Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 08 part 1

Sinopsis Dorama : Cursed in Love Episode 08 part 1




Tanggal 11 Desember

Kabar mengenai Nao dan Tsubaki yang harus melakukan tanding demi menjadi pewaris Kogetsu-an sudah tersebar. Para staff dapur jadi heboh karna kan katanya yang bisa mewarisi Kogetsu-an hanyalah orang yang berhubungan darah. Pak Tomioka jadi menduga kalau gosip mengenai Tsubaki bukan cucu asli Sojyuro adalah benar, makanya, dia tidak bisa mewarisi dapur. Tapi, kenapa lawannya Nao? Pak Yamaguchi tidak mau mereka semakin bergosip lagi, berujar kalau ini adalah perintah Master, jadi mereka hanya bisa mematuhi.


Tidak lama kemudian, Tsubaki datang ke dapur unutk membuat manisan.



Flashback

Sojyuro bicara berdua dengan Tsubaki. Dia meminta tolong Tsubaki untuk mengambilkan foto para tetua yang terpanjang di dinding. Di balik pigura foto itu, di sanalah tersimpan surat wasiatnya. Untuk membuktikan keseriusan perkataannya, Sojyuro membakar surat wasiat itu di depan Tsubaki.

Sojyuro juga berujar kalau tindakannya menentang adat turun temurun Kogetsu-an adalah hal yang tidak termaafkan. Walau begitu, kakek tetap melakukannya demi keadilan bagi Tsubaki dan Nao.

End

Hal ini membuat Tsubaki semakin bertekad untuk bisa menjadi pewaris Kogetsu-an dan membuat Kogetsu-an semakin bersinar.

--



Demi menyiapkan diri mengikuti perlombaan dengan Tsubaki, Nao menutup tokonya. Dia ingin fokus membuat manisan sempurna untuk Sojyuro. Nao merasa waktunya tidak banyak lagi, karna 20 hari lagi sudah malam tahun baru.


Padahal, Nao sudah membuat banyak sekali manisan, tapi dia tidak kelihatan puas. Nao sangat ingin menang. Nao bilang pada Takigawa kalau ini juga demi membalas kebaikan Takigawa. Tapi, Takigawa menekankan kalau Nao melakukan inipun demi Tsubaki. Nao langsung terdiam, karna memang itu alasannya.


Walau masih punya perasaan pada Tsubaki, Nao berusaha mengeyahkannya. Apalagi saat mengingat Kyoko bilang kalau Shiori hamil anak Tsubaki.

--


Kyoko benar-benar licik. Dia bersikap sangat baik pada Kakek dengan mengantarkan makanan dan minuman ke kamar Sojyuro. Dia bahkan berdusta berharap kesembuhan Kakek. Sayangnya, semua akting yang di lakukannya itu percuma karna Sojyuro tahu watak asli Kyoko.

“Pergi! Aku tidak akan memakan yang kau hidangkan,” usir Sojyuro.


Kyoko tidak senang mendapat pengusiran itu. Dia malah mengungkit mengenai Nao yang adalah putri dari wanita yang sudah membunuh Itsuki. Sojyuro tidak peduli dengan hal itu. Dia mengucapkan kembali syarat yang akan menjadi pewaris Kogetsu-an adalah orang yang menyajikan manisan lezat. Itu hal sederhana dan sangat jelas.

“Aku telah mencampakkan segalanya dan mempersembahkan hidupku demi toko ini! Jika nanti Tsubaki tidak menang…”

“Tak peduli segala protesmu, aku takkan berubah pikiran,” tegas Kakek.

--


Pak Mizoguchi mendapat telepon dari Kyoko yang memberitahukan adanya kontes menentukan pewars Kogetsu-an. Mizoguchi bilang padanya, kalau Kyoko nantinya membutuhkan bantuan, bisa memberitahunya.

Sebenarnya, saat Kyoko menelpon, pak Mizoguchi sedang melihat artikel berita yang mengunkit kasus pembunuhan 18 tahun lalu. Entah kenapa, wajahnya terlihat cemas.


Sementara itu, Kyoko masih sangat kesal karna Tsubaki harus di test dengan bersaing dengan Nao. Saking kesalnya, dia bergumam seperti ini : “Padahal sebentar lagi, balas dendamku akan tuntas!”

