Sinopsis C-Drama
: I Don’t Want to Be Friends with You Episode 02
Episode
02
-Ketika
aku yang membuat keputusan-
Qingtong
heran karna seseorang tiba-tiba muncul di depannya dan tahu nama kedua
orangtuanya. Fan Pang yang baru sadar kalau Qingtong udah nggak ikut lari
ngejar bus, langsung balik dan menanyakan siapa Jinbu, dengan nada galak.
Saking semangatnya, dia sampai menabrak Qingtong hingga terjatuh. Qingtong
kesal karna Fan Pang menabraknya. Tapi, Fan Pang beralasan kalau dia hanya
ingin menakuti Jinbu saja.
Melihat
wajah Fan Pang, Jinbu merasa tidak asing. Dia ingat kalau Fan Pang adalah Ibu
angkatnya.
“Fan
Shuishui?” panggil Jinbu. “Fan Pang!” peluk Jinbu dengan erat.
Fan
Pang melepaskan pelukannya dan menanyakan siapa Jinbu?! Dia juga menyuruh Jinbu
untuk tidak macam-macam dengannya karna kalau dia udah mulai menghajar orang,
orang yang di hajar nggak akan bisa menang!
“Dari
dulu kau begitu gemuk, ya,” komentar Jinbu.
Fan
Pang marah di sebut gemuk. Tapi, Qingtong malah ketakutan. Dari cara
bicarannya, Jinbu seperti mengenal mereka. Dia juga mengenal nama ayah dan
ibunya. Mereka berdua curiga kalau Jinbu adalah sindikat pedagang manusia.
Lebih baik pergi saja, daripada berurusan dengannya.
“Li
Qingtong! Aku hanya ingin mengetes apakah kau benar-benar setia kawan. Tidak di
sangka, kau melupakanku,” ujar Jinbu.
Alasan
Qingtong mengatakan itu, karna dia teringat cerita ibunya dulu. Ibunya pernah bercerita
kalau punya seorang teman baik bernama Da Hua, saat kecil. Mereka pernah menari
“Zhong Tai Yang.” Sayangnya, Da Hua pindah ke Shenzhen dan mereka jadi putus
komunikasi.
“Zhong
Tai Yang,” ingati Jinbu, menyamar menjadi Da Hua. “Kita di tepi sungai menari
‘Zhong Tai Yang.’ Menari sampai topimu hilang. Apakah kau ingat?”
Qingtong
menatapnya bingung. Dia melihat dari atas sampai bawah, “Da Hua?”
Jinbu
berakting kalau tebakan Qingtong benar. Qingtong bersorak girang dan
memperkenalkan Fan Pang kalau dia adalah Da Hua, temannya yang pindah ke
Shenzhen. Dan tanpa curiga sama sekali, Qingtong dengan Fan Pang percaya
100persen sama Jinbu.
“Dari kecil sudah bodoh. Bicara
apapun, dia langsung percaya,” komentar Jinbu dalam hati.
Keduanya
sangat senang dan memegang tangan Jinbu sambil menanyakan mengenai kota
Shenzhen. Jinbu yang capek menghadapi sikap kekanakkan mereka berdua.
--
Qingtong
membawa ‘Da Hua’ ke rumahnya. Dengan semangat, dia memberitahu ibunya kalau Da
Hua, temannya yang dulu ke Shenzhen sudah pulang. Jinbu terpesona melihat wajah
neneknya sewaktu muda. Dalam hatinya, dia memuji neneknya cukup cantik.
Ny.
Li juga semangat menyambut Jinbu dan menyuruhnya untuk santai karna dia akan
menyiapkan makanan. Qingtong mengajak Jinbu untuk berbincang. Dia membicarakan
Jinbu yang sangat berbeda dengan dulu. Ny. Li menyebut kalau Da Hua jadi makin
cantik. Seingatnya, waktu kecil mata Da Hua itu berkelopak mata tunggal, tapi
sekarang jadi berkelopak ganda. Sangat cantik. Rambutnya juga di potong pendek.
