Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 18 - 1

 

Note :

- Tulisan warna hitam = dunia nyata

- Tulisan warna merah = dunia novel

==

Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 18 - 1

Images by : SET TV

Chapter 18


di Tianliang Grup,

tn. Hu baru mendapatkan kabar kalau Tianjian di panggil ke kantor polisi untuk di interogasi. Tentu saja, ini kabar buruk. Yang lebih buruk lagi, ternyata Tianjian sudah tidak datang bekerja ke perusahaan sejak pemanggilannya ke kantor polisi itu.



Ketika dia menanyakan ke Ibu Tianjian, Ibu ternyata juga tidak tahu dan selama ini mengira Tianjian bekerja. Saat tahu Tianjian sudah beberapa hari tidak ke kantor, Ibu langsung memeriksa ke kamar Tianjain. Kamar Tianjian sangat berantakan. Bajunya berserakan dan passport-nya tidak ada. Dengan panik, Ibu memberitahu tn. Hu kalau Tianjian tampaknya kabur keluar negeri.

--


Karna berbagai masalah yang menimpa Tianliang, Tianliang menjadi incaran media. Mereka mewawancarai tn. Hu untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Tianliang? Pertama, terjadi penggantian Ketua karna hak waris dan sekarang, Ketua yang sekarang ini menjabat, He Tianjian, terlibat dalam kasus kriminal.


Berita mengenai ini membuat Tianxing menjadi khawatir. Dia memutuskan untuk menemui He Mingli.

--


Tianjian beneran kabur, tapi dia nggak langsung keluar negeri. Dia pergi ke tempat Mingli bersembunyi. Sayangnya, begitu dia tiba, dia malah melihat Tianxing yang juga datang ke sana. Jadinya, dia tidak jadi menemui Mingli dan malah bersembunyi.


Tianxing nggak basa – basi, dia langsung ke intinya. Menyuruh Mingli menyelamatkan Tianliang. Kenapa? Karna jika Tianliang sampai jatuh, dia nggak akan kelaparan tapi Mingli dan keluarganya yang bakalan hancur. Mingli tidak mau dan juga untuk apa dia mempercayai Tianxing?

Tianxing menjawab kalau Mingli tidak perlu mempercayainya. Dia melakukannya juga bukan demi Tianliang, tapi demi ayahnya. Karna ayahnya sudah membesarkannya selama ini, jadi dia akan membantu Tianliang kali ini.


“Apa yang harus ku lakukan?”

“Seseorang mencoba menghancurkan perusahaan. Sejumlah uang yang sangat banyak di transfer ke berbagai tempat berbeda. Meskipun uang itu keluar melalui hal legal atau bahkan ketika uang itu akan kembali masilah masalah. Kita harus mencaritahunya sendiri,” jelas Tianxing.

“Kau yang mengurusnya,” ujar Mingli, pasrah dan membiarkan Tianxing yang menyusun rencana. “Apa yang akan terjadi pada Tianjian?”


“Apa yang akan terjadi padanya, bukankah itu tergantung pada apa yang kau lakukan di kantor polisi. Karna dia bisa keluar dari sana dengan aman, artinya kau berbohong bukan (pada polisi)?”

Mingli tampaknya merasa bersalah. Dia menjelaskan pada Tianxing kalau dia melakukannya (berbohong) demi melindungi Tianjian. Bagaimanapun Tianjian masihlah anggota keluarganya.

“Setidaknya, kau masih memiliki keluarga yang bisa kau lindungi,” ujar Tianxing dan berbalik.

Ucapannya itu membuat Mingli bersalah. Dia sadar bahwa dialah yang telah membuat Tianxing kehilangan ibunya.


Begitu selesai menemui Mingli, Tianxing sangat terburu-buru mau pulang. Dia bahkan menyuruh Jason untuk mengemudi lebih cepat agar tidak terlambat tiba di rumahnya. Itu karna dia sudah punya janji wawancara dengan Xiao’en. Susana sampai heran melihatnya begitu dan menyarankan untuk membatalkan saja janji hari ini. Dengan sangat tegas, Tianxing menolak.