 --


Shiori tidak fokus bekerja karna memikirkan saat Tsubaki menolaknya dan menunjukkan sikap yang sangat berbeda dengan Tsubaki yang di kenalnya. Saat itu, seorang pelanggan menanyakan pada manisan yang di sebut Nankin. Shiori kebingungan karna tidak tahu manisan mana yang di sebut Nankin.


Untungnya, ada Jojima yang lagi mengantarkan kue dari dapur. Jadi, dia membantu Shiori dengan menunjukkan kue berbentuk bulat warna kuning. Nama manisan itu adalah Kabocha Manju tapi di sebut juga Nankin. Ada mitos yang bilang, keberuntungan akan bertambah jika memakan sesuatu yang berakhiran ‘n’, makanya di sebut nankin.

--


Setelah pelanggan itu pergi, Shiori menemui Jojima dan meminta maaf karna tidak mengenal nama manisan. Jojima tidak mempermasalahkan dan malah menyarankan Shiori untuk istrirahat. Itu karna dia mendengar pembicaraan waktu itu, mengenai Shiori yang hamil. Jojima jadi merasa bersalah dan meminta maaf karna sudah bicara begitu padanya (bahwa Tsubaki tidak akan pernah menjadi milik Shiori), padahal ternyata hubungan Tsubaki dengan Shiori sudah sejauh itu. Dia menundukkan kepala dalam-dalam sebagai permintaan maaf.  Jojima juga memberikan ‘nankin’ pada Shiori.

“Tidak perlu meminta maaf,” ujar Shiori dan mulai menangis.


Jojima kaget. Shiori malah bercerita kalau dia tidak kurang menyukai manju. Dia selalu saja memikirkan apakah manju yang di dapatkannya mempunyai isi atau tidak. Waktu kecil, dalam manju yang di berikan ayahnya, tidak ada isinya. Padahal, punya saudaranya semuanya berisi. Hanya dia saja yang mendapatkan manju sial.

“Aku tidak pernah melakukannya. Aku sedang tidak hamil,” jujur Shiori.

Jojima hanya mampu terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa.

--




Nao masih berkutat dengan manisan. Dia masih merasa tidak puas dengan manisan yang di buatnya. Di saat dia mencari bahan yang kurang untuk manisannya, sebuah bahan berwarna merah menarik perhatiannya. Sayangnya, traumanya terhadap warna merah, membuatnya tidak sanggup melakukannya.



“Nao! Nao!” terdengar suara seorang wanita memanggil namanya.

Ketika Nao berhasil mengatur nafasnya kembali, sekelilingnya tiba-tiba menjadi gelap. Dan sosok yang memanggil namanya adalah Yuriko, ibunya. Yuriko tersenyum pada Nao.


Tapi, sebuah bunga kamelia tiba-tiba terjatuh dan warna merahnya mulai menyebar. Dari warna merah yang tersebar, terjadi badai kelopak bunga kamelia. Badai itu menyeret tubuh Yuriko menjauh. Yuriko berteriak ketakutan meminta tolong pada Nao.


“Mama!!!” teriak Nao dan terbangun dari mimpi buruknya.

Hari sudah pagi.

--


Bukan hanya Nao yang mengalami mimpi buruk, tapi juga Tsubaki. Dia terbangun dan menatap kedua tangannya. Baru saja, dia memimpikan masa kecilnya, saat mendapati ayahnya bersimbah darah dan sebelah pisau berada di samping tubuh ayahnya.

Waktu itu, saat Tsubaki berbalik, dia melihat sesuatu yang membuatnya sangat terkejut. Masalahnya, Tsubaki sekarang tidak ingat apa yang dia lihat saat itu.

--



Jojima pergi ke kamar Shiori untuk memberikan sebuah manju berwarna putih. Shiori berterimakasih dan mencoba manju itu. Kosong. Tidak ada isinya.


Jojima memberitahukan kalau manju itu bernama Karukan. Agar gigi anak tidak berlubang, Banyak orangtua yang meyediakan manju padat. Jadi, apa Shiori yakin kalau manju yang dimakannya saat kecil dulu adalah manju sial? Terkadang, ada sesuatu yang tak bisa diketahui dari luar. Yakni,cinta yang dipersembahkan di bagian dalam.

