Sinopsis Dorama : Cursed
in Love Episode 01 part 1
Di malam turunnya hujan deras,
seorang wanita, Hanaoka Nao, duduk menghadap ke sebuah foto masa kecilnya
bersama ibunya. Nao mengambil gunting yang ada di atas meja, sembari mengingat
kenangan penuh kebahagiaan bersama ibunya.
15 tahun lalu. Aku … masih belum melupakan momen itu.
Dengan gunting tersebut, Nao
menggunting rambutnya. Bersamaan dengan jatuhnya helaian-helaian rambutnya, dia
teringat akan kenangan menyakitkan di masa kecilnya.
Bunga
kamelia yang bermekaran. Seorang pria yang tidak sadarkan diri dengan bersimbah
darah. Sebuah pisau bernoda darah.
Nao
kecil yang melihat kejadian itu. Ada juga seorang anak lelaki yang pipi dan
tangannya berlumuran darah.
“Siapa?
Siapa?” seorang wanita mendesak anak lelaki itu untuk menjawab.
Anak
lelaki itu, dengan telunjuk bernodakan darah, menunjuk ke sebuah arah…
Perkataan itu…
“Ibunya
Sakura,” jawab anak itu, menunjuk ke Ibu Nao.
Ibu
Nao, Yuriko Okura, menggelengkan kepala dengan kuat. Tapi, percuma, beberapa
pria berpakaian polisi, sudah menyeretnya.
… merenggut semuanya dariku.
Nao
kecil menangis histeris melihat ibunya di bawa.
Lalu yang tersisa padaku…
Nao selesai menggunting
rambutnya. Tatapan matanya, menunjukkan betapa kuatnya tekadnya.
Hanyalah satu makna untuk terus hidup.
-Tangisan Burung-
Komatsu,
Ishikawa
Di sebuah tempat minum teh, dua
orang wanita berpakaian kimono, sedang duduk menunggu hidangan manisan. Mayu,
wanita berpakaian kimono berwarna biru, adalah orang yang mengundang Satomi
untuk bertemu. Dia ingin Satomi mencoba manisan yang di buat oleh pembuat
manisan favoritnya di tempat itu, Hanaoka Nao. Dia sudah meminta Nao membuatkan
manisan yang melambangkan Satomi. Mendengar penjelasan Mayu, Satomi jelas
merasa senang.
Dengan kelihaian tangannya, Nao
mulai membuat manisannya. Dengan terampil, dia bisa membuat manisan berbentuk
burung kecil berwarna hijau. Mayu dan Satomi memuji manisan yang itu terlihat
manis (kawaii).
“Burung musim semi, “Mejiro.”
Suara dari burung ini sangatlah indah dan di juluki Sopran Emas. Suara para
pelanggan sekalian sangatlah indah dan jelas, sehingga mengispirasi saya dalam
membuat ini,” jelas Nao.
Mayu sangat terkesima dengan
penjelasan Nao dan memujinya hebat. Itu
karna Satomi memang belajar olah vokal dan akan ikut kompetisi. Satomi
tersenyum senang.
Nao kemudian memberitahu mereka
untuk menyantap burung itu dengan arah kepala buurng menghadap ke depan. Jadi,
mereka akan mulai makan dari ekor. Satomi dan Mayu mencobanya. Enakk! Bukan
hanya bentuknya yang manis, tapi rasanya pun enak. Satomi sangat senang karna
makanan itu khusus hanya untuknya.
“Apapun tipe pelanggan, kau
bisa membuatnya?” tanya Satomi.
“Ya. Selama mereka memiliki
perasaan yang di curahkan. Begitulah caraku. Inilah manisan dari Hanaoka.”
“Aku memang ingin meminta
bantuan padamu, Nao,” ujar Mayu.
--
Mayu dan Nao bicara berdua.
Tujuan lain Mayu datang menemui Nao adalah untuk memintanya membuat manisan
hadiah untuk acara pernikahannya. Karna ini adalah acara sekali seumur hidup,
Mayu mau hadiah yang di berikan kepada para tamu adalah hal yang terbaik.
Nao sangat antusias
mendengarnya. Dia mau melakukannya.
