Sinopsis C-Drama : I Don’t Want To Be Friends with You Episode 01 part 02

 Sinopsis C-Drama : I Don’t Want To Be Friends with You Episode 01 part 02



“Sekarang tahun berapa?” tanya Jinbu.

Chen Jian Kang dan pegawainya jadi takut mendengar pertanyaannya karna mereka mengira Jinbu sakit jiwa. Daripada nanti emosi, Jian Kang menyuruh pegawainya yang bertanya. Dengan lembut, pegawainya menanyakan dimana rumah Jinbu? Apa dia dari Sekolah Tieyuan?

Jinbu makin bingung mendengar nama daerah Tieyuan. Pegawai menyimpulkan kalau Jinbu bukan dari daerah sini karena cara bicaranya berbeda. Di saat mereka masih bingung, Jinbu tanpa takut sedikitpun, meminta agar ponsel dan bajunya di kembalikan.



Takut kalau boss-nyaa akan mengamuk padanya, si pegawai langsung bilang nggak ada nerima apapun dari Jinbu. Jian Kang pun begitu. Jian Kang jadi menduga kalau Jinbu mau memeras. Jinbu tidak peduli dan hanya meminta di berikan baju.

“Kau akan pergi kalau ku beri baju?” tanya Jian Kang.

Jinbu mengangguk. Jian Kang langsung menyuruh pegawainya untuk memberikan bajunya.


Duan Xiao yang udah selesai tukar baju dan mau pergi,  sempat nanya ke pegawai pemandian umum, siapa Jinbu? Pegawai itu hanya memberitanda kalau Jinbu itu sinting. Duan Xiao makin takut dan bergegas pergi.



Jinbu akhirnya dapat baju juga. Udah di kasih baju, dia malah bisa-bisanya nanya apa nggak ada baju lain? Wkwkwk, di kasih hati minta jantung. Jian Kang berusaha menahan amarahnya, mengingatkan ucapan Jinbu tadi yang bilang akan pergi jika di kasih baju. Baju udah dapat, sekarang pergilah!!

“Aku tidak mengambil baju kalian dengan gratis. Begitu sampai rumah, aku akan kirim balik melalui pos kilat,” ujar Jinbu sebelum pergi.

Ucapannya di anggap nggak masuk akal sama Jian Kang dan pegawainya. Emang apaan itu pos kilat?




Pas udah diluar, Jinbu benar-benar linglung. Dia ada dimana sebenarnya? Kenapa tempat ini berbeda dengan saat pertama kali dia masuk? Mana cuacanya tiba-tiba berubah jadi cuaca dingin. Benar-benar aneh.


Walau sudah berjalan cukup jauh dari penginapan, tetap saja semuanya tampak aneh. Saat itu, sebuah telepon di dalam box telepon juga tiba-tiba berbunyi. Jinbu mau mengabaikannya, tapi karna rasa penasarannya, dia akhirnya mengangkat telepon itu.

Begitu di angkat, orang yang menelpon, langsung nanya apa dia Li Jinbu?


“Siapa kau?”

“Ini adalah dunia 20 tahun yang lalu. Kau harus bisa beradaptasi. Jika kau tidak ingin mati beku, dengarkan baik-baik. 50 meter dari pos telepon ini, ada sebuah taman. Di depan taman, ada sepeda berwarna pink. Itu adalah hadiah dariku. Ikuti arahanku, jalan terus sampai 800 meter. Ada sebuah Hotel Mudan. Biarkan bos-nya melihat sepedamu, dan dia akan memberimu penginapan,” ujar si penelpon. Dari suaranya, dia terdengar seperti pria yang sudah berumur.


Li Jinbu masih ingin menanyakan banyak hal yang tidak masuk akal, tapi si penelpon sudah mematikan telepon.




Di tengah kebingungannya, Li Jinbu memilih menuruti kata si penelpon. Dia pergi ke taman dan menemukan sebuah sepeda. Tapi, roda sepeda itu dalam keadaan tergembok. Terpaksa, Jinbu mengangkat sepeda itu dan membawanya ke Hotel Mudan.


