Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 19 - 1
Images by : SET
TV
Chapter 19
tn. Hu meminta bantuan Mingli untuk menyingkirkan
Tianxing dari Dewan Direksi.
“Aku mengerti maksud Paman,” ujar Mingli. Menanggapi.
tn. Hu tersenyum senang dan memuji Mingli yang pintar
dan satu-satunya anggota keluarga He yang pantas mengambil alih Tianliang.
Mingli tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum. Di tengah perbincangan, tn.
Hu pamit untuk ke toilet.
Karna tn. Hu tidak ada di tempat, Tianxing mengajak
Mingli berkomunikasi. Dia menanyakan apakah seperti ini cara tn. Hu membuat
Mingli terpedaya dulu? Ketika ayah mereka pingsan dan Mingli secara tiba-tiba
mengadakan rapat pemegang saham, apa cara seperti ini juga yang di gunakan tn.
Hu?
“Aku yang waktu itu tidak berhati-hati. Hu Chaoqin
sangat mengerti kelemahan kita. Dan dia menggunakannya untuk menyingkirkan kita
semua. Pertama, dia menyingkirkanmu, orang yang paling sulit di tangani. Kemudian,
dia membuatku dan Tianjian saling melawan. Dan terakhir, dia menyingkirkan
Tianjian. Di tipu sekali, itu kesalahannya. Tapi berhasil di tipu dua kali,
akulah yang bodoh!”
--
Di toilet, tn. He mendapat telepon dari seseorang. Dan karna itu, dia langsung terburu-buru pergi tanpa pamitan lagi dengan Mingli.
--
Tianxing memeriksa jam tangannya dan heran karna tn. Hu
terlalu lama ke toilet.
--
Sushanna dan Jason masih ada di ruangan tn. Hu. Mereka
sudah mencari ke setiap sudut tempat di ruangan, tapi tidak menemukan buku
akuntansi atau apapun yang mencurigakan. Di saat seperti itu pula, mereka
mendengar suara Qiaozhi yang menyebut nama tn. Hu.
Qiaozhi kaget karna tn. Hu tiba-tiba muncul. Dia pun
menyapa dan berusaha sebisa mungkin mengulur waktu walau hanya semenit. Sementara
itu, di dalam, karna terburu-buru mau pergi dari ruangan tn. Hu, Jason malah
tanpa sengaja menendang tong sampah hingga isinya berserakan.
Qiaozhi sudah sangat cemas kalau Sushanna dan Jason
akan ketahuan, tapi untungnya, mereka berhasil kabur sebelum tn. Hu masuk.
Tidak lama kemudian, tn. Hu mendapat telepon dari Mingli yang menanyakan dia
ada dimana. Dengan sangat sopan, tn. Hu meminta maaf karna pergi terburu-buru
tanpa pamit. Itu karna ada hal yang harus di tanganinya.
--
Begitu Tianjian kembali, Sushanna dan Jason langsung
melaporkan hasil penggeledahan mereka. Mereka tidak menemukan buku akuntansi
atau apapun yang mencurigakan di ruangan tn. Hu. Mereka sekarang menemui titik
buntu karna tidak ada celah bagi mereka untuk membongkar kejahatan tn. Hu.
Laporan keuangan juga sudah di periksa dan semua tampak normal.
Pas saat itu, ponsel Jason berdering. Terburu-buru,
Jason mengambil ponselnya dari dalam saku jaketnya dan membuat semua sampah
kertas yang ada di sakunya jatuh berserakan. Susanna malah memarahi Jason untuk
memungut semua sampah tersebut. Jason balas menggerutu kalau itu bukan
sampahnya tapi sampah tn. Hu.
Gerutuannya membuat Tianxing heran, apa maksudnya?
Jason menjelaskan kalau tadi tn. Hu tiba-tiba kembali sehingga dia panik dan
tanpa sengaja menendang tong sampah. Karna tidak ada waktu untuk membereskanya,
jadi dia memasukkan saja semua sampah itu ke saku jaketnya dan bergegas pergi.
Aha!
