Sinopsis
K-Drama : Do You Like Brahms? Episode 03
Images by : SBS
Di
saat makan malam bersama (Song Ah, Dong Yun dan Min Seong), secara bersamaan
Song Ah dan Dong Yun memberitahu keputusan mereka pada Min Seong. Song Ah ingin
mengambil jurusan violin, sementara Dong Yun ingin berhenti main violin. Min
Seong jelas terkejut mendengar pengumuman tiba-tiba tersebut. Dia mengambil
nafas sejenak dan menanyakan ulang keputusan mereka.
Jadi,
Dong Yun begitu keluar dari militer akan berhenti bermain violin dan menjadi
pembuat instrumen dawai? Dong Yun membenarkan. Okay, kalau begitu, Min Seong
memberikannya semangat dan semoga berhasil.
“Kamu
akan menjadi orang bodoh? Jangan katakan yang tidak ingin kamu katakan karena
takut aku marah.”
“Itu
keputusanmu. Keputusan Chae Song Ah dan bukan keputusan orang lain. Aku tahu
betapa sulitnya kamu berpikir dan khawatir sebelum membuat keputusan. Aku
selalu memihakmu. Masuklah ke departemen musik, belajar, dan karier masa
depanmu... Itu tidak akan mudah. Tapi aku akan mendukungmu.”
“Terima
kasih,” ujar Song Ah, tulus.
“Belum.
Biayanya mahal, dan aku belum memberi tahu orang tuaku.”
“Bagaimana
kalau aku?”
“Apa?”
tanya Song Ah, bingung.
“Bagaimana
kalau aku? Entah apakah aku bisa diandalkan. Tapi aku akan bekerja keras untuk
mengajarimu. Kalau tidak keberatan belajar dari jurusan musik militer.”
“Aku
percaya padamu. Kuharap kamu mengajariku dengan baik, Pak,” terima Song Ah
dengan mata berbinar.
Episode 02
Poco a Poco : Perlahan, sedikit demi
sedikit
--
Song Ah menanyakan alasan Dong
Yun menyuruhnya menjemput ke bandara, jika pada akhirnya mereka akan ke sini
juga. Dong Yun tertawa karna tidak tahu mau jawab apa. Perutnya tiba-tiba
berbunyi karna lapar. Jadi, Dong Yun mengajaknya makan dulu. Mereka bisa
mengambil makanan dari lantai bawah.
Belum juga Song Ah ke bawah mengambil makanan, Dong Yun sudah duluan mendapat telepon dari Min Seong. Dia mengajak bertemu.
“Apa? Kamu dimana?” tanya Dong
Yun, kaget.
--
“Kenapa aku tidak bisa menghubungimu?
Aku terus menelepon,” tanya Min Seong.
“Maaf,” jawab Song Ah, singkat.
“CEO Yoon, selamat,” ujarnya berpura-pura seolah baru bertemu Dong Yun.
Min Seong curhat meminta Song
Ah memarahi Dong Yun karna sudah mengabaikan semua SMS ucapan selamatnya dan
baru membalas setelah mendarat di Incheon. Dong Yun meminta maaf dan beralasan
kalau dia sibuk.
“Aku tahu kamu akan langsung
kemari dari bandara, dan menghubungi yang lain,” ujar Min Seong, riang.
Teman yang lain mulai menggodai
Min Seong dengan menyebutnya mantan pacar yang hebat. Mereka juga menanyakan,
apakah mereka akan rujuk lagi?
Dong Yun tampaknya tidak mau
ada gosip aneh. Dia membalas dengan berkata kalau dia kan tinggal di gedung
ini, jadi kalau tidak pulang kemari, kemana lagi? Semua tertawa karna yang di
katakan Dong Yun itu ya benar.
--
Setelah tujuh tahun, akhirnya
Joon Young kembali ke Korea. Joon Young memberitahu kalau dia pulang untuk
istirahat dan tidak tampil dimanapun. Tempat tinggalnya di Berlin juga dia
sewakan karna dia akan kembali suatu hari nanti. Toh perabotannya di sana juga
sedikit.
“Bagaimana dengan pianonya?”
tanya Hyun Ho. “Ah benar. Kamu mengembalikan piano Jung Kyung sebelum pindah ke
Berlin. Bukankah aneh membiarkan orang lain tinggal di rumahmu?”