Mayu senang tapi ada sedikit
masalah. Dengan berhati-hati, Mayu menjelaskan kalau pasangannya adalah anak
sulung dari pemilik yayasan keluarga, jadi sepertinya, pihak pria juga akan
meminta tolong pada toko manisan favoritnya. Jadi, saat pesta teh antar
keluarga nanti, masing-masing pihak akan sama-sama menghidangkan manisan dan
sekaligus menentukan akan menggunakan manisan siapa.
“Walau terdengarnya seperti
kompetisi… maafkan aku,” ujar Mayu, menundukkan kepala. Dia beneran takut kalau
Nao akan tersinggung.
“Kompetisi manisan?” ujar Nao,
memikirkan permintaan Mayu. “Itu berarti aku juga punya kesempatan, kan? Aku
ingin buat! Supaya banyak orang merasakannya!” lanjutnya, dengan riang.
Mayu sangat senang
mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau Nao akan menerimanya.
Nao kemudian menanyakan, siapa
yang akan menjadi lawannya? Apakah berasal dari Komatsu juga?
“Enggak, di Kanazawa. Itu loh,
yang terkenal. Kogetsu-an.”
Mendengar nama tempat itu,
wajah Nao menjadi tegang.
Pada saat itu, aku belum mengetahuinya.
“Kogetsu-an?”
Kalau hidupku akan …
Di
sebuah dapur, seorang pria, sedang membuat manisan berbentuk kuncup bunga
kamelia. Dia mengukir manisan itu dengan peralatan tradisional.
… kembali di hancurkan oleh orang itu.
==Watashitachi wa Douka
Shiteiru==
Flashback
15
tahun yang lalu,
Aku bertemu dengannya, Tsubaki, pada usia 5
tahun di musim semi.
Nao
yang berusia 5 tahun lalu, dengan masih mengenakan pakaian TK, di bawa ibunya
ke tempat dimana dia bekerja sebagai pembuat manisan Jepang, Kogetsu-an.
Okuda
Yuriko, memperkenalkan putrinya, Nao kepada Tsubaki. Tsubaki yang masih kecil,
salah membaca tanda mana Nao yang ada di bajunya sebagai Sakura. Walau sudah di
beritahu sama pekerja di sana, Tsubaki tetap saja memanggil Nao dengan nama
Sakura. Menurutnya, nama Sakura lebih bagus dan juga sama dengannya. Nama musim
semi.
Pertemuan
pertama Nao dengan Tsubaki saat itu, begitu berkesan bagi Nao.
Prefektur Ishikawa, Kota Kanazawa
Toko manisan Jepang yang sudah lama berdiri
dengan sejarah 400 tahun.
Kogetsu-an
Nao
tinggal bersama ibunya di asrama pekerja. Walau tinggal di asrama, Nao tidak
merasa kesepian karna Tsubaki selalu menemuinya setiap hari dan memanggil
namanya dengan ceria. Tsubaki bersikap sangat baik padanya. Bagi Nao yang
bertubuh lemah dan sering sakit, Tsubaki terlihat sangat menyilaukan.
Suatu
hari, Tsubaki masuk ke kamarnya dan menunjukkannya foto bunga sakura
bermekaran. Kemarin, dia pergi melihat sakura bersama ayahnya. Dan dia ingin
Sakura juga melihatnya, jadi dia memotretnya.
Yuriko
melihat ekspresi sedih Nao dan bisa merasakan kalau Naojuga ingin melihat
langsung bunga sakura yang bermekaran. Yuriko meminta maaf karna nggak bisa
membawanya ke sana.
“Tidak
apa-apa. Kalau di sana asmaku kambuh, mama yang repot,” jawab Nao.
Pada saat itu, semua orang di sekitarku
terlihat berwarna kelabu.
Melihat
ekspresi sedih Nao, Tsubaki terpikir suatu hal. Dia mengajak Nao untuk membuat
manisan. Manisan itu bisa di buat walau di dalam rumah. Yuriko setuju dengan
Tsubaki dan berkata akan mengajarkan Nao juga.
Nao
mau mencobanya. Dia membuat manisan berbentuk bola pink yang di atasnya di
letak cetakan bunga sakuran dan putik bunga. Sangat indah. Tsubaki pun
memujinya.
Hanya
dengan melihat manisan itu, sudah bisa membuat Nao membayangkan dirinya
berjalan di tengah pohon sakura yang bermekaran bersama Ibunya dan Tsubaki
Itulah saat sekejap duniaku menjadi
berwarna.
