Sinopsis
K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 04
Images by : SBS
Setelah makan-makan, mereka berempat
tidak langsung pulang melainkan pergi ke ruang gladi bersih Yayasan Budaya
Kyunghoo. Mereka akan mendengarkan permainan piano Joon Young. Hyun Ho menyuruh
Song Ah yang menentukan lagu yang ingin di dengarnya. Song Ah merasa sungkan,
tapi karna Hyun Ho terus menyuruhnya, dia akhirnya meminta sebuah lagu.
Hyun Ho kemudian membahas kalau
Joon Young memang sudah menyukai Schumann dari kecil, tapi dia belum pernah
mendengar Joon Young memainkan "Träumerei". Song Ah jadi nggak enak
dan berkata kalau Joon Young bisa memainkan lagu lain.
“Aku bisa memainkannya,” ujar
Joon Young, serius. “Dengarkan baik-baik karna aku tidak akan pernah
memainkannya lagi.”
--
Permainan itu meninggalkan kesan bagi Jung Kyung. Walau sudah pulang, dia masih terus memikirkan ucapan Joon Young kalau dia tidak akan pernah memainkan "Träumerei" lagi.
--
--
Young In membagi kerjaan. Karna
Seung Jae sedang ada di hotel menemui konduktor, Young In memerintahkan Hae Na
untuk pergi ke sana untuk membantu Seung Jae. Hae Na mengiyakan.
Young In kemudian melihat
jadwal Joon Young yang bilang akan ke Hannam-dong sendirian. Ah, Young In jadi
terpikir untuk memberikan album Joon Young kepada konduktor, tapi kaset album
Joon Young di kantor sudah habis. Jadi, dia meminta Song Ah untuk membantu
membelikannya. Tentu saja, Song Ah mengiyakan.
--
--
Ada momen saat kami tiba-tiba menyadari sesuatu. Aku tidak
pernah suka berpartisipasi dalam kompetisi. Berat badanku selalu turun dan aku
menderita insomnia. Tetap saja, aku harus terus berpartisipasi karena dua
alasan. Pertama, harus memenangi hadiah uang untuk menafkahi keluargaku.
Setelah datang ke Seoul sendirian untuk belajar di sekolah
seni, aku harus mencari nafkah untuk diriku sendiri. Dan alasan lainnya adalah orang
yang membantuku saat aku hampir menyerah.
Uang yang diberikan kepadaku sebagai beasiswa adalah harga
untuk duka seorang gadis.
Aku benci kenyataan bahwa tragedi itu menjadi keberuntunganku,
tapi aku ingin terus bermain piano dan tidak mau pulang. Jadi, aku memutuskan
untuk berteman dengannya.
Aku berharap itu akan membuatku merasa sedikit lebih baik. Setelah
itu, aku mulai berpartisipasi dalam kompetisi tanpa henti. Agar orang yang
membantuku akan merasa bangga.
Namun, setelah kompetisi terakhir saat aku mendapat peringkat
kedua, aku sadar betapa menderitanya meninggalkan rumah dan tertidur sendirian
tiap malam di kamar hotel yang berbeda-beda. Setelah mencurahkan seluruh
energiku di atas panggung tiap malam, aku pulang dan memikirkan dia (Jung
Kyung) dan temanku yang lain (Hyun Ho).
Apakah emosi ini adalah pertemanan, simpati, atau rasa
berutang?
Makin kupikirkan, aku makin takut. Jadi, aku berusaha
mengabaikannya.
Kemudian, hari itu, Jung Kyung
tiba-tiba saja menciumnya.
Tapi sejujurnya, aku selalu tahu bagaimana perasaanku. Tapi
aku sudah sadar bahwa aku tidak bisa mengungkapkannya. Aku menantikan cuti
panjangku selama beberapa tahun, tapi semuanya kacau sejak awal.
Semua terasa kacau bagi Joon
Young karna ternyata Jung Kyung pun kembali ke Korea.
Hal yang kuketahui dan selama ini kuabaikan karena tidak ingin
menghadapi kenyataan mulai terlihat satu demi satu.
--
--
--
--
Joon Young langsung berjalan mengampiri Song Ah, “Song Ah-ssi. Bisakah kamu membalikkan halaman untukku?”
Song Ah menyanggupi. Tapi ini
kali pertamanya menjadi page turner. Joon
Young menyuruhnya tidak tegang karena walaupun nanti Song Ah membuat kesalahan,
dia juga sudah hampir mengingat semua not-nya.
“Beri dia kiat yang lebih
spesifik. Kamu pasti sering melakukan ini saat masih sekolah,” ujar Young In.
“Astaga, tidak jelas sekali,”
komentar Young In.
“Agak sulit menjelaskannya
dengan kata-kata. Song Ah, kamu tahu maksudku, bukan?”
“Ya. Aku akan mencobanya,”
jawab Song Ah.