Padahal, dulu, kalau poninya di potong saja, dia akan menangis selama seminggu.
Ny.
Li juga memberikan pir beku untuk Jinbu. Itu kan makanan kesukaan Da Hua saat
kecil dulu. Jinbu mencobanya tapi baru segigit, giginya sudah merasa ngilu. Ny.
Li dan Qingtong tertawa melihatnya.
Qingtong
membawa Jinbu ke kamarnya. Jinbu memperhatikan kamar Qingtong dan iri karna
Qingtong punya kamar sendiri. Qingtong bercerita kalau dulu dia sekamar dengan
neneknya, tapi kemudian neneknya pulang kampung, jadi dia punya kamar sendiri.
Sudah 17 tahun dan akhirnya, dia punya kamar sendiri.
“Kau
sudah ada, tapi aku belum,” cibir Jinbu.
Qingtong
penasaran dengan maksud cibirannya. Jinbu dengan kesal memberitahu kalau dia
tidak punya kamar dan tidur di ruang tamu, sementara ibunya tidur di dalam
kamar. Kalau ayahnya, nggak tahu entah kemana.
“Jadi,
kau kembali kemari untuk mencari ayahmu?” tanya Qingtong.
“Bukan.
Aku datang mencarimu.”
Qingtong
sangat senang karna Da Hua belum melupakannya. Jinbu memanfaatkan rasa senang
Qingtong dengan bilang akan menemani Qingtong selama beberapa hari. Tapi, dia
juga nggak tahu harus tinggal dimana. Tanpa ragu sedikitpun, Qingtong menyuruh
Jinbu untuk tinggal bersamanya saja. Jinbu bisa tidur di kamarnya. Ranjangnya
sangat besar dan pas untuk mereka berdua.
Qingtong
juga langsung menemui ibunya dan meminta untuk mengizinkan Da Hua tinggal
bersama mereka.
--
Malam
hari,
Ny.
Li, Qingtong dan Jinbu makan bersama. Menu makan malam hari ini adalah pangsit.
Ny. Li melihat Jinbu yang mau langsung makan pangsitnya begitu saja, jadi dia
segera menyodorkan cuka + bawang untuk menjadi celupan pangsitnya biar lebih
enak. Dengan cepat, Jinbu langsung bilang kalau dia nggak makan bawah putih dan
jahe.
Pas
itu, Tn. Li pulang dengan membawa paket happy meal. Qingtong beneran senang
dengan paket set anak-anak itu. Jinbu memperhatikan tn. Li dengan lekat. Ini
pertama kalinya dia bertemu langsung dengan kakeknya, karna sewaktu dia lahir,
kakeknya sudah meninggal. Dia hanya pernah dengar dari ibunya kalau kakeknya
adalah laki-laki ganteng sedunia.
tn.
Li baru menyadari ada tamu di rumahnnya. Qingtong memberitahu ayahnya kalau dia
adalah Da Hua, sahabat kecilnya. Ny. Li berkomentar sinis kalau tn. Li tidak
mungkin ingat. tn. Li sok ingat dan dengan pede bilang kalau Da Hua itu yang
pindah ke Rusia kan? Wkwkwk, jelas pindah ke Shenzhen.
Dengan
ramah, tn. Li menanyakan kabar orang tua Da Hua. Ketika lagi bincang sama Da
Hua, ny. Li mengomentari badan tn. Li yang bau alkohol. Dia pasti habis minum.
tn. Li awalnya berbohong kalau dia hanya minum 1 gelas, tapi pada akhirnya dia
jujur kalau dia minum 1 botol. Ny. Li langsung ngamuk. tn. Li memanfaatkan Da
Hua untuk meredam kemarahan istrinya. Kan malu kalau mereka ribut di depan
tamu.
Walau
tn. dan ny. Li ribut, tapi Jinbu bisa merasakan kehangatan keluarga Li.