Jinbu benar-benar takjub karna Hotel Mudan benar-benar ada, sama seperti yang di katakan si penelpon. Dia membawa sepeda itu ke dalam hotel. Dan ternyata, hotel itu punya Duan Xiao. Duan Xiao yang masih sibuk dengan kegiatannya, tidak mellihat wajah Jinbu dan langsung bilang kalau hotel sudah penuh.



Jinbu menjelaskan tujuannya datang untuk mengantarkan sepeda. Duan Xiao heran dan memeriksa sepeda ibu itu. Di padel sepeda ada ukiran bunga gitu. Duan Xiao mengenali sepeda itu adalah sepeda ibunya yang dicuri bulan lalu. Jinbu panik dan menjelaskan kalau bukan dia pencurinya. Dia hanya disuruh kemari mengantarkan sepeda ini dan akan dapat penginapan gratis.

Duan Xiao tidak percaya sama sekali dengan ucapannya. Mereka mulai berdebat. Saat perdebatan semakin sengit, mereka baru menyadari kalau mereka barusan ketemu di pemandian umum. Duan Xiao mengenali Jinbu sebagai si gila di pemandian umum. Jinbu tidak terima dan balik mengatai Duan Xiao sebagai bajingan yang tidak pakai baju.

Duan Xiao emosi di sebut bajingan. Lagian mana ada orang pakai baju saat mandi? Yang salah Jinbu karna sudah mengintipnya. Jinbu tidak bisa membantah sama sekali dan mengalihkan topik kembali ke sepeda. Intinya, dia tidak mencuri sepeda ini sama sekali!



Jinbu mau pergi saja, tapi Duan Xiao menghalangi. Dia ingin membawa Jinbu ke kantor polisi. Karena Jinbu terus memberontak, Duan Xiao terpaksa memegang kerah bajunya. Yang akibatnya, mereka jadi jatuh ke sofa.

Ibu Duan Xiao yang baru selesai berbesih, kaget saat melihat putranya sedang pelukan seorang gadis di sofa. Keduanya dengan panik, langsung berdiri.


Setelah mengetahui masalahnya, Ibu Duan Xiao, Mudan, menanyakan bagaiaman Jinbu bisa menemukan sepedanya? Jinbu menjawab kalau diapun nggak tahu itu sepeda Mudan. Duan Xiao menyuruh Ibunya untuk melaporka saja Jinbu ke polisi. Mudan langsung memarahinya yang sudah besar malah mau berkelahi dengan gadis. Buat malu saja.

Duan Xiao membela diri kalau tadi dia tidak memukuli Jinbu. Mereka hanya terjatuh tadi.



Jinbu menyatakan kalau dia tidak mencuri sepeda itu sama sekali. Mudan percaya padanya. Karna kalau memang Jinbu yang mencuri, tidak mungkin Jinbu membawa kembali sepedanya di cuaca dingin seperti ini. Mudan juga tidak akan bertanya lebih lanjut lagi. Sebaliknya, dia memberikan sejumlah uang pada Jinbu sebagai ucapan terimakasih.



 “Bibi, apakah aku bisa menginap di sini semalam? Ini sebagai biaya menginap. Kalau tidak cukup, anggap saja utang,” ujar Jinbu, memohon sembari memberikan balik uang hadiah Mudan.

Mudan jadi merasa kasihan padanya. Dan akhirnya, Jinbu di izinkan menginap sementara di hotel. Karena kamar hotel sudah penuh, Jinbu tidur di gudang.

--

Di dalam gudang, Jinbu sangat kedinginan. Dia nggak terbiasa dengan musim dingin Tieyuan yang lebih dingin daripada yang pernah di alaminya. Tapi, kenapa dia bisa dari Jinhai ke Tieyuan? Dimanapun Tieyuan? Ada apa sebenarnya?

--



Esok harinya,

Duan Xiao membangunkan Jinbu. Dia datang mengantarkan handuk dan peralatan mandi untuk Jinbu. Sarapan juga sudah siap. Ibunya menyuruhnya turun untuk makan. Jinbu berterimakasih. Jinbu juga ingin membahas masalah pemandian.

