Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 15 - 1
Images by : SET TV
Chapter 15
Qingfeng datang menemui Xiao’en untuk mendoakan kebahagiaannya. Awalnya, dia menanyakan apakah Xiao’en tidak akan menyesal? Dan Xiao’en menjawab bahwa dia tidak mau merasa takut pada masa depan yang belum jelas. Dia tidak akan menyesal. Karna Xiao’en tidak merasa takut, jadi untuk apa dia yang merasa takut.
“Xiao’en, aku berharap kau dan Aoran bisa
berbahagia selamanya,” do’a tulus Qingfeng.
“Karna aku akan menghilang, aku akan
mengucapkan sebuah mantra. Kau akan mendapatkan ending seperti yang kau harapkan. Kau akan mempunyai seseorang yang
akan selalu ada di sisimu dan mempunyai hidup yang berbahagia.”
“Pergilah ke happy ending mu. Aku akan memulai petualanan baru juga,” ujar
Qingfeng.
Setelah Qingfeng keluar dari ruang tunggunya,
Xiao’en memandangi dirinya yang mengenakan pakaian pengantin.
--
Usai menemui Xiao’en, Qingfeng pergi menemui
Aoran. Melihat kedatangan Qingfen, Aoran beneran senang karna artinya Qingfeng
merestui. Qingfeng beneran baik dan bahkan menggoda Aoran dengan bilang kalau
dia menemui Xiao’en barusan.
“Qingfeng, apa ada sesuatu yang kau ketahui
mengenai Xiao’en?” tanya Aoran, sebelum Qingfeng keluar.
“Mungkin ada yang ku ketahui atau mungkin
juga tidak ada. Tapi, itu tidak masalah aku tahu atau nggak kan? Apa itu akan
merubah keputusanmu menikahi Xiao’en?”
“Tidak akan.”
“Baguslah. Kau dan Xiao’en, kalian berdua
sangat penting bagiku. Aoran, jangan terlalu memikirkannya. Hanya fokus untuk
berbahagia saja,” ujar Qingfeng, tulus.
--
Upacara pernikahan di mulai,
Aoran sudah menunggu kedatangan Xiao’en.
Xiao’en tampak sangat cantik dengan pakaian pengantinnya. Dalam perjalanan
menuju altar pernikahan, Xiao’en mengingat semua kenangannya untuk bisa bersama
dengan Aoran tidaklah mudah. Dimulai dari kesalahpahaman Aoran mengenai dirinya
dan lama-lama, mereka menjadi dekat dan akhirnya menikah.
Kini, CEO Sombong yang selama ini hanya ada
dalam khayalannya, berdiri di hadapannya. Dia, Zheng Xiao’en, seorang gadis
biasa, berhasil mendapatkan CEO sombong, Situ Aoran.
Begitu Xiao’en tiba di hadapannya, Aoran
mengulurkan tangannya, “Tidak peduli siapapun dirimu, kau lah yang ada di dalam
hatiku. Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu. Sangat luar biasa bisa
memilikimu di dunia ini. Aku mencintaimu. Aku akan mencintaimu selamanya.”
Aoran tersenyum usai menyatakan perasaannya.
Xiao’en mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Aoran dengan erat.
“Bertemu denganmu…adalah hal paling
menakjubkan yang terjadi di hidupku.”
Dan tiba-tiba saja, waktu terasa berhenti.
Semua menjadi beku. Bunyi lonceng terdengar. Xiao’en mulai ketakutan menyadari
apa yang terjadi. Matanya sempat beradu dengan Qingfeng, dan dari sorot
matanya, Qingfeng seolah memberitahu kalau ini adalah waktunya.
Xiao’en begitu terkejut hingag tangannya
lepas dari tangan Aoran.
“Xiao’en, kau mau keman--,” Aoran tiba-tiba bergerak ketika tangan Xiao’en terlepas. Tapi, begitu dia menarik tangan Xiao’en, dia kembali membeku sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.
Xiao’en berbalik, menatap Qingfeng. Dan
Qingfeng hanya bisa menggelengkan kepala, seolah tanda bahwa tidak ada yang
bisa di lakukannya. Ini adalah ending.