--
Duan
Xiao cemas menunggu Jinbu yang belum pulang juga. Sekalinya menelpon, Jinbu
bilang kalau dia sudah ketemu sama Qingtong dan mulai hari ini akan tinggal di rumah Qingtong. Dan juga,
tolong sampaikan pada Kak Mudan (ibu Duan Xiao) kalau dia akan mampir besok.
Duan
Xiao beneran kelihatan kecewa.
--
Selesai
makan malam, saatnya nonton TV. Qingtong dan Ny. Li rebutan remote karna mereka
mau nonton drama tv yang berbeda. Dan sudah bisa di tebak, Qingtong kalah sama
ibunya. Untuk menghibur, tn. Li memberikan Qingtong dan Jinbu minuman soda. Ny.
Li langsung memarahinya karna tidak baik minum terlalu banyak soda.
tn.
Li mulai menanyai mengenai nama asli Da Hua. Dengan refleks, Jinbu memberitahu
namanya : Li Jinbu. Qingtong kaget karna kan nama asli Da Hua adalah Yang
Fanghua. Jinbu berbohong kalau dia udah ganti nama dan marga. Ayah dan ibunya
udah cerai dan dia ikut marga ibunya sekarang.
Ny.
Li yang lagi asyik nonton, langsung kepo. Dia mau tahu alasan orangtua Dahua
bercerai, soalnya kan dulu, mereka pergi ke Shenzhen untuk berbisnis, kok malah
jadi cerai. Dan seingatnya dulu, hubungan orang tua Dahua sangat baik.
Jinbu
bingung menjelaskannya. Tapi, waktu melihat wajah Qingtong, dia langsung bilang
kalau ibunya yang bermasalah. Ibunya itu tidak bisa diandalkan, tidak
bertanggung jawab, setiap hari bertengkar dengannya, tidak peduli padanya dan
selalu punya pendapat berbeda dengannya. Intinya, ibunya yang bermasalah.
“Bagaimana
bisa ibumu begitu? Tidak bertanggung jawab,” komentar Qingtong, tanpa
mengetahui kalau Jinbu membicarakan dirinya di masa depan kelak.
tn.
Li tidak setuju dengan Jinbu dan Qingtong. Menurutnya, mereka masih anak-anak,
jadi tidak mengerti. Mereka belum jadi orangtua, makanya tidak tahu susahnya
jadi orangtua. Ny. Li setuju dengan suaminya.
ny.
Li kemudian nanya serius, apa ibu Jinbu tahu dia kemari? Jinbu bohong kalau
ibunya tahu. Qingtong dengan baiknya malah nawarkan diri kalau nanti ketemu sama
Ibu Jinbu, akan menyuruhnya untuk bersikap baik. Ny. Li menegur Qingtong untuk
tidak usah mencampuri urusan orang tua. Ny. Li juga menyuruh Jinbu untuk tidak
usah tinggal di hotel lagi dan tinggal saja di sini.
Udah
ngasih nasehat bagus, Ny. Li tiba-tiba saja menelpon ke tetangga dan mulai
bergosip mengenai keluarga Dahua. Dia memberitahu kalau keluarga Dahua yang
waktu itu pindah ke Shenzhen, sekarang udah cerai. tn. Li yang mendengar
istrinya mau gosip, langsung mematikan telepon. Dia menegur Ny. Li yang
bersikap tidak sopan karna menyebarkan masalah keluarga orang lain bahkan di
saat si anak dari keluarga itu lagi ada di sini. Ny. Li merasa tindakannya
tidak salah karna Jinbu yang bercerita sendiri dan juga dia kan hanya ingin
memperingati yang lain sebagai pelajaran. tn. Li tidak peduli dan menyeret ny.
Li ke kamar untuk bicara.
“Hua.
Aku tidak tahu kau begitu kasihan. Tenang saja. Aku akan menjagamu dengan
baik,” ujar Qingtong, tulus.
