Sinopsis K- Drama : Tale of the Nine Tailed Episode 3 part 2

 




Original Network : tvN

Ketika Ji A pulang dan melihat Pyung Hee sedang membaca buku, dia langsung menyadari kalau orang itu bukanlah Pyung Hee. Mendengar itu, Pyung Hee tertawa geli. Lalu dia berubah menjadi Lee Rang.

“Bagaimana kamu…”

“Ini tempat terbaik untuk membaca,” jawab Lee Rang dengan santai.



Lee Rang kemudian berjalan mendekati Ji A secara perlahan. Dan Ji A pun melangkah mundur secara perlahan juga untuk menjauhi nya. Lalu dia menebak, apakah Lee Rang adalah orang yang telah membunuh tiga nelayan hari ini. Dan Lee Rang meminta bukti untuk tuduhan itu.

“Buku itu,” kata Ji A sambil menatap buku yang Lee Rang pegang.

“Ini? Aku suka buku klasik,” balas Lee Rang.

Moby Dick adalah novel berdasarkan kejadian nyata. Kapal pemburu paus yang tenggelam di abad ke-19. Dia makan dan dimakan. Sama seperti ayah Pyung Hee,” kata Ji A, menjelaskan tebakannya.


Lee Yeon memeriksa rumah pemilik supermarket dan menemukan lukisan yang sama di dinding rumahnya. Lalu dia mengambil pisau buah dan mengancam si pemilik untuk menjawab pertanyaan nya. Jika tidak, maka si pemilik tidak akan pernah bisa melempar jala lagi. Menerima ancaman tersebut, si pemilik merasa ngeri dan menganggukan kepalanya.

“Jelaskan lukisan ini,” kata Lee Yeon dengan tegas.



Lee Rang menanyai Ji A, apa motif untuk dirinya membunuh para nelayan. Dan Ji A pun menjelaskan pendapatnya, mungkin saja Lee Rang membunuh para nelayan untuk mengalihkan perhatiannya dan Lee Yeon. Seperti pertunjukan kembang api yang mencolok. Dan itu untuk menyembunyikan alasan sebenarnya Lee Rang berada di pulau ini. Mendengar analisis itu, Lee Rang langsung memuji Ji A dengan bersemangat.

“Luar biasa. Kamu cukup pintar untuk wanita manusia,” puji Lee Rang. “Karena jawabanmu benar, aku harus memberimu imbalan,” jelas nya. Lalu dengan cepat dia bergerak dan merebut foto kedua orang tua Ji A.




Melihat itu, Ji A ingin merebut kembali foto tersebut. “Berikan itu.”

“Kenapa? Kamu melihat mereka dalam mimpimu,” balas Lee Rang.

Ji A heran, bagaimana Lee Rang bisa tahu tentang mimpinya. Dan dengan bisikan iblis yang menggoda, Lee Rang menyuruh Ji A untuk bercerita dengan jujur, karena mungkin saja dia tahu jawabannya.

“Benarkah kamu bisa menemukan mereka?” tanya Ji A dengan ragu dan penuh harap.

“Benar. Haruskah aku mengabulkan keinginanmu itu?” balas Lee Rang sambil tersenyum manis.


Dengan sedikit tergagap, karena merasa takut, si pemilik menjelaskan bahwa lukisan ini adalah lukisan raja naga. Lukisan ini berguna untuk menenangkan badai dan mengirimkan ikan kepada nelayan. Dan mereka juga mengadakan ritual besar untuk nya.

“Pembohong,” klaim Lee Yeon, tidak percaya. “Akan kupotong saja,” ancamnya.

“Aku mengatakan yang sebenarnya!” jerit si pemilik dengan panik.

“Dari mana kamu mendapatkan lukisan ini?” tanya Lee Yeon, ingin tahu.

“Salah satu wanita desa membelinya dari daratan untuk setiap rumah tangga. Tanya saja siapa pun!”


Setelah mendapatkan semua informasi yang ingin diketahuinya, Lee Yeon menghinoptis si pemilik. Dia memerintahkan si pemilik untuk melupakan semua yang barusaja si pemilik lihat.