Sayangnya, rasa semangatnya berganti menjadi rasa kecewa karna yang mewawancarainya hari ini adalah Chuntian.

“Dimana Zheng Xiao’en?” tanya Tianxing, marah. “DIMANA ZHENG XIAO’EN SEKARANG?” ulangnya.

--

Yang di cari lagi asyik kerja di kantor. Sembari kerja, Xiao’en merasa khawatir karna tidak ada kabar dari Chuntian. Harusnya, kalau nggak ada kabar, itu artinya semua baik-baik saja.

“Zheng Xiao’en,” terdengar suara Tianxing memanggil. “Zheng Xiao’en.”

Xiao’en akhirnya membalikan badan. Tianxing ada di belakangnya. Dan Xiao’en malah mengira kalau semua hanyalah halusinasinya saja. Jadi, dengan santai, dia mau menyentuh wajah Tianxing. Tianxing memegang tangannya dengan keras hingga Xiao’en menjerit kesakitan. Ini bukan halusinasi. Tianxing datang mencarinya.

“Kenapa kau tidak muncul seperti yang di janjikan?” tanya Tianxing.

--

Tianxing akhirnya di bawa ke ruang rapat sama Editor Yao. Tentu saja, Xiao’en pun ada bersama mereka. Seperti yang bisa di duga,  Editor Yao tentu saja memihak apapun yang Tianxing katakan dan menyalahkan Xiao’en karna tidak bertanggung jawab. Xiao’en membuat berbagai alasan seperti kantor sangat sibuk dan sebagainya. Tapi, semua alasan itu bisa di balikan lagi oleh Tianxing dengan bertanya balik, emang Xiao’en kira dia tidak sibuk?

“Tapi, siapapun yang melakukan wawancara kan sama saja.”

“Apanya yang sama? Apa kau tidak tahu kalau kau adalah alasanku membiarkan Penerbit Ruge untuk mempublikasikan autobiografi ku?”

“Karna aku?”

“Ya. Karna kau. Kau yang menyakinkanku. Aku mempercayaimu, tapi kau malah begini. Jika kau orang yang tidak bertanggung jawab begini, maka aku secara jujur akan bilang kalau aku merasa kecewa.”

Editor Yao langsung memarahi Xiao’en dan membenarkan semua apa yang Tianxing katakan. Xiao’en jadi merasa bersalah.

--

Sementara Tianxing bicara dengan Xiao’en, Susanna melihat-lihat isi kantor Xiao’en. Dia tampak heran dan bahkan mengejek buku-buku yang di terbitkan. Yang tentu saja membuatnya kembali berdebat dengan Chuntian. Susanna beneran heran kenapa Tianxing membiarkan penerbit novel romance yang menerbitkan buku autobiografinya.

“Aku tidak tahu alasannya,” ujar Chuntian. “Aku hanya tahu kalau orang kaya berpikir dengan cara berbeda dari mereka. Itulah knapa dia menjadi CEO, sementara kau hanya bisa menjadi asisten.”

“Kau sekarang sok mengajariku? Siapa yang memberikanmu keberanian begitu, editor novel romantis tanpa otak!” hina Susanna.

“Nggak punya otak? Aku nggak peduli kalau kau menghinaku, tapi jika kau menghina novel romantis, aku tidak akan membiarkannya! Kau tidak membaca novel romantis, makanya kau tidak bisa mendapatkan CEO!!”

“Kau melihat darimana sampai bilang aku mencoba menggaet CEO?!” balas Susanna.

“Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Zheng Xiao’en dan dan aku menggunakan drone dan melihatnya dengan sangat jelas!!”

Skakmat! Susanna tidak bisa membantah lagi.

--

Karna Xiao’en tidak bisa memberikan alasan menyakinkan pada Tianxing, maka Tianxing memutuskan kalau Zheng Xiao’en yang harus tetap mewawancarainya. Keputusannya itu langsung di iyakan sama Editor Yao.

“Sampai jumpa besok,” ujar Tianxing dan beranjak pergi.