“Itu bukan rumahku. Aku juga
menyewanya.”
“Di mana rumahmu? Kamu pindah
ke Seoul sendirian di kelas tujuh. Rumah orang tuamu tidak akan terasa seperti
rumah lagi.”
“Entahlah. Saat tur, aku tidur
di tempat baru tiap malam.”
“Pasti berat bagimu. Beristirahatlah sepuasnya sampai tahun depan. Bersenang-senanglah di universitas. Berkencanlah dengan seseorang. Jujurlah pada identitasmu sebagai mahasiswa yang sempat rehat,” hibur Hyun Ho sambil menasehati.
--
tn. Lee tampak tidak senang
dengan kabar itu. Dengan serius, dia menanyakan, apakah semua aplikasi AS-nya
(lamaran kerja gitu) gagal? Jung Kyung mencoba tenang dan menjawab ya.
Neneknya, Ny. Na Moon Sook,
berusaha memecahkan ketegangan yang terjadi dengan berujar lega karna Jung
Kyung kembali ke Korea. Baginya, Jung Kyung sudah belajar cukup lama jadi bisa
membantu Yayasan juga. tn. Lee tampaknya tidak tahu harus membahas apa lagi,
jadi dia pamit kembali ke kamar duluan.
--
“Bukannya tidak mau, dia tidak
mendapat tawaran apa pun. Kami pikir dia akan mendapat setidaknya satu. Universitas
Seoryeong juga tidak akan mudah. Tapi tetap saja, aku sangat bersyukur dia
kembali ke Korea bersamaku. Sudah lama kami tidak berada di bawah langit yang
sama,” cerita Hyun Ho.
“New York dan Indiana? Jarak
tempuhnya 1.100 km. Jarak dari Seoul dan Tokyo,” ujar Hyun Ho.
--
Dong Yun menghiburnya dengan
berkata kalau pekerjaannya sebagai PNS mempunyai masa depan lebih terjamin
hingga pensiun. Hiburannya cukup menghibur. Taksinya datang tidak lama
kemudian.
“Dia
tidak tahu bagaimana perasaanku. Aku tidak baik-baik saja,” ini yang Song Ah pikirkan di dalam
hatinya.
Karna semua teman sudah pulang,
Dong Yun mengajak Song Ah kembali untuk memperbaiki violinnya (violinnya Song
Ah tinggalkan di lantai 2, jadi waktu ketemu teman, dia seolah tidak membawa
violin).
--
“Kau pasti kesal karna kami
tidak datang kan?” tanya Hyun Ho. “Maafkan Jung Kyung karna waktu itu dia
sangat sakit.”
Joon Young hanya diam. Dia
tidak berani bilang kalau Jung Kyung datang ke resitalnya dan bahkan menciumnya
hari itu. Hyun Ho tidak tahu hal itu dan tetap salah paham kalau Jung Kyung
tidak datang. Dia bahkan cerita waktu tiba, Jung Kyung sangat pucat karna sakit
migrain-nya.
Hyun Ho kemudian membahas topik
lain. Dia yakin kalau Joon Young pasti tidak tahu kalau dia pulang bersama Jung
Kyung kan? Jung Kyung pun tidak tahu kalau Joon Young datang menjemput di
bandara. Rasanya menyenangkan bisa memberikan kejutan.
--
Ada retakan di sudut violin
Song Ah. Karna itu suaranya jadi bocor dan tidak beresonansi. Song Ah baru
tahu.
“Aku merasa sedih.”
“Siapa yang tahu soal
instrumenmu kalau bukan kamu? Semua instrumen musik punya jiwa. Instrumen musik
sudah ada selama berabad-abad. Jangan buat mereka berpikir telah bertemu
pemilik yang buruk,” nasehat Dong Yun.
“Baiklah. Maaf.”
“Aku mencintaimu,” ujar Dong
Yun, membuat Song Ah terkejut. “Katakan itu tiga kali. Nyatakan cintamu untuk
violinmu. Katakan itu tiga kali. Katakan langsung ke dalam lubang bodinya. Agar
dia bisa mendengar semuanya,” lanjut Dong Yun.
--
--
--
--
Song Ah sudah pulang ke rumah.
