Original Network : tvN Netflix
Suatu saat, ketika Dal Mi dan In Jae bertemu. In Jae memberitahu Dal Mi bahwa Ibu mereka sudah menikah lagi, dan mereka akan pergi ke Amerika, karena Ayah tirinya di tugaskan ke sana. Mengetahui itu, Dal Mi merasa marah. Karena Ayah Seo sudah bekerja sangat keras untuk supaya mereka bisa bersatu kembali.
“Kenapa
harus kerja keras? Tak bisa hidup biasa saja?” tanya In Jae, merendahkan Ayah
Seo. “Hidup ayah tiriku sangat nyaman. Bisa kapan saja makan enak, berlibur,
dan membeli baju. Bahkan belajar ke luar negeri pun mudah. Tapi lihat Ayah.
Hanya bawa ayam goreng saat gajian. Apa kau tak lelah pura-pura senang waktu
makan itu? Kau belum muak? Aku sudah cukup muak. Bahkan bau minyaknya saja
membuatku pusing,” teriak nya.
“Karena itu,
kau tak hentikan Ibu? Hanya karena kau mau hidup nyaman?” tanya Dal Mi, marah.
“Lihat saja
nanti. Ini hal besar. Seharusnya kau juga ikut Ibu sepertiku. Kau salah
memilih,” kata In Jae sambil tertawa mengejek. “Waktu akan menunjukkan pilihan
siapa yang benar. Lalu satu lagi. Aku Won In-jae, bukan Seo In-jae. Dan aku
bukan kakakmu lagi,” katanya sambil mengembalikan barang dari Ayah Seo. Lalu
diapun berjalan pergi.
Dengan
kesal,. Dal Mi menarik dan menjambak rambut In Jae. Dan In Jae pun balas
menjambak rambutnya.
Flash back
end
Dikantin. In
Jae mengomentari kalau Dal Mi tampak baik, dan dia menanyai, apakah Dal Mi
masih menumpang dengan Nenek Choi. Dan itu benar. Tapi Dal Mi tidak mau
mengakui dan mengalihkan pembicaraan dengan mengomentari bahwa dia berbeda dari
In Jae yang menggunakan uang Ayah tiri untuk memulai bisnis.
“Memulai
bisnis sulit dilakukan sendiri,” kata In Jae, membela diri. “Bagaimana
denganmu? Sepertinya kau mau berbisnis karena datang ke acara ini.”
“Ya, tentu
saja,” jawab Dal Mi. “Aku sedang mempersiapkannya.”
“Kau punya
rekan? Apa itu Nenek?’
Dal Mi
menawarkan Nenek Choi untuk membuka cabang corn dog baru, dan Nenek Choi
memarahinya.
Dal Mi
berbohong bahwa rekannya bukan Nenek, tapi orang lain. Dan In Jae tidak
percaya, sebab dia bisa melihat kondisi Dal Mi berdasarkan sepatu yang Dal Mi
kenakan. Dan Dal Mi menolak untuk menjawab.
“Kau belum
jawab. Siapa nama orang yang berbakat, pintar, dan menjanjikan itu?” tanya In
Jae.
“Do-san. Nam
Do-san,” jawab Dal Mi.
“Nam Do-san?
Nama itu tak asing. Apa dia teman bersuratmu dulu itu?” balas In Jae sambil
tertawa. Karena dulu Dal Mi selalu membicarakan tentang itu. “Sudah bertemu
dengannya? Atau masih melakukan cinta platonik?”
“Kami
bertemu karena cinta dan bisnis. Kemarin kami juga bertemu,” balas Dal Mi,
berbohong. Karena kenyataan nya dia selalu sendirian. Lalu dia minum dengan
gugup.
In Jae
mengundang Dal Mi ke pesta relasi perusahaan nya, dan dia ingin Dal Mi untuk
mengundang Do San juga. Dan dengan gengsi, Dal Mi menjawab bahwa Do San itu
pemalu.