Ucapan Jojima jadi membuat Shiori teringat dengan ayahnya yang walau bersikap dingin, tapi peduli padanya.


“Aku selalu mengharapkan. Berharap dicintai. Berharap di akui. Namun, Nao…,” ujar Shiori dan teringat saat Nao memohon padanya agar membujuk Tsubaki untuk operasi mata. Nao peduli pada Tsubaki, namun, tidak mengharapkan apapun.

“Aku butuh bantuan darimu,” ujar Shiori.

--


Nao sangat panik karna tidak ada satupun manisan yang sesuai dengan keinginannya. Dia ingin membuat isian yang lebih manis, dsb. Karna terlalu keras bekerja, Nao sampai kelelahan dan sulit berdiri. Takigawa sangat khawatir dan menyuruhnya untuk istirahat sejenak, Tapi, Nao tidak mau. Dia sangat bingung dengan manisan apa yang harus di buatnya. Manisan yang bisa menggetarkan hati Master. Dia tidak punya kenangan apapun dengan Kakek. Jadi, dia harus bagaimana?


Karna kepanikannya, asma Nao sampai kambuh. Takigawa menyuruhnya untuk duduk dulu dan memenjamkan matanya. Walau bingung, Nao menuruti perintah Takigawa. Dia menutup matanya  dan menarik nafas dalam-dalam.


“Tercium aroma jeruk,” ujar Nao.


Dan benar! Takigawa menyodorkan jeruk yang diberikan pelanggannya barusan. Nao berterimakasih atas bantuan Takigawa. Dia juga berujar kalau dia merasa takut membuat manisan. Ini pertama kalinya dia merasa seperti ini. Padahal, manisanlah yang selalu menyelamatkannya selama ini.


“Benarkah? Aku sangat lega. Ternyata kau juga manusia biasa. Sesekali kau boleh mengeluh. Sekalipun kau mewarisi Kogetsu-an atau terus membuka Hanagasumi dan andai kau berhenti memubat manisan, kau tetaplah kau. Tiada yang berubah. Makanya, percayalah pada dirimu dan buatlah manisan yang kau yakini,” nasehat Takigawa. “Hei, Nao. Kala impianmu terkabul, dan semuanya telah berakhir, ku ingin kau menikah denganku.”


Nao sangat terkejut dengan lamaran Takigawa yang tiba-tiba.

--



Tsubaki berjalan-jalan sendirian di sore hari. Penglihatannya semakin memburuk. Dia tiba-tiba saja merasa sakit di matanya dan tidak bisa melihat. Dia juga tanpa sengaja bertabrakan dengan Yuko.

--


Takigawa menjelaskan alasannya melamar Nao. Dia merasa takut membayangkan Nao menghilang dari sisinya. Jadi, dia tidak mau menyerahkan Nao pada siapapun. Dia tahu kalau dia pasti membuat Nao terkejut. Tapi, dia meminta Nao untuk tidak memikirkan ucapannya barusan dan fokus saja untuk menang melawan Tsubaki.


Saat itu, mereka kedatangan tamu. Jojima dan Shiori.

--


Yuko membawa Tsubaki mampir ke tokonya. Dia masih bersikap sangat ramah pada Tsubaki.

“Kau sudah tahu kan, kalau aku bukanlah ibu aslinya Nao,” ujar Yuko.

“Pasti dia yang meminta tolong padamu? Sehingga dia bisa merebut Kogetsu-an dariku,” duga Tsubaki.

“Kau bicara apa? Bukan begitu.”


“Identitasnya ketahuan, dan dia menghilang sejak kebakaran itu.”

Yuko jadi kesal mendengar dugaan Tsubaki yang menilai Nao secara negatif. Tanpa sadar, Yuko jadi mengeraskan suaranya.

“Kau… beneran nggak tahu apapun ya? Dia itu… hamil… anakmu,” beritahu Yuko.

Tsubaki sangat terkejut. Dia tidak tahu sama sekali.

