Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 3 part 1

 



Original Network : tvN

Lee Yeon membantu mengobati luka di bahu Ji A. Dan Ji A merasa sangat kepanasan dibagian lukanya. Lalu tiba- tiba sikapnya berubah dratis. Dia mengulurkan tangan nya dan mencengkram leher Lee Yeon.

“Lama tidak bertemu, Yeon,” sapa Ji A.


12 Jam lalu

Nelayan penggosip pertama, dia merasa sangat kehausan sekali sampai dia meminum banyak air botol. Tapi walaupun sudah minum sangat banyak, dia masih merasa belum puas. Jadi dia meminum air keran di kamar mandi. Namun kemudian air malah mati. Jadi dia memasukkan wajah nya ke dalam kloset untuk meminum air yang berada di dalam sana, tapi akhirnya dia tidak bisa mengeluarkan kepalanya sama sekali dari dalam kloset. Sehingga diapun mati tenggelam di dalam sana.


Lee Rang mengambil boneka jerami dengan foto Nelayan penggosip pertama, yang mengambang di lautan. Di boneka jerami tersebut tertulis tulisan kutukan Kematian.

"Bab 3, Rahasia Raja Naga"


Ji A memeriksa mayat Nelayan penggosip pertama, dan dia merasa heran, ketika mengetahui kalau si Nelayan mati karena tenggelam didalam kloset. Dan perut nya juga sangat gembung karena air.

“Ini yang dia dapatkan setelah mengorbankan dirinya,” komentar Kapten kapal sambil mencoba untuk menghubungi polisi. Dan Ji A ingin tahu apa maksud nya. “Dia berada di kapal nelayan, Galaxy, yang terbalik itu.”

“Kalau begitu, dia ada di kapal itu bersama ayah Pyung Hee,” kata Ji A, menyimpulkan.

“Ya, totalnya ada empat orang.”


Dengan santai, Lee Yeon kemudian datang sambil meminum sebotol susu. Dan ketika dia melihat mayat Nelayan penggosip pertama, dia merasa jijik, karena si Nelayan sangat bau, seperti bau ikan busuk.


“Tapi tubuhnya belum membusuk,” kata Ji A, heran. Dan Lee Yeon pun memeriksa tubuh Nelayan penggosip pertama. Lalu dia menemukan rambut di genggaman tangannya. Dan rambut itu berwarna hitam, kepadahal rambut si Nelayan berwarna putih karena sudah beruban.

“Aku mencium bau laut dan bau samar selimut dari rumah itu,” kata Lee Yeon, sampai mengendur rambut tersebut dengan perasaan jijik.

“Rumah itu? Maksudmu, rumah Seo Pyung Hee?”



Dipinggir laut. Pyung Hee melakukan ritual untuk mengutuk orang. Dia menaruh tulang binatang di sekelilingnya. Dia membuat dua boneka jerami dan menempelkan foto orang di sana. Lalu dia menusuk jarinya dan membiarkan darahnya menetes ke boneka jerami tersebut.


Ada sebuah artikel yang berjudul 'Nelayan Hilang Pulang setelah 28 Hari'. Ada empat orang yang menaiki Galaxy yang tenggelam. Tapi hanya ada tiga orang yang selamat. Salah satu orang yang selama itu adalah si Nelayan penggosip pertama. Dan orang yang tidak di temukan adalah Pak Seo, Ayah Seo Pyung Hee.


“Tampaknya dia tidak akan menjadi yang terakhir,” kata Lee Yeon dengan yakin.

“Maksudmu ada lebih banyak orang yang mungkin akan mati? Kalau begitu, kita harus pergi,” ajak Ji A. Dan Lee Yeon menolak, karena itu bukan tugas nya. Tapi Ji A memaksa nya untuk ikut.