“Terima
kasih,” kata In Jae, sebelum masuk ke dalam mobil. “Aku selalu berpikir aku
salah memilih. Tapi ternyata tidak.”
“Apa
maksudmu?” tanya Dal Mi, tidak mengerti.
“Kau
mewarnai sepatumu dengan spidol, dan berlagak akan memulai bisnis dengan pria
yang sebenarnya tak ada. Aku bisa paham situasimu saat ini. Kau pasti hidup
susah. Kau menumpang hidup dengan Nenek, dan bekerja lembur dengan gaji rendah
di sebuah perusahaan. Terima kasih sudah menunjukkan pilihan lainnya. Berkat
itu, aku yakin tak salah memilih,” jelas In Jae, membongkar kebohongan Dal Mi.
Mendengar
itu, Dal Mi merasa sangat kesal. Jadi dia berlari dan menghadang mobil In Jae
yang melaju pergi. “Tentang pesta relasi itu. Beri tahu waktu dan lokasi
acaranya. Aku akan datang dengan Do-san,” katanya dengan percaya diri.
Dal Mi
memukul kan kepalanya ke halte bus. Dia merasa sangat stress sekali. Lalu saat
dia mencari nama Nam Do San di internet, dia tidak berhasil menemukan apapun.
Dan dia merasa semakin stress.
Dari jauh,
Ji Pyeong memperhatikan Dal Mi bersikap gila dan dia merasa heran serta geli
juga. “Apa dia sakit?” tebak nya.
Ketika Dal
Mi masuk ke dalam bus. Ji Pyeong segera mengikutinya.
Ji Pyeong
terus mengikuti Dal Mi secara diam- diam. Dan ketika mereka sampai dia toko
corn dog milik Nenek Choi, dia berhenti dan menatap itu dari jauh dengan penuh
kerinduan.
Dal Mi
membahas tentang Do San. Dan Nenek Choi malas membahas tentang itu lagi, karena
itu sudah 15 tahun lama nya.
Ji Pyeong
memperhatikan mereka berdua dari jauh.
Flash back
Ji Pyeong
melihat- lihat rumah baru yang di inginkannya. Dan dia merasa bangga karena
sekarang dia memiliki uang untuk bisa menyewa rumah sendiri.
Nenek Choi
pergi ke bank untuk menutup rekeningnya, karena demi anaknya, rumahnya pun
digadaikan. Dan jika dia tidak membayar bunga bulan ini, mereka akan diusir.
Karena itulah dia ingin mengambil seluruh uangnya.
“Bu. Kau
yakin mau ambil ini semua dalam uang tunai?” tanya teller bank, merasa ragu. “Ada
sekitar 80 juta won. Semuanya?” jelas nya.
“Delapan
puluh juta? Bukan delapan juta?” tanya Nenek Choi, terkejut. Lalu dia berterima
kasih kepada Tuhan, karena sudah memberikan banyak bunga kepadanya.
“Ini bukan
bunga. Apa kau investasi saham?” balas si teller.
“Tak
mungkin,” jawab Nenek Choi. Kemudian dia teringa tentang Ji Pyeong.
“Lantas, kau
mau bagaimana? Mau diambil semua?” tanya si teller. Dan Nenek Choi mengiyakan.
Ji Pyeong
berniat untuk mengecek dan mengambil uang di atm, tapi tidak bisa karena rekeningnya sudah
ditutup.
Mengetahui
itu, Ji Pyeong pun berlari buru- buru pulang ke tempat Nenek Choi. Dan ketika
dia pulang, dari jauh dia melihat Nenek Choi memberikan banyak uang kepada Ayah
Seo.
Melihat itu,
Ji Pyeong merasa terluka.
Ayah Seo
tiba- tiba mendapatkan telpon, dan diapun pamit kepada Nenek Choi, lalu pergi.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete