Sinopsis C-Drama
: I Don’t Want to Be Friends with You Episode 11
Selama liburan sekolah, Qingtong hanya di rumah. Fan Pang yang
datang berkunjung, mengomelinya untuk pergi keluar bermain sama teman-teman.
Dengan santai, Qingtong menjawab kalau dia tidak mau keluar dan bermain.
“Kau mirip siapa sih? Seingatku, dulu Ibumu dan aku, begitu liburan
sudah tidak sabar ingin keluar main. Kau seorang di sini, ngapain?”
“Tidak usah pedulikan aku.”
“Kalau aku tidak peduli, siapa lagi yang peduli?!” omel Fan Pang. “Tidak
ada yang menemanimu kan? Aku yang temani!”
Episode
11
-Liburan
kali ini sedikit sibuk-
Demi
melindungi Qingtong, Junhe terlibat perkelahian dengan dua orang pemabuk
tersebut. Qingtong beneran panik dan mulai berteriak meminta tolong.
Teriakannya itu membuat dua orang pemabuk itu menjadi takut dan segera kabur.
Junhe masih ingin menghajar mereka dan mengejar, tapi untungnya Qingtong
mencegahnya.
--
Setelah
berlarian kesana kemari dengan panik mencari Jinbu, Duan Xiao menemukannya
sedang asik makan wonton di pinggir jalan dengan Ba Dan. Mereka juga membahas
mengenai les penerbangan yang sudah mereka bayar uang pendaftarannya, tapi
sampai sekarang belum juga ada telepon yang memberitahu jadwal masuk les.
Duan
Xiao yang udah panik sedari tadi, tentu marah karna Jinbu malah santai makan
seperti ini. Dia segera meluapkan amarahnya ada Jinbu yang pergi tanpa pamit
padahal hari sudah malam. Saking marahnya, Duan Xiao segera menari Jinbu ikut
bersamanya. Ba Dan beneran bingung dengan tingkah Duan Xiao.
Jinbu
tidak terima dimarahi. Dia kan tadi hanya bertemu dengan Ba Dan dan di ajak
makan bersama. Lagian, untuk apa Duan Xiao marah?! Duan Xiao masih dengan suara
keras menjawab kalau dia merasa cemas. Eh, Jinbu malah bilang kalau Duan Xiao
itu bukannya cemas tapi marah.
--
Junhe
berusaha memperbaiki rantai sepeda Qingtong. Qingtong bukannya mengucapkan
terimakasih dan malah menyuruh Junhe untuk menyingkir. Junhe tidak mau minggir
dan tetap berusaha memperbaiki rantai sambil mengomeli Qingtong yang keluar di
larut malam seperti ini. Apa otaknya rusak? Kalau tadi dia tidak ada, entah
gimana nasib Qingtong.
Qingtong
nggak terima di omelin sama Junhe. Dia membalas perkataan Junhe dengan bilang
kalau dia bisa lari tadi. Dia ini juara empat di lomba lari 5000 meter. Kalau
bukan karna Junhe yang menjebaknya waktu itu, tidak mungkin dia akan kalah.
Huft.
Tapi, setiap perkataan yang di katakan Junhe selalu saja membuat Qingtong salah
paham dan emosi. Saking emosinya, dia menyeret sepedanya pulang dan tidak
membiarkan Junhe memperbaiki rantai sepedanya.
--
Sama
seperti sifat Qingtong, Jinbu pun sangat keras kepala. Bukannya berterimakasih
atas perhatian Duan Xiao, dia malah memarahinya karna sudah meneriakinya tadi.
Dia bahkan berujar, mau kemanapun dia, itu bukanlahurusan Duan Xiao. Apa dia
harus selalu melapor pada Duan Xiao?
“Kelak,
kau tak perlu mencemaskanku juga tak perlu mengikutiku,” peringati Jinbu.
Walau
Jinbu sudah bersikap keras pada Duan Xiao, Duan Xiao tetap saja mengikutinya untuk
memastikannya tiba di rumah dengan selamat.
--
Sama
seperti Duan Xiao, Junhe pun mengikuti Qingtong dari belakang untuk
memastikannya tiba dengan selamat di rumah. Dan lagi-lagi, Qingtong malah marah
karna dia mengikuti. Junhe langsung beralasan kalau dia juga mau pulang ke
rumahnya dan kebetulan searah dengan Qingtong. Dia juga menyindir Qingtong yang
tidak mengucapkan terimakasih sama sekali walaupun dia sudah menyelamatkannya
tadi.
“Apa
yang terjadi padaku? Kau kira orang itu, kau yang usir? Jika aku tidak
berteriak, kau pikir mereka bisa pergi?”
“Jangan
membual! Siapa yang bersembunyi di belakangku tadi? Sekarang sok berani!”
Qingtong
tetap saja ngotot nggak ada bersembunyi. Dia juga berujar dengan ketus, malas
berurusa dengan Junhe. Sikap Qingtong sangat keras. (aku beneran kasihan sama
Junhe).
Qingtong
juga tidak sadar, bahwa demi menolongnya tadi, jam tangan Junhe sampai rusak.
(Jam tangannya di simpan di belakang saku celana).
--
Saat
tiba di rumah, Qingtong membual sama Jinbu kalau dia tadi mengusir dua orang
pemabuk yang mendekatinya. Dia menceritakannya dengan gaya keren. Jinbu yang
mendengar ceritanya, tidak yakin kalau Qingtong bisa seperti itu. Dan akhirnya,
Qingtong jujur kalau Junhe ada yang membantunya. Tapi, dia menambahkan kalau
Junhe hanya membantu sedikit.
“Kenapa
Chen Junhe ada di sana?”
“Mana
aku tahu. Mungkin kebetulan.”
Qingtong
kemudian mengalihkan topik dengan membahas Jinbu yang pergi tanpa memberitahu
mereka. Dia memberitahu betapa khawatir dan cemasnya Duan Xiao tadi. Jinbu malah
bilang kalau dia nggak suka Duan Xiao bersikap cemas padanya. Qingtong
berkomentar kalau Jinbu beneran aneh dan dia tidak mengerti pemikirannya itu.
--
Setelah
memastikan Qingtong tiba dengan aman di rumah, Junhe langsung pergi ke tempat
reparasi jam tangan. Dia meminta agar jamnya di perbaiki. Itu adalah jam punya
mendiang ayahnya. Tukang jam tangan melihat jam itu dan memberitahu kalau itu
sudah terlalu tua dan sulit di perbaiki.
--
Esok
harinya,
Junhe
bertemu dengan Xiaohuo dan Da Da untuk membahas rencana ke depannya karna
mereka sudah lulus SMA. Xiaohuo mengajak Junhe untuk ikut dengannya bekerja di
pabrik pamannya. Junhe menolak karna dia akan bekerja menjaga pemandian
pamannya. Da Da tidak lanjut bekerja tapi akan meneruskan kuliah.
Xiaohuo
protes karna Da Da bisa lulus padahal mereka bertiga kan tidak pernah belajar.
Da Da tidak terima, dia itu ada belajar sedikit. Junhe malah ikut senang dengan
Da Da karna setidaknya, salah seorang di antara mereka ada yang lulus kuliah.
Walau
mereka bertiga terlihat seperti preman, tapi ketiganya mempunyai hubungan yang
cukup erat. Mereka saling berjanji untuk menghadiri pernikahan masing-masing.
Da Da dan Xiaohuo menasehati Junhe untuk tidak mencari masalah lagi, tidak
mudah marah dan bersikap impulsif. Tapi, jika ada masalah yang terjadi, mereka
akan segera datang menolong. Junhe tertawa dan balas menasehati mereka untuk
baik-baik di luar dan tidak mudah di tindas orang lain.
Junhe
yang keras memang punya hati yang lembut. Dia sedih harus berpisah dengan dua
orang anak buahnya yang sudah dianggapnya keluarga. Kenangan selama mereka
sekolah, membuat masalah, berdebat dan saling membantu, berputar di kepalanya
seperti sebuah film.
--
Junhe
makan siang dengan pamannya (tn. Chen) dan Yezi. Tn. Chen beneran kesal karna
Junhe tidak lulus tes masuk kuliah atau sekolah teknik, tapi tidak mau
mengulang test lagi tahun depan. Untungnya ada Yezi yang berusaha menghalangi
amukan Junhe dari tn. Chen. Dia mengusir Junhe pergi dari meja makan dengan
alasan meminta di ambilkan bir, tapi kemudian, dia berbisik memberitahu pada
tn. Chen kalau dia ada cara untuk menolong Junhe. Dia menyarankan tn. Chen
untuk pergi menemui guru Junhe.
--
Sekarang,
Zhixun pergi ke perpustakaan dengan harapan bisa bertemu Qingtong. Sayangnya,
hari itu, Qingtong tidak datang. Walau begitu, Zhixun tetap duduk di tempatnya
biasa, berharap kalau Qingtong akan datang.
--
Liburan
kali ini, menjadi ajang perpisahan juga bagi Da Mao dan Duanxio dkk. Dia harus
pindah ke sekolah baru mengikuti orangtuanya yang di pindah tugaskan ke kota
lain. Duan Xiao, Qingtong, Jinbu, Ba Da dan Fan Pang mengantarkan kepergiannya
dengan sedih.
Qingtong
juga menangis terisak-isak dan meminta Jinbu untuk nggak pergi juga kelak. Melihat Da Mao pergi saja, dia sudah
sedih, apalagi kalau Jinbu yang pergi. Jinbu dengan santai menyuruhnya untuk
sedih kalau dia sudah pergi, jangan sekarang.
Duan
Xiao jadi cemas kalau Jinbu akan pergi. Jinbu berjanji padanya kalau dia akan
bilang sama Duan Xiao kalau akan pergi suatu saat nanti. Tapi, Duan Xiao harus
berjanji tidak akan meneriakinya lagi. Duan Xiao tersenyum senang mendengarnya.
--
Guru
Wu menemui Junhe dan memintanya mengikutinya. Ada yang harus di bicarakannya
dengan Junhe karna barusan paman Junhe menelponnya.
--
Zhixun
masih terus berada di perpustakaan dan terus menerus melirik ke pintu masuk,
menunggu Zhixun.
--
Guru
Wu membawa Junhe ke restoran BBQ. Sebelum mulai membahas masalah utama, Guru Wu
menanyakan terlebih dahulu, apa masalah yang Junhe punya dengan murid di
kelasnya? Junhe menjawab kalau dia tidak punya masalah apapun. Guru Wu pun
memilih percaya padanya.
Setelah
itu, Guru Wu memberitahu kalau Junhe akan masuk ke kelasnya. Junhe akan belajar
lagi di SMA Tieyuan Tiga selama 1 tahun. Junhe nggak mau karna dia sudah lulus.
Guru Wu menjelaskan kalau paman Junhe memintanya untuk mencarikan sekolah
teknik untuk Junhe. Dia ingin Junhe bisa mempunyai sedikit keahlian sebelum
berbaur ke masyarakat. Jadi, dia ingin Junhe masuk ke kelasnya, serius belajar,
ikut ujian dan lulus masuk sekolah teknik.
Junhe
tidak mau. Guru Wu tidak menyerah dan terus membujuknya. Dia bahkan bilang
kalau Junhe gagal lagi di ujian tes masuk, dia akan mencarikan tempat kursus
untuk Junhe bisa belajar keahlian, apapun itu. Yang penting, Junhe harus
bekerja keras untuk kali ini.
“Hari
itu, pamanmu datang mencariku. Kita berdua minum banyak arak putih. Aku minum
sampai mata berair. Tidak kuat minum lagi. Seseorang
tidak bisa hanya hidup untuk diri sendiri. Kau harus hidup demi orang yang
menyanyangimu. Kau bahkan bersalah pada keluargamu. Apa kau pria sejati?”
Junhe
tidak lagi membantah. Dia akan mengikuti keinginan pamannya.
--
Jinbu
dan Qintong pergi ke tempat les penerbangan itu. Dan benar saja, mereka sudah
di tipu. Saat mereka tiba, gedung itu sudah menjadi gedung kosong dan nggak ada
perabotan apapun lagi.