Seolah mengerti apa yang
Tianxing pikirkan, Susanna segera melihat isi sampah-sampah kertas itu. isinya
hanyalah nota pembelian bunga dari sebuah toko. Dari laporan keuangan yang
pernah mereka selidiki, tn. Hu pernah mengirim karangan bunga sebanyak 5 kali
ke Caijing Gallery.
“Aku sudah mengenalnya sangat lama dan aku tidak
mengetahui mengenai ini. Aku rasa kita harus ke Caijing Gallery,” ujar Tianxing.
“Aku akan pergi.”
“Tidak bisa. Orang perusahaan kita tidak boleh ke sana
(karna wajahnya sudah di kenali tn. Hu).”
--
Xiao’en berlari kencang untuk sampai di kantor Tianxing
tepat waktu. Hari ini adalah hari wawancara Tianxing. Tianxing juga sudah menanti
Xiao’en sedari tadi.
Jrengg!
Yang datang malah bukan
Xiao’en melainkan Editor Yao. Editor Yao memberitahu Tianxing kalau Xiao’en
hari ini ada urusan pribadi, jadi tidak bisa datang. Tianxing tambah kesal
karna waktu kemarin, Xiao’en mengirim Lin Chuntian, dan sekarang Editor Yao.
Apa perusahaan Penerbitan Ruge memang begini cara kerjanya?
“Berikan aku alasan yang logis,” ujar Tianxing.
--
Xiao’en sedang bersama Chuntian. Mereka baru saja
keluar dari rumah sakit. Hari ini, direktur panti asuhannya dulu, meninggal
dunia. Xiao’en merasa sedih tapi di sisi lain mencoba bahagia karna direktur
pantinya sudah lama menderita sakit dan kini, dia bisa lepas dari rasa sakit
itu.
Chuntian tau kalau Xiao’en hanya berpura-pura baik-baik
saja. Tapi, Xiao’en terus saja berbohong kalau dia memang baik-baik saja. Dia
yakin kalau direktur panti akan menjadi malaikat dan mengawasinya dari atas. Xiao’en
bahkan merasa kalau bintang yang bersinar paling terang adalah almarhum
direktur pantinya. Chuntian menghiburnya dan berujar kalau direktur panti pasti
akan selalu mengawasi dan menjaga Xiao’en selamanya dari atas.
Di saat seperti itu, Chuntian malah mendapat telepon
kerja. Dia harus mengurus release sebuah
buku gitu sepertinya, karna yang nelepon itu tempat print. Chuntian tidak mau
pergi, tapi Xiao’e menyuruhnya untuk pergi kerja saja karna dia bisa sendiri.
“Zheng Xiao’en, aku menyanyangimu,” ujar Chuntian,
sebelum pergi. Itu kalimat penghiburannya agar Xiao’en tahu kalau dia tidak
sendirian di dunia ini. Xiao’en masih memilikinya.
--
Tianxing datang ke tempat tinggal Xiao’en. Editor Yao
sudah memberitahunya kalau direktur panti asuhan Xiao’en meninggal dunia hari
ini. Padahal, ulang tahun direktur itu adalah minggu depan dan Xiao’en sudah
meminta cuti di hari itu untuk merayakan ulang tahun direktur tersebut. Siapa
sangka kalau direktur itu malah berpulang hari ini.
Xiao’en masih belum pulang. Tianxing pun mencoba
menghubunginya, tapi tidak di angkat. Tianxing tampak benar-benar khawatir. Dia
pun menghubungi Chuntian. Chuntian memberitahu kalau Xiao’en sudah pulang ke
rumah. Tianxing memberitahu kalau Xiao’en tidak ada di rumah. Chuntian jadi
khawatir dan menebak kalau Xiao’en masih ada di rumah sakit.
--
Tanpa membuang waktu, Tianxing bergegas ke rumah sakit.
Tapi, Xiao’en juga tidak kelihatan di sana. Di saat itu, Tianxing jadi teringat
pembicaraannya dengan Xiao’en tempo hari. Saat itu, Xiao’en ada memberitahunya
nama panti asuhan tempatnya di besarkan : Panti Asuhan Yongxin.
--
Panti asuhan itu sudah lama tutup dan kosong. Dan
Xiao’en beneran ada di sana. Dia sedang mengingat masa kecil yang di
habiskannya di panti asuhan tersebut. Dan betapa terkejunya dia, saat Tianxing
tiba-tiba muncul di hadapannya.