--


Shiori, Jojima and Nao bicara sementara Takigawa menunggu di dapur. Shiori jujur kalau tidak terjadi apapun antara dirinya dengan Tsubaki. Dan juga, saat kebakaran 3 tahun yang lalu, Tsubaki mencoba menepati janji kepada Nao.



Flashback

Saat itu, saat Shiori berhasil menyelamatkan Tsubaki, di tengah kesadaran yang semakin menipis, Tsubaki berujar : “Nao. Aku harus kembali. Aku harus kembali ke tempat Nao.”

Dan berita mengenai Tsubaki yang menyelamatkan peralatan warisan toko, itu salah.




Di hari itu, saat pemadam kebakaran berhasil masuk, Shiori melihatnya. Dia melihat Kyoko yang berlari keluar dari ruang teh sambil membawa kotak peralatan itu.

--


Dan ketika di rumah sakit, saat Tsubaki masih belum sadar, Shiori juga melihat berita itu. Dia terkejut karna yang menyelamatkan kotak itu adalah Kyoko, tapi Kyoko berbohong pada wartawan kalau Tsubaki yang melakukannya.


Saat dia hendak menanyakan itu pada Kyoko, Kyoko memberitanda agar dia tutup mulut.

“Tsubaki yang melindunginya. Orang yang berkuasa butuh kisah heroik seperti itu. Ini demi Tsubaki,” ujar Kyoko.

End


Jojima menambahkan kalau Tsubaki kehilangan ingatannya pada saat kebakaran sehingga dia tidak pernah bertanya benarkah dia yang menyelamatkan kotak peralatan itu.

Shiori lanjut menjelaskan kalau setelah kebakaran, dia mendengar kalau Tsubaki dengan Nao putus. Jadi, itu membuatnya mengira dirinya punya kesempatan. Karna itu, dia menyembunyikan kebenaran yang di lihatnya. Shiori sangat menyesal karna tidak jujur dari awal.


Nao tidak marah sama sekali. Dia pun pesimis walau Shiori jujur dari awal, takdirnya dengan Tsubaki tidak akan berubah. Dari awal dia dan Tsubaki bertemu, mereka hanya saling menyakiti. Makanya, dia tidak masalah dengan kebohongan Shiori.



Jojima menanyakan rencana Nao jika kalah dari Tsubaki. Jika nanti kalah, apakah Nao akan membenci Kogetsu-an dan Tsubaki selama-lamanya? Nao terdiam.    

--



Tsubaki pulang dengan langkah lunglai. Dia masih shock karna baru tahu kalau 3 tahun yang lalu, Nao hamil anaknya. Dan kejadian kebakaran saat itu, membuatnya keguguran. Tsubaki sangat marah dan kecewa karna selama ini Nao hanya diam. Dia merasa kalau saat itu, hubungannya dengan Nao memang hanya sebatas pasutri palsu. Yuko membalas kalau memutuskan untuk mengandung anak bukanlah keputusan yang remeh-temeh.

--


Shiori pulang dengan lesu. Jojima menghiburnya dengan memuji Shiori sudah melakukan hal yang benar dan dia merasa kagum. Walau begitu, Jojima juga merasa kasihan dengan Nao dan Tsubaki karena memiiki hubungan yang rumit.

--



Begitu pulang, Shiori pergi ke kamar Kyoko. Dia mau bicara, tapi Kyoko menariknya terlebih dahulu dan menunjukkan kimono pernikahan yang sudah di pesannya dari Shirafujiya. Kyoko mendesak Shiori agar segera melakukan pernikahan secepatnya dengan Tsubaki.

“Sejujurnya, tentang itu... aku ternyata memang tidak bisa menikah dengan Tsubaki,” ujar Shiori dan menundukkan kepala dalam-dalam.  


Kyoko langsung berubah dingin. Dia menebak alasan Shiori mengatakan itu karna tidak hamil. Shiori merasa bersalah dan meminta maaf karna sudah berbohong. Yang tidak Shiori duga, Kyoko malah menyuruhnya tidak bersikap demikian. Dia tidak mau mereka membatalkan pernikahan. Tanpa hati, dia malah menyarankan Shiori untuk hamil dengan pria lain. Dia tidak peduli siapapun pasangan Shiori, yang penting Shiori harus lekas hamil.