Chuntian memberikan setumpuk novel romantis pada Susanna. Itu hadiah darinya agar Susanna kelak bisa mendapatkan CEO lain selain He Tianxing. Oh ya, wajah juga menentukan hasil berhasil atau nggak nya sih. Dan untuk bagian wajah itu, dia tidak bisa memberikan saran.

Susanna udah mau meledak marah, tapi Tianxing sudah keluar dari ruang rapat. Walau marah, Susanna tetap membawa setumpuk novel yang Chuntian berikan.

--



Malam hari,

Mingli menanyakan pendapat Qiaozhi mengenai rencana Tianxing, apakah menurutnya rencana itu bisa di percaya? Qiaozhi juga tidak tahu, tapi menurutnya, mereka tidak punya pilihan lain selain mempercayainya. Yang lebih penting adalah mereka harus menyelamatkan Tianliang Grup. Dan orang yang mempunyai kemampuan untuk menyelamatkannya adalah Tianxing.

Mingli sebenarnya merasa sedih. Orang yang paling di bencinya, pada akhirnya malah menjadi orang yang berada di pihaknya dan mau membantunya.



Tidak lama, Ibu datang menemui Mingli. Dia sangat panik karna berita di TV bilang kalau Tianjian sekarang dalam daftar pengawasan polisi. Kenapa hal seperti ini bisa terjadi? Dia menyuruh Mingli untuk memikirkan jalan keluar bagi Tianjian. Mereka tidak boleh diam dan membiarkan Tianjian di fitnah begini.


“Ma, bagaimana kalau dia bukan di fitnah?”

“Tidak mungkin. Sejak kecil, dia adalah anak yang baik. Dia tidak mungkin membunuh orang. Ini pasti ulah He Tianxing. Demi merebut kembali perusahaan, dia menyalahkan Tianjian!” yakin Ibu.

Mingli tersenyum miris. Untuk pertama kalinya, dia baru sadar kalau tidak mudah menjadi He Tianxing. Setiap ada masalah, selalu Tianxing yang di salahkan. Ucapan Mingli, membuat Ibu merasa marah karna Mingli memihak pada Tianxing.


“Aku bukan membelanya. Aku hanya mengatakan kebenarannya,” balas Mingli. “He Tianxing di dorong dari gedung oleh He Tianjian!”

“Tidak mungkin! Kau berbohong!!”

“Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri! Meskipun aku yang merencanakannya, tapi Tianjian yang melakukannya!!”

Ibu semakin marah. Mingli tetap tidak berhenti bicara untuk menyadarkan Ibu kalau Tianjian tidaklah sepolos dan sebaik yang ibunya pikirkan. Sayangnya, Ibu terlalu memihak pada Tianjian hingga dia menyalahkan Mingli yang membuat Tianjian berubah seperti ini! Dari kecil, Tianjian selalu mengikuti Mingli dan mendengarkan apapun yang Mingli katakan. Bagaimana bisa Mingli menghancurkan Tianjian seperti ini?! Dia hanya punya satu putra!!!

“Kenapa kau tidak menyalahkannya karna lemah dan mudah di tipu? Dari kecil sampai sekarang, setiap kali mengalami masalah, dia hanya tahu bersembunyi di belakangku. Masalah apapun, harus orang lain yang membuat keputusan untuknya!!! Dia sudah bukan anak kecil lagi! Ini waktunya dia belajar menghadapinya sendiri!” teriak Mingli.

“Kau bicara omong kosong. Kalian yang mengarahkannya ke arah yang salah! kalian!” teriak Ibu sambil menangis dan menyalahkan Mingli.

--

Chuntian dan Xiao’en menghabiskan waktu dengan bersantai sambil memakai masker. Mereka berbincang santai membahas segala sesuatu yang sudah banyak terjadi sejak Xiao’en sadar. Dan yang paling Chuntian khawatirkan adalah Xiao’en yang besok akan mewawancarai Tianxing. Apa dia akan baik-baik saja?


Dengan percaya diri, Xiao’en menjawab kalau dia baik-baik saja karna ini kan hanya urusan pekerjaan. Eit, dan tentu saja Chuntian tidak percaya. Xiao’en akhirnya jujur kalau dia terus melihat Aoran di dalam diri Tianxing. Dengan caranya, Chuntian menghibur Xiao’en dan menyemangatinya untuk bekerja besok. Mereka harus melakukannya demi menyelesaikan tujuan mereka (mendapatkan happy ending untuk Qinfeng).