Penyintas kedua Galaxy, Jin Shik. Dia merasa sangat ketakutan sekali, sehingga dia mengunci seluruh pintu dan jendela dirumahnya. Lalu dia masuk dan bersembunyi di dalam tenda sambil memegang palu untuk melindungi diri. Kemudian tiba- tiba saja sebuah bayangan lewat di depan tenda. Dan Jin Shik merasa sangat ketakutan.

“Jin Shik. Ini aku,” kata si bayangan.

“Pak Seo? Kamukah itu Pak Seo?” tanya Jin Shik dengan gemetar.


Pak Seo terus- menerus memanggil nama Jin Shik. Jadi akhirnya, Jin Shik pun memberanikan dirinya untuk keluar dari dalam tenda. Tapi tidak ada siapapun diluar. Lalu ketika dia berbalik untuk melihat ke belakang dia melihat sebuah bayangan, dan dengan ketakutan, diapun langsung berlari kabur dari dalam rumahnya sendiri.


Nelayan penggosip kedua, yang merupakan penyintas ketiga Galaxy. Dia merasa sangat kelaparan, sehingga dia memakan semua makanan yang berada di dalam kulkasnya. Tapi walaupun begitu dia tetap tidak bisa merasa puas.

Ada satu kesamaan dirumah Jin Shik dan dirumah Nelayan penggosip kedua. Dirumah mereka berdua terdapat lukisan dewa berpakaian merah dan berjanggut putih.


Ji A datang ke rumah Nelayan penggosip kedua. Ketika dia melihat ada asap yang keluar dicerobong dapur, dia tahu kalau si Nelayan ada didalam rumah, jadi diapun mengentuk dengan sopan. Tapi Lee Yeon yang tidak sabaran, dia langsung menendang pintu rumah.


Si Nelayan penggosip kedua merasa terkejut ketika mendengar suara pintu di tendang. Jadi diapun berhenti makan dan mengambil pisau untuk melindungi dirinya. Tapi melihat itu, Lee Yeon sama sekali tidak takut, malahan dengan santai dia duduk di kursi dan langsung menanyakan apa yang ingin di ketahui nya. Dan dengan emosi, si Nelayan mengusir Lee Yeon untuk keluar dari rumah nya.



“Aku ingin kamu menjawab pertanyaanku dengan sopan. Jika tidak, aku akan mulai mematahkan jari-jarimu,” ancam Lee Yeon sambil memelintir tangan si Nelayan yang mengarahkan pisau ke arah nya. “Apa yang terjadi di kapal itu?”

“Kami menghadapi badai yang tidak terduga hari itu. Prakiraan cuacanya salah,” jawab si Nelayan dengan ekspresi memelas, karena kesakitan.

“Lalu kenapa hanya tiga orang yang selamat?” tanya Lee Yeon, lagi.

“Pak Seo terbawa ombak. Dan kami tersesat di laut. Hanya itu yang kuingat,” jawab si Nelayan dengan jujur. Dan ketika Lee Yeon menekan tangannya. “Aku bersumpah! Saat bangun, aku berada di pantai,” jeritnya dengan panik.

“Baik. Kumulai dengan kelingkingmu,” ancam Lee Yeon, serius.



Ji A menghentikan Lee Yeon dan mulai gantian bertanya. “Anda melewatkan 28 hari di sekoci itu tanpa makanan atau air. Tidak mengherankan Anda hilang akal. Cahaya matahari yang terik akan membakar kulit Anda. Bahkan dengan perut kosong, aku yakin Anda terus mabuk laut. Anda mungkin muak menunggu seseorang datang menyelamatkan Anda, dan aku yakin makin memikirkannya, Anda makin marah. Kenapa aku? Kenapa? “ kata nya, menyerang si Nelayan secara psikologis untuk membuatnya mengingat kejadian hari itu.

“Diam!” teriak si Nelayan sambil menutup kedua telinga nya.

“Hari kelima mungkin hari terburuk karena sama sekali tidak hujan. Pertama, Anda akan mengalami dehidrasi,” kata Ji A, terus lanjut berbicara. Dan secara perlahan si Nelayan mulai mengingat apa yang terjadi hari itu.



