Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 1 part 3

 


Original Network : tvN

Ketika para polisi datang. Ji A memberitahu Detektif Baek yang di kenalinya bahwa barusan dia hampir saja mati, karena dia hampir naik ke dalam bus yang kecelakaan ini. Lalu ketika dia mendengar bahwa ada lima orang tewas dan satu selamat, dia merasa heran.



“Seharusnya ada satu orang lagi. Ada tujuh orang di bus ini,” kata Ji A, memberitahu Detektif Baek.

“Kamu yakin?”

“Aku melihatnya sendiri,” jawab Ji A dengan yakin. “Hanya dia yang menghilang. Tidak ada mayat.”

“Dia mungkin sudah turun.”

“Tidak. Bus ini tidak berhenti sebelum kecelakaan itu. Tidak ada halte bus di terowongan,” jelas Ji A.

Shin Joo membaca berita kecelakaan bus kemarin malam. “Terlalu banyak orang yang mati.”

“Lalu?” tanya Lee Yeon sambil bersiap.

“Biarkan saja.”

“Aku harus menyelesaikannya.”



Ji A menjenguk si siswi sekolah, Jung Soo Young, yang sekarang di rawat dirumah sakit akibat trauma kecelakaan. “Kamu pasti takut karena kamu satu-satunya yang selamat. Dahulu aku mengalami kecelakaan serupa. Itu sebabnya aku sendirian. Jika kamu bertekad kuat, tragedi bisa menjadi perisai yang sangat nyaman. Karena semua orang mengusikmu dan mencurahkan simpati mereka. Tapi kuharap kamu akan menjadi kuat,” katanya, menghibur Soo Young. “Lebih menyenangkan menjadi sutradara produksi daripada korban.”

Mendengar itu, Soo Young hanya diam saja sambil menatap kosong ke atas.


Ditengah hujan deras dan diantara semua pejalan kaki yang menggunakan payung berwarna hitam. Lee Yeong adalah satu- satunya orang yang memakai payung berwarna merah. Sehingga dia tampak mencolok.



Ji A meninggalkan kartu namanya kepada Soo Young. Lalu diapun pamit pergi, tapi kemudian dia teringat akan sesuatu. Dia menanyai, apakah Soo Young mengingat tentang pemuda yang duduk di dekat jendela. Pemuda yang membawa sebuah payung merah.

Melihat foto payung merah yang Ji A tunjukkan, Soo Young bereaksi sangat ketakutan. Dan Ji A merasa heran serta ingin tahu. “Apa yang kamu lihat? Apa itu sampai kamu sangat…”

“Dia datang. Dia datang untuk membunuhku,” jawab Soo Young dengan sikap sangat takut.


Ji A keluar dari dalam kamar rawat Soo Young dan segera menghubungi rekan Pyo untuk menghubungi Detektif Baek supaya segera datang ke rumah sakit. Lalu dia menanyai tentang rekaman video yang berada di bus.

“Kosong,” kata rekan Pyo.

“Sama seperti di aula pernikahan,” gumam Ji A, merasa tertarik.

Tepat disaat itu, Ji A melihat Lee Yeon.


Lee Yeon menanyai perawat dimeja resepsionis, di kamar mana Soo Young di rawat.

“Aku menemukannya,” kata Ji A dengan bangga kepada rekan Pyo ditelpon.



Ditaman. Lee Yeon menanyai tujuan Ji A mengajak nya untuk berbicara. Karena Ji A adalah sutradara stasiun TV, dia mengira Ji A ingin menawarinya untuk menjadi idol, dan dengan narsis diapun langsung menolak.

“Ya, aku mencarimu, tapi bukan untuk itu,” kata Ji A, menjelaskan. “Bukit Rubah. Legenda urban. Contohnya, satu penumpang di bus 1002 menghilang. Seolah-olah dia menguap.”



“Sepertinya ini tidak akan dibuat dengan baik. Lagi pula, aku lebih tertarik dengan komedi romantis,” komentar Lee Yeon dengan santai.

