxing, pastilah He Mingli.
Kemudian, mengenai wanita yang
bilang agar Tianxing segera bangun sebelum tn. He (Mantan Ketua Tianliang Grup)
meninggal, itu menandakan kalau ada konflik internal di Tianliang grup. Kemudian,
di mimpi itu, Aoran merasakan kalau Tianxing di bawa kabur dari rumah sakit.
orang yang pasti ingin Tianxing segera sadar, harusnya adalah sekretarisnya
(Susanna).
“Aoran masih bermimpi buruk. Itu
artinya Tianxing msih belum sepenuhnya sadar. Lalu, siapa yang ingin membunuh
Tianxing yang masih koma?” pikir Xiao’en. “Hal terbaik adalah Tianxing segera
sadar. Tapi, jika He Tianxing mati, apakah Situ Aoran akan mati? TIDAK BISA!!
Aku tidak menerimanya!! Tapi, jika Aoran hidup, maka He Tianxing di dunia
nyata…”
Sangat membingungkan. Xiao’en
memilih untuk tidak memikirkannya. Semua kan hanya mimpi. Untuk apa dia
memikirkannya dengan serius?!
--
Kondisi mental Mingli semakin memburuk. Dia
bahkan sekarang minum alkohol saat berada di kantor. Qiaozhi saja terkejut,
tapi dia berusaha untuk bersikap tetap tenang. Dia melaporkan kalau video
Mingli memukul Tianjian sudah tersebar secara online dan mereka tidak bisa
menghentikan berita yang tersebar.
“Jadi, semua ini sudah di rencanakan,”
sadar Mingli.
“Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?”
“Besok. Pikirkan saja besok,” jawab Mingli
dan memberi tanda agar Qiaozhi keluar.
“Ini sudah jam pulang. Ketua lebih baik
pulang ke rumah lebih awal untuk istirahat,” ujar Qiaozhi, menunjukkan rasa
pedulinya.
Sarannya di dengarkan dengan baik oleh
Mingli. Dia berjalan dengan terhuyung-huyung. Qiaozhi hendak membantu dengan
memeganginya, tapi Mingli menolak. Dalam keadaan mental yang kacau dan
kesadaran yang tidak penuh, Mingli malah berhalusinasi ada ‘He Mingli’ lain
yang berdiri di hadapannya. Dia mulai bicara dengan halusinasinya itu dan
berulang kali terus mengatakan ‘Aku He Mingli yang asli’!! Qiaozhi terdiam
bingung melihat Mingli yang bicara sendirian padahal tidak ada siapapun di
depan sana.
Keadaan Mingli semakin parah. Suara
halusinasi itu terus berbicara di telinganya. Hingga saat di lobby, Mingli
tidak tahan lagi dan berteriak : “DIAM!!!”
Teriakannya menarik perhatian semua orang
karyawan yang ada di sana. Perhatian semakin memuncak saat tn. Hu dan Tianjian
tiba dari pintu masuk dengan dua orang pria yang menyeret Mingli ikut dengan
mereka. Qiaozhi segera bergerak melindungi Mingli.
“Kak, kau sakit. Aku akan membawamu ke
rumah sakit untuk pengobatan,” bujuk Tianjian, berakting seperti adik yang
peduli.
“Aku tidak perlu!!”
“Biarkan aku membantumu!!! Lihat keadaanmu
sekarang ini!! Kau sampai tidak sadar kalau kau lagi sakit.”
“Aku---,” ucapan Mingli terhenti karna
mendengar suara tawa ‘He Mingli.’
Suara tawa yang menjengkelkan baginya. Dia
mulai bicara sendiri lagi, dan itu membuat semua orang semakin yakin kalau He
Mingli mengalami gangguan jiwa. tn. Hu langsung mengumumkan kalau Mingli tidak
lagi memiliki kualifikasi menjadi Ketua. Qiaozhi juga tidak bisa membantu lebih
banyak karna melihat kondisi Mingli.
Di saat Mingli di bawa paksa, ponselnya
terjatuh. Tianjian memungut ponsel itu dan teringat kejadian kemarin malam.
Kemarin
malam, Tianjian diam-diam masuk ke dalam kamar Mingli yang sudah tertidur lelap
karna pengaruh obat tidur yang di minumnya. Dia mengambil ponsel Mingli di meja
dan menyalakannya dengan sidik jari Mingli, kemudian menggunakan ponsel itu
menelpon ke ponselnya dan ponsel tn. Hu.
End
Dengan cara itulah, Tianjian membuat
dirinya bisa kembali ke perusahaan dan menjebloskan Mingli ke rumah sakit jiwa.