“Aku kan sudah bilang. Kehadiran anak bisa mengubah sesuatu! Kau bisa berbahagia!” ujarnya, memaksa.


Shiori menolak dengan tegas, tapi Kyoko terus saja memaksanya. Untungnya, Tsubaki muncul menyelamatkan Shiori dari Kyoko. Dia menyuruh Shiori kembali ke toko dan bekerja.


Kyoko masih ingin mengejar Shiori dan memaksanya. Tsubaki sudah sangat muak. Dia berteriak menyuruh Kyoko untuk berhenti melibatkan orang lain. Kyoko malah mempertanyakan kemampuan Tsubaki yang entah apa bisa membuat manisan yang menggetarkan hati Sojyuro. Kyoko takut kalau Sojyuro akan memilih manisan buatan Nao.


Kyoko tidak ikhlas jika Nao mengambil alih Kogetsu-an. Dulu, ibu Nao sudah merebut Itsuki. Dan sekarang, malah mau mengambil alih Kogetsu-an. Tsubaki berujar kalau Nao merasa bukan ibunya yang membunuh. Tapi, Kyoko berteriak menegaskan kalau Yuriko yang telah membunuh Itsuki. Di pisau yang ada di TKP juga terdapat sidik jari Yuriko!

“Takkan ku serahkan pada putri wanita siala itu! Pasti! Akan ku batalkan pertandingan ini!” ujar Kyoko.

Tsubaki berusaha menghentikannya. Tapi, lagi-lagi, matanya terasa sangat sakit.


“Jangan lakukan apapun. Baik pada Shiori, maupun Nao,” mohon Tsubaki. “Jika kamu melakukan sesuatu pada mereka, aku akan mundur dari pertandingan,” ancamnya. “Namun, kalau tidak, aku yang akan memenangkannya.”

--



29 Desember,

Tidak terasa, lusa sudah hari pertandingan. Nao sudah lebih tenang dalam menyiapkan manisannya. Takigawa yang menemani, menanyakan apakah sekarang Nao merasa bimbang setelah tahu kesalahphamannya? Nao menjawab tidak.


“Seperti biasa, kau tidak jago berbohong. Pertandingan lusa akan menentukan siapa yang mewarisi Kogetsu-an. Namun, benarkah akan ada kesimpulan yang terbentuk? Di antara kamu dan Tsubaki. Jika pewaris sudah ditentukan, mungkin kamu takkan bisa menemuinya lagi,” ujar Takigawa.

--


Jojima dengan Tsubaki berpas-pasan di lorong. Dan kali ini, Jojima tidak tahan untuk tidak berkomentar. Selama ini, dia mengira jika Nao tidak ada, maka Tsubaki akan bisa membuat manisan dengan hati riang. Tapi, ternyata tidak! Mau sampai kapan Tsubaki berlagak sok keren?! Dalam tiga tahun ini, dia tahu kalau Tsubaki sama sekali tidak pernah melupakan Nao! Apa Tsubaki mau terus begini?!

Tsubaki diam. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

--


Sama seperti Tsubaki, Nao pun terdiam. Tidak bisa menjawab pertanyaan Takigawa.


Mereka berdua jatuh cinta satu sama lain dan tidak bisa melupakan semua kenangan yang telah mereka lalui. Selama ini, Nao masih terus menunggu Tsubaki. Dan saat tahu kalau Tsubaki ternyata berusaha kembali padanya, dia merasa bahagia.

Mereka berdua, berlari keluar toko masing-masing. Ingin menemui satu sama lain.


Dan mereka akhirnya bertemu. Suasana sedikit terasa canggung karna keduanya saling diam. Nao lah yang membuka pembicaraan. Dia memberitahu kalau waktu kecil, tubuhnya sangat lemah dan Tsubaki terasa seperti cahaya yang menyilaukan. Dia merasa bahagia bisa bertemu dengan Tsubaki, seperti bermimpi. Dia sangat mencintai Tsubaki, namun di sisi lain, ada pemandangan yang tidak akan pernah dilupakannya. Ya itu, saat Tsubaki menuduh ibunya sebagai pembunuh. Setiap kali mengingat hal itu, dirinya menjadi dikuasai perasaan marah yang luar biasa. Padahal, dia mencintai Tsubaki, tapi dia tidak bisa memaafkannya.