“Akhirnya aku menemukanmu,” ujar Tianxing.
Mereka akhirnya berbincang di taman, di atas perosotan.
“Aku tahu kalau Chuntian pasti sudah menanyakannya
padamu, tapi aku ingin mengonfirmasinya sendiri. Kau baik-baik saja?” tanya
Tianxing.
“Aku tidak tahu kenapa, setelah direktur panti
meninggal, aku merasa seolah masa lalu ku sudah terhapus sepenuhnya. Setelah
panti asuhan tutup, semua informasi kami hilang. Satu-satunya orang yang ingat
bagaimana aku datang kemari dan bagaimana aku tumbuh adalah direktur, yang
sudah berpulang. Masa kecilku kelihatannya menghilang sepenuhnya hari ini.”
Tianxing mengerti apa yang Xiao’en rasakan. Dia pernah
mengalaminya. Saat ibunya meninggal, dia merasakan hal yang sama seperti yang
Xiao’en rasakan sekarang. Tianxing sangat peduli pada Xiao’en. Dia meminta
Xiao’en menceritakan masa kecilnya karna selama masih ada seseorang yang ingat
mengenai hal itu, masa kecil Xiao’en tidak akan pernah menghilang. Dan Tianxing
mau menjadi orang yang mengingat itu.
Xiao’en sedikit terhibur. Dia menceritakan suatu
pengalamannya di masa kecil. Dulu, dia pernah mengikuti kompetisi menyanyi dan
seseorang memilih lagu yang sama seperti yang di nyanyikannya. Dan akhirnya,
anak itu yang juara pertama dan dia mendapat juara kedua. Saat itu, direktur
panti bilang padanya kalau nyanyiannya adalah yang terbaik, tapi tarian anak
itu lebih baik.
“Bukankah itu lomba menyanyi? Kenapa malah menilai
tarian? Juara pertama harusnya di dapatkan oleh orang yang menyanyi paling
bagus,” komentar Tianxing.
Komentarnya membuat Xiao’en merasa sangat terhibur.
Xiao’en memberitahu kalau anak itu sangat cantik dan juga ketua kelas. Orang
tua anak itu pun sangat menyanyanginya. Dari ucapannya, bisa terasa kalau
Xiao’en merasa iri karna anak itu memiliki segalanya, berbeda terbalik dengan
kehidupannya. Tianxing tanpa di duga, mulai berakting sebagai MC dan
mengumumkan kalau juara menyanyi jatuh kepada Zheng Xiao’en.
Apa yang Tianxing lakukan itu, membuat Xiao’en teringat
dengan kenangannya bersama Situ. Waktu itu, saat Situ membawanya ke SD dan
menceritakan masa kecilnya, Xiao’en juga bertingkah seolah mengulang masa kecil
Situ. Membuat Situ merubah kenangan masa kecil yang sedih menjadi bahagia. Dan
sekarang, Tianxing melakukan hal yang sama padanya.
Tianxing menyebut Xiao’en sebagai yang terhebat di alam
semesta. Dan kalimat yang sama pernah Xiao’en katakan pada Situ waktu itu. Dia
menyebut Situ sebagai yang terhebat di alam semesta. Kenangan itu berputar
kembali di kepalanya dan orang yang mirip seperti Situ, Tianxing ada di
hadapannya.
“Jangan bersikap sangat baik padaku!” pinta Xiao’en.
“Ada apa? Bukankah kita baik-baik saja barusan?”
“Sudah ku bilang, jangan bersikap baik padaku! Bisakah
kau menjauh dariku?!” mohon Xiao’en.
“Kenapa?”
“Jangan seperti ini. Jangan membuatku bingung. Jangan… jangan
membuatku jatuh cinta padamu.”
