Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 18 - 2

 

Note :

- Tulisan warna hitam = dunia nyata

- Tulisan warna merah = dunia novel

==

Sinopsis T-Drama : Lost Romance Episode 18 - 2

Images by : SET TV

Selain Chuchu, Xiao’en dan Chuntian, Susanna pun ikutan dalam lomba minum tersebut. Awalnya, Chuchu kan yang nawarin diri mau ikut, jadi ku kira dia kuat minum. Namun, nyatanya, dia nggak kuat minum sama sekali. Baru minum satu gelas saja, dia sudah kelawahan. Eh, Susanna yang juga kesulitan minum, malah menyarankan agar mereka lomba minum campuran beer dengan minuman lain gitu.

Chuchu beneran memaksakan diri untuk ikut serta. Xiao’en udah nggak mau, tapi Chuchu yang memaksa. Tianxing yang sedari tadi memperhatikan, tidak tega. Dia berjalan ke sisi Xiao’en dan menggantikan Xiao’en meminum full 4 gelas campuran beer. Semua terperangah.

“CEO, kau tidak boleh pilih-pilih,” ujar Chuchu, tidak terima.

Agar tidak terjadi kecemburuan, maka Tianxing lanjut minum bagian Chuntian, Susanna dan Chuchu. Total gelas yang di minumnya adalah 16 gelas. Fantastic. Semua sontak bertepuk tangan.

Begitu Tianxing selesai minum, Chuntian langsung mual dan muntah. Sementara, Susanna dan Chuchu tumbang. Chuchu tumbangnya ke arah Tianxing tapi Jason yang menangkap tubuhnya. Hanya Xiao’en yang masih berdiri tegak.

Yang tidak di sangka, Tianxing berjalan ke arah Xiao’en dan memberikan sepasang manset yang di kenakannya pada Xiao’en.

“Kau menang,” ujar Tianxing. Wow!

Acara akhirnya selesai. Susanna dan Chuchu beneran nggak sadarkan diri dan Jason lah yang mengantarkan mereka pulang. Chuntian dan Xiao’en pamit pulang pada Tianxing. Dengan sopan, Tianxing meminta waktu agar bisa bicara berdua dengan Xiao’en. Chuntian yang peka, langsung pamit pulang duluan dengan alasan masih merasa mual.

“Kau baik-baik saja?” tanya Xiao’en, khawatir.

Tianxing berjalan mendekat dan berbisik, “Walaupun tidak kelihatan, sebenarnya… aku merasa akan tumbang,” ujar Tianxing sembari menyadarkan kepalanya ke bahu Xiao’en.

--

Xiao’en akhirnya mengantarkan Tianxing pulang dengan taksi. Tianxing tertidur karna mabuk, tapi tidurnya tampak seperti bermimpi buruk karna keningnya berkerut. Xiao’en yang khawatir ingin memegang wajahnya, tapi Tianxing tiba-tiba terbangun dan mencengkeram tangan Xiao’en.

Tianxing juga kaget dengan yang di lakukannya dan jugat takut kalau cengkeramannya menyakiti tangan Xiao’en. Xiao’en berujar padanya kalau tangannya tidak terasa sakit, tapi hatinya yang merasa sakit melihat Tianxing yang memaksakan diri untuk minum seperti tadi.

Taksi sudah berhenti. Begitu tiba di rumah, Tianxing langsung berlari ke rumah dan muntah-muntah di closet. Xiao’en beneran khawatir sehingga tidak tega untuk meninggalkannya sendirian di rumah. Dia menyuruh Tianxing untuk segera mandi, tidur dan beristirahat. Perhatian yang Xiao’en berikan membuat Tianxing tampaknya tersentuh.  

Selagi Tianxing mandi, Xiao’en melihat sekeliling rumah Tianxing dan seolah terasadar kalau tidak seharusnya dia ada di sini. Dalam perjalanan pulang, dia terus saja merasa khawatir pada kondisi Tianxing. Dia sangat sadar kalau tidak seharusnya dia dekat dengan Tianxing, tapi dia tidak bisa menghentikan perasaan yang khawatir.

--

Tianxing sudah siap mandi dan berganti baju. Wajahnya tampak sedih saat tidak melihat Xiao’en lagi. Kesedihannya hanya sejenak, karna tidak lama kemudian, terdengar suara pintu bel. Xiao’en kembali dengan membawa makanan instan.

Dia membeli dua cup ramen. Karna mengira Tianxing belum pernah makan makanan instan seperti itu, maka Xiao’en menjelaskan panjang lebar kalau cup ramen itu sangat tidak sehat tapi sangat enak! Yang tidak di sangka Xiao’en, Tianxing tidak kebingungan dalam menyiapkan cup ramen.

“Aku tidak tahu kenapa kau mengira aku nggak pernah makan cup ramen sebelumnya, aku bukan hanya sering makan ramen, tapi ada saat dimana ramen adalah satu-satunya makanan yang ku miliki untuk ku makan,” ujar Tianxing. “Tapi sudah lama juga aku tidak memakannya, jadi aku sedikit merindukannya.”

--

Ramen sudah jadi dan Tianxing memakannya dengan sangat lahap. Xiao’en tidak bisa menahan diri berkomentar kalau Tianxing sangat berbeda dengan CEO yang di bayangkannya. Dia mengira pewaris kaya tidak akan pernah makan makanan instan seperti ini.

Karna Xiao’en membahasnya, maka Tianxing menceritakan sedikit kisah hidupnya. Xiao’en pasti tahu kalau dia dengan He Mingli dan He Tianjian punya ibu yang berbeda, bukan? Dulu, ibunya sangat sibuk dan ayahnya jauh lebih sibuk lagi. Sejak dia masih kecil, dia sudah mencari anak yang sendirian di rumah. Ketika lapar, dia akan membeli ramen untuk makan. Kalau bajunya kotor, dia akan mencucinya sendiri. Dari kecil, dia sudah menjaga diri sendiri.