Kabar
mereka di tipu sampai kepada orang tua masing-masing. Semuanya di sidang dan di
marahi. Ny. Li bilang pada Ibu Ba Dan kalau setidaknya Ba Dan memberitahu akan
ikut les penerbangan, sementara Qingtong nggak ada bilang sama sekali. Ibu Fan
Pang juga nggak tahu karna Fan Pang nggak memberitahunya.
Ny.
Li berteriak marah menyuruh Qingtong memberitahu darimana dia mendapat uang
untuk mendaftar les itu. Qingtong tidak mau memberitahu. tn. Li yang turun
tangan menghentikan kemarahan ibu-ibu dan menasehati mereka semua yang sudah
besar tapi masih bisa di tipu.
Ayah Ba Dan juga sudah melaporkan para penipu itu ke kantor polisi. Dan jika
tertangkap, mereka mungkin bisa mendapatkan uang kembali.
Pas
bicara mengenai uang, ayah Ba Dan baru tahu kalau Ba Dan sudah menipu mereka.
Uang lesnya hanya 500 yuan, tapi Ba Dan meminta 1000yuan (itu pasti untuk
Qingtong juga).
--
Sebagai
hukumannya, mereka tidak akan mendapat uang jajan. Ba Dan yang kesal,
menyalahkan Qingtong. Fan Pang membela Qingtong. Jinbu mengingatkan kalau dia
kan udah bilang tidak usak ikut, tapi Qingtong nggak mau dengar. Qingtong jadi
nyesal dan bilang akan mendengarkan Jinbu lain kali.
Duan
Xiao menyuruh mereka untuk tidak saling menyalahkan sekarang. Lebih baik,
mereka memikirkan cara untuk mengembalikan uang yang mereka hilangkan itu
kepada orang tua masing-masing.
Jinbu
menyarankan agar mereka bekerja sambilan. Dan karna itu, mereka mencoba melamar
kerja di tempat biasa mereka makan sate. Bos pemilik tempat, ragu untuk
memperkerjakan mereka. Dan juga, dia nggak bisa memperkerjakan mereka semua. Dia
hanya akan memperkerjakan dua orang. Dia akan mengetest kemampuan mereka, jadi,
mereka akan menjalani masa percobaan satu hari tanpa bayaran. Jika tidak bisa,
maka tidak akan di terima. Semua setuju dengan persyaratan itu.
Hari
pertama, yang di cobai adalah Duan Xiao dan Ba Dan. Hasilnya, mereka bekerja
dengan cepat tapi tidak serius. Jadi, bos tidak mau menerima mereka.
Hari
kedua, yang di cobai adalah Jinbu dan Qingtong. Hasilnya, mereka bekerja dengan
serius, tapi sangat laman. Jadi, bos tidak mau menerima mereka. Tapi, dia tetap
memberikan kesempatan untuk menerima 1 pekerja lelaki dan perempuan.
Hari
ketiga, yang di cobai adalah Jinbu dan Duan Xiao. Hasilnya, mereka kompak
bekerja tapi terlalu sering bercanda. Tidak lolos. Bos menyuruh Duan Xiao besok
coba bekerja dengan Fan Pang.
--
Setelah
melewati masa percobaan selama 5 hari dengan gonta ganti pasangan, Jinbu baru
menyadari kalau sepertinya mereka di manfaatkan. Si bos merubah pasangan mereka
setiap hari, tapi mereka di sebut masa percobaan, dan tidak terpilih satupun
akhirnya. Semua jadi kesal karna merasa ucapan Jinbu benar.
Mereka
mulai kebingungan mau cari kerja apa lagi. Dan tiba-tiba saja, Ba Dan
terpikirkan sesuatu.
Dia
mengajak semuanya bekerja sebagai tukang kara-kara (yang mengumpulkan barang
bekas untuk bisa di daur ulang). Nah masalahnya, Duan Xiao, Jinbu, Qingtong dan
Fan Pang malu melakukan pekerjaaan itu. Mereka hanya mengikuti Ba Dan dari
belakang sambil menutupi wajah.
Setelah
beberapa waktu, mereka melenyapkan rasa malu mereka dan mulai bekerja sama
mengumpulkan botol bekas.
--
Zhixun
datang ke perpustakaan lagi. Dan saat melihat Qingtong nggak ada, dia langsung
pulang. Hm, tujuannya datang ke perpustakaan sekarang hanya untuk bertemu
Qingtong.