--
“Apa aku keliru? Kamu datang?”
tanya Hyun Ho, balik.
“Tidak, aku tidak datang. Aku
tidak menemui Joon Young,” bohongnya.
--
Joon Young memulai permainan
pianonya, menyesuaikan dengan musik violin Ji Won. Song Ah melakukan tugasnya
sebagai page turner dengan baik.
Musik yang di mainkan indah.
Tapi, walaupun indah, di
telinga profesor Song masih ada yang salah sehingga dia memanggil Ji Won untuk
bicara.
Perhatian mereka teralih karna
mendengar Profesor Song yang menegur Ji Won. Ji Won menjelaskan kalau luka di
tangannya sangat sakit karna senar. Profesor Song bilang itu karna Ji Won tidak
berlatih cukup keras. Jika Ji Won berlatih keras, tangannya pasti sudah kapalan
dan tidak akan sakit lagi.
--
“Inikah yang kuberikan
kepadamu? Sebelum Kompetisi Chopin?” tanya Jung Kyung, yang tiba-tiba sudah
berada di depan mereka. Dia menanyakan sapu tangan yang Joon Young gunakan.
“Ya.”
“Kamu masih menggunakannya? Kamu
sudah lama tidak memainkan piano ini,” tanya Jung Kyung lagi.
“Ya,” jawab Joon Young tampak
tidak nyaman.
--
--
“Ya. Aku mendapat beberapa
tawaran dari universitas di luar negeri, tapi aku tertarik dalam merancang
acara,” jawab Hae Na.
“Bagaimana denganmu? Apa rencanamu setelah lulus?” tanya Da Woon. “Kamu
juga tertarik merencanakan acara konser, bukan?”
Entah kenapa, Hae Na malah
tampak cemas menanti jawaban Song Ah.
“Untuk saat ini, tujuan pertamaku
adalah lulus. Kami juga harus melakukan resital senior semester depan,” jawab
Song Ah.
--
“Jangan berusaha terlalu keras
untuk bermain dan membuat semua orang terkesan. Jika semua juri kompetisi memberimu
delapan poin, tentu saja kamu bisa mendapat peringkat pertama. Tapi mungkin
lebih baik mendapat 10 poin dari 1 atau 2 juri, dan 6 atau 7 poin dari juri
lainnya. Karena dengan begitu, 1 atau 2 juri itu pulang setelah melihat
penampilan yang tidak akan mereka lupakan. Jangan takut akan apa pun. Ikuti hatimu,” nasehat nenek itu.
Joon Young mendengarkannya
dengan seksama.
--
Joon Young, Song Ah, Da Woon dn
Hae Na menunggu taksi bersama. Semua
sudah mendapatkan taksi dan pulang. Yang tersisa hanya Joon Youn dan Song Ah. Joon
Young mengajak Song Ah berbincang dan akhirnya mereka baru sadar kalau ternyata
mereka saling menemani.
Jadi, Song Ah itu sebenarnya
pulang naik bus metro, tapi dia tetap di sana karna berniat menemani Joon Young
menunggu taksinya. Joon Young pun ternyata masih di sana karna berniat menemani
Song Ah menunggu taksi dan dia tidak pulang naik taksi. Keduanya tertawa
canggung saat menyadari hal itu.
“Begitu rupanya. Kalau begitu,
selamat malam,” pamit Song Ah.
“Ya.”
“Syukurlah,” ujar Joon Young,
tampak lega.
“Aku juga puas karena semua
orang menyukainya.”
“Bukan pendapat orang lain. Maksudku,
apa kamu menyukainya?” tanya Song Ah lagi memperjelas pertanyaannya. “Menurutku
kali terakhir kamu bermain agak lebih baik.”
“Saat kamu memainkan
"Träumerei" di ruang geladi bersih malam itu. Hari ini luar biasa, tapi
anehnya, aku terus membayangkan alunan nada pianomu malam itu. Tiap kali aku
memikirkannya, itu menyentuh hatiku,” jawab Song Ah, mengingat alunan musik
piano Joon Young, hari itu. “Sebaiknya aku pergi.”
“Baik, selamat malam.”
--
Song Ah sudah tiba di terminal
kereta bawah tanah. Saat dia mencari kartu kereta, dia malah tanpa sengaja
melihat album Joon Young yang di belinya hari ini. Melihat album itu, dia jadi
terpikir sesuatu.
--
Joon Young duduk termenung di
dalam kedai. Dia memikirkan pertanyaan Song Ah, yang menanyakan pendapatnya
sendiri mengenai permainan piano-nya hari ini.
Dan saat itu, Song Ah tiba-tiba
muncul di sebelahnya.
“Tentu saja.”
D O
Y O U L I K E B R A H M S ?
Tags:
Do You Like Brahms?
Terimakasih banyak minn💜💜
ReplyDeleteAaaa Ko So-Hyun (Yang Ji-won) 🥰
ReplyDelete