“Kau yang membuatku bingung duluan. Kau memata-mataiku,
mendekatiku, berdoa untukku saat aku terluka dan menangis ketika sesuatu
terjadi padaku. Siapa itu? Kau. Kau yang melakukannya. Kau berbuat begitu
banyak untukku dan sekarang kau bilang padaku, kau tidak mau jatuh cinta
padaku? Baik. Tidak masalah. Kau tidak mencintaiku? Maka biarkan aku
mencintaimu. Aku selama ini mengira mempunyai hati batu yang tak bisa di
goyahkan. Hingga aku bertemu denganmu. Caramu menatapku membuatku sadar kalau
semua yang ku tunjukkan hanyalah akting. Dan aku berharap akan ada seseorang
yang mengetahui kalau aku berpura-pura. Kau lah orang yang bisa melihat ke
dalam diriku dan membuatku merasakan semua perasaan yang belum pernah ku
rasakan sebelumnya. Zheng Xiao’en, kau harus bertanggung jawab,” ujar Tianxing.
Dan tanpa babibu, Tianxing menarik tubuh Xiao’en
mendekat padanya dan mencium bibirnya. Xiao’en sangat terkejut hingga hanya
terpaku.
--
Tianxing mengantar pulang Xiao’en. Dan Jason lah yang
menjadi supir. Suasana sangat canggung. Di tengah perjalanan, Xiao’en mendapat
telepon dari Chuntian yang menanyakan keberadaan dan keadaannya. Dia juga
memberitahu Xiao’en kalau Tianxing tadi menelponnya mencari Xiao’en. Selama
bicara dengan Chuntian, Xiao’en berbisik-bisik agar Tianxing tidak dengar. Dia
juga nggak bicara banyak dan mengakhiri telepon dengan sangat cepat.
Setelah itu, suasana kembali menjadi hening. Tianxing
tanpa di duga, tiba-tiba menggenggam tangan Xiao’en. Jason yang mengintip dari
jendela kaca depan sampai tidak fokus menyetir hingga hampir saja nabrak.
Tianxing langsung menegurnya untuk lebih berhati-hati.
Begitu tiba di depan rumah Xiao’en, sebelum Xiao’en
masuk, Tianxing menyuruhnya untuk selalu mencarinya jika sedang dalam suasana
hati yang buruk. Jangan menghilang. Tianxing juga hendak mengelus kepala
Xiao’en, tapi Xiao’en menghindar. Dia tidak membiarkan Tianxing menyentuhnya
lagi.
“Terimakasih banyak untuk hari ini. Sekarang sudah
larut, dan aku merasa lelah. Kau juga harus cepat kembali dan berisitrahat
juga,” ujar Xiao’en yang secara tidak langsung, mengusirnya.
“Baiklah. Ingatlah untuk selalu mencariku.”
--
Begitu masuk ke rumahnya, Xiao’en merenung sambil
memegangi bibirnya. Perasaannya sekarang semakin kacau. Tianxing semakin mirip
dengan Situ Aoran, tapi Tianxing bukanlah Situ Aoran.
--
Dalam perjalanan pulang, Tianxing masih merasa seolah
Xiao’en ada di sebelahnya. Dan sayangnya, itu hanya perasannya saja.
Begitu tiba di rumah, Jason menyadari kalau di meja di
samping pintu masuk, ada sepasang manset di sana. Hari itu, saat Xiao’en
menjaga Tianxing, sebelum pergi, dia meninggalkan manset itu di sana. Dia tidak
menerima hadiah dari Tianxing.
Dengan cepat, suasana hati Tianxing memburuk. Susanna
ternyata datang juga ke sana untuk melaporkan kalau dia sudah menyuruh orang ke
toko bunga hari ini untuk memeriksa orderan tn. Hu selama beberapa bulan ini. Tapi,
Tianxing sama sekali tidak mendengar laporannya dan terus berjalan ke kamarnya.
Susana sadar ada yang tidak beres dengan Tianxing dan
langsung menginterogasi Jason. Jason sudah punya firasat akan di tanyai, jadi
dia berusaha kabur dan mengalihkan topik. Tapi, percuma saja, Susanna
menyuruhnya untuk bicara di luar.
--
Susanna sangat marah saat tahu kalau Jason mengantarkan
Tianxing menemui Xiao’en. Dan karna Shanna terus memaksa Jason cerita, Jason
akhirnya bilang kalau Tianxing menyukai Xiao’en. Shanna menolak percaya dan
membut berbagai kemungkinan. Tapi… pada akhirnya, dia harus mengakuinya. Dia
sudah sadar kalau Tianxing menyukai Xiao’en sedari awal.
