Note
:
-
Tulisan warna hitam = dunia nyata
- Tulisan warna merah = dunia novel
==
Sinopsis
T-Drama : Lost Romance Episode 20 – 2 END
Images by : SET TV
Dan ternyata… Tianxing ada di
depan rumah Xiao’en. Xiao’en yang pulang dengan penuh khawatir, tentu terkejut
melihat Tianxing di sana. Tanpa sadar, air matanya menete. Dia segera menghapus
air matanya dan berpura-pura tidak peduli.
“Kau sudah keluar rumah sakit?”
“Ya, setelah selesai di infus, aku
boleh pulang.”
Setelah mendengar jawaban itu,
Xiao’en bergegas masuk. Tianxing menghalanginya. Xiao’en malah bersikap ketus
dan menyuruhnya untuk pulang. Dia berusaha mengeraskan hati di hadapan Tianxing
dan tentu saja membuat Tianxing heran. Ternyata, itu karna Xiao’en kesal karna
Tianxing sudah membuatnya khawatir. Tianxing jelas senang karna Xiao’en
mengkhawatirkannya.
Xiao’en tidak mau mengakuinya dan
menyangkal dengan alasan kalau dia takut buku autobiografi yang baru di
terbitkannya jadi tidak laku. Tianxing tetap saja bersikap santai dan dengan
riang memberitahu kalau dia membelikan Xiao’en cemilan favoritnya : popcorn chicken.
“Kesukaanku? Apa aku pernah bilang
aku suka popcorn chicken?” tanya
Xiao’en, bingung.
Tianxing sudah menduga pertanyaan
itu sehingga dia terus tersenyum menatap Xiao’en. Dia bahkan mulai membahas
dunia novel. Membuat Xiao’en teringat kenangannya saat makan popcorn chicken dengan Situ Aoran.
Tianxing membuka tangannya lebar, “Ini aku. Beneran aku,” ujarnya, menanti Xiao’en berlari ke pelukannya.
“Kau sudah membaca buku itu? Kau
sudah selesai membaca CEO, You’re So Naughty?”
“Ya.”
“Jadi, kau bersikap seperti Situ
Aoran dan menggunakan popcorn chicken untuk
mengetest-ku?” tanya Xiao’en. “Kalau kau beneran dia, kenapa kau tidak
mengenaliku sebelumnya?”
“Aku tidak tahu kenapa aku
sebelumnya tidak ingat apapun. Setelah membalikan halaman buku itu, semua
ingatan itu kembali.”
“Kau hanya menganggap plot di buku
sebagai kenyataan,” ujar Xiao’en, menyangkal kalau Tianxing adalah Situ Aoran.
“Apa yang harus ku lakukan agar
kau percaya kalau aku adalah Situ Aoran?” tanya Tianxing.
Xiao’en diam. Tidak tahu
jawabannya. Dan tiba-tiba saja, Tianxing mengangkat tangan menutupi pandangan
mata Xiao’en darinya. Hal yang sama yang Aoran lakukan pada Xiao’en (di episode
Aoran mencium Xiao’en pertama kalinya).
“Bukankah aku sudah pernah bilang
sebelumnya? Ekspresi seperti ini tidak sesuai untukmu,” ujar Tianxing.
Xiao’en menarik tangan Tianxing
turun. Kini, dia percaya kalau yang ada di hadapannya adalah Aoran. Xiao’en
sangat bahagia. Begitu juga Tianxing. Dia mencium Xiao’en.
Dan mereka pun menghabiskan malam
bersama di rumah Xiao’en. Setelah melepas rindu yang selama ini di pendam,
Xiao’en kemudian bertanya, kenapa Tianxing bisa menjadi Situ Aoran? Tianxing
jujur pada Xiao’en kalau dia sebenarnya takut pada gelap, sama seperti Situ
Aoran.
“Tapi, di rumah hanya ada aku dan
Ibuku. Jadi, jika aku bilang pada orang lain kalau aku takut gelap, tidak ada
gunanya. Aku harus berjuang sendiri menghadapinya. Aku benci masa kecilnya dan
juga benci dengan cara orang lain melihatku. Tapi, aku masih harus mencari cara
melaluinya.”
“Jadi, kau menyembunyikan dirimu
yang lain?”
“Seperti sisi bulan. Sisi yang
tidak pernah di lihat orang lain. Situ Aoran adalah diriku yang ku abaikan.
Diriku yang kekanak-kanakan. Takut gelap. Tidak begitu pintar. Tidak bisa
sendiri. Tidak bertanggung jawab. Selama waktu ini, aku secara sukarela
melepaskan diriku yang seperti itu satu persatu.”
“Tapi, bagaimana bisa ‘dirimu’ itu
masuk ke dalam novel?”
“Bukankah aku yang harusnya
bertanya padamu? Yang ku tahu adalah ketika jatuh dari atap gedung, aku merasa
sangat despresi. Seolah itu pertama kalinya aku merasa sangat lelah. Terlalu
lelah hingga aku tidak mau bangun. Meskipun aku tidak tahu siapa yang memasuki
dunia siapa, tapi kau pastinya tidak beruntung bertemu dengan He Tianxing, yang
aku sendiri, bahkan tidak menyukainya. Dan walau begitupun, kau tetap jatuh
cinta padaku. Mendukungku. Menyemangatiku. Kaulah yang menarik keluar sisi lain
‘bulan’ ku. Jika aku tidak bertemu denganmu, aku akan tetap berpura-pura. Siapa
yang tahu, suatu hari… mungkin saja…”
“Meledak?” tanya Xiao’en.