Ji A kemudian menunjukkan foto payung merah kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon memuji bahwa warna fotonya sangat bagus. Dan Ji A sama sekali tidak tertarik dengan pujian itu.

“Entah itu kebetulan atau takdir, tapi aku sudah tiga kali melihatmu. Pertama, di aula pernikahan saat seorang mempelai wanita menghilang. Kedua, di bus 1002. Ketiga, di rumah sakit tempat aku bertemu korban,” kata Ji A.

“Anggap saja itu takdir. Tapi maaf mengecewakan. Aku mengencani seseorang. Dan aku sangat setia,” balas Lee Yeon dengan sikap bercanda. Lalu diapun berniat pergi.


Dengan tenang, Ji A menanyai, apakah Lee Yeon yang membunuh para penumpang di bus, dan apakah Lee Yeon datang untuk membunuh Soo Young. Mendengar pertanyaan itu, Lee Yeon berhenti dan menatap ke arah Ji A.

“Aku bertemu seseorang yang ingin kubunuh. Baru saja,” kata Lee Yeon sambil tersenyum kecil.

Didepan rumah saki. Shin Joo merasa khawatir, kenapa Lee Yeon belum kembali juga.



Lee Yeon kembali duduk dihadapan Ji A. Dia meminta bukti, jika Ji A ingin menuduhnya. Dan sambil tersenyum, Ji A meminta maaf karena sudah bersikap tidak sopan.

“Aku tidak butuh permintaan maaf kosongmu,” kata Lee Yeon, serius.

“Kamu tidak menyentuh kopimu. Minumlah,’ kata Ji A, berusaha bersikap ramah.

“Aku tidak makan atau minum apa pun dari orang asing. Ini dunia yang berbahaya,” balas Lee Yeon. Lalu diapun berniat untuk pergi. Dan ketika Ji A menghentikannya lagi, dia mulai merasa kesal dan tidak sabaran.


Ji A melemparkan tasnya yang berisikan kartu nama kepada Lee Yeon. Dan Lee Yeon melemparkan kembali tas tersebut, karena dia tidak ingin ikut kencan buta. Setelah mengatakan itu, diapun pergi.


“Hei, Jae Hwan. Minta Detektif Baek memeriksa sidik jari untukku,” pinta Ji A, menghubungi rekan Pyo. “Tas kulit,” lanjutnya sambil menatap bangga tas nya.

Dalam perjalanan didalam mobil. Shin Joo tertawa dan mengomentari bahwa pertemuan antara Lee Yeon dan Ji A benar- benar takdir. Karena 20 tahun lalu, Lee Yeon menyelamatkan Ji A. Tapi sayangnya, Ji A sama sekali tidak ingat itu. Dan dengan ketus, Lee Yeon membalas bahwa dia tidak menyukai Ji A.

“Dia benar-benar mirip dengannya. Aku juga terkejut setiap kali melihatnya,” komentar Shin Joo.

“Kamu harus berhenti menjadi konsultan untuk stasiun TV itu,” balas Lee Yeon, tidak senang. “Ini hanya program kacangan.”

“Hanya itu acara yang kamu nikmati. "Menyingkap Legenda Urban". Kamu bahkan mengunggah komentar di situs mereka bahwa pakaian Malaikat Maut salah,” balas Shin Joo.

“Aku sangat mengenal Malaikat Maut…”


Ketika seseorang masuk ke dalam kamar, Soo Young merasa sangat ketakutan dan menjerit. Orang yang datang ke dalam kamar memakai sepatu high heels.

“Soo Young, kamu baik-baik saja?” tanya Ji A dengan perhatian. Dia buru- buru datang, karena mendengar kabar kalau Soo Young ketakutan. “Kamu menangkap pria itu?” tanyanya kepada Detektif Baek.

“Tidak ada yang melihat bayangan. Mungkin dia hanya bermimpi,” balas Detektif Baek.


“Tidak!” protes Soo Young dengan suara keras. “Ji A, aku tidak mau tinggal di sini. Aku harus pergi,” pintanya dengan sikap memelas kepada Ji A. “Jika tetap di sini, aku akan mati,” bisik nya.