“Menang atau kalah, lusa adalah yang terakhir bagi kita. Hari terakhir untuk kita. Aku takkan menemuimu lagi,” ujar Nao.


Tsubaki terhenyak mendengarkan semua ucapan Nao. Dia mengulurkan tangan, hendak menyentuh wajah Nao. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya. Dia tidak sanggup melakukannya. Dia hanya mampu mengiyakan permintaan Nao.


Nao menangis terisak-isak saat Tsubaki berbalik pergi, meninggalkannya. Tetapi, secara tiba-tiba, Tsubaki kembali dan memeluknya.


“Jangan menangis. Aku jadi tidak bisa pulang,” ujar Tsubaki dan memeluk Nao dengan erat.


--


Malam itu, mereka pergi menginap di sebuah tempat. Hanya ada mereka berdua.

Untuk yang terakhir kalinya,

Hanya saat ini saja,

Aku ingin bersama Tsubaki.

 Keduanya meluapkan perasaan mereka selama ini.

--


Esok harinya,

Nao bangun lebih awal. Tanpa membangunkan Tsubaki, Nao langsung pergi.

--


Besok adalah hari pertandingan. Nao ingin membuat manisan terbaik. Tsubaki pun demikian.

--


31 Desember,

Akhirnya, hari pertandingan tiba. Sepertinya, sudah menjadi tradisi di Kogetsu-an untuk menyalakan lentera di malam tahun baru. Karna, Abe dan Sugita lah yang bekerja sama menyalakan lentera sepanjang jalan di kediaman Kogetsu-an. Mereka bilang kalau itu untuk jalan Dewa.

“Nah, kemanakah Dewa akan menuju pada Tsubaki atau Nao?!” ujar Sugita.

Abe juga penasaran. Kalau Tsubaki kalah, apa dia harus pergi dari Kogetsu-an? Abe yakin kalau Tsubaki tidak akan kalah karna Tsubaki tahu segalanya mengenai Kogetsu-an. Nao tidak akan punya kesempatan.


Pembicaran itu terdengar oleh Kyoko. Dia tentu senang karna kedua staff itu memihak Tsubaki. Tidak diduga, Takigawa datang juga ke Kogetsu-an. Dia juga menyindir Kyoko yang belum juga melakukan manipulasi apapun.



Kyoko tidak melakukannya karna ingat janji Tsubaki yang bilang akan memenangkan pertandingan.

“Aku percaya putraku pasti menang!”

Walau mengatakannya dengan percaya diri, tetap saja Kyoko merasa cemas. Diam-diam, dia masuk ke bilik telepon dan menelpon seseorang dengan suara bisik-bisik. Pak Tomioka yang lewat jadi penasaran dan menguping yang di bicarakan Kyoko. Yang kedengaran adalah Kyoko meminta tolong dan bilang akan menyiapkannya,  jadi tolong segera di proses.



Sepertinya ada hal lain yang Pak Tomioka dengar karna wajahnya tampak terkejut.

--


Nao dan Tsubaki sudah bersiap di depan Sojyuro dengan manisan masing-masing. Yang menyajikan manisan pertama kali adalah Nao.


Manisan Nao berbentuk seperti buah jeruk. Dari jauh, Tsubaki sudah tahu kalau itu manisan yuzu. Sojyuro membelah manisan itu dan merasa kagum karna Nao menggunakan seluruh kulit yuzu di manisan itu.



Nao menjelaskan caranya membuat manisan itu. Dia menggunakan buah yuzu putri. Jadi, dia melubangin bagian dalam buah yuzu (mengorek daging buah keluar) dan menipiskan kulitnya sebisa mungkin. Kemudian, meredamnya di dalam sirup  (jadi seperti manisan). Kemudian, mengisi kulit yang sudah di rendam dalam sirup itu dengan pasta. Dan jadilah hasil akhir yang menawan.

Nama manisan itu adalah : Kehangatan Musim Dingin.