“Tidak… tidak bisa. Aku belum bilang ‘aku
mencintaimu.’ Kita belum bertukar cincin. Semua ini belum berakhir!! TIDAK
BISA!”
Dan seketika, Xiao’en pun berhenti bergerak.
Semua membeku seolah menjadi gambar di sebuah kertas.
--
“Dengan restu
semua orang, mereka akhirnya hidup bahagia selamanya,” Chuntian membacakan
halaman terakhir dari novel : “CEO, You’re So Naughty.”
Ketika itu, air mata Xiao’en menetes. Chuntian
menyadari hal itu dan mengelapnya. Tepat di saat itu, Xiao’en membuka sadarnya.
Dia sadar. Chuntian segera berteriak memanggil dokter. Dia begitu bahagia
sehingga memarahi Xiao’en karna selama ini sudah tidak sadarkan diri dan itu
menakutinya.
“Qiutian, kecilkan suaramu,” ujar Xiao’en dengan suara
lemah.
“Qiutian apaan? Aku Chuntian,” tanya Chuntian, heran.
“Chuntian?”
“Ya, Chuntian. Kau tidak mengenaliku?”
“Kapan kau berubah menjadi Chuntian?” tanya Xiao’en
balik.
Pertanyaan itu membuat Chuntian jadi takut kalau ada
yang salah dengan Xiao’en. Xiao’en perlahan mulai menyadari situasinya. Dia
sudah kembali ke dunia nyata. Dia bukannya menghilang. Kalau begitu, gimana
dengan Aoran? Dimana Aoran?
Chuntian semakin bingung dengan ucapan meracau Xiao’en.
Dia langsung berlari keluar mencari dokter yang belum juga datang.
--
Sementara itu, di tempat Tianxing di rawat, mesin yang
menunjukkan kondisi alat vital Tianxing tiba-tiba saja berbunyi nyaring,
menunjukkan kondisi yang memburuk. Dokter segera memeriksa kondisinya.
Dan di saat yang sama, orang-orang suruhan Tianjian
tiba di sana.
--
Walau masih dalam keadaan lemah, Xiao’en malah hendak
pergi. Chuntian yang kembali dengan suster tentu memarahinya. Xiao’en tidak
peduli dan terus berkata kalau dia mau mencari Situ Aoran. Chuntian beneran
bingung dengan kondisi dan ucapan Xiao’en. Situ Aoran hanyalah karakter dalam
novel yang Xiao’en tangani. Apa Xiao’en begitu berdedikasi dengan pekerjaannya
hingga menjadi begini?
“He Tianxing. Aku harus mencari He Tianxing! Aku sudah
bangun, jadi dia pasti sudah bangun juga,” ujar Aoran.
Chuntian tidak peduli dengan ucapan Xiao’en yang tidak
masuk akal dan memaksanya untuk kembali ke ranjang. Suster juga membantunya.
Dia memarahinya untuk tidak bergerak. Chuntian juga meminta suster untuk segera
memeriksa Xiao’en secara menyeluruh, karna bisa saja ada masalah dengan kondisi
tubuh Xiao’en setelah berbaring selama 3 bulan.
“Aku sudah di sini selama 3 bulan?” kaget Xiao’en.
“Benar. Jadi sekarang kau harus beristirahat di sini.”
“Mengapa kau tidak membantuku menelpon He Tianxing?”
mohon Xiao’en.
“Apa He Tianxing itu anjingmu? Kau hanya perlu
memanggilnya dan di akan datang gitu?”
“Dia mengenaliku. Jika kau pergi mencarinya, dia pasti
akan datang!”
“Hantu yang datang! Rumah sakit dimana dia di rawat
mengalami kebakaran. Setelah itu, tidak ada lagi kabar mengenai He Tianxing.
Mungkin dia sudah mati!”
Mendengar itu, Xiao’en semakin panik dan memberontak.
Tapi, karna kondisi fisiknya yang begitu lemah setelah terbaring 3 bulan,
Xiao’en beneran nggak bisa berbuat banyak.
--
Beberapa anak buah Tianjian menerobos masuk ke dalam
kamar rawat Tianxing. Susanna dan Jason berusaha menahan mereka, tapi kalah
jumlah. Para anak buah bahkan menahan para dokter dengan meletakkan pisau di
leher mereka. Dokter memperingati mereka kalau Tianxing tidak di selamatkan,
Tianxing akan mati.