--
Mingli di ikat dan di kurung di dalam
ruangan tersendiri. Tianjian dan tn. Hu menatapnya dari balik kaca pintu.
“Kak, kau sudah lelah. Kau harus
beristirahat. Kau hanya harus berada di sini,” ujar Tianjian seolah bicara
dengan Mingli.
tn. Hu tampak senang. Dia memberitahu
Tianjian kalau dia sudah mengaturkan pertemuan antara Tianjian dengan para
pemegang saham. Dan minggu depan, mereka akan mengadakan rapat internal untuk
memilih ulang Ketua yang baru.
“Bagaimana dengan Tianxing?” tanya
Tianjian.
“Kami sedang mencarinya.”
Tianjian khawatir kalau Tianxing di
sembunyikan oleh Mingli. Tn. Hu lebih pintar dari Tianjian. Dia bisa tahu kalau
Susanna dan Jason yang menyembunyikan Tianxing. Itu karna setelah Tianxing
menghilang, Susanna dan Jason tidak pernah datang bekerja.
“Kalau gitu, kita tanyakan pada Qiaozhi,”
pendapat Tianjian.
“Percuma saja. Dia pasti tidak tahu apapun.
Kau tahu sendiri kalau dia paling setia pada Mingli. Tidak perlu khawatir, aku
sudah menyuruh orang mencari mereka. Begitu ada kabar, mereka akan langsung
menghubungi kita. Dan kau, jangan sampai lengah.”
--
Berita mengenai kondisi Mingli sudah masuk
ke berita. Di kabarkan Mingli akan menjalani perawatan.
“Pertengkaran di antara keluarga. He Mingli
sampai jatuh seperti ini. Entah dia sakit beneran atau tidak, tidak ada yang
tahu. Dan juga ada kabar kalau akan di adakan rapat pemegang saham minggu ini,”
beritahu Jason.
Susanna beneran khawatir. Melihat keadaan
perusahaan yang seperti ini, perusahaan bisa benar-benar hancur.
--
Seseorang berpakaian hitam dan bermasker,
membuntuti Susanna dan Jason. Hasil pengintaiannya menuntunnya hingga ke depan
Cuishan Nursing Home.
Susanna membawa pengharum ruangan yang
biasa Tianxing gunakan (sama seperti Aoran) dan memasangnya di samping tempat
tidurnbya. Dokter memujinya karna dengan aroma yang tidak asing, bisa membantu
Tianxing untuk sadar.
Ada kabar buruk mengenai Tianxing. Keinginan
hidup Tianxing sangat kuat, tapi organ-organ vitalnya mulai menurun. Susanna
jelas panik dan cemas. Dokter juga hanya bisa berkata akan berushaa semampu
mereka.
“Tianxing, sesuatu terjadi pada He Mingli.
Perusahaan Tianliang bisa dalam krisis. Kau harus cepat sadar untuk
menyelamatkan Tianliang dan dirimu sendiri. Bahkan He Mingli sudah jatuh sampai
ke titik ini. Aku takut mereka tidak akan melepaskanmu. Mereka akan
membunuhmu,” ujar Susanna, berharap Tianxing bisa mendengar dan segera sadar.
Jason berusaha menenangkan Susanna. Di saat
mereka sibuk bicara, mereka tidak menyadari kalau sudut sudut mata Tianxing
mulai bergerak, dia seolah berusaha untuk bangun.
--
Dalam perjalanan pulang ke rumah,
Aoran melewati toko bunga. Karna hatinya senang, dia memutuskan membeli bunga
untuk Xiao’en. Pegawai toko menyarankan agar membeli bunga mawar, tapi Aoran
menolak. Dia lebiht tertarik dengan bunga hydrangeas.
Arti dari bunga itu adalah : “Mimpi gadis muda.” Aoran menyukai artinya,
karna menurutnya, dia adalah mimpi para anak muda.
Begitu sampai di rumah, Aoran
latihan cara memberikan bunga. Udah latihan capek-capek, ternyata Xiao’en nggak
ada lagi di rumahnya. Padahal dia udah nyari ke setiap sudut bahkan sampai ke
kolong meja, Xiao’en beneran nggak ada.
“Aku di rumah,” jawab Xiao’en
santai saat mendapat telepon dari Aoran.
“Aku belum mandi atau tukar baju.
Jika nggak pulang, mau ngapain lagi?” balas Xiao’en.
“Okay. Tunggu di sana,” perintah
Aoran dan langsung mematikan telepon.