Soo Young memperhatikan isi kamar Ji A. Di dinding kamar banyak terdapat koran dan artikel mengenai kasus 20 tahun lalu, tentang kecelakaan keluarga Ji A dan menghilangnya Ayah Nam serta Ibu Nam.


“Entah apakah pakaianku akan pas,” kata Ji A, memberikan pakaiannya.

“Maaf sudah merepotkanmu seperti ini,” balas Soo Young, bersyukur. “Bagaimana dengan keluargamu?” tanyanya.

“Aku tinggal sendirian, jadi, anggap saja rumah sendiri,” balas Ji A. Lalu dia keluar dari kamar.

Setelah Ji A keluar dari kamar, raut wajah Soo Young berubah menjadi sinis. “Dia sendirian.”


Lee Yeon datang ke rumah sakit dan menanyai perawat, kapan Soo Young telah di bawa pulang. Dan si perawat memberikan pesan yang Ji A tinggalkan.

Selesai membaca pesan itu, Lee Yeon langsung berjalan dengan buru- buru.


Diruang tamu. Ketika Ji A tidak sengaja terbangun, diapun menyalakan lampu kecil di dekatnya, tapi tiba- tiba Soo Young sudah berdiri dihadapannya. Dan dia merasa terkejut.

“Aku tiba-tiba ingat apa yang terjadi di terowongan hari itu,” kata Soo Young dengan sikap serius.


Ji A memberikan segelas teh hangat kepada Soo Young dan menunggu nya untuk siap bercerita. Lalu ketika Soo Young mulai bercerita, dia segera mencatat pernyataannya.


Soo Young : “Aku mengeluarkan penyuara telingaku hanya untuk mendengar keheningan.”

Ketika lampu bus mati, Soo Young melepaskan headset yang dipakainya. Lalu dia mulai bersiap untuk memakan mangsa nya. Matanya berubah menjadi mata rubah. Dan lalu dia menyerang setiap orang di dalam bus.


Soo Young : “Semua orang tewas. Dari kegelapan, dia mulai mendekatiku. Pria dengan payung itu. Dia mencoba membunuhku!”

Soo Young tersenyum ketika Lee Yeon mendekatinya. Dan sebelum Lee Yeon sempat beraksi, dia langsung menyerang Lee Yeon duluan.


“Aku ketakutan,” kata Soo Young dengan tubuh gemetar.

Merasa bersimpati, Ji A pun mendekatinya dan menghiburnya untuk tenang. Dan sambil menundukkan kepalanya, Soo Young tersenyum sinis. Kemudian tiba- tiba saja gelas teh terjatuh.


“Soo Young, ke mana tujuanmu saat tengah malam?” tanya Ji A sambil membersihkan pecahan gelas di lantai.

“Apa? Pulang, tentu saja…”

“Aku memeriksa alamatmu dan untuk pulang, kamu harus menuju ke arah lain,” kata Ji A sambil mengambil satu berling berukuran sedang dan mengarahkan nya ke leher Soo Young. “Berhentilah mengatakan apa pun yang terlintas di benakmu.”


“Kapan kamu menyadarinya?” tanya Soo Young sambil tertawa.

“Manusia secara naluriah bergerak untuk melindungi dirinya saat mengalami kecelakaan mobil. Namun, satu-satunya penyintas dari kecelakaan bus itu tidak memiliki luka pertahanan. Aku tidak memercayai keajaiban,” jelas Ji A di dekat telinga Soo Young. “Siapa kamu?”



“Aku seseorang yang kamu kenal …” jawab Soo Young. Lalu dia berubah menjadi Lee Rang. “Dan yang tidak kamu kenali.”

Merasa terkejut, Ji A langsung menusuk Lee Rang. Tapi Lee Rang sama sekali tidak terluka, karena benda seperti itu sama sekali tidak bisa melukainya. Dan Soo Young yang asli telah di makan olehnya.

“Aku tahu. Aku hanya menawarkan diriku sebagai umpan,” kata Ji A, tanpa rasa takut.