Dengan santai, Lee Yeon mengambil sebungkus makanan ringan dan menanyakan harganya. Lalu setelah itu, dia membayar makanan nya, dan berniat untuk pergi.

“Berapa orang yang datang sebagai bagian dari tim produksi?” tanya si pemilik, menghentikan Lee Yeon. “Seorang pria tampan mampir dan menanyakan arah ke rumah Pyung Hee,” jelas nya.

“Pria tampan?” gumam Lee Yeon, berpikir.


“Aku hanya perlu mendengar satu kata. Ya,” bisik Lee Rang, memberikan tawaran yang menggoda.

Mendengar itu, Ji A menutup matanya dan menenangkan dirinya. Lalu setelah tenang, dia membuka matanya dan balas berbisik dengan tegas. “Aku menolak.”

Lee Rang tidak menyangka dengan jawaban Ji A, dan ingin tahu kenapa. Dan Ji A pun menjelaskan, rubah tidak pernah berutang, dengan kata lain Lee Rang pasti menginginkan imbalan. Mendengar analisis itu, Lee Rang mengomentari betapa kaku nya Ji A.

“Aku akan memberimu nasihat karena itu yang kamu rasakan. Jangan bertaruh dengan tragedi orang lain hanya untuk bersenang-senang,” kata Ji A, menasehati. “Ada sebutan untuk orang sepertimu. Berengsek,” katanya tepat dihadapan wajah Lee Rang.

“Kamu tidak tahu betapa aku membenci perkataan vulgar. Sebut aku begitu lagi dan aku akan membunuhmu,” keluh Lee Rang dengan serius sambil menunjuk wajah Ji A menggunakan jari telunjuknya.

“Kenapa aku? Kenapa kamu mencari masalah …” tanya Ji A, kesal.

“Aku sudah selesai bicara denganmu,” balas Lee Rang. Lalu dia berjalan pergi.



Lee Rang tiba- tiba teringat sesuatu. Dia ingin memberikan nasihat juga kepada Ji A. Jangan terlalu mempercayai Lee Yeon. Karena pada saat Lee Yeon menemukan keinginannya, maka Ji A akan memohon ampun. Mendengar itu, Ji A sama sekali tidak mengerti. Tapi Lee Rang tidak peduli dan pergi begitu saja.


Lee Yeon pulang dengan terburu- buru. Dan melihat kepulangannya, Ji A langsung memberitahu bahwa Lee Rang sudah pergi, dan barusan Lee Rang mengatakan bahwa ia bisa menemukan orang tuanya. Tapi dia menolak tawaran Lee Rang. Karena Lee Yeon adalah rubah yang dipilih nya. Mengetahui hal itu, Lee Yeon merasa sedikit bangga.

“Itu saja?” tanya Lee Yeon.

Ji A mengingat perkataan terakhir Lee Rang, “Jangan terlalu memercayai Lee Yeon.” Tapi dia tidak memberitahu Lee Yeon mengenai ini. “Ya, itu saja,” jawabnya.


Ji A kemudian membahas mengenai Lee Rang yang tampak nya sedang merencanakan sesuatu. Dan Lee Yeon tahu. Lalu dia masuk ke dalam kamar nya dengan santai.

Direstoran. Sambil makan Shin Joo terus memperhatikan Yoo Ri yang sedang makan direstoran yang sama bersama dengan para kliennya. Melihat itu, si pemilik restoran merasa penasaran.

“Siapa yang memesan meja?” tanya Shin Joo.

“Ki Yoo Ri. Dia direktur Pasaraya Moze,” jawab si pemilik.

“Tampaknya dia tidak mandiri,” komentar Shin Joo. “Rubah yang memiliki uang dan kekuasaan masuk dalam salah satu dari dua kategori ini. Mereka berasal dari keturunan bergengsi seperti Pak Lee Yeon atau mereka melanggar tabu dan merenggut nyawa manusia,” jelas nya.


Menyadari kalau Shin Joo terus menatapnya, Yoo Ri pun balas menatapnya sambil tersenyum dengan manis dan sopan. Dan dengan gugup, Shin Joo langsung mengalihkan tatapannya.