Jinbu
hanya diam dan menatap Qingtong. Dia sama sekali tidak pernah menyangka akan
bertemu Ibunya yang berusia 17 tahun. Dia juga bertemu dengan kakek dan
neneknya.
“Mereka
hidup di depanku seperti ini. Jika.. ini adalah mimpi, aku ingin bangun lebih
lama. Itu karna, ada keluarga yang hangat sangat membuat orang iri.”
--
Esok
harinya,
Hari
ini adalah hari pembagian hasil ujian matematika. Qingtong mendapat nilai 20,
sementara Fan Pang mendapatkan nilai 27.
“Bagaimana
bisa kau dapat nilai bagus?” tanya Qingtong, takjub.
“Di
dunia ini, hanya kau yang bisa mengatakan hal ini,” balas Fan Pang. (Ya iyalah,
dia cuma dapat nilai 27, tapi Qingtong malah bilang dia dapat nilai bagus).
“Terakhir
hanya sepuluhan, sekarang sudah hampir 30. Siapa yang kau contek?”
Wkwkwk.
Fan Pang tidak memberitahu dan menyuruh Qingtong untuk diam dan melupakan nilai
ujiannya saja. Qingtong setuju dan memilih menganggap kalau tidak ada ujian
apapun.
Fan
Pang mengalihkan topik dengan membahas Jinbu. Dia kepo karna sekarang kan bukan
masa libur, tapi Jinbu tidak sekolah. Apa Jinbu putus sekolah? Qingtong
memberitahu kalau orang tua Jinbu udah cerai dan ingin Jinbu kuliah di luar
negeri. Dan Jinbu kemari khusus menemuinya.
Duanxiao
yang duduk tidak jauh dari mereka, jadi ikutan kepo saat mendengar mereka
membahas Jinbu. Dengan perlahan, dia mendekat sambil menanyakan rasa snack yang
di makan Fan Pang. Udah itu, dia baru nanya, apa Jinbu sekarang tinggal di
rumah Qingtong? Qingtong balas nanya, darimana Duanxiao kenal? Duanxiao
menjelaskan kalau koper Jinbu hilang dan tidak punya uang, jadi ibunya menyuruh
Jinbu tinggal di hotelnya.
“Oh,
dia tinggal di hotelmu. Kak Mudan sangat baik. Aku akan berterimakasih
dengannya,” ujar Qingtong.
Duanxiao
masih penasaran, apa Jinbu tinggal di rumah Qingtong? Emangnya cukup? Dengan
cuek, Qingtong menjawab cukup dan juga Qingtong kan tidur di kamarnya. Kamarnya
cukup luas untuk mereka berdua.
Fan
Pang yang tertarik pada Duanxiao, mengajaknya untuk merayakan tahun baru
bersama. Dia juga sudah memikirkan hadiah untuk Duanxiao. Mereka kan akan menyambut
tahun kelipatan seribu, abad baru. Dan hal itu cuma terjadi sekali seumur
hidup.
“Memang
harus menyiapkan hadiah,” ujar Duanxiao, menerawang dan langsung pergi.
Fan
Pang sangat girang mendengarnya. Dia mengira Duanxiao akan memberikan hadiah
untuknya.
--
Begitu
pulang sekolah, Duanxiao langsung terburu-buru pergi. Sepertinya, dia mau cari
hadiah tahun baru.
--
Jinbu
akhirnya sakit juga setelah kedinginan selama beberapa hari ini. Dia pilek.
Qingtong membawakan obat untuknya dan berharap Jinbu segera sembuh agar mereka
bisa merayakan tahun baru bersama. Dia sudah membuat janji dengan
teman-temannya dan Jinbu harus ikut.
Jinbu
tidak mau ikut. Dia kan nggak mengenal teman Qingtong, jadi akan sangat aneh
kalau dia ikut. Qingtong dengan santai menyuruhnya untuk ikut dan berkenalan
saja. Lagipula, semua temannya adalah orang yang supel. Setelah di bujuk sama
Qingtong, Jinbu akhirnya mau ikut.