Sejak
hari itu, Nao mulai menyukai membuat manisan. Dia bahkan membuat manisan di
koridor dan menyusunnya berjejer. Yuriko yang melihat itu, menegurnya untuk tidak
membuat manisan di tempat begini. Saat itu, Tsubaki lewat dan memuji Nao.
Kenapa? karna manisan yang di buat Nao, banyak dan semuanya berbeda.
“Hebat!
Kau bisa membuat manisan apapun,” puji Tsubaki.
“Kalau
begitu, saat kita tumbuh dewasa, bolehkah aku terus membuat manisan di sini?”
tanya Nao.
“Tentunya!
Saat aku menjadi pemilik toko, aku akan menjadikanmu pembuat manisan nomor
satu!”
“Aku
selalu akan bersama Tsubaki,” ujar Nao.
Mereka
saling mengaitkan kelingking. Membuat pinky
promise.
Tiba-tiba,
ayah Tsubaki, Itsuki Takatsuki, muncul. Itsuki menegur Tsubaki karna sudah di
bilang jangan pergi ke ruang pegawai saat sedang belajar. Dia mengingatkan
Tsubaki kalau dia itu penerus Kogetsu-an, jadi, jangan berleha-leha.
--
Malam
hari,
Yuriko
membawakan makanan untuk Nao. Sebelum mulai makan, Nao bertanya pada Ibunya,
apa dia bisa selalu berada di Kogetsu-an? Bolehkah dia selalu di sini bersama
Tsubaki membuat manisan?
Yuriko,
entah kenapa, berwajah sedih. Dia tiba-tiba meminta Nao mengulurkan tangannya.
Begitu Nao melakukannya, Yuriko memberikan dua buah cetakan : cetakan bunga
sakura dan cetakan daun kamelia.
“Manisan
itu bisa di buat dimanapun, loh. Jadi, selama kau ingin membuatnya, maka mama
harap kamu akan terus membuatnya. Dengan begitu, Mama dan Tsubaki akan selalu
bersama,” ujar Yuriko. “Bunga Sakura itu Nao. Dan berikan Tsubaki yang daun
kamelia,” lanjut Yuriko. (Tsubaki artinya bunga kamelia).
Kalau kupikir, saat itulah saat-saat yang
teramat membahagiakan.
Nao
terbangun di pagi-pagi buta karna suara gemuruh. Dia melihat dua buah cetakan
di atas meja dan kemudian mengambil cetakan daun kamelia. Nao merasa tidak
sabar untuk memberikan cetakan itu pada Tsubaki, karna itu, dia bangun dan
segera pergi ke gedung utama untuk mencari Tsubaki.
Ingatanku di pagi itu terasa samar di sini
dan di sana.
Namun, bersama dengan bunga kamelia yang
mekar di kebun,
Nao
pergi ke gedung utama melewati kebun bunga kamelia. Wajahnya terus tersenyum.
Senyumannya semakin lebar saat melihat sosok belakang Tsubaki di dalam kamar
yang pintunya terbuka.
Pemandangan itulah,
yang terus membekas dalam pandanganku.
Nao
berjalan mendekati Tsubaki. Tapi, langkahnya mendadak terhenti ketika kilat
menyambar. Dari kilat yang menyambar, Nao melihat tangan Tsubaki yang
berlumuran darah. Di hadapan Tsubaki, Itsuki terbaring tidak sadarkan diri
dengan tubuh bersimbah darah.
Tsubaki
berbalik. Tatapan matanya sangat dingin. Bukan sosok Tsubaki yang selama ini
Nao kenal.
Tidak
lama, semua penghuni berlarian dan panik melihat Itsuki yang bersimbah darah.
Istri Itsuki, Ibu dari Tsubaki, Kyoko, menangis melihat Itsuki yang bersimbah darah.
Yuriko
juga sama terkejutnya. Dia segera menarik Nao dan memeluknya, untuk
menenangkannya.
“Benarkah
Tsubaki? Apakah kau benar-benar melihat orang di kamar ayahmu? Siapa? Siapa
orangnya?!” desak Kyoko.
Di tengah salju yang turun, Tsubaki keluar dari
dalam kamar dan berjalan ke kebun. Dia berhenti di depan para pegawai yang
berdiri di pinggir. Telunjuknya kemudian mengarah ke arah Nao dan Ibunya.
“Ibunya
Sakura,” jawab Tsubaki.
Dan
begitu polisi tiba, Yuriko segera di bawa pergi. Nao histeris melihat ibunya di
seret dan mulai berteriak memanggil namanya.
Matanya
menatap Tsubaki penuh dengan kebencian.
Hari itu, aku di usir dari Kogetsu-an.
--
Rekan kerja Nao, mengomentari
keputusan Nao yang menolak permintaan Mayu untuk membuat manisan hadiah dengan tema
sakura. Dia merasa hal itu sangat di sayangkan.
Nao hanya diam. Tapi, saat
melihat pewarna merah yang di pegang rekannya tersebut, asmanya langsung
kambuh. Nao mengalami trauma melihat warna merah sejak kejadian 15 tahun lalu.
Rekan Nao yang tidak tahu alasan Nao takut pada warna merah, mengejeknya lemah.
Dan satu-satunya hal yang bisa
membuat Nao merasa tenang dan senang adalah saat dia membuat manisan
Berulang kali aku ingin menyerah. Namun,
hanya pada saat membuat manisan sajalah aku tak merasa sendiri.
Inilah yang tersisa di hidupku. Hanya
satu-satunya makna hidupku!
Sekalipun aku kehilangan yang lain, hanya
ini sajalah…
Kabar buruk datang pada Nao.
Dia di pecat dari tempatnya bekerja saat ini. Alasannya karna pemilik toko
terus-terusan menerima email anonim yang isinya memberitahu kalau Nao adalah
anak pembunuh. Dia takut hal itu akan menyebar dan mempengaruhi citra toko
mereka.
--
Akhirnya, Nao pulang ke rumahnya dengan membawa barang-barang untuk membuat manisan. Seolah kesialannya belum cukup, sebuah mobil malah melaju kencang dan membuat genangan air menciprat ke Nao. Nao yang terkejut jadi menjatuhkan bawaannya. Dengan cepat, walau di tengah hujan, Nao segera mengumpulkan peralatannya yang tercecer. Di antara semua peralatannya, yang paling berharga adalah cetakan bunga sakura, hadiah dari ibunya.
Tiba-tiba, seorang pria muncul
di hadapannya dan memanyunginya. Pria itu mengenali Nao dan memang sudah
mencarinya. Dia juga memberitahu kalau dia kesulitan mencari Nao karna marganya
berganti.
“Siapa kau?”
Pria itu, Kaoru Takigawa, tidak
menjawab pertanyaannya. Dia hanya mengeluarkan sebuah amplop surat dari balik
yukatanya.
“Saat kau menginjak umur 20
tahun, aku di minta untuk mengantarkannya. Surat dari ibumu.”
“Siapa kau?” tanya Nao, ulang.
“Hanya saja, penggemar manisan
buatan ibumu.”
“Dari mama? Kan mama sudah---“
Nao mau protes, tapi saat dia menengadahkan kepala, Takigawa sudah menghilang.
Di tengah guyuran hujan, Nao
pun membuka surat itu. Isinya membuatnya terkejut.
--
Nao sudah sampai di rumahnya.
Masih dalam keadaan basah kuyup, dia menelpon Mayu. Dia memutuskan untuk
menerima tawaran Mayu. Dia akan mengikuti kompetisi manisan hadiah itu.
Aku ingin terus melanjutkan manisan ala-ku.
Dan inilah adegan yang kita
lihat di awal pembukaan drama ini. Nao menggunting rambutnya.
Takkan ku biarkan ada yang mengganggu.
--
Hari Kompetisi,
Begitu tiba, Nao sudah di
sambut Mayu dan di antarkan ke ruangan tunggu. Dia juga memberitahu kalau pihak
Kogetsu-an sudah tiba. Nao menarik nafas dalam dan di dalam hatinya, dia
meminta dirinya untuk tenang. Sudah 15 tahun berlalu dan tidak mungkin Tsubaki
mengenalinya.
Mayu mengantarkannya sampai ke
depan pintu. Usai itu, dia langsung pergi. Nao masih terkejut melihat sosok
belakang Tsubaki. Kenangan buruknya muncul kembali.