“Aku memang ingin dia mati,” ujar salah seorang anak
buah.
Dan saat itu, mesin menunjukkan tanda garis lurus.
Semua panik karna itu tandanya Tianxing meninggal. Apalagi, tangannya juga
terkulai lemah. Tiiiittttt……
“Kau mau kemana?!!” teriak Tianxing tiba-tiba sadar dan
membuka matanya begitu lebar.
Melihat hal itu, anak buah Tianjian bergegas hendak
menusuknya dengan pisau. Tepat di saat itu, Qiaozhi muncul dan menghajar
mereka. Jason juga ikut membantu. Dengan kemampuan bela diri mereka berdua,
mereka bisa menghajar anak buah Tianjian tersebut.
Untungnya lagi, petugas yang di panggil Susan tiba
dengan cepat dan membekuk para orang jahat itu.
“Kenapa kau kemari?” tanya Jason.
“Untuk menyelamatkan orang,” jawab Qiaozhi dengan
tenang.
“Menyelematkan orang? Kau yakin menolong orang yang
benar?”
“Kau pasti tidak percaya, tapi Nona (Mingli) hanya bisa
di selamatkan jika He Tianxing hidup.”
--
tn. Hu sangat marah saat mendapat kabar kalau orang
kirimannya gagal mengurus Tianxing. Dia berteriak menyuruh orang yang ada di
seberang telpon untuk segera mengurus masalah ini dengan benar karna dia sudah
menerima uangnya!
“Tianliang adalah kerajaan yang ku buat!! Tidak ada
siapapun yang bisa menghalangiku! Aku sudah menunggu sangat lama. Sangat
lama!!” ujar tn. Hu pada dirinya sendiri.
--
Susanna beneran lega karna Tianxing sudah sadar. Saking
leganya, dia menangis tersedu-sedu.
--
tn. Hu menelpon seseorang. Dia menyuruh orang itu kalau
proyek investasi medis biotechnology
harus di percepat. Dan juga, cari beberapa orang untuknya. Di bawah nama
Tianliang Construction, Tianliang Transportation, Tianliang Digital dan
Tianliang Textile lakukan investasi besar untuk 4 perusahaan startup di Pulau Cayman.
Hm… entah apa yang di rencankan tn. Hu. Tapi,
tampaknya, itu bukanlah hal yang baik. Dan kini, dia sedang berpacu dengan
waktu.
--
Xiao’en dengan di temani oleh Chuntian, menjalani
serangkaian test. Mulai dari test darah, CT Scan, MRI, sensorik dan motorik. Dan
hasilnya, semua baik, tidak ada masalah.
Saat tahu hasilnya baik, Chuntian masih merasa aneh.
Karna sebelumnya, kepala Xiao’en pernah tiba-tiba berdarah tanpa alasan. Dokter
juga tidak mengerti dengan hal itu, tapi kondisi Xiao’en sekarang sangat bagus
dan bahkan sudah boleh keluar dari rumah sakit.
Chuntian masih merasa ragu. Ah, ada satu test yang
belum di lakukan. Mereka belum mengetest IQ Xiao’en. Dia makin yakin kalau
Xiao’en belum sehat saat mendapati Xiao’en menanyakan seorang suster, apa
pernah mendengar pasien bernama He Tianxing?
Dengan marah, Chuntian kembali pergi mencari dokter
untuk memeriksa ulang Xiao’en.
--
Tianxing sudah sadar tapi karna jatuh dari gedung, dia
masih belum bisa berjalan normal dan harus menggunakan kursi roda. Qiaozhi
menemaninya untuk berjalan-jalan di sekitar sanatorium.
Flashback
Siang
tadi, saat Susanna dan Jason membawanya berkeliling, Jason memberitahu bahwa
saat sadar tadi, Tianxing tiba-tiba berteriak ke seseorang menanyakan dia mau
kemana.
“Itu
cuma mimpi. Kenapa kau terus menanyakan hal itu?” tegur Susan.
“Itu
karna Tianxing terdengar sangat panik. Aku jad penasaran.”
End
Tianxing memikirkan hal tersebut. Dan dia juga tidak
ingat kenapa dia berteriak seperti itu.
