Sinopsis K- Drama : Star-Up Episode 1 part 3

 




Original Network : tvN Netflix

Suatu saat, ketika Dal Mi dan In Jae bertemu. In Jae memberitahu Dal Mi bahwa Ibu mereka sudah menikah lagi, dan mereka akan pergi ke Amerika, karena Ayah tirinya di tugaskan ke sana. Mengetahui itu, Dal Mi merasa marah. Karena Ayah Seo sudah bekerja sangat keras untuk supaya mereka bisa bersatu kembali.



“Kenapa harus kerja keras? Tak bisa hidup biasa saja?” tanya In Jae, merendahkan Ayah Seo. “Hidup ayah tiriku sangat nyaman. Bisa kapan saja makan enak, berlibur, dan membeli baju. Bahkan belajar ke luar negeri pun mudah. Tapi lihat Ayah. Hanya bawa ayam goreng saat gajian. Apa kau tak lelah pura-pura senang waktu makan itu? Kau belum muak? Aku sudah cukup muak. Bahkan bau minyaknya saja membuatku pusing,” teriak nya.

“Karena itu, kau tak hentikan Ibu? Hanya karena kau mau hidup nyaman?” tanya Dal Mi, marah.


“Lihat saja nanti. Ini hal besar. Seharusnya kau juga ikut Ibu sepertiku. Kau salah memilih,” kata In Jae sambil tertawa mengejek. “Waktu akan menunjukkan pilihan siapa yang benar. Lalu satu lagi. Aku Won In-jae, bukan Seo In-jae. Dan aku bukan kakakmu lagi,” katanya sambil mengembalikan barang dari Ayah Seo. Lalu diapun berjalan pergi.

Dengan kesal,. Dal Mi menarik dan menjambak rambut In Jae. Dan In Jae pun balas menjambak rambutnya.

Flash back end


Dikantin. In Jae mengomentari kalau Dal Mi tampak baik, dan dia menanyai, apakah Dal Mi masih menumpang dengan Nenek Choi. Dan itu benar. Tapi Dal Mi tidak mau mengakui dan mengalihkan pembicaraan dengan mengomentari bahwa dia berbeda dari In Jae yang menggunakan uang Ayah tiri untuk memulai bisnis.


“Memulai bisnis sulit dilakukan sendiri,” kata In Jae, membela diri. “Bagaimana denganmu? Sepertinya kau mau berbisnis karena datang ke acara ini.”

“Ya, tentu saja,” jawab Dal Mi. “Aku sedang mempersiapkannya.”

“Kau punya rekan? Apa itu Nenek?’

Dal Mi menawarkan Nenek Choi untuk membuka cabang corn dog baru, dan Nenek Choi memarahinya.



Dal Mi berbohong bahwa rekannya bukan Nenek, tapi orang lain. Dan In Jae tidak percaya, sebab dia bisa melihat kondisi Dal Mi berdasarkan sepatu yang Dal Mi kenakan. Dan Dal Mi menolak untuk menjawab.

“Kau belum jawab. Siapa nama orang yang berbakat, pintar, dan menjanjikan itu?” tanya In Jae.

“Do-san. Nam Do-san,” jawab Dal Mi.




“Nam Do-san? Nama itu tak asing. Apa dia teman bersuratmu dulu itu?” balas In Jae sambil tertawa. Karena dulu Dal Mi selalu membicarakan tentang itu. “Sudah bertemu dengannya? Atau masih melakukan cinta platonik?”

“Kami bertemu karena cinta dan bisnis. Kemarin kami juga bertemu,” balas Dal Mi, berbohong. Karena kenyataan nya dia selalu sendirian. Lalu dia minum dengan gugup.

In Jae mengundang Dal Mi ke pesta relasi perusahaan nya, dan dia ingin Dal Mi untuk mengundang Do San juga. Dan dengan gengsi, Dal Mi menjawab bahwa Do San itu pemalu.



“Terima kasih,” kata In Jae, sebelum masuk ke dalam mobil. “Aku selalu berpikir aku salah memilih. Tapi ternyata tidak.”

“Apa maksudmu?” tanya Dal Mi, tidak mengerti.

“Kau mewarnai sepatumu dengan spidol, dan berlagak akan memulai bisnis dengan pria yang sebenarnya tak ada. Aku bisa paham situasimu saat ini. Kau pasti hidup susah. Kau menumpang hidup dengan Nenek, dan bekerja lembur dengan gaji rendah di sebuah perusahaan. Terima kasih sudah menunjukkan pilihan lainnya. Berkat itu, aku yakin tak salah memilih,” jelas In Jae, membongkar kebohongan Dal Mi.



Mendengar itu, Dal Mi merasa sangat kesal. Jadi dia berlari dan menghadang mobil In Jae yang melaju pergi. “Tentang pesta relasi itu. Beri tahu waktu dan lokasi acaranya. Aku akan datang dengan Do-san,” katanya dengan percaya diri.


Dal Mi memukul kan kepalanya ke halte bus. Dia merasa sangat stress sekali. Lalu saat dia mencari nama Nam Do San di internet, dia tidak berhasil menemukan apapun. Dan dia merasa semakin stress.



Dari jauh, Ji Pyeong memperhatikan Dal Mi bersikap gila dan dia merasa heran serta geli juga. “Apa dia sakit?” tebak nya.


Ketika Dal Mi masuk ke dalam bus. Ji Pyeong segera mengikutinya.



Ji Pyeong terus mengikuti Dal Mi secara diam- diam. Dan ketika mereka sampai dia toko corn dog milik Nenek Choi, dia berhenti dan menatap itu dari jauh dengan penuh kerinduan.

Dal Mi membahas tentang Do San. Dan Nenek Choi malas membahas tentang itu lagi, karena itu sudah 15 tahun lama nya.


Ji Pyeong memperhatikan mereka berdua dari jauh.


Flash back

Ji Pyeong melihat- lihat rumah baru yang di inginkannya. Dan dia merasa bangga karena sekarang dia memiliki uang untuk bisa menyewa rumah sendiri.


Nenek Choi pergi ke bank untuk menutup rekeningnya, karena demi anaknya, rumahnya pun digadaikan. Dan jika dia tidak membayar bunga bulan ini, mereka akan diusir. Karena itulah dia ingin mengambil seluruh uangnya.

“Bu. Kau yakin mau ambil ini semua dalam uang tunai?” tanya teller bank, merasa ragu. “Ada sekitar 80 juta won. Semuanya?” jelas nya.

“Delapan puluh juta? Bukan delapan juta?” tanya Nenek Choi, terkejut. Lalu dia berterima kasih kepada Tuhan, karena sudah memberikan banyak bunga kepadanya.


“Ini bukan bunga. Apa kau investasi saham?” balas si teller.

“Tak mungkin,” jawab Nenek Choi. Kemudian dia teringa tentang Ji Pyeong.

“Lantas, kau mau bagaimana? Mau diambil semua?” tanya si teller. Dan Nenek Choi mengiyakan.


Ji Pyeong berniat untuk mengecek dan mengambil uang di atm, tapi tidak bisa karena rekeningnya sudah ditutup.


Mengetahui itu, Ji Pyeong pun berlari buru- buru pulang ke tempat Nenek Choi. Dan ketika dia pulang, dari jauh dia melihat Nenek Choi memberikan banyak uang kepada Ayah Seo.


Melihat itu, Ji Pyeong merasa terluka.

Ayah Seo tiba- tiba mendapatkan telpon, dan diapun pamit kepada Nenek Choi, lalu pergi.


1 Comments

Previous Post Next Post