Jinbu
melihat salju yang turun dari jendela dan berkomentar kalau salju di Tieyuan
sangat lebat. Qingtong balas berkomentar kalau setiap tahunnya kan memang
begini.
--
Esok
hari,
Duanxiao
masih bersikap sangat aneh dengan Qingtong. Bukan aneh yang gimana, hanya saja,
dia bersikap sok akrab. Qingtong beneran terheran-heran melihat tingkahnya.
Tapi, Fan Pang mengira kalau Duanxiao sedang berusaha mendekatinya.
--
Saat
tiba di rumah, Qingtong langsung teriak nyari Jinbu (Btw, dia manggilnya masih
Dahua). Ny. Li yang ada di dapur, langsung keluar dan menyuruhnya untuk tidak
berisik. Alasannya, karna Jinbu baru saja tertidur usai minum obat demam.
Eh,
yang tidak di duga, Duanxiao malah datang berkunjung. Mau tidak mau, Qingtong
yang menemani. Ny. Li juga sangat baik karna dia menyuruh Duanxiao untuk makan
saja di rumahnya. Dia akan membuatkan makanan enak. Tanpa sungkan, Duanxiao
setuju.
Duanxiao
tampaknya mau ketemu sama Jinbu karna dia terus melihat ke sekeliling rumah.
Masalahnya, dia nggak mau jujur. Qingtong nanya alasan Duanxiao datang.
“Ada
soal matematika yang mau ku tanya padamu,” jawab Duanxiao.
Qingtong
yang lagi minum sampai tersedak. “Nilai ujianmu 85, nilaiku 20, kau bertanya
soal matematika padaku?”
“A..a…
mungkin kau bisa?”
“Tidak
mungkin!”
Duanxiao
nggak hilang akal. Dia malah nyuruh Qingtong ngasih tahu soal mana yang dia
nggak bisa dan dia akan mengajarinya. Qingtong jelas menolak karna dia udah
pulang sekolah, dia nggak mau lihat PR. Dia mau nonton TV saja.
Duanxiao
berusaha banget biar nggak di usir. Saat Qingtong buka tv, Duanxiao langsung
nunjuk asal mau nonton saluran tv itu. Walau dia nggak tahu judul dramanya,
tapi dia sangat penasaran dengan episode selanjutnya. Dan juga, Ny. Li kan udah
bilang mau masak untuknya, jadi dia akan menunggu. Dengan santai, dia menyuruh
Qingtong untuk tidak mempedulikannya karna dia bisa menghabiskan waktu sendiri
dengan nonton tv.
--
Duanxiao
udah selesai makan. Tapi, Jinbu masih belum keluar juga. Qingtong nggak tahu
alasan Duanxiao datang untuk nyari Jinbu, jadi dia mengusir Duanxiao pulang.
Kan Duanxiao udah selesai nonton drama tadi dan juga udah makan, kenapa nggak
mau pergi juga? Duanxiao beralasan mau nonton lanjutan drama tadi. Qingtong
udah mau nangis dengarnya karna stasiun tv juga butuh istirahat.
Akhirnya,
Duanxiao nyerah. Dia pamit pulang.
Pas
sekali, dia mau pergi, Jinbu keluar kamar. Duanxiao langsung senyum lebar dan
sok akting baru ingat kalau Jinbu tinggal di rumah Qingtong.
“Karna
kebetulan bertemu, aku tidak perlu cepat pulang,” ujar Duanxiao santai dan
meletakkan balik tasnya di sofa.
Baik
Jinbu maupun Qingtong sangat heran dengan sikap aneh Duanxiao.
Masalahnya,
udah sampai malampun, Duanxiao tetap saja tidak mau ngasih tahu maksud
kunjungannya. Dia malah membahas ranjang kamar Qingtong yang kecil, apa mereka
bisa tidur? Padahal, ranjang itu cukup untuk dua orang.