Susanna dan Jason menemui Tianxing untuk membahas
mengenai Tianjian. Walau mereka berhasil selamat kali ini, tapi Tianjian pasti
akan terus mengirim orang untuk mencelakai Tianxing. Tianjian tidak akan
membiarkan Tianxing merebut kembali grup Tianliang.
“Sanatorium ini sudah terungkap. Kita harus segera
menemukan tempat baru untuk bersembunyi. Jika tidak, kau tidak akan bisa tidur
nyenya. Mari kita cari tempat yang aman,” saran Susanna.
Berbeda dari Susanna, Tianxing mempunyai rencana
tersendiri.
--
Chuntian membawa Xiao’en pulang. Tempatnya belum
berubah. Xiao’en juga akhirnya mengucapkan terimakasih pada Chuntian karna
sudah menjaganya selama 3 bulan ini. Chuntian tidak mempermasalahkannya karna
dia senang Xiao’en sudah sadar.
“Jika… maksudku, jika … andai saja… bisa saja… aku
tidak mau bangun lagi, apa kau akan marah?”
“Tidak ku sangka, di matamu aku orang yang berpikiran
sempit. Kau sangat mengerti!! Tentu saja aku akan sangat marah! Kau harus sehat
dan hidup dengan baik!!”
Xiao’en mengerti dan memeluk Chuntian dengan erat. Di
saat dia memeluk Chuntian, dia melihat kalau di lantai masih ada pecahan gelas.
Karna itu, Chuntian segera pergi mengambil sapu.
Xiao’en menatap pecahan gelas itu. Dia ingat (di
episode 02) kalau saat itu dia demam dan berusaha mengambil minum. Tapi, malah
tanpa sengaja menyenggol gelas hingga terjatuh. Dan ketika dia menelpon,
Chuntian, dia pingsan. Karena memikirkan itu, Xiao’en tanpa sengaja melukai
tangannya.
Chuntian beneran khawatir. Tapi, Xiao’en sangat aneh
karna dia malah tidak merasa sakit walau jarinya terluka karna pecahan gelas
itu.
“Chuntian, apa aku masih bermimpi? Pasti! Aku masih
bermimpi kan? Itulah kenapa aku tidak merasa sakit. Ketika aku bangun dari
mimpi ini, aku akan bisa melihat Aoran ketika membuka mata,” ujar Xiao’en
bahagia. Dia mulai mengira bahwa dunia nyata adalah mimpi dan dunia novel
adalah dunia nyata.
Chuntian merasa kalau Xiao’en seperti ini karna tekanan
kerjaan hingga dia membawa karakter dunia novel ke dunia nyata. Sudahlah,
jangan khawatir lagi karna novelnya juga sudah terbit.
--
Tianjian mulai menunjukkan karakter aslinya. Rasa takut
karna Tianxing sudah sadar dan rasa cemas kalau posisinya akan di rebut,
membuat Tianjian menjadi emosian. Karna itu, ketika Ibu terus memintanya
membawanya ke tempat Mingli di rawat, dia malah marah. Ketika Ibu terus mendesak
karna hatinya merasa tidak tenang dengan kondisi Mingli, Tianjian membentaknya
dan bilang kalau Mingli akan membaik.
“Lalu, kapan dia akan pulang?”
“Kalau dia sudah sembuh, dia juga akan pulang!!! Aku
bukan dokter, tapi kau terus menanyaiku! Mana bisa aku tahu?!” teriaknya.
Ibu sampai terkejut mendengarnya.
Mood
Tianjin semakin buruk ketika
mendapat telepon yang menyuruhnya untuk segera melihat berita di TV.
Ada breaking news
mengenai Tianxing. Tianxing terjatuh dari gedung 3 bulan yang lalu dan
kemudian menghilang. Dan sekarang, tiba-tiba seorang dokter di sanatorium
mengadakan konferensi pers memberitahu kondisi Tianxing dan bahwa Tianxing
sudah sadar. Wawancara dokter itu di dampingi oleh Susanna.
--
Berita itu juga di lihat oleh Xiao’en dan Chuntian.
Karna sudah tahu dimana Tianxing di rawat, Xiao’en mau kesana.
“Aku harus mencarinya.”