Belum juga selesai bicara, Duan Xiao langsung menanyakan apakah Jinbu melihat semua tubuhnya? Jinbu memalingkan mata, berujar kalau dia nggak melihatnya. Duan Xian ragu tapi mencoba mempercayainya. Tapi, untuk apa Jinbu ke pemandian pria kemarin?


“Mari kita buat kesepakatan. Anggap saja kau tidak melihat apapun, dan aku juga akan menganggap tidak pernah melihat apapun. Anggap itu semua tidak pernah terjadi. Bagaimana?” ujar Jinbu.

“Baiklah. Janji ya.”

Karna masalah pemandian sudah selesai, Jinbu mau minta tolong satu hal lagi. Apa Duan Xiao bisa meminjamkannya beberapa baju?

--




Jinbu udah selesai mandi dan bertukar baju. Dan saat melihat Jinbu turun dari atas tangga, Duan Xiao merasa terpesona. Di matanya, Jinbu tampak bersinar dan sangat cantik. Dia jatuh cinta pada Jinbu.

Karna gugup, Duan Xiao langsung pamit ke sekolah sama ibunya. Udah pergi, Duan Xiao tiba-tiba balik lagi hanya untuk menanyakan nama Jinbu.

“Li Jinbu,” beritahu Jinbu.

“Aku Duan Xiao.”

--

Di sekolah, Duan Xiao bercerita mengenai Jinbu pada sahabatnya. Sahabatnya merasa kalau keluarga Duan Xiao sangat baik mau menampung Jinbu, padahal bisa saja kalau Jinbu memang penipu. Duan Xiao tidak setuju dengannya dan malah merasa kalau Jinbu datang dari kota besar karna sedikit aneh dan berbeda dari mereka. Dan juga, mungkin ada masalah di keluarga Jinbu, makanya otaknya pelan-pelan jadi masalah.

--


Jinbu pergi kembali ke pemandian Chen Jian Kang. Tentu saja, tn. Chen jadi mengamuk dan menarik perhatian banyak pengunjung lainnya. tn. Chen marah karna Jinbu itu perempuan, tapi kenapa terus datang ke pemandian pria?! Pegawai tn. Chen berusaha mati-matian menghalangi tn. Chen agar jangan sampai memukuli Jinbu.

“Paman, aku hanya ingin melihat sebentar. Sebentar saja,” mohon Jinbu.

tn. Chen makin histeris dan memerintahkan pegawainya untuk menelpon polisi. Para pengunjung lainnya juga mulai berbisik-bisik membicarakan Jinbu yang aneh karna mau masuk pemandian pria.


Huft. Akhirnya, Jinbu pun pergi dengan hasil kosong. Saat melewati tanda nama Tieyuan, Jinbu baru teringat sesuatu.


Flashback

Dulu, waktu masih kecil, Ibunya mau membawanya pulang kampung. Saat itu, Jinbu menolak karna dia tidak mau ke rumah orang lain.

“Apa yang kau bicarakan? Itu adalah kampung ibu, bukan rumah orang lain,” omel Qingtong.

End

Jinbu kaget karna baru teringat kalau Tieyuan adalah kampung halaman Ibunya.



Udah kaget, Jinbu pun akhirnya nyasar. Dia lupa jalan pulang ke Hotel Mudan. Dia udah nyoba nanya ke beberapa orang, tapi mereka tidak tahu. Pas sekali, Jinbu melihat ada telepon yang di letak di luar sebuah toko. Dengan sopan, Jinbu meminjam telepon dari si pemilik toko.



Untungnya, Jinbu ada mencatat nomor telepon Hotel Mudan. Yang mengangkat telepon adalah Duan Xiao. Jinbu langsung memberitahu kalau dia tidak bisa menemukan jalan pulang, apa bisa datang menjemputnya? Jinbu menanyakan pada si pemilik toko alamatnya, baru dia sampaikan pada Duan Xiao. Dia ada di Perempatan Nanguan, di depan toko majalah.