--
Qingtong
dkk masih sibuk mengumpulkan botol bekas. Mereka mulai menikmati pekerjaan itu
dan mulai bisa bercanda. Tapi, walau sudah kerja keras, uangnya tetap tidak
cukup mengganti uang mereka yang di tipu.
Qingtong
merasa kalau mereka hanya melakukan hal tidak berguna, jadi dia mau pulang dan
bekerja saja.
Walau
di liburan kali ini mereka menemui banyak masalah, tapi semuanya merasa kalau
liburan kali ini terasa istimewa.
--
Qingtong
beneran gila kalau sudah berhadapan dengan Zhixun. Buktinya, hari hujan deras,
tapi dia nekat lari ke perpustakaan hanya untuk mencari Zhixun. Dia menemukan
Zhixun yang lagi berjalan dengan payung. Dengan semangat, dia menghampirinya
dan melapor kalau dia sudah menghafal semua isi buku catatan yang Zhixun
berikan. Untuk membuktikannya, dia menyebutkan semua rumus dan hafalan yang di
hafalnya.
Selama
dia melakukan itu, Zhixun mentupi kepala Qingtong dengan payung sambil
tersenyum tipis.
--
Hari
masuk sekolah,
Di
hari pertama masuk sekolah, kelas Qingtong sudah mendapatkan kejutan dengan
bergabungnya Junhe di kelas mereka. Begitu masuk, Junhe langsung mengusir
Zhixun untuk pindah ke kursi belakang karna dia ingin sebangku sama Qingtong.
Qingtong
bingung karna dia masuk ke kelas dan bertingkah seperti itu. Jinbu juga ikut
campur. Duan Xiao sampai harus menarik Jinbu untuk tidak membuat masalah lagi.
Zhxiun menolak untuk pindah. Suasana menjadi tegang.
Tidak
lama, Guru Wu masuk ke kelas. Saat masuk, dia malah harus melihat Junhe yang
duduk di sebelah Qingtong dan menghalangi jalan. Guru Wu sampai kesal karna
baru hari pertama di kelasnya, Junhe sudah membuat masalah. Junhe membela diri
kalau dia hanya mau duduk dengan Qingtong.
Karna
tidak mau ada masalah, Qingtong akhirnya mengalah dan mau duduk dengan Junhe.
Dia pindah duduk ke paling belakang dan menyuruh Junhe duduk di sebelahnya.
Junhe sangat senang. Tapi, bukan hanya Junhe yang pindah tapi juga Zhixun.
Guru
Wu jadi marah. Dia menyuruh mereka bertiga duduk di belakang seperti itu sampai
tamat!
--
Saat
jam istirahat, Qingtong menemui guru Wu. Guru Wu memanggilnya untuk menannyakan
hubungan apa yang sebenarnya Qingtong miliki dengan Junhe? Qingtong menjawab
kalau dia nggak punya hubungan apapun dengan Junhe dan memang otak Junhe saja
yang bermasalah.
Guru
Wu tidak bertanya lagi. Dia menyuruh Qingtong untuk belajar serius. Dan juga,
dia akan mengaturkan tempat duduk untuk Junhe, jadi Qingtong dan Zhixun bisa
kembali ke tempat duduk semula.
“Pak.
Kenapa Chen Junhe di mutasi ke kelas kita? Bukankah dia sudah tamat?”
“Tidak
lolos test. Jadi dia mengulang pelajaran. Aku menyesal menyuruhnya kembali.
Begitu datang, langsung buat masalah.”
“Aku…
aku pikir, bagaimana jika biarkan dia duduk di sana?”
“Apa maksudnya?”
“Jika
mengusirnya sekarang, dia akan selalu mencari masalah. Aku bersedia duduk di
sudut, menjauh dari pandangan teman-teman. Biarkan aku belajar dengan nyaman
saja.”
Guru
Wu tetap khawatir dan berencana mengeluarkan Junhe kalau dia terus membuat
masalah. Qingtong nggak tega. Dia nggak mau memperumit masalah lagi dengan
Junhe, jadi dia memohon Guru Wu membiarkan mereka duduk