“Untuk apa?”
“Dia menungguku. Dia pasti menungguku!!” yakin Xiao’en
dan pergi.
Chuntian langsung mengejarnya.
--
Jason dan Qiaozhi melihat konferensi pers itu dari jauh.
Dengan banyaknya media yang meliput tempat ini, maka tempat ini akan menjadi
lebih aman karna banyak yang melihat. Apa yang Tianxing katakan benar, daripada
bersembunyi lebih baik mengeksposnya. Jadi, akan susah bagi Tianjian melakukan
sesuatu.
“Tidak heran kalau Tuan Muda (Tianjian) dan Nona
(Mingli) tidak pernah bisa mengalahkannya,” komentar Qiaozhi, kagum.
--
Xiao’en bersikap sangat keras kepala. Dia tetap pergi
ke sanatorium dan bahkan saat dilarang masuk oleh satpam, dia malah menerobos
dan membuat keributan. Ketika dia berhasil tiba di depan kamar rawat Tianxing,
nasib tidak berpihak padanya karna Susanna dan Jason duluan menangkapnya. Jason
bahkan memiting tangan Xiao’en. Akhirnya, Xiao’en pun di seret keluar
lingkungan sanatorium.
Suara ribut-ribut diluar terdengar oleh Tianxing yang
sedang bicara dengan Qiaozhi. Saat Susanna masuk, Tianxing menanyakan apa yang
terjadi. Susanna menjawab kalau ada orang gila tadi, tapi sudah di urus kok.
Jason kemudian menayakan apa langkah selanjutnya yang
harus mereka lakukan? Qiaozhi memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta
pertolongan Tianxing. Dia tahu kalau hubungan Tianxing dan Mingli tidak baik,
tapi dia memohon agar Tianxing menolong Mingli. Sekarang, hanya Tianxing yang
bisa menolongnya.
--
Rumah sakit Qinghai,
Kondisi Mingli semakin memburuk setiap harinya. Dia
sudah seperti orang putus asa. Jika biasanya dia akan berteriak, kini, dia
hanya diam dan pasrah.
--
Untung Chuntian mengejar Xiao’en tadi, jadi dia bisa
mencegah Xiao’en di bawa ke kantor polisi.
Begitu tiba di rumah, Xiao’en masih saja memikirkan
cara agar bisa bertemu dengan He Tianxing. Karna dia tidak tahu apa yang
terjadi selama tidak sadar, dia pun bertanya pada Chuntian.
Chuntian memberitahu semua informasi yang di
dapatkannya dari berita. He Mingli sebelumnya adalah Ketua Tianliang, tapi dia
menjadi gila dan kini di rawat di rumah sakit jiwa. He Tianxing ada di
sanatorium. Jadi, Ketua Tianliang grup sekarang adalah He Tianjian.
“He Tianjian?”
“Dia sangat tampan. Keluarga He beneran punya gen luar
biasa.”
“Jangan bilang kalau dia adalah kakak tiri He Tianxing
dari ayah yang sama.”
“Bagaimana kau bisa tahu?” kaget Chuntian dan langsung
menunjukkan foto Tianjian di salah satu artikel.
Xiao’en lebih terkejut lagi karna He Tianjian sangat
mirip dengan Situ Moran dan juga, dia adalah orang yang mendorong Tianxing dari
atap gedung.
Flashback
Tianxing
hampir terjatuh dari gedung. Tianjian bisa menolongnya dengan mengulurkan
tangan, tapi di saat itu, Mingli berteriak, “He Tianjian! Apa kau lupa apa yang
sudah kita lakukan pada Ibunya?!”
Dan
karna itu, Tianjian mendorong Tianxing. (Ini beneran kelihatan jelas!)
End
Dan di dalam dunia novel pun, Situ Moran juga orang
jahat.
“Kau lagi!! kemanapun aku pergi, selalu kau!” ujar
Xiao’en, “Ada sesuatu yang harus ku lakukan sebelumnya. Hanya saja sebelumnya
aku tidak punya keberanian,” gumam Xiao’en.
“Apa maksudmu?”
“Tidak ada. Hanya masalah kecil. Aku akan mengurusnya
sendiri,” bohong Xiao’en, karna tidak mau Chuntian terlibat.