Xiao’en jadi bahagia karena tahu
kalau Aoran mau datang ke rumahnya. Masalahnya, karna dia tinggal sendirian,
rumahnya jadi berantakan. Dia tidak punya waktu membereskan rumahnya yang
berantakan karena sibuk mempersiapkan diri menyambut Aoran. Jadinya, semua baju
dan sampah hanya di jejalinya ke kolong kursi dan meja. Yang penting,
tersembunyi.
Begitu Xiao’en membuka pintu,
dengan gaya cool Aoran memberikan
bunganya. Dia juga beralasan mampir karna kebetulan lewat.
Tanpa di undang
masuk ke dalam rumah, Aoran langsung masuk. Dia melihat sekeliling dan mengomentari
rumah Xiao’en yang begitu kecil. Xiao’en nggak tersinggung malah geli karna itu
kalimat Dao Ming Si di drama ‘Meteor
Garden.’
Dengan santai, Aoran duduk di
sofa. Dreett! Eh, malah ada suara
aneh. Aoran yang udah duduk lansung terlonjak kaget. Suara aneh itu timbul
karna ternyata ada sampah plastk dan kaus kaki di sela kursi. Wkwkwk. Aoran
tentu menyindirnya menggunakan sofa sebagai tempat sampah. Dengan malu, Xiao’en
mulai beralasan dengan teori kalau air itu selalu mengalir dari tempat tinggi
ke rendah. Nah, sampah itu kelihatannya mengalir ke bawah sofa yang lebih
rendah. Itu hukum alam.
Aoran mengalihkan pembahasan
dengan minta teh. Dengan santai, dia berjalan ke dapur dan membuka lemari
dapur. Bruaaak!! Barang pun
berjatuhan karna tidak di susun rapi. Di bak cuci juga ada banyak piring yang
belum di cuci. Benar-benar buat shock. Aoran
mau minum air aja, tapi Xiao’en melarangnya untuk membuka kulkas.
Di saat itu juga, Xiao’en baru
menyadari sudut bibir Aoran yang lebam. Dengan penuh perhatian, dia langsung
mengambil kotak P3K dan mengobati sudut bibirnya. Xiao’en juga tahu Aoran pasti
kaget melihat rumahnya tapi itu salahnya juga karna datang begitu tiba-tiba.
Dengan keseriusan, Aoran mengajak Xiao’en untuk tinggal di rumahnya.
“Aku tidak mau,” tolak Xiao’en.
“Aku udah mau bilang ini sedari awal. Tinggal di tempat besar itu sangat
melelahkan. Kenapa aku tidak memilih tinggal di rumah kecilku ini daripada
rumah emas atau perak?”
Untuk membuat Aoran mengerti kenapa
dia sangat menyukai rumahnya, Xiao’en mulai menunjukkan caranya menikmati waktu
di rumahnya. Mulai dari berbaring di sofa dengan santai sambil menikmati
cemilan yang ada di samping sofa. Mau minum, tinggal pakai sedotan yang sudah
di rancang khusus sehingga tidak perlu memegang botol dan bergerak. Mau buang
sampah juga, tongnya ada di bawah tv. Tinggal lempar sampah mengenai sudut tv
dan sampah akan jatuh ke dalam tong.
Perlahan Aoran mulai relax dan
menikmati bersantai di rumah Xiao’en.
Lagi makan snack, Xiao’en mendapatkan hadiah kupon di dalam snack. Hadiahnya, dia mendapatkan extra snack. Xiao’en saking senangnya
sampai bersorak.
“Kau sangat aneh,” komentar
Aoran.
“Aneh yang baik atau buruk?”
“Kau bilang kau suka uang. Tapi
kau tidak pernah mencairkan cek yang ku berikan. Kau tidak pernah membuka
hadiah tas mahal dan berkelas yang ku berikan. Tapi, kau malah sangat bahagia
hanya karna memenangkan extra snack.
Zheng Xiao’en, caramu mencintai uang sangat aneh.”
“Itu nggak aneh.”
“Nggak aneh? Aku semakin
penasaran orang seperti apa kau ini.”
“Aku hanya… orang biasa.”
“Kau bukan orang biasa. Aku, Situ
Aoran, tidak mungkin jatuh cinta dengan wanita biasa. Bagiku, kau orang paling
spesial di dunia ini.”
Xiao’en sangat terharu dengan ucapan
Aoran. Perasaannya semakin membuncah pada Aoran hingga dia langsung menciumnya.
Aoran tersenyum melihat tingkah
malu-malu Aoran. Saat itu, dia menerima telepon sehingga dia pun sedikit
menjauh. Di saat Aoran berjalan menjauh, sekilas, sosok Aoran sempat hilang
timbul hilang timbul. Xiao’n mengira matanya salah lihat, tapi rasanya… tidak
mungkin.