Setelah
sekian lama dan tidak tahu mau basa basi macam mana lagi, Duanxiao baru meminta
Qingtong keluar kamar bentar dan memberikannya waktu berdua untuk bicara sama
Jinbu. Hm, lebih tepatnya, dia mendorong Qingtong keluar kamar dan langsung
menutup pintu.
Begitu
tinggal berdua, Duanxiao membungkuk 90derajat pada Jinbu. Tujuannya datang
adalah untuk meminta maaf pada Jinbu karna dulu sudah bilang Jinbu gila,
penjahat dan pencuri. Semua salahnya karna sudah memperlakukan Jinbu dan bicara
tidak pantas padanya.
“Aku
berharap, kita bisa melupakan kejadian itu,” ujar Duanxiao.
“Bukankah
hari itu sudah diselesaikan? Terlebih lagi, aku juga tidak marah.”
Duanxiao
beralasan kalau waktu itu permintaan maafnya tidak formal. Jadi, dia membelikan
hadiah sebagai permintaan maaf. Duanxiao mengeluarkan hadiahnya yang di
simpannya di dalam tas. Dia menyerahkan hadiah itu sambil berujar kalau Jinbu
tidak perlu merasa tertekan dengan hadiahnya dan anggap saja sebagai hadiah tahun
baru. Hadiah yang di berikan Duanxiao adalah syal. Dia tahu kalau Jinbu takut
dingin, jadi dia membelikan syal yang paling tebal dan hangat.
“Kau
beli sendiri?”
“Ada
khusus pergi ke toko dan pilih. Toko paling bagus di Tieyuan. Kau harus
menerimanya. Jika tidak, kau tidak menerima permohonan maafku.”
“Kau
sudah bilang begitu, jadi aku terima.”
Sebagai
peresmian kalau mereka sudah berbaikan, Jinbu mengajak Duanxiao untuk salaman.
Baru juga salaman, Duanxiao udah grogi dan bahagia. Setelah itu, dia langsung pamit
pulang.
Qingtong
penasaran karna saat dia masuk tadi, Jinbu dan Duanxiao sedang salaman. Jinbu
tidak menjelaskan panjang lebar, hanya bilang intinya kalau sebelumnya mereka
ada kesalahpahaman tapi hari ini sudah diselesaikan. Qingtong melihat kotak
hadiah Duanxiao dan langsung membukanya.
Isinya
syal warna pink. Tanpa malu, Qingtong malah mencobanya macam punya sendiri.
--
Hari
ini adalah malam tahun baru. Dan bukannya fokus belajar, Qingtong dan Fan Pang
malah asyik bermake-up.
Duanxiao
juga malah bergoisp sama sahabatnya, Mao Yingjian, kalau dia sudah bersalaman
dengan Jinbu. Da Mao kaget dan memarahinya karna malah bersalaman sama pencuri.
Duanxiao malah marah dan menyuruh Da Mao tidak sembarang bicara. Duanxiao
menyebut Jinbu sebagai gadis yang baik.
--
Malam
hari,
Qingtong,
Fang Shuishui (panggilannya : Fan Pang) dan Jinbu pergi keluar untuk menyambut
tahun baru bersama teman-teman lainnya. Qingtong dan Fan Pang juga udah pede
dengan make-up yang mata mereka pakai.
Eh,
sayangnya, di mata orang lain, make-up mata mereka terlihat seperti mereka
habis dipukuli orang. Yang bilang begitu adalah teman sekelas Qingtong dan Fan
Pang, Wang Xiaomin. Dia memperkenalkan dirinya pada Jinbu dan memberitahu nama panggilannya
adalah Badan (bajingan).
Tidak
lama, Duanxiao dan Da Mao ikut bergabung dengan mereka.