Lee Yeon dan Ji A duduk bersantai sambil menyantap mie instant bersama, dan juga sambil mengobrol. Ji A ingin tahu, apakah Lee Yeon tidak merindukan alam. Dan Lee Yeon langsung menjawab tidak, karena tidak ada mall disini serta dia tidak bisa hidup tanpa  kopi hitam dan es krim cokelat mint.

“Kamu rubah yang unik,” komentar Ji A.

“Hidup sama saja bagi semua orang. Hanya karena para wanita ini memakai celana longgar dengan motif bunga tidak berarti mereka berhati baik. Cari tahu dan kamu akan menemukan berbagai rahasia kotor,” kata Lee Yeon, menasehati.


“Apa kamu juga begitu?” tanya Ji A sambil memperhatikan Lee Yeon. “Aku hanya penasaran bagaimana kehidupanmu selama berabad-abad.”

“Lalu bagaimana denganmu?” balas Lee Yeon, bertanya. “Kenapa kamu mencari orang tuamu selama ini?”

“Sederhana. Aku merindukan mereka. Aku merindukan ibu dan ayahku,” jawab Ji A.

“Aku juga. Aku menunggu orang yang kurindukan,” jawab Lee Yeon.



Mengetahui itu, Ji A jadi ingin tahu tentang Lee Yeon. Dia ingin tahu, apakah orang yang Lee Yeon rindukan adalah cinta pertama Lee Yeon. Jika iya, kenapa Lee Yeon dan ‘dia’ berpisah. Dan Lee Yeon pun menjawab, makhluk pertama yang dia cintai adalah wanita manusia yang akhirnya mati, karena itulah dia masih merindukan nya.

“Tapi kamu bilang kamu menunggunya. Kamu menunggu orang yang sudah mati?” tanya Ji A, tidak menyangka.

“Dia berjanji akan lahir kembali,” jawab Lee Yeon dengan sedih. Lalu dia meninggalkan piringnya dan pergi. Dan Ji A menatap nya dengan tatapan bersimpati.


Yoo Ri memperbaiki make-up nya didalam kamar mandi. Lalu setelah selesai, dia ingin masuk ke dalam ruangan staf. Tepat disaat itu, Shin Joo datang, dan dia mengingatkan Yoo Ri untuk tidak boleh masuk ke sana. Dan Yoo Ri meminta maaf serta berpura- pura bahwa dia tidak sengaja. Tapi Shin Joo tidak percaya.

“Apa aku terlihat seperti orang yang akan mencuri?” tanya Yoo Ri, membela dirinya. “Bagaimana kalau kita berkenalan? Lagi pula, kita spesies yang sama. Aku Yoo Ri,” ajaknya sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum manis.

“Secara teknis, spesies kita tidak sama. Kurasa kamu dari Rusia,” balas Shin Joo, menolak untuk bersentuhan dengan Yoo Ri. “Bagaimana caramu datang ke Korea? Apa kamu …” tebaknya, curiga.


Yoo Ri menyela Shin Joo dan menceritakan kisahnya dengan sikap sedih. Dia diselundupkan diantara pistol Makarov dan berada di dalam penerbangan selama sembilan jam. Dan ketika telah mendarat, dia merasa ingin sekali menembak wajah penyelundup tersebut. Sehingga dia merasa sebal, ketika mendengar orang mengatakan bahwa dia bukan tipe yang mandiri. Mendengar itu, Shin Joo merasa tidak enak dan sedikit bersalah.



“Kamu ingin tahu rahasia kesuksesanku,” kata Yoo Ri. Dan Shin Joo membenarkan. Dengan manis, Yoo Ri menyuruh Shin Joo untuk mendekat. Lalu ketika Shin Joo mendekat, dia mencium pipinya. “Aku manis tapi juga mematikan,” bisiknya dengan suara seksi sambil mengarahkan pistol ke arah perut Shin Joo. Kemudian dia mengambil kalung yang Shin Joo kenakan dan pergi dengan sikap keren.

Tepat ketika Yoo Ri telah berjalan pergi, Shin Joo langsung terjatuh dan terduduk di tempatnya.