Dia membaca sebuah kartu ucapan yang dulu di terimanya dari Dong Yun : “Song Ah, selamat sudah di terima di
departemen musik. Ku harap kau menjadi violinis hebat dalam empat tahun. – NB :
poco a poco! Perlahan dan sedikit demi sedikit. Semoga berhasil!”
Sekarang media sedang heboh
memberitakan pianis Seung Ji Min yang terus menjulang karna berhasil menjual
200.000 album debutnya di Korea.
Di luar ruangan, Seung Jae
berharap Hae Na akan bekerja dengannya. Walau begitu, dia merasa khawatir pada
Song Ah yang entah akan di tugaskan kemana. Dengan santai, Da Woon menyuruhnya
untuk tenang saja.
Jung Kyung masih belum pergi
dari café. Dia mengingat saat mencium Joon Young di resital di New York bulan
lalu.
Berdiri
sendirian di ruangan yang ramai, entah apa yang di pikirkan Jung Kyung.
Seseorang pria asing mengira Jung Kyung hendak meminta tanda tangan Joon Young
sehingga dia menawari untuk memintakan-nya. Jung Kyung tampaknya iri melihat
Joon Young yang begitu di kenal, sementara dirinya tidak.
Panggilan
yang entah kenapa membuat Jung Kyung merasa ingin menangis. Dia berbalik dan
mencium Joon Young kemudian berjalan pergi begitu saja, meninggalkan Joon Young
yang masih shock dengan ciuman tersebut.
Jawabannya jelas. Karna Joon
Young tidak pergi dari café tersebut, melainkan berdiri di depan jendela café,
menghalangi sinar matahari mengenai Jung Kyung langsung.
Jung Kyung dan Joon Young
menunggu lift bersama. Mereka akan menemui Young In. Tidak lama, Hyun Ho yang
baru tiba, menyapa mereka berdua dengan riang.
Young In memberitahu mereka
bertiga mengenai Yoo Jin yang sudah mengambil cuti hamil. Dan karna itu,
liaison Joon Young untuk sementara ini akan di ambil alih oleh Song Ah. Karna
itu, Song Ah yang mengambil alih rapat dan menjelaskan mengenai apa yang sudah
di siapkan. Sebelum pergi, Young In memberitau kalau dia sudah memesan tempat
untuk makan malam bersama, tapi mendadak dia ada urusan dan Song Ah yang akan
menggantikannya makan dengan mereka. Mereka bertiga menerimanya tanpa masalah.
Sebelum memulai rapat, Song Ah
membagikan kopi americano dingin yang di belinya tadi. Dan untuk kopi yang
tumpah, Song Ah yang akan meminumnya. Joon Young ternyata menyadari kopi Song
Ah dan langsung menukarnya dengan kopinya. Song Ah menolak, tapi Joon Young
langsung meminum kopi yang tumpah itu, sehingga Song Ah tidak bisa protes lagi.
Hal itu tentu tidak luput dari
perhatian Jung Kyung. Hyun Ho malah heran karna Joon Young meminum kopi karna
Joon Young tidak bisa minum kopi. Jika minum kopi, jantung Joon Young bisa
berdebar.
--
Yoo Jin yang sudah hamil besar
tiba-tiba mengalami kontraksi. Tentu saja semua panik dan segera menelpon
ambulans.
--
Young In memberitahu kalau Yoo
Jin harus di rawat di rumah sakit karna tenggat lahirnya di akhir bulan ini.
Jadi, Yoo Jin mengambil cuti hamil. Mengenai tugas Yoo Jin nanti, dia akan
mengatur siapa yang akan mengambil alih untuk sementara waktu.
--
Hae Na dan Song Ah menunggu Ny.
Na di sebuah restoran mewah. Mereka menunggu di ruangan yang sudah di booking sebelumnya. Sambil menunggu Ny.
Na datang, Song Ah menanyai Hae Na, apakah dia mengenal cucu Ny. Na, Jung
Kyung?
Hae Na ternyata mengenalnya.
Dia mulai bercerita kalau waktu kecil, Jung Kyung di juluki sebagai penerus
dari Sarah Chang. Jung Kyung bahkan bermain di New York Philharmonic. Mereka
juga sempat di ajari oleh tutor yang sama selagi Jung Kyung kembali ke Korea
saat SMP. Jung Kyung terkenal karna cantik dan pintar.