Sojyuro mencobanya sesuap. Sangat enak. Dia bisa merasakan sensasi kulit yang meleleh di mulutnya. Dan aroma menenangkan yuzu tetap ada. Sepertinya, itu karna yuzu di simpan dalam mangkok tertutup. Sojyuro kalau itu adalah manisan yang hangat. Kehangatan yang selalu menyelimuti. Manisan nan hangat.

Nao tersenyum simpul.


Flashback

Saat kecil, Nao pernah menanyakan pada ibunya kenapa aroma dari manisan cepat menghilang? Yuriko menjawab kalau itu masuk ke dalam perut Nao. Melihat ekspresi Nao yang sedih, Yuriko berujar : “Kalau begitu, nanti kita buat manisan yang akan bertahan lama. Bersama mama!”

Nao sangat senang mendengarnya dan mereka membuat janji kelingking.

End

Dan kini, dia bisa menepati janji itu. Dia berhasil membuat manisan dengan aroma yang tidak cepat menghilang.



Selanjutnya, manisan yang akan di cobai adalah manisan buatan Tsubaki. Di bandingkan punya Nao, manisan Tsubaki jauh lebih sederhana. Dia membuat kamelia mochi.


Nao menatap manisan itu. Menurut cerita pada Kisah Genji, manisan kamelia mochi juga di kenal sebagai manisan pertama yang dibuat. Doumyoji mochi sederhana yang berada di antara bunga kamelia. Tapi, kenapa Tsubaki memnbuat manisan sesederhana itu?


Sojyuro mencoba manisan itu dan raut wajahnya tampak terkejut. Rasa dari manisan itu… bagaimana Tsubaki bisa tahu rasa ini?  Ini adalah rasa yang di ajarkan Sojyuro pada Itsuki.

“Ini adalah manisan pertama yang Ayahku ajarkan padaku,” ujar Tsubaki.


Flashback

Sejak kecil, Itsuki sudah mengajarkan Tsubaki cara membuat manisan. Dan doumyoji mochi adalah manisan pertama yang Itsuki ajarkan padanya.

End

“Aku tidak akan pernah melupakannya. Rasa yang sangat penting,” ujar Tsubaki.


Mata Sojyuro mnejadi berkaca-kaca. Manisan jepang tidak hanya menyampaikan rasanya saja, tapi juga mengingatkan kita saat memakannya bagaimana perasaan saat itu dan di situ pasti ada kenangan yang berharga.



Flashback

Saat kecil, Tsubaki sering melihat kakek dan ayahnya membuat manisan di dapur. Dia selalu mengintip dan saat kakek melihatnya, dia akan memanggil Tsubaki untuk ikut membantu.

End


Sojyuro menangis. Kenangan rasa manisan itu mengingatkannya akan Itsuki.


Sekarang saatnya mereka mendengarkan penilaian Sojyuro. Sojyuro memuji manisan keduanya yang sangat luar biasa. Karna dia hanya bisa memilih satu, dia meminta mereka memberikannya waktu untuk membuat keputusan. Karna itu, dia menyuruh keduanya masuk ke dalam kamar. Tsubaki ke kamar kiri dan Nao ke kamar sebelah kanan.

“Aku akan membuka pintu milik pilihan terakhirku,” ujar Sojyuro.


Keduanya membungkuk hormat dan beranjak ke kamar yang di tetapkan.


Setelah keduanya masuk, Sojyuro menyuruh Kyoko keluar dan tidak usah mencoba menguping. Kyoko yang sudah ketahuan, akhirnya masuk ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, Sojyuro bilang akan memberi Kyoko kesempatan.

“Pilihlah manisan yang pantas untuk mengambil alih toko ini,” ujar Sojyuro. “Aku menghargai posisimu sebagai seorang Nyonya.”




Kyoko tentu senang. Dia mulai mencoba kedua manisan yang ada di hadapannya. Setelah mencobanya, dia tersenyum tipis dan menentukan pilihannya. Setelah melihat pilihan Kyoko, Sojyuro mulai berjalan ke depan sebuah kamar.


“Kogetsu-an, aku wariskan padamu!” ujar Sojyuro dan membuka pintu kamar.

 

4 Comments

  1. 💞💞💞💞💞💞semangat🔛🔥 lanjut💞💞💞💞

    ReplyDelete
  2. 💞💞💞💞💞💞

    ReplyDelete
Previous Post Next Post