Shin Joo menghubungi Lee Yeon dan menceritakan apa yang terjadi barusan. Dia merasa frustasi karena kalungnya diambil, karena tanpa kalung itu dia tidak bisa mengerti dengan apa yang di katakan hewan.

“Itu hukumanmu karena mengaku sebagai dokter hewan terhebat,” komentar Lee Yeon dengan acuh. “Pencuri yang mematikan? Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada dibutakan oleh kecantikan wanita …”

“Tapi hidupmu juga hancur karena jatuh cinta pada wanita cantik,” balas Shin Joo, tidak mau kalah. Dan dengan keras, Lee Yeon langsung membentaknya.


Dengan lemas, Shin Joo kembali membahas inti masalah. Apa yang harus dilakukannya sekarang. Dan Lee Yeon memberitahukan cara yang sederhana, yaitu rebut kembali kalung tersebut.

“Aku tidak bisa. Dia membawa pistol,” kata Shin Joo.

“Kamu rubah. Bagaimana bisa pistol membuatmu takut?” balas Lee Yeon, tidak mengerti.

“Kamu tahu aku trauma setelah ekorku ditembak oleh seorang pemburu. Kembalilah segera,” rengek Shin Joo, memohon. Dan Lee Yeon tidak mau peduli.


Ketika Lee Yeon berbalik, dia merasa heran melihat ke atas.



Ditepi laut. Si Dukun wanita memasang tiang- tiang kayu dengan kain- kain putih. Lalu dia berdoa ke arah laut dengan wajah tersenyum.

Lee Yeon merasa heran, kenapa ranting- ranting kayu di pohon banyak yang patah. Dan dia merasa itu pasti sangat menyakitkan. Lalu diapun memperbaiki beberapa ranting yang masih bisa di selamatkan.

“Semoga kamu tumbuh dengan baik,” kata Lee Yeon, berharap untuk si pohon.


Lee Yeon : “Angin berembus dari barat laut. Ada yang datang.”


Ji A menghubungi rekan Pyo, dan menanyai, apakah rekan Pyo sudah menemukan apa yang di suruhnya. Dan rekan Pyo pun memberitahukan apa yang ditemukannya. Ada empat kasus yang terjadi, tidak lama setelah Perang Korea berakhir. Mendengar itu, Ji A teringat perkataan si gadis penjaga hutan.

“13 Agustus 1954. 25 Agustus 1961. 6 September 1979. 7 September 1987,” kata rekan Pyo, memberitahukan tanggal kejadian kasus secara berurutan. Dan Ji A langsung mencatanya. “Selisih tanggalnya sangat jauh, tapi ini kasus pembunuhan berantai.”

“Hari apa?” tanya Ji A.

“Jumat, Jumat, Kamis, dan Senin.”


Mendengar info itu, Ji A langsung berpikir keras dan memeriksa kalender di ponselnya. “Kalender bulan. Semuanya terjadi pada 15 Juli berdasarkan kalender bulan. Jika aku benar, semuanya terjadi di tanggal yang sama,” jelas Ji A, menemukan petunjuk. “Dan hari ini harinya.”

Mengetahui itu, rekan Pyo merasa khawatir kepada Ji A, dan menyuruh Ji A untuk segera pergi dari pulau tersebut. Dan Ji A semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi di pulai ini.


Tepat disaat itu, Jin Shik muncul, dan Ji A pun mendekatinya untuk bertanya- tanya. Tapi Jin Shik malah berlari menghindarinya dengan sikap ketakutan. Dan Ji A pun mengejarnya. Lalu ketika Jin Shik terjatuh, dia ingin membantunya. Tapi Jin Shik malah melukai nya dan ingin memukul nya menggunakan palu.


Untung saja, tepat disaat itu, Lee Yeon datang dan menyelamatkannya.

Ketika Lee Yeon ingin memukul Jin Shik menggunakan palu, Ji A langsung meneriakinya untuk berhenti. Dan Lee Yeon pun berhenti. Lalu Jin Shik langsung berlari dan kabur.