Setelah beberapa hari berada diatas kapal yang mengambang tidak menentu ditengah lautan. Si Nelayan penggosip pertama mulai merasa sangat kehausan. Si Nelayan penggosip kedua mulai merasa sangat kelaparan. Begitu juga dengan Jin Shik. Sementara Pak Seo yang kaki nya terluka, dia menatap foto putrinya, Pyung Hee, dengan penuh kerinduan, dia sangat yakin kalau Pyung Hee sekarang pasti sangat khawatir.




Lalu kemudian, si Nelayan penggosip pertama, si Nelayan penggosip kedua, dan Jin Shik. Mereka bertiga mulai menatap Pak Seo dengan tatapan ganas.



“Tapi ini aneh. Anda kelaparan selama 28 hari, tapi berat badanmu tidak merosot,” komentar Ji A.

“Anda tidak punya Wi-Fi, jadi, tidak bisa memesan makanan,” kata Lee Yeon, menambahkan.

“Apa yang Anda makan?” tanya Ji A dengan serius.

Si Nelayan penggosip kedua merasa sangat panik dan gugup. “Hentikan! Aku… Aku tidak melakukannya. Bukan aku. Aku tidak melakukannya,” katanya secara berulang- ulang.

“Ada apa dengan kalian? Apa yang kalian lakukan?” tanya Pak Seo, merasa ngeri melihat tatapan seram dimata ketiga temannya. “Jangan lakukan ini. Kumohon,” pintanya, ketakutan.

Namun mereka bertiga sama sekali tidak peduli dan membunuh Pak Seo. Demi bisa bertahan hidup.


Si Nelayan penggosip kedua mulai bertingkah gila. Dia tertawa seram dan mendekati Ji A yang dilihatnya sebagai daging. Dan Lee Yeon pun langsung mendorong si Nelayan.

“Daging. Dagingku. Berikan …” kata si Nelayan. Kemudian tiba- tiba dia tercekik sendiri dan mati.


Melihat itu, Ji A merasa sangat terkejut. Dan saat dia memeriksa tubuh si Nelayan penggosip kedua. Dia menemukan rambut hitam didalam genggaman tangannya.


Seo Pyung Hee menangis dengan sedih untuk Ayahnya. Lalu Lee Rang datang dan berdiri disebelahnya. Dia menyuruh Pyung Hee untuk berhenti menangis, karena keinginan Pyung Hee sudah terkabul. Hanya tersisa satu orang saja. Kemudian dia menanyakan, apa imbalan untuk nya.


Taluipa merasa sangat kesal, karena ada yang mengacaukan daftarnya lagi. Mendengar amarahnya itu, Hyeonuiong yang sedang menyiram tanaman diatas langsung berlari terburu- buru dan menghampirinya.

“Astaga. Ada kesalahan,” komentar Hyeonuiong, melihat tanda peringatan di komputer daftar jiwa.

“Seseorang yang tidak ada di daftar baru saja mati lagi,” teriak Taluipa, marah.


“Sayang, jangan terlalu histeris tentang itu,” kata Hyeonuiong, menenangkan. Dan Taluipa menatapnya dengan tajam. “Tidak, maksudku, jangan terlalu tertekan. Aku salah mengucapkannya,” katanya dengan pelan. Lalu dia memijat bahu Taluipa untuk membuatnya supaya jangan terlalu marah.


Taluipa merasa curiga terhadap sikap Hyeonuiong, dia menebak kalau Hyeonuiong pasti barusaja menonton drama korea, selagi dia sibuk bekerja. Dan Hyeonuiong langsung menyangkal serta menjelaskan bahwa barusaja dia menyirami Pohon Euiryeong. Dan Taluipa tidak percaya, karena tidak mungkin menyiram pohon selama tiga jam.