Selesai menelpon, Jinbu mengucapkan terimakasih. Eit, tidak semudah itu. Si pemilik toko menagih uang telepon. Setelah di tagih, Jinbu baru menyadari ada kertas bertuliskan biaya telepon di letak di depan jendela. Untuk telepon jarak jauh, 1 yuan. Dan untuk telepon dalam kota, 5 sen.



Dengan menahan dingin, Jinbu menunggu Duan Xiao menjemputnya di depan toko. Tidak lama, Duan Xia sampai dengan mengendarai sepeda. Begitu Duan Xiao muncul, Jinbu langsung minta uang 5 sen untuk bayar uang telepon. Dia nggak tahu kalau harus bayar uang telepon. Duan Xiao mengomelinya karna memang sudah aturannya membayar telepon kalau sudah di pakai. Dan harganya sama di semua tempat.

Udah cuaca sangat dingin, Duan Xiao malah nanya, apa Jinbu mau makan ice cream? Tentu saja, Jinbu menolak. Dia hanya ingin segera pulang.


Begitu tiba, Jinbu langsung menghangatkan diri di depan ketel panas. Duan Xiao mengejeknya karna begitu takut dingin. Jinbu berujar kalau di sini, cuacanya sangat dingin.


“Ini sudah termasuk hangat. Belum sampai 20,” beritahu Duan Xiao.

“Masih bisa lebih dingin lagi? Apakah masih bisa hidup sedingin itu? Aku saja susah bernafas di luar. Mukaku kebas.”



Duan Xiao mengajari Jinbu untuk meniup tangannya, kemudian menggosok-gosokannya dan terakhir letakkan di pipi. Pasti terasa lebih hangat. Jinbu langsung mempraktikannya.


Duan Xiao juga berkomentar kalau Jinbu kelihatan belum pernah tinggal di sini. Tapi, sebentar lagi juga akan terbiasa. Nanti, di aakan carikan celana bulu neneknya yang hangat. Sangat hangat hingga Jinbu bisa berkeringat ketika memakainya.

Duan Xiao beneran baik sama Jinbu. Saat mendengar suara perut keroncong Jinbu, dia langsung pergi membelikan makanan untuknya. Pas lagi makan, Jinbu teringat sesuatu.


“Sebenarnya, aku sedang mencari orang. Namun, aku hanya tahu namanya. Aku tidak tahu dia dimana, tidak tahu dia bersekolah di mana. Apakah kau bisa membantu?”

“Sebutkan namanya. Aku akan membantumu mencarinya.”

“Li Qingtong,” jawab Jinbu. “Seorang wanita. Agak bodoh,” beritahu Jinbu, ciri-ciri Qintong.

Duan Xiao mengulang nama Qingtong dan merasa tidak asing. “Umur berapa?”

“17 tahun.” jawab Jinbu.


Duan Xiao memberitahu kalau di kelasnya ada siswi yang bernama Li Qingtong.

--



Esok harinya,

Qingtong dan Fan Pang pergi sekolah dengan naik bus. Tapi, pas mau turun dari bus, belum juga turun, pintu bus tiba-tiba menutup dan menjepit kepala Qingtong. Sontak, Qingtong berteriak keras meminta tolong. Fan Pang juga panik, berteriak menyuruh supir berhenti karna ada yang terjepit. Orang-orang di sekitar sana juga ikutan lari sambil berteriak memberitahu supir.



Untung supir mendengar teriakannya dan langsung berhenti. Qingtong berhasil selamat. Bus juga langsung pergi gitu aja tanpa bilang maaf. Qingtong baik-baik aja, tapi malunya itu lhooooo. Mereka berdua nggak terima sama bus yang pergi gitu aja, jadi mereka mengejarnya sambil berteriak menyuruh minta maaf.


Tiba-tiba saja, seseorang menarik tangan Qingtong. Orang itu adalah Li Jinbu.

“Li Qingtong?” panggil Jinbu, memastikan.


“Siapa kau?”


“Ayahmu bernama Li Wusi, ibumu Liu Fengxia.”

“Bagaimana kau tahu?”

“Ini benar kau?”

“Siapa kau?!” teriak Qingtong.


 

1 Comments

Previous Post Next Post