--


tn. Hu kaget saat pagi-pagi sudah melihat Mingli di dalam kantor Ketua. Dia beneran takut dan sok perhatian menanyakan kondisi Mingli. Dan untungnya, Mingli bersikap biasa saja dengannya, jadi tn. Hu merasa kalau Mingli masih tidak mencurigai kejahatannya.

Di saat dia sedang berbincang dengan tn. Hu, Qiaozhi masuk ke dalam ruangan dan melaporkan kalau Tianxing kembali ke perusahaan.

Kedatangan Tianxing di sambut dengan tepuk tangan oleh para karyawan lainnya. Tianxing tidak datang sendirian, tapi bersama Jason, Susanna dan Xiao’en. Di antara yang menyambut kedatangannya adalah Chuchu.


Mingli, tn. Hu dan Qiaozhi turun untuk menyambutnya. Untuk menyembunyikan rencana mereka, Mingli masih tetap bersikap kejam pada Tianxing. Dia berujar sinis kalau Tianxing masih juga belum mati walaupun sudah jatuh dari atas gedung. Kelihatannya, keajaiban beneran ada di dunia ini.

“Kau saja bisa menjadi CEO, tentu saja keajaiban ada,” balas Tianxing, tidak kalah sini.


Pertengkaran hampir pecah. Dan seperti biasanya, tn. Hu langsung melerai seolah dia orang yang paling bijaksana. Selama perbincangan Tianxing dan Mingli, Xiao’en terus menundukkan kepalanya karna takut pada Mingli.

tn. Hu menanyakan tujuan Tianxing kembali padahal baru saja pulih.

“Hari ini, aku datang ke Tianliang sebagai Ketua Tianliang dan aku akan melakukan investigasi. Aku akan memeriksa ulang semua laba rugi Tianlian dan semua anak perusahaan juga. Paman Hu, aku juga membutuhkan penilaianmu, tidak ada masalah kan?”

“Tentu saja tidak ada masalah.”


Karena tidak ada yang di bicarakan, Tianxing melanjutkan jalan untuk ke kantornya. Dan benar saja, seperti yang Xiao’en takutkan, saat dia lewat di depan Mingli, Mingli langsung menghentikannya. Ingatan Mingli cukup bagus karna dia merasa tidak asing dengan wajah Xiao’en. Xiao’en masih terus menundukan kepala dan dengan gugup berujar kalau Mingli mungkin salah orang.

Mingli tidak percaya dan berusaha mengingat. Ah! Dia ingat Xiao’en adalah orang yang di rumah sakit (episode 01).

“Di hari Tianxing mau di pindahkan ke rumah sakit lain, kau orang yang di pegang tangannya! jadi, kalian sudah saling mengenal?”

Ucapan Mingli membuat Tianxing bingung sekaligus terkejut. Apa maksudnya? Dia memegang tangan Xiao’en?


“Ketika kau mau di masukkan ke ambulans, kau dalam keadaan koma tapi tiba-tiba saja kau memegang tangan seseorang yang lewat. Dan orang itu adalah dia,” jelas Mingli.

Tianxing langsung menatap Xiao’en dengan tatapan meminta penjelasan. Xiao’en juga tidak tahu dan memilih menghindari pandangan mata Tianxing.

--

Xiao’en ada di ruang kerja Tianxing. Dan dia tampak terkejut saat melihat, di atas meja kerja Tianxing, Tianxing memakai pengharum ruangan yang sama seperti yang di pakai Situ Aoran.

“Kau memakai ini juga?”

Juga? Siapa lagi yang menggunakan ini?”

“Itu… sedikit sulit di jelaskan.”

“Ada banyak sekali hal di hidupmu yang sulit di jelaskan.”

“Ada emangnya?”

“Apa penjelasanmu? Mengapa aku mengenggam tanganmu ketika aku dalam keadaan koma?” tanya Tianxing.