“Sayang, ketekunanku tidak penting. Daftarnya berantakan,” kata Hyeonuiong dengan suara keras dan gugup untuk melindungi dirinya. “Aku akan segera memperbaiki statistik mortalitas regional. Tunggu di sini sebentar,” katanya, kemudian dia langsung kabur.

“Aku penasaran masalah apa yang akan terjadi,” gumam Taluipa sambil memperhatikan data di komputernya.

Ji A datang ke rumah Jin Shik. Tapi Jin Shik sama sekali tidak ada dirumah. Dan ketika dia memeriksa rumah Jin Shik, dia merasa merinding melihat satu lukisan yang ada disana.


Ji A : “Aku melihat banyak lukisan saat mengumpulkan informasi untuk acara TV-ku. Tapi aku belum pernah lihat lukisan yang membuatku merinding begini. Entah kenapa. Ada yang hilang dari gambar ini.”

Ji A melakukan pencarian di internet dan menemukan lukisan yang mirip dengan lukisan dirumah Jin Shik. Nama lukisan itu adalah Lukisan Raja Naga.


Tepat disaat itu, Lee Yeon tiba- tiba masuk ke dalam rumah dan mengkagetkan Ji A. Tapi Lee Yeon sama sekali tidak merasa bersalah dan hanya mengatakan kata ‘maaf’ sebagai formalitas saja.


“Dua orang tewas. Kenapa kamu tidak bisa memberiku reaksi yang lebih masuk akal?” keluh Ji A, karena melihat Lee Yeon memakan cemilan dengan santainya.

“Tahukah kamu berapa orang di Joseon yang tewas selama 50 tahun perang?” balas Lee Yeon, bertanya. “3,5 juta orang. Aku sudah melihat lebih banyak kematian daripada semua perusahaan pemakaman di negara ini.”


“Aku yakin ada setidaknya satu kematian yang membuat hatimu sedih di antara 3,5 juta orang itu,” balas Ji A, tanpa bermaksud apapun. Tapi itu membuat Lee Yeon tiba- tiba teringat akan kematian A Eum.

Ji A mengajak Lee Yeon untuk sama- sama memperhatikan Lukisan Raja Naga. Dan Lee Yeon mengomentari kalau orang didalam lukisan ini tidak mirip dengan asli nya, karena orang aslinya tidak setampan ini. Mendengar itu, Ji A menghela nafas kesal. Lalu dia mulai bersikap serius lagi.


“Lihat. Ini lukisan yang biasanya,” kata Ji A, membandingkan lukisan di dinding dengan lukisan di Internet. “Kamu menyadari apa yang berbeda?” tanyanya. “Ini tidak ada kakinya.”

“Kaki? Kamu benar,” kata Lee Yeon, setuju.

“Naga yang tidak punya kaki. Kamu mengerti apa ini?” tanya Ji A.

“Ini bukan naga. Ini ular.”

“Ini Imoogi.”


Ditengah hutan. Ada sebuah sumur yang tertutup dan tersegel. Si Dukun menjelaskan kepada Lee Rang bahwa yang berada didalam sumur itu adalah Roh keabadian, Raja kebusukan, Lee Ryong. Dia adalah makhluk yang tewas saat menghadapi Lee Yeong dan A Eum. Mengetahui itu, Lee Rang tertawa keras.


“Sebelum memasuki tubuh wanita itu, dia memercayakan sebagian tubuhnya kepada keluarga kami yang dukun,” kata si Dukun, menjelaskan.

“Kurasa dia tidak pernah mengerahkan semuanya. Dia kebalikanku,” komentar Lee Rang dengan sikap tidak terlalu peduli dan santai. “Omong-omong, kamu sudah siap?”

“Seorang wanita yang lahir di tahun kambing. Tumbal hidup,” jawab si Dukun. “Dan…”

“Serahkan Yeon kepadaku,” sela Lee Rang, menghentikan si Dukun. “Pergilah ke makam dan pilih bunga evening primrose yang tumbuh di daging dan darah mayat,” perintahnya. Lalu dia berniat pergi.