“Kalau tidak cepat di tutup,
selai kacang akan mengering,” perintah Tsubaki.
Nao masih saja diam. Tapi,
begitu Tsubaki membalikan wajahnya, Nao menjadi sangat ketakutan dan langsung
menutup pintu dengan rapat. Tsubaki menghampirinya dengan tiba-tiba dan
menggenggam tangannya.
“Apakah kau lawanku dalam
kompetisi ini?” tanyanya.
Selesai bertanya, Tsubaki
melihat garis tangan Nao. Nao heran melihat sikap anehnya. Tapi, di Vsaat itu,
Yusuke Jojima, keluar dari dapur. Dia adalah asisten yang di bawa Tsubaki hari
ini untuk menyiapkan peralatannya. Jojima melaporkan pada Tsubaki kalau dapur
sudah siap.
--
Di dapur, Nao dan Tsubaki
saling membelakangi. Nao sangat cemas karena aura Tsubaki sangat berbeda dengan
Tsubaki yang di kenalnya dulu. Dia juga bingung, apakah Tsubaki mengenalinya
atau tidak. Karna begitu cemas dan takut, Nao jadi mengeluarkan peralatannya
dengan berisik. Dan hal itu, langsung membuat Tsubaki menegurnya.
Untuk menenangkan diri, Nao
pergi keluar. Saat itu, dia tanpa sengaja melihat Mayu bersama pasangannya di
taman. Mayu menyukai pemandangan di sana dan berharap bisa mengadakan pesta teh
di sana. Pasangannya berjanji akan membuat pesta teh untuk Mayu setiap hari.
Keduanya tertawa. Mereka tampak saling mencintai.
Melihat tawa dan raut
kebahagiaan Mayu, Nao mendapatkan semangatnya kembali. Dia tidak boleh
melarikan diri. Dia akan membuat manisan perayaan hari ini.
Dengan tekad baru, Nao kembali
ke dapur dan mulai membuat manisan dengan tenang. Tsubaki yang berdiri membelakanginya,
melirik sekilas merasakan ketenangan Nao.
--
Akhirnya, tiba saatnya hidangan
di sajikan. Nao dan Tsubaki menghadap untuk menunjukkan manisan mereka. Tsubaki
mewakili Kogetsua-an, sementara Nao mewakili dirinya sendiri. Dari awal Nao
memperkenalkan diri, sudah ada beberapa orang yang menertertawainya.
Kogetsu-an mendapatkan giliran
pertama. Itu karna Tsubaki yang memintanya mengingat hubungan lama Kogetsu-an
dengan pihak lelaki. Saat Tsubaki
menghindangkan manisannya, beberapa orang sempat berujar kalau mereka berharap
yang membuat manisan adalah orang yang lebih veteran bukannya anak muda.
Manisan yang di buat oleh
Tsubaki adalah tiga buah bunga sakura dengan warna yang berbeda. Nama
hidangannya adalah : Sakura Pucat.
“Sakura Pucat adalah sakura
yang istimewa. Merah muda saat kuncup, dan saat mekar sepenuhya akan berwarna
merah muda. Pada akhirnya, seperti tinta tipis. Warnanya berubah. Untuk
merayakan acara sekali seumur hidup seperti pernikahan, sakura yang biasa akan kurang
tepat. Harus menggunakan satu-satunya pilihan yang tepat. Kesan ‘indah’ tidak
terlalu di butuhkan. Karena kalau tidak begitu, itu bukanlah manisan Jepang,”
jelas Tsubaki, mengenai makna hidangannya.
Semua orang mencobanya dan
memuji rasanya yang enak. Mereka juga menganggumi bentuk dan warna hidangan
tersebut.
Nao memperhatikan. Dia
menyadari kalau bukan hanya warna hidangan itu yang indah, tapi bentuk hidangan
itu juga proporsional. Guratan di setiap manisan yang Tsubaki buat, terlihat
hidup. Inilah manisannya Tsubaki.
Sekarang, giliran Nao. Saat dia
menghidangkannya, pihak pria langsung protes karena tema hidangan yang mereka
minta adalah sakura. Tapi, yang Nao hidangkan adalah manisan berbentuk daun
hijau.