Tepat disaat itu, Lee Yeon datang dan masuk ke dalam rumah dengan memecahkan kaca jendela. Lalu dia mendekati Ji A sambil mengomel. Karena Ji A menulis kan di kertas catatan untuk dirinya, “Apa yang kamu cari akan ada di rumahku.” Dan dia tidak suka, karena dia  menolak untuk bekerja sama dengan Ji A.

“Bukankah seharusnya kamu menyibukkan diri?” bentak Ji A, mengingatkan.


Tepat disaat itu, Lee Rang menyerang Lee Yeon. Dan Lee Yeon pun balas menyerang nya. Ternyata mereka adalah saudara, dam Lee Rang adalah adik. Mengetahui itu, Ji A terkejut, karena tidak menyangka.

Lee Yeon dan Lee Rang bertarung dengan sangat ganas sambil hampir menghancurkan seluruh rumah. Untungnya mereka tidak menemukan kamera tersembunyi yang Ji A sembunyikan di rak buku. Jadi Ji A merasa lega.


“Berapa orang yang sudah kamu bunuh?” tanya Lee Yeon dengan serius.

“Kamu khawatir aku akan masuk neraka?” balas Lee Rang. Dan Lee Yeon membalas bahwa dia malu terhadap Lee Rang. “Ini karena aku tidak mau menjalani hidup menyedihkan sepertimu.”


“Yang lebih menyedihkan adalah pria dewasa yang merengek,” ejek Lee Yeon, santai.

Lee Rang kembali menyerang Lee Yeon. Dan Lee Yeon pun melemparkan nya keluar jendela. Lalu karena tidak bisa menang, Lee Rang pun mengajak Lee Yeon untuk bertaruh. Jika sampai akhir bulan depan Lee Yeon masih belum bisa menemukan A Eum, maka Ji A akan mati. Mendengar itu, Lee Yeon menatap tegas pada Lee Rang.





“Kamu tahu aku tidak bercanda. Sampai jumpa,” kata Lee Rang. Lalu dengan santai, dia masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu nya didepan rumah.


Ji A mendekati Lee Yeon, dan menanyai, siapa mereka sebenarnya. Dan mata Lee Yeon berubah menjadi seperti rubah. “Lupakan semua tentangku,” katanya sambil menatap mata Ji A.


Ketika Ji A tersadar, dia sudah berada di kantor. Lalu saat Detektif Baek menelpon serta mengatakan bahwa dia sudah mendapatkan hasil sidik jari yang Ji A inginkan, Ji A memegang erat USB di tangannya.



Ketika Lee Yeon pulang ke rumah, dia bingung kenapa semua lampu sudah menyala, dan dia mengira Shin Joo sudah pulang. Lalu ketika dia masuk ke dalam rumah, dia melihat video pertengkaran nya kemarin dengan Lee Rang, saat mereka berada di rumah Ji A.  Dan Ji A sedang berdiri di beranda rumah nya.


“Kamu ingat apa yang terjadi?” tanya Lee Yeon, langsung.

“Aku tidak tahu apa itu, tapi kurasa itu tidak mempan padaku,” balas Ji A. Lalu dia menunjukkan USB di tangannya. “Salinan aslinya ada di sini. Jika kamu menginginkannya, ambillah,” tantang nya.


Secara perlahan, Lee Yeon berjalan mendekati Ji A. Dan dengan sengaja, Ji A menjatuhkan dirinya dari ketinggian. Melihat itu, Lee Yeon merasa malas. Tapi pada akhirnya, dia tetap menyelamatkan Ji A juga.



“Sudah kuduga. Kamu bukan manusia,” kata Ji A dengan bangga.

“Kamu baru saja mengujiku?”

“Lupakan semua yang kamu lihat hari ini. Jika tidak, aku akan membunuhmu,” ancam Lee Yeon, menakuti.





Ji A mengingat kejadian 20 tahun lalu. “Aku sudah menunggumu,” katanya. Lalu dia menusukkan jarum suntik ke leher Lee Yeon.

Post a Comment

Previous Post Next Post