“Aku kira semua pewaris kaya raya terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Tapi, kau masih beruntung karna mempunyai orang tua. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rupa orang tuaku.”

“Kau sama sepertiku. Kau sudah belajar menjaga diri sendiri sejak kecil.”

Xiao’en membenarkan dan mengingat saat dia dulu mengambil banyak sekali kerja part-time saat libur sekolah. Tidak di sangka, Tianxing dulu juga bekerja part-time demi mendapatkan uang. Itu karna kalau nilainya buruk, dia tidak akan mendapatkan beasiswa. Dan dia terlalu takut untuk memberitahu ibunya, jadi dia bekerja sambilan untuk mendapatkan uang.

Pembicaraan itu membuat mereka menjadi lebih mengenal satu sama lain. Xiao’en bercerita walaupun dia tidak punya keluarga, tapi dia punya seorang teman yang sudah seperti keluarganya, yaitu Chuntian.

“Kenapa kau melihatku begitu?” tanya Tianxing.

“Aku tidak tahu kenapa, tapi… aku mengira kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Tapi, semakin aku mengenalmu, aku semakin merasa kau tidak sejauh yang ku pikirkan,” ujar Xiao’en, mengulurkan telunjuknya.

Yang malah di sambut telunjuk juga oleh Tianxing, di sertai dengan senyuman teramat manis.

Xiao’en jadi merasa grogi dan menutupinya dengan lanjtu makan. Tianxing sudah selesai makan terlebih dahulu, jadi dia akan membuang cup-nya. Xiao’en memegang tangannya, menghentikan karna dia yang akan membersihkan.

Padahal, Xiao’en hanya memegang tangan Tianxing sekilas, tapi dia sudah bisa tahu kalau Tianxing demam. Tianxing tampak terkejut. Xiao’en menginterogasinya, mulai sejak kapan merasa demam? Dan ternyata,Tianxing sudah merasa demam sejak 2 hari yang lalu.

Xiao’en tidak melanjutkan makannya dan langsung menarik Tianxing ke kamar. Dia menyuruh Tianxing berbaring dan mengompresnya. Karna perhatian Xiao’en, Tianxing bisa tertidur lelap dengan tenang. Melihat wajah Tianxing yang damai, membuat Xiao’en tersenyum sekaligus menyadari betapa beratnya hidup Tianxing selama ini.


Demam Tianxing sudah turun. Xiao’en beranjak keluar kamar, tapi seolah merasakan Xiao’en yang mau pergi, Tianxing tiba-tiba saja menarik tangan Xiao’en.

Masih dalam keadaan setengah tidur, Tianxing berujar, “Bukankah aku sudah pernah bilang, selam aku mengulurkan tanganku, aku harus bisa meraihmu. Itu adalah jarak terjauh kau bisa pergi dariku.”

Ucapan itu sama persis seperti yang pernah Aoran katakan padanya. Ucapan yang membuat Xiao’en menjadi berharap bahwa He Tianxing adalah Aoran. Dia berteriak meminta Tianxing untuk bangun dan mengulangi perkataannya tadi.

“Apa aku mengatakan sesuatu?” tanya Tianxing, setengah sadar.

“Tidak ada. Aku salah dengar,” jawab Xiao’en, kecewa. “Silahkan beristirahat.”

Secercah harapan yang sempat di rasakannya mendadak lenyap.

--

Esok hari,

Tianxing sudah sadar. Dan hal pertama yang di lakukannya adalah mencari Xiao’en. Sayangnya, Xiao’en sudah pulang.

--

Hari ini, Mingli akan bertemu dengan tn. Hu di sebuah restoran yang mempunyai ruangan VVIP. Dan selama pertemuan itu, dia harus mengenakan headset bluetooth agar bisa berkomunikasi dengan Tianxing dan Tianxing bisa mendengarkan pembicaraa mereka. Tianxing mengingatkan Mingli kalau dia harus bisa menahan tn. Hu selama mungkin, agar Jason dan Shanna mempunyai cukup waktu untuk menggeledah ruang kerja tn. Hu.

Walau kesal, Mingi terpaksa menurutinya.

--



Jason dan Shanna berada di ruangan tn. Hu untuk mencari berbagai dokumen rahasia. Qiaozhi juga ada di sana dan bertugas untuk memantau situasi dan mencegah ada yang masuk.

--

Selama pertemuannya dengan tn. Hu, Tianxing mendikte Mingli mengenai apa yang harus di katakannya, agar tn. Hu terpancing untuk menceritakan rahasianya atau sesuatu yang krusial. Selama proses itu, Mingli merasa kesal karna ada beberapa kalimat yang harus di katakannya dan bertentangan dengan keinginannya, seperti dia harus mengakui kemampuan Tianxing.

Hm, pembicaraan mereka agar rumit. Tapi, intinya, Mingli berpura-pura ingin berinvestasi. Dan Tn. Hu menawarkan sebuah investasi yang tidak akan ada rugi-nya, tapi hanya ada untung (padahal dalam invest pasti ada untung rugi). Modal yang di perlukan adalah NT30juta. tn. Hu sih bilangnya investasi catur antik gitu (tapi sepertinya ada makna di baliknya). Dan Mingli mau.

“Karna aku sudah membantumu, aku juga ingin minta tolong sesuatu.” ujar tn. Hu.

“Bantu apa?”

“Bantu menendang He Tianxing keluar dari Dewan Direksi.”

 

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post