“Nama : Daun Sakura,” beritahu
Nao, mengenai nama hidangannya. “Tidak salah lagi, yang terkenal dari Sakura
adalah warna merah muda yang terpancar kala mekar. Namun kemudian, badai musim
semi menerpa, hingga bunga-bunga indah berguguran. Seakan menungu, daun pun
berubah menjadi hijau dan warnanya semakin gelap, sehingga musim hijau yang
segar pun menyambut. Dengan begitu, walau terus mengulang hari-hari seperti
ini, ku harap kalian berdua akan terus bersama selamanya. Dilimpahi kebahagiaan
untuk selama-lamanya.”
Makna dari hidangan Nao begitu
indah. Mayu sangat menyukainya. Yang membuat para tamu semakin terkesima
selain makna dari hidangan tersebut adalah, ketika di belah, terlihat ada
sakura di dalam selai kacang yang di gunakan untuk isian. Rasanya juga enak!
Dari respon para tamu, mereka
sangat menyukai ide Nao. Kemungkinan besar, Nao yang akan menang.
Kedua hindangan sudah di
cicipi. Nao dan Tsubaki di minta untuk menunggu sementara mereka mendiskusikan
hidangan mana yang akan mereka pilih sebagai manisan perayaan.
--
Nao sudah bertukar baju dan
menyusun bawaannya. Dia sangat yakin kalau dia akan menang dan mampu bertahan
di dunia ini dengan manisan.
Sayangnya, saat dia hendak
menuju ke ruang utama, dia tanpa sengaja mendengar pembicaraan Mayu,
pasangannya dengan orang tua pria. Pihak pria tetap ingin manisan perayaan di
buat oleh Kogetsu-an. Mereka tidak berani menentang Kogetsu-an. Nao hendak
protes, tapi dia melihat wajah tidak berdaya Mayu.
Nao jadi tidak tega. Dia pun
memilih pergi tanpa mendengarkan keputusan secara langsung. Saat dia melewati
taman, tanpa sengaja, dia berpas-pasan dengan Tsubaki. Nao berusaha
mengabaikannya dan berjalan melewatinya. Tapi, Tsubaki tiba-tiba menarik
tangannya.
“Pulanglah dari daun sakura dan
taburkan garam di ikan. Hei, kamu ini… mau menikah denganku?” tanya Tsubaki.
Mengejutkan! Nao tidak
menyangka kalau Tsubaki akan tiba-tiba melamarnya.
“Enggak, bercanda. Lupakan
saja,” ujar Tsubaki dan kemudian berjalan pergi.
“Boleh saja,” ujar Nao,
menghentikan langkah Tsubaki.
Orang yang tak ingin ku temui kedua kali,
Nao
teringat dengan isi surat yang ibunya tinggalkan : Aku tidak melakukannya.
“Ayo menikah,” lanjut Nao.
Ada yang aneh denganku.
“Kau serius berkata begitu?”
“Kau sendiri?”
“Siapa namamu?”
“Nao. Hanaoka Nao,” jawab Nao.
“Kalau begitu, Nao. Kalau kau
memang serius ingin menikah, 3 hari kemudian, tanggal 26 pada siang hari,
datanglah ke Kogetsu-an. Kau juga bebas kalau tidak ingin datang. Namun jika
datang, kau tidak bisa berbalik arah,” peringati Tsubaki. “Jangan lupa bawa buah
tangan.”
Melihat Tsubaki yang menanyakan
namanya, Nao menyadari kalau Tsubaki sama sekali tidak mengingatnya. Sementara
dia, tidak akan pernah melupakan Tsubaki. Kebahagiaan yang di renggut karna
perkataan Tsubaki. Sejak itu, dia selalu sendirian.
Menikahi
orang seperti Tsubaki…
Ada
yang aneh denganku.
Saat itu, Mayu yang mencarinya,
menemukannya. Mayu meminta maaf terlebih dahulu sebelum memberitahu hasil
kompetisi. Nao sudah tahu, jadi, dia tidak peduli lagi dan hanya ingin meminta
tolong pada Mayu.
💕💕💕💕💕lanjut semangat🔛🔥
ReplyDelete💞💞💞💞sdh pernah lihat cuplikan nya bagus💕💕💕💕semangat ya💕💕💕💕💕💕
ReplyDelete