Xiao’en juga nggak tahu. Harusnya, dia yang nanya. Waktu itu dia hanya kebetulan lewat, dan Tianxing malah memegang tangannya. Dia sangat ketakutan waktu itu. Tianxing tetap bingung karna saat itu kan dia juga belum mengenal Xiao’en sama sekali? Lalu apa yang terjadi setelah itu?

“Aku pulang ke rumah dan mengalami demam.”

“Lalu?” tanya Tianxing. “Kau sepertiku. Mengalami demam selama 3 bulan?”

Xiao’en menganggukan kepala. Tianxing jadi merasa kalau semuanya ini sangat aneh. Dia tidak mengenal Xiao’en, tapi saat koma, dia malah memegang tangan Xiao’en tiba-tiba. Lalu, mereka sama-sama koma selama 3 bulan. Apa ini semua hanya kebetulan? Xiao’en merasa kalau ini bukanlah kebetulan, tapi… takdir.

“Kau terlalu banyak membaca novel,” komentar Tianxing.

“Bukan. Ini pasti takdir. Kalau nggak, ngapain kau tidak memegang tangan orang lain tapi malah tanganku?”

Hmm, ucapan Xiao’en ada benarnya juga. Jadi, Tianxing setuju kalau ini mungkin saja takdir.

Tianxing kemudian mengajak Xiao’en untuk memulai wawancaranya. Xiao’en mengira Tianxing sudah siap bekerja, tapi ternyata belum. Tianxing hanya tidak ingin membuat Xiao’en menunggu terlalu lama. Sebelum wawancara di mulai, Tianxing mengingatkan aturan mereka. Saling bertanya bergantian.

Baru juga mau mulai wawancara, malah ada orang yang mengetuk pintu ruangan Tianxing. Siapakah dia? Chuchu. Dia datang untuk mengundang Tianxing dalam pesta yang mereka siapkan untuk menyambut kembalinya Tianxing. Apa Tianxing bisa?

“Tentu saja. Beritahu saja jam dan tempatnya, aku akan datang.”

Chuchu sangat senang mendengarnya. Udah nanya dan di jawab, bukannya pergi, Chuchu malah melirik ke Xiao’en. Tianxing langsung memperkenalkan Xiao’en yang berasal dari Penerbitan Ruge. Dengan sangat ramah, Chuchu menyapanya dan mengajaknya untuk bergabung dengan pesta mereka.

“Tidak perlu, makasih. Aku juga bukan karyawan Tianliang,” tolak Xiao’en dengan sopan.

--


Selesai wawancara dan Xiao’en sudah pulang, Tianxing kembali fokus bekerja. Tianxing memberikan perintah pada Jason dan Susanna untuk tidak hanya memeriksa laporan keuangan beberapa tahun ini, tapi juga memeriksa dari pertama kali investasi yang Hu Chaoqin tangani. Walaupun perusahaan yang di investasikan pertama kali sudah bangkrut, mereka tetap harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas keuangan mereka.

Sementara Tianxing dkk sibuk mencari celah dari manipulasi investasi yang tn. Hu lakukan, tn. Hu merasa tenang. Dengan seseorang yang di teleponnya, dia menyuruh orang itu tidak khawatir. Karna walaupun di lakukan pemeriksaan di kedua belah pihak, tidak akan ada masalah dan orang itu tidak akan terlibat (siapa orang yang di telepon tn. Hu?)


Walau merasa tenang, tapi tetap saja rasa khawatir itu ada. Dia sangat kesal karna Tianxing dan Mingli yang sudah di singkirkannya malah kembali. Sekarang, dia harus membuat Mingli berada di pihaknya. Dan tanpa membuang waktu, dia langsung menelpon Mingli dan mengajaknya bertemu di luar Tianliang untuk membicarakan sesuatu.

“He Tianxing benar. Hu Chaoqin menelponku. Dia bilang ada sesuatu yang mau di diskusikannya denganku.”

“Nona, ini baru awalnya. Kau harus berhati-hati. Jangan sampai kehilangan permainan,” nasehat Qiaozhi.

“Aku tahu.”