Si Dukun menghentikan Lee Rang dan menanyai, benarkah Lee Rang adalah saudara Lee Yeon. Dan Lee Rang membenarkan, tapi lebih tepat nya, mereka adalah saudara tiri.


“Jika dia bangun, Lee Yeon tidak akan selamat,” kata si Dukun, mengingatkan dengan sikap curiga. Dan Lee Rang tidak peduli. “Kenapa kamu membantu musuh kakakmu?” tanyanya, ingin tahu.


Lee Yeon menarik tangan Ji A dan mengajaknya untuk segera pergi dari pulau terkutuk ini, karena jika Ji A tetap berada disini, maka Ji A bisa mati. Dan Ji A merasa heran, kenapa Lee Yeon mau menyelamatkanya, kepadahal Lee Yeon tidak peduli dan tidak mau menolong orang lain. Dan Lee Yeon tidak mau menjelaskan kenapa. Karena Lee Yeon tidak mau menjelaskan, maka Ji A pun tidak mau ikut pergi bersamanya, sebab dia ingin mencari tahu kenapa Ayah dan Ibunya datang ke pulau ini.


Lee Rang memuji sikap si Dukun yang tidak sepenuhnya mempercayai rekan sendiri. Mendengar itu, si Dukun merasa canggung dan tidak enak. Lalu Lee Rang menanyai, apakah si Dukun pernah bertemu dengan Lee Yeon, ketika Lee Yeon masih menjadi roh gunung.

“Aku hanya mendengar tentangnya lewat rumor,” jawab si Dukun. “Empat roh gunung paling kejam yang menguasai negeri. Tidak ada yang berani mengeksploitasi hutan, dan Pegunungan Baekdudaegan selalu rimbun,” jelas nya.


“Kakakku hanya bergelar roh gunung. Dia tidak memahami altruisme. Tapi asal kamu tahu, bahkan saat kami berbagi apel, dia selalu memberiku bagian yang lebih besar. Aku masih ingat rasa manis apel itu,” balas Lee Rang.

“Lalu kenapa…” tanya si Dukun, tidak mengerti.

“Dia menggunakan tangan lembut yang dia pakai mengiris apel itu untuk mengiris perutku. Tentunya, aku lebih terluka secara emosional daripada jasmani,” jawab Lee Rang sambil menunjukkan luka di perutnya.

“Karena itukah …”


“Lagi pula, aku rubah. Aku harus membalas perbuatannya. Aku bertekad untuk pergi ke Neraka bersama Yeon,” lanjut Lee Rang, menjelaskan dengan penuh tekad.


Rekan Pyo datang ke perpustakaan sesuai instruksi Ji A. Lalu dia mencari artikel mengenai setiap insiden atau kecelakaan yang terjadi di ‘Pulau Eohwa’.

“Apa yang kamu cari?” tanya rekan Pyo, ingin tahu.

“Aku terganggu dengan perkataan para wanita tua di sini,” jawab Ji A.


Lee Yeon menghubungi Taluipa untuk mencari tahu, apakah Imoogi benar- benar sudah mati. Dan Taluipa membalas dengan bertanya, bukankah Lee Yeon sendiri yang mengakhiri hidup Imoogi. Dan Lee Yeon mengiyakan dengan agak ragu.

“Lalu?” tanya Taluipa, heran.


“Tidak apa-apa. Aku hanya khawatir. Jika A Eum terlahir kembali ke dunia ini, makhluk itu tidak bisa kubiarkan hidup dengannya,” jawab Lee Yeon dengan serius.

“Kesetiaan yang luar biasa,” komentar Taluipa sambil mendengus geli. Dan sebelum dia sempat mengatakan apapun lagi. Lee Yeon langsung mematikan telponnya.

“Lihat berandal kurang ajar ini,” keluh Taluipa, kesal. Lalu dia memikirkan perkataan Lee Yeon barusan.

Post a Comment

Previous Post Next Post