“Kenapa kamu bertanya?” tanya
Hae Na.
“Tidak apa-apa. Rupanya dia
pemain violin hebat.”
“Dahulu begitu. Saat ini, sulit
mengatakannya. Dia kembali setelah ibunya meninggal dalam kecelakaan. Sejak
itu, dia masih bermain lebih baik daripada rekan-rekannya, tapi tidak sebaik
yang diharapkan orang-orang. Tidak semua anak ajaib berhasil setelah dewasa. Banyak
orang yang menjadi biasa, seperti Jung Kyung. Meskipun biasa saja, dia tetap
violinis yang sangat baik.”
Pembicaraan mereka berakhir
karna Ny. Na sudah tiba. Begitu tiba, Ny. Na memberikan kartu namanya sembari
memperkenalkan diri. Dia sangat ramah.
--
Da Woon yang membaca berita itu
berseru kaget. Sung Jae pun ikutan berseru kaget. Mereka jadi ingat waktu Joon
Young menang peringkat kedua dalam Kompetisi Chopin, orang-orang menjadi gila
karna dia orang Korea pertama yang menang. Tapi, setelah Seung Ji Min memenangi
kompetisi yang sama, hmmm… ngertilah ya.
“Jadi, sebelum Park Joon Young
terlalu tua untuk berpartisipasi dalam lebih banyak kompetisi, dia harus
berpartisipasi dalam kompetisi lain. Kompetisi Tchaikovsky tahun depan, atau...”
pendapat Da Woon.
“"Kompetisi
Tchaikovsky"? Kenapa dia mengambil risiko yang gila? Bagaimana jika dia
ikut serta dan malah mendapat peringkat ketiga, atau gagal memenangi
penghargaan?” tentang Sung Jae.
“Aku hanya berpendapat, sebagai
penggemar.”
“Daripada menunggunya memenangi
Kompetisi Tchaikovsky, aku menyarankanmu menjadi penggemar Seung Ji Min.”
Perdebatan keduanya walau
seolah tidak di dengar oleh Young In, tapi sebenarnya, dia memikirkannya.
--
Ny. Na memesan banyak sekali
makanan untuk Hae Na dan Song Ah. Sambil makan, dia bercerita mengenai jalan
karirnya. Dulu, dia hanyalah sekretaris ayahnya. Dan setelah ayahnya meninggal,
perusahaan di wariskan padanya dan dia sudah bekrja sejak saat itu. Saat itu,
dia juga belum begitu memahami musik. Setelah pensiun 15 tahun yang lalu, dia
mendirikan yayasan budaya dan mencoba mempelajari musik. Dan wawasannya
mengenai musik mungkin tidak seluas mereka.
“Aku hanya seseorang yang
mentraktir kalian makan seperti hari ini. Untuk para musikus yang menciptakan
musik bagus dan staf yang bekerja keras di belakang panggung. Aku orang yang
ingin mentraktir kalian makanan enak. Jadi, tiap kali anggota baru bergabung
dengan yayasan kami, aku selalu meluangkan waktu untuk makan bersama. Agar aku
bisa meminta kalian bekerja keras untuk yayasan kami. Tolong bekerja keras demi
Yayasan Budaya Kyunghoo,” ujarnya tulus.
--
Tidak lama, Hae Na dan Song Ah
tiba. Young In memanggil mereka untuk membahas mengenai penugasa mereka.
--
Joon Young berada di café
menunggu Jung Kyung datang. Sembari menunggu, dia tidak bisa mengeyahkan
pikirannya saat Jung Kyung menciumnya di resitalnya di New York bulan lalu.
Saat tiba, Jung Kyung malah tampak santai saja.
Joon Young akhirnya yang
membuka suara membahas hal itu.
“Ya. Kenapa?” tanya Jung Kyung,
tetap tenang.
Joon Young malah terganggu
melihat Jung Kyung yang tampak silau karna sinar matahari yang langsung
mengenai wajahnya, karna itu, dia menyuruh agar mereka bertukar tempat duduk.
Di saat yang sama itu juga,
Song Ah sedang ke café tersebut untuk membeli minuman. Tapi, dia tidak melihat
mereka.