--
Mereka
makan di sebuah kedai BBQ. Dengan sombong, Badan menyuruh semuanya untuk
memesan sepuasnya karna dia yang akan mentraktir. Qingtong mengejeknya kalau
mau traktir harusnya di restoran besar. Badan beralasan kalau di kedai ini,
mereka bisa makan lebih akrab dan juga lebih enak.
Semua
mulai makan. Di tengah-tengah acara makan, Fan Pang mengeluarkan hadiahnya dan
memberikannya pada Duanxiao. Hadiahnya
adalah Pulpen Amerika, pemberian bibinya. Duanxiao menolak menerimanya karna
harganya pasti sangat mahal. Fan Pang berkata kalau harganya nggak mahal, cuma
5 dollar. Duanxiao tetap tidak mau menerimanya.
“Tidak
apa, terima aja. Lagipula, kau juga ada hadiah untukku,” ujar Fan Pang.
“Hadiah?
Kapan aku bilang begitu?” tanya Duanxiao.
Qingtong
langsung tersadar. Duanxiao kan nggak pernah bilang kalau hadiahnya untuk Fan
Pang. Fan Pang beneran malu. Badan dengan santai meminta hadiah Fan Pang. Fan
Pang menolak karna Badan juga nggak pernah belajar, untuk apa dapat pena.
Qingtong
mengalihkan topik dengan mengajak semuanya untuk membuat harapan tahun baru.
Harapan Qingtong dan Badan sama persis : nilai ujian tidak jelek. Libur
selamanya. Bermain tiap hari.
Da
Mao membuat harapan kalau tahun depan, dia harus memenangkan kejuaraan liga
bola basket sekolah. Da Mao yakin kalau harapan Duanxiao sama dengannya.
Duanxiao membantah karna sekarang dia punya harapan baru. Semua penasaran
dengan harapannya, tapi Duanxiao tidak mau memberitahu dan hanya terus menatap
Jinbu.
Fan
Pang membuat harapan kalau tahun depan mereka tetap bisa menghabiskan tahun
baru bersama.
Sementara
Jinbu, dia tidak mempunyai harapan apapun.
--
Selesai
makan, mereka bermain di taman. Bermain kembang api. Semuanya tampak bahagia.
Saat
itu, terdengar suara penjual tanghulu. Kali ini, Duanxiao yang mentraktir
mereka. Penjual Tanghulu memberitahu kalau hari ini adalah malam tahun baru,
jadi dia akan memberikan kantong jimat gratis pada semua yang membeli Tanghulu.
Semua orang dapat satu kantong jimat gratis.
“Di
dalam setiap kantong jimat ini terdapat tulisan. Pulang ke rumah, baru buka.
Jika dilihat orang, tidak ampuh lagi,” ujar si bapak penjual sambil menyerahkan
kantong jimat pada Jinbu.
--
Begitu
tiba di rumah, Qingtong langsung membuka kantong jimatnya. Isinya sebuah kertas
dengan tulisan : Belajar giat, tingkatkan
setiap hari.
“Tidakkah
kau merasa Paman penjual Tanghulu sedikit aneh,” tanya Jinbu. “Suaranya seperti
pernah dengar.”
Qingtong
merasa kalau paman tadi tampak baik. Dia juga penasaran dengan isi kantong
jimat Jinbu, jadi dia langsung mengambilnya dari tangan Jinbu dan membukanya.
Di saat itu, Jinbu langsung teringat pesan si paman tadi untuk tidak membiarkan
orang lain melihat isi kantong jimatnya. Jadi, dia merebut kantong jimatnya
dari tangan Qingtong dan langsung lari ke kamar mandi.
Isi
dari kantong jimatnya adalah kertas bertuliskan : Pikirkan dengan baik, Li Jinbu. Apa yang bisa kau lakukan?
(suara
si paman penjual sama dengan suara si penelpon yang memberitahu kalau dia
kembali ke masa 20 tahun yang lalu).