Shanna tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dia
bercerita pada Jason kalau dia menyukai Tianxing. Dia sudah menyukainya sejak
mereka kuliah. Dia lah orang yang selalu ada di sisi Tianxing dan bersamanya
menghadapi setiap masalah, tapi kenapa tempatnya di rebut oleh Xiao’en yang
tiba-tiba muncul?
“Cinta bukan berdasarkan ‘yang datang pertama, yang pertama
di layani’. Dan pemenangnya juga bukan jatuh kepada orang yang paling banyak
berkorban,” ujar Jason.
“Aku tahu. Tapi, aku mengira bisa mendapatkannya suatu
hari nanti. Tapi, setelah Tianxing mengalami kecelakaan, aku menyadari kalau
asal dia selamat sudah cukup,” ujar Shanna, rela jika Tianxing memilih Xiao’en.
Susanna sangat menyukai Tianxing. Dia pun sadar kalau
kesalahannya adalah tidak mempunyai keberanian untuk memberitahu Tianxing
mengenai perasaannya. Plot twist!!!
Jason tiba-tiba mencium pipi Susanna. Shanna sampai terkejut dan memarahi serta
memukulnya. Tapi, Jason tidak marah sama sekali karna dia menyukai Sushanna.
Dia ingin menunjukkan perasaannya, daripada menyesal tidak pernah
mengungkapkannya, seperti Shanna yang menyembunyikan perasaan dari Tianxing
selama bertahun-tahun.
Jason beneran memberanikan diri. Walau di pukuli pakai
tas sama Shanna, dia masih saja berani menggombalinya.
--
Sebelum tidur, Xiao’en membaca novel CEO You’re So
Naughty. Dia ingin mengingat Situ Aoran. Dan novel itu adalah bukti kalau
ingatan dan kenangannya mengenai Aoran bukanlah halusinasi. Semua kenangan dan
sosok Aoran terus berputar di ingatannya.
“He Tianxing
adalah He Tianxing. Tidak peduli semirip apapun dia denganmu, dia bukan kau.”
--
Tianxing memandang manset yang di kembalikan oleh
Xiao’en.
--
Esok hari,
Susanna memberikan laporan mengenai orderan tn. Hu di
toko bunga yang di selidikinya. Itu laporan dari bulan Agustus s.d Oktober. Selama
3 bulan ini, tn. Hu sudah memesan sebanyak 7 kali. Tiga kali di pesan
menggunakan nama perusahaan untuk putra direktur Hao yang menang dalam audisi
piano, putri direktur Lin yang juara pertama dalam lomba kaligrafi dan masih
ada lagi. Sementara empat orderan lain di pesan menggunakan nama pribadi untuk
di kirimkan ke galeri Caijing.
Mendengar laporan Susanna, Jason dengan mudah
menyimpulkan kalau galeri itu pasti punya wanita simpanannya tn. Hu. Wkwkwk. Tidak
mungkin semudah itu. Susanna tentu memarahinya. Tianxing tidak mau menyimpulkan
dan menyuruh agar mereka mengirim orang untuk memeriksa ke sana.
--
Xiao’en cerita pada Chuntian mengenai ciumannya dengan
Tianxing kemarin malam. Chuntian jelas heboh. Masalahnya, ada di Xiao’en. Mau
apapun yang Chuntian katakan, bagi Xiao’en di hatinya tetap hanya ada Situ
Aoran, karakter dari novel. Walau Situ Aoran bagi yang lain hanyalah karakter,
tapi bagi Xiao’en, hal yang di alaminya dengan Aoran adalah nyata termasuk rasa
sakit karna perpisahan (dia kembali ke dunia nyata). Karna itu, dia masih
merasa belum siap memulai hubungan baru.
Dan juga, Xiao’en merasa kalau dia masih melihat
Tianxing sebagai Aoran. Baginya, Tianxing dan Situ Aoran seperti lingkaran. Dan
rasanya seperti dia tetap berada di tempat yang sama. Dia merasa sudah terjebak
terlalu lama dan sekarang dia harus melepaskannya dan melangkah maju.