--


Xiao’en makan malam dengan Chuchu di sebuah resto. Sambil menunggu makanan mereka di antarkan, Xiao’en cerita kalau tadi dia di ajak ikut dalam pesta kembalinya Tianxing ke Tianliang sama Chuchu, tapi dia menolak. Mendengar ceritanya, Chuchu langsung kesal dan mengomelinya begitu bodoh memberikan kesempatan pada Chuchu. Harusnya ikut saja. Dengan berapi-api, Chuchu menyuruh Xiao’en untuk mencari tahu nama restorannya.

“Aku tidak tahu dimana.”

“Kalau begitu tanyakan. Bisa tanya ke si gila Susan atau si bodoh Jason? Berikan nomornya padaku.”

“Aku nggak punya nomor mereka.”


Umur panjang! Lagi membicarakan dimana tempat acaranya, ternyata tempatnya di resto tempat mereka berada sekarang. Rombongan Chuchu udah pada tiba. Dengan panik, Xiao’en menutupi wajahnya dengan buku menu dan mengajak Chuntian keluar. Walau Chuntian tidak mau, Xiao’en tetap memaksa dan mau tidak mau Chuntian menurut.


Mereka berhasil keluar restoran dengan aman. Masalahnya, Chuntian malah pergi ke resepsionis meminta makanan di bungkuskan. Akhirnya, mereka yang awalnya bisa saja menghindari Tianxing, malah berjumpa dengan Tianxing di depan restoran. Wajah Tianxing juga tampaknya senang melihat Xiao’en.


Huft! Dan mereka juga akhirnya ikut dalam pesta. Mereka cukup sadar diri sehingga mereka memilih duduk di ujung meja, sementara yang duduk di samping Tianxing adalah Susanna dan Chuchu. Xiao’en sambil berbisik mengomeli Chuntian yang malah menerima tawaran Tianxing untuk ikut makan. Dengan santai, Chuntian menjawab kalau dia tidak bisa menolak permintaan CEO.

“Kalau gitu, ikut sendiri saja. Ngapain kau menarikku untuk ikut?”

“Kan kau yang pernah bilang. Berbagi itu paling enak. Tidak ada artinya kalau aku makan sendirian,” balas Chuntian.

Yang menyenangkan adalah, Tianxing terus memperhatikan Tianxing. Dia juga menyuruh mereka untuk memesan apa saja yang mereka mau dan tidak perlu sungkan.

--


Makanan di hidangkan. Chuchu bersikap lebay dengan malah berdiri dan menyuruh semuanya bertepuk tangan untuk menyambut kembalinya Tianxing. Tingkahnya itu membuat Susanna, Chuntian dan Xiao’en merasa kesal.


Bukan hanya itu, saat makan, Chuchu dan Susanna sibuk melayani Tianxing. Seperti meletakkan makanan di piringnya dan menuangkan air. Tampak sekali aura persaingan di antara mereka untuk menarik perhatian Tianxing.


Hal tersebut tidak luput dari perhatian Xiao’en dan Chuntian. Ternyata, bukan hanya Xiao’en yang terus memperhatikan Tianxing, tapi juga Tianxing.


“Zheng Xiao’en. Aku lihat kau nggak makan banyak. Apa makanannya tidak sesuai seleramu?” tanya Tianxing.

Xiao’en sampai terkejut, “Nggak. Aku tidak pemilih dan bisa makan apa saja.”

Lagi asyik makan, lampu mendadak mati sebagian. Karna di restoran itu ada yang namanya ‘happy hour.’ Itu kompetisi minuman dan pemenangnya akan mendapatkan diskon 20% dari total tagihan.


“CEO, kalau aku menang, apa aku boleh mendapatkan sepasang manset yang sering kau kenakan?” tanya Chuchu.


Wkwkw. Chuntian yang mendengar sangat kesal dan berharap ini bukanlah lomba minum, tapi lomba tinju. Shanna juga kesal sampai menyuruh Jason untuk menyingkirkan pisau dan garpunya karna dia tidak tahu apa yang bisa di lakukannya.


Yang mengejutkan, Chuchu malah mengangkat tangan Xiao’en dan mengajukan diri untuk ikut bergabung dalam kompetisi.

 

2 Comments

Previous Post Next Post