Dengan perhatian, Lee Yeon mengobati bahu Ji A yang terluka menggunakan daun- daunan yang ditumbuk. Dan Ji A mengeluh panas. Lalu tiba- tiba saja kulit Ji A yang terluka berubah menjadi bersisik seperti ular. Dan kemudian Ji A mencekik leher nya.

“Lama tidak bertemu, Yeon,” sapa Ji A yang kerasukan. “Ini aku. Orang yang kamu tunggu. Tapi izinkan aku menanyakan sesuatu,” katanya sambil membelai wajah Lee Yeon dengan halus. “Kenapa kamu membunuhku? Hubungan buruk kita akan berakhir jika kamu tidak menghentikan perahunya menyeberangi Sungai Samdo,” kata nya dengan tajam.



“Tidak.  Wanita itu terlahir dengan wajah yang hanya bisa kukenali. Dan aku tidak melihatnya dalam dirimu,” balas Lee Yeon dengan sangat yakin.

“Kamu benar-benar tidak tahu apa pun, Yeon,” komentar Ji A dengan geli. Lalu dia semakin mencekik leher Lee Yeon. Tapi kemudian tiba- tiba saja dia kembali ke kesadarannya, karena dia merasakan panas yang sangat di lukanya. “Apa yang kamu lakukan kepadaku? Itu sangat panas,” keluh nya.



“Bekas lukanya hilang.” Lee Yeon merasa heran melihat luka di bahu Ji A telah menghilang. “Siapa kamu?” tanyanya dengan dingin. “Jawab aku,” tuntutnya. “Siapa kamu?” bentaknya, bertanya.

“Ini aku, Ji A. Aku Ji A,” jawab Ji A sambil menatap Lee Yeon dengan heran.


Lee Yeon menyadari sesuatu. Dia mengambil batu di dekatnya dan melemparkan itu kepada Lee Rang yang berada dibelakang nya. Dan Lee Rang menangkap batu tersebut dengan sikap santai.


Lee Yeon kemudian menarik tangan Ji A dan membawanya untuk berlari pergi. Tapi Ji A tiba- tiba malah berhenti begitu saja. Ji A berhenti karena teringat fotonya tertinggal. Dan Lee Rang menggunakan kesempatan itu untuk melemparkan batu ke arah Ji A. Untung nya, Lee Yeon bertindak dengan cepat dan berhasil melindungi Ji A.

Melihat Lee Yeon melindungi nya menggunakan tubuhnya Ji A merasa kaget. Dan Lee Yeon tersenyum dengan bangga. Lalu dia menyuruh Ji A untuk segera lari.


“Apa yang terjadi? Apa kalian berpacaran?” tanya Lee Rang dengan sikap santai. Lalu dia mulai berlari dengan sangat cepat ke arah Lee Yeoon dan Ji A.

“Cepat. Cepat lari,” perintah Lee Yeon sambil mendorong Ji A untuk pergi. Kemudian dia berusaha untuk menghentikan Lee Rang yang sudah mendekat. Dan Ji A pun segera berlari pergi.

Lee Rang sekali lagi mencoba mengejar Ji A, ketika dia berhasil lepas dari Lee Yeon. Dan Lee Yeon sekali lagi mencoba untuk menahan Lee Rang. Dan Ji A mengambil barang- barangnya serta segera berlari secepat mungkin.



Lee Rang menyuruh Lee Yeon untuk minggir. Dan Lee Yeon menolak serta mengajak Lee Rang untuk bermain dengan nya saja. Dan Lee Rang mengeluh bahwa ini adalah kekerasan dalam keluarga.

“Saat anak tidak berperilaku baik, mereka harus dipukul. Tapi karena aku tidak melakukan itu, kamu menjadi bedebah,” kata Lee Yeon sambil menunjuk Lee Rang.

“Kamu terus menyalahkanku padahal kamu yang menjadikanku yatim piatu,” balas Lee Rang.

“Aku harus memberimu pelindung mulut Natal tahun ini,” gumam Lee Yeon dengan capek.

Kemudian Lee Yeon dan Lee Rang kembali bertarung lagi.

Post a Comment

Previous Post Next Post