Tianxing membenarkan. Dan karna
Xiao’en lah daia menyadari kalau walaupun kita terjatuh, kita tidak harus
langsung berdiri. Kita masih bisa mencoba walaupun dalam keadaan terbaring.
“Dalam badai, kau harus bersikap
seperti orang dewasa. Di cuaca cerah, kau harus seperti anak kecil. Zheng
Xiao’en, dengan adanya dirimu di hidupku, badai yang ada di hidupku sepenuhnya
sirna.”
Ucapan Tianxing beneran membuat
Xiao’en bahagia.
And…
tak perlu berlama-lama,
besoknya mereka langsung pergi ke KUA dan mendaftarkan pernikahan. Mereka tidak
mengadakan pesta pernikahan sama sekali. Padahal Tianxing bersedia mengadakan
pesta pernikahan yang megah, tapi Xiao’en menolak. Baginya, mereka menikah di
dalam dunia novel sudah cukup dan yang sangat di inginkannya adalah mereka
mendaftarkan pernikahan secara resmi.
Akhir yang bahagia bagi mereka
berdua.
Usai mendaftarkan pernikahan,
tentu saja saatnya berbulan madu. Xiao’en ngajak Tianxing untuk camping di
gunung. Bahkan Xiao’en sampai membuat papan nama bertuliskan ‘Just Married’
untuk menghentikan mobil. Tianxing awalnya merasa malu, tapi demi Xiao’en dia
rela melakukan apa saja. Termasuk menghentikan mobil yang lewat. Dan berhasil!
Ada mobil yang berhenti dan mau memberikan mereka tumpangan.
Mereka menjalani bulan madu yang
bahagia.
--
Selagi mereka berbahagia berbulan
madu, Chuntian harus bekerja keras di kantor. Editor Yao sedang sangat senang
karna buku autobiografi Tianxing laris terjual dan menjadi best seller. Mereka
mendapatkan banyak keuntungan. Chuntian tidak mau menyiakan hal ini dan meminta
bonus, tapi Editor Yao tidak mau memberikan dan mengingatkan kalau janji mereka
kan hanya mengizinkan menerbitkan buku ‘Love Across the Atlantic.’
Chuntian beneran kesal. Tapi,
kekesalannya lenyap saat mendapat telepon dari pihak distribusi. Mereka
memberitahu kalau buku Love Across the Atlantic menjadi best seller. Editor Yao
beneran senang karna perusahaan kecil mereka tiba-tiba menjadi maju seperti
ini. Dia langsung memerintahkan Chuntian untuk menghubungi Chen Qing dan
memintanya menulis buku baru.
Chuntian tidak langsung setuju.
Dia minta tambahan uang. Dengan berat hati, Editor Yao akhirnya bilang akan
menaikkan gaji Chuntian dan juga memberikan bonus. Win-win. Keduanya sama-sama
senang.
--
Xiao’en dan Tianxing menikmati
malam bersama.
--
Qingfeng kembali ke
novel ‘Love Across the Atlantic’. Dia menjadi diri awalnya, Chen Qing. Dan
kini, dia menemukan kebahagiaannya. Mushuang, wanita yang di cintainya, muncul.
Menatapnya pnuh cinta dan kerinduan. Chen Qing tersenyum padanya.
“Mushuang, aku akhirnya
bertemu denganmu lagi.”
“Kita akhirnya bertemu.”
“Kali ini, kita
menemukan kebahagiaan kita, bukan?”
“Tentu saja.”
Chen Qing mengulurkan
tangannya. Dan Mushuang menyambutnya. Mereka berjalan bersama. Chen Qing
berhenti tiba-tiab dan berbalik.
“Terimakasih. Sampai
jumpa,” ujarnya pada kita.
--
“Qingfeng!” Xiao’en terbangun
dengan meneriakkan nama Qingfeng.
Tianxing langsung mengejek Xiao’en
yang bangun di malam pertama mereka dengan menyebut nama pria lain. Xiap’en
langsung menjelaskan kalau mungkin ini terdengar aneh, tapi dia memimpikan
Qingfeng. Tianxing ternyata memimpikan hal yang sama seperti Xiao’en mengenai
Qingfeng yang menemukan cinta pertamanya dan akhirnya hidup bahagia.
“Aku rasa Qingfeng datang mengucapkan
selamat tinggal pada kita.”
“Setelah berkeliaran begitu lama,
Qingfeng akhirnya menemukan happy ending nya
sendiri,” ujar Xiao’en, turut senang. “Tapi Qingfeng pernah bilang kalau semua
karakter utama menghilang setelah cerita berakhir. Jadi, mereka juga
menghilang?”
“Semua karakter yang menghilang
akan muncul kembali di hati para pembacanya. Chen Qing dan Liu Mushuang akan
selamanya hidup di hati para pembaca yang mencintai mereka. Seperti Qingfeng
yang akan selalu ada di hati kita.”
Ucapan Qingfeng menghibur Xiao’en.
Usai membahas Qingfeng, sekarang saatnya urusan mereka. Tianxing mengingingkan
ciuman pagi Xiao’en 😊
Mereka keluar dari tenda dan
menikmati angin yang bertiup. Saling tersenyum satu sama lain.
Zheng Xiao’en, terimakasih tidak pernah meninggalkanku.
Dan terimakasih juga, mau dalam susah ataupun senang selalu ada di sini, ketika
senja menyingsing.
Terimakasih karna sudah memberikanku dua dunia. Dan
terimakasih karna sudah sudah menjadi my
Aoran (kebanggaan). Ketika senja menyingsing, aku akan selalu ada di sini.