Isi
dari pesan itu, membuat Jinbu menyimpulkan kalau dia bisa merubah Li Qingtong
menjadi lebih baik, mungkin masa depannya akan lebih baik.
Karna
itu juga, Jinbu mulai bertekad mau mengajari Qingtong belajar.
Tentu
saja, orang tua Qingtong sangat senang karna akhirnya, ada juga yang mau
membantu Qingtong belajar. tn. Li bahkan sangat bangga melihat Qingtong yang
serius belajar. Sayangnya, kesenangan kedua orang tua Qingtong, berbanding
terbalik dengan Qingtong. Dia merasa tersiksa harus belajar. Di tambah lagi,
waktu dia merengek sama orang tuanya, orang tuanya malah lebih mendukung Jinbu.
“Kau
ini sebenarnya kenapa? Apa kau sakit? Kau mulai gila, ya. Kalau tidak kuantar
ke rumah sakit.”
Jinbu
langsung memarahinya. (Ini karna Jinbu mau balas dendam. Kelak, saat Qingtong
menjadi ibunya, Qingtong selalu memarahinya. Jadi, dia ingin membalasnya
sekarang.)
“Kuberi
tahu ya. Selama aku di sini, akan aku awasi kau belajar. Aku mau kau masuk ke
universitas yang bagus. Lalu, menjadi Li Qingtong yang baru. Mengerti?”
“Hua.
Haruskah kita diskusi apakah kau harus pulang? Menurutku, ibumu pasti khawatir.”
“Tidak.
Dia tidak khawatir. Aku dan ibuku memiliki ikatan hati. Kau mau mengerjakan
soalnya atau tidak? Jika tidak, kupanggil Bibi,” ancam Jinbu.
Qingtong
ketakutan dan akhirnya mulai belajar setengah hati.
--
SMA Tieyuan Tiga,
Diam-diam,
Jinbu datang ke sekolah untuk mengawasi Qingtong belajar. Waktu dia masuk
gedung sekolah, penjaga di depan pintu lagi nggak ada di tempat. Tapi, pas dia
mau keluar, penjaganya udah balik dan menanyakan identitas Jinbu. Jinbu nggak
berani bilang kalau dia penyusup, jadi dia berbohong kalau dia murid kelas 2
yang lupa membawa PR dan di suruh guru pulang menjemput PR-nya. Petugas nggak
percaya dan menyuruh Jinbu untuk pergi meminta surat izin keluar dari guru.
Terpaksa,
Jinbu masuk lagi ke dalam dan bersembunyi di toilet wanita.
Sementara
itu, di toilet pria, tiga orang siswa sedang membully seseorang.
Saat
itu, bel tanda istirahat udah bunyi. Jinbu langsung keluar toilet. Dan tanpa
sengaja, mendengar seseorang memanggil nama salah seorang pembully itu : Chen
Junhe.
Nama
itu terdengar tidak asing.
Flashback
Jinbu pernah bertanya dengan Ibu
angkatnya, Fan Pang, mengenai seseorang bernama Chen Junhe. Saat itu, Fan Pang
bilang kalau Chen Junhe adalah teman SMA-nya, tapi bukan orang penting.
Alasan Jinbu menanyakan nama itu
adalah karna dia menemukan buku pernikahan ibunya dengan Chen Junhe. Makanya,
dia mau tahu apakah Cheng Junhe adalah ayahnya dan kenapa mereka bercerai saat
dia berumur 3 bulan? Apa dia selingkuh? Saat itu, Qingtong tidak mau menjawab
semua pertanyaannya.
End
“Sudah 17 tahun! Akhirnya, aku
menemukanmu!
Dengan
dendam yang sudah menumpuk di dalam hatinya selama ini, Jinbu langsung masuk ke
dalam toilet pria dan menendang wajah Junhe.
“Pria
brengsek!! Bangun!” teriaknya.
Anak
buah dan siswa yang di bully benar-benar kaget karna seorang gadis tiba-tiba
masuk dan menendang Junhe, preman sekolah.