Joon Young tentu bingung dengan
pertanyaan itu. Jung Kyung dengan tenang malah berkata kalau dia sudah lama
berpacaran dengan Hyun Ho, jadi haruskah dia menikah?
“Kau serius?”
Joon Young menegurnya. Tapi,
Jung Kyung malah berkata kalau dia mengira Joon Young akan menyemangatinya saat
dia bilang akan menikah.
“Kenapa kamu melakukan itu
malam itu?” tanya Joon Young, serius.
“Tidak ada alasan khusus. Aku
senang bertemu denganmu. Itu saja. Kurasa aku terlalu lama tinggal di Amerika.
Aku jadi berlebihan.”
“Baiklah. Tapi jangan
bermain-main seperti itu lagi. Sama sekali tidak lucu,” peringatinya dan
langsung pergi keluar café.
--
Song Ah tiba di kantor dengan
membawa kantong berisi kopi yang di belinya di café tadi. Pas itu dia baru
sadar kalau salah satu kopi ada yang tumpah karna tutupnya tidak rapat.
Dan Song Ah malah teringat
dengan yang di lihatnya di café tadi.
Dia
baru saja selesai membeli kopi dan mau pergi. Saat itulah dia baru melihat Joon
Young yang berbicara dengan Jung Kyung, pas di bagian Jung Kyung nanya apa dia
harus menikah? Dan dia melihat sekilas tatapan dan raut wajah Joon Young saat
mendengar pertanyaan tersebut.
Entah apa yang di pikikrkan
Song Ah, karna wajahnya tampak berbeda. Mungkinkah dia menyadari cinta bertepuk
sebelah tangan Joon Young?
--
Jung
Kyung datang ke sana dan melihat Joon Young di kelilingi banyak orang asing
yang meminta tanda tangannya. Matanya bertemu sekilas dengan Joon Young dan dia
tersenyum. Tapi, Joon Young terlalu sibuk memberikan tanda tangan hingga tidak
bisa menghampiri Jung Kyung langsung
End
Kemudian
dia bilang bahwa dia merasa iri. Dia tidak suka melihatnya di suatu tempat yang
tidak bisa dia capai. Itu sebabnya dia ingin memastikan. Apakah dia masih
menjadi orang penting baginya.
- Narasi
Song Ah –
--
--
Song Ah langsung panik dan
ingin membuatkan teh. Joon Young melarang dan berbohong kalau dia terkadang
minum kopi. Hyun Ho masih bingung karna setaunya Joon Young sampai tidak mau
makan cokelat karna mengandung kafein. Tapi, Joon Young terus berkata ‘tidak
apa-apa’ dan meminum kopinya. Song Ah jadi merasa semakin tidak enak.
--
Mereka berempat makan bersama
di tempat yang sudah di pesan Young In. Hyun Ho dengan semangat menceritakan
pertemuan pertama mereka bertiga pada Song Ah.
“Kami pertama bermain bersama
di kelas delapan. Jung Kyung baru saja pindah dari AS. Aku jatuh cinta pada
pandangan pertama dan menjadi sangat gugup. Aku tidak bisa bicara dengannya. Jadi,
aku mengajak Joon Young meski dia tidak mau. Aku memakai musik sebagai alasan dan
meminta Jung Kyung ikut kompetisi musik kamar bersama kami. Tapi Jung Kyung
langsung menolak,” cerita Hyun Ho. “Kamu jahat sekali. Dia bilang jangan
mengganggunya, dan katanya aku menyebalkan. Cinta pertamaku dirusak dengan
luka. Tapi pada akhirnya, kami bermain bersama dalam kompetisi itu,” lanjutnya
sambil mengenggam tangan Jung Kyung.
“Entahlah. Kenapa kamu
tiba-tiba berubah pikiran?” tanya Hyun Ho balik pada Jung Kyung.
“Begitu rupanya. Kamu ingat?”
tanyanya pada Joon Young.
“Tidak, aku juga tidak ingat,”
jawab Joon Young.
Hyun Ho tertawa ngakak karna
tidak ada satupun dari mereka yang ingat alasan kenapa mereka jadi bermain
bersama dalam kompetisi kamar itu.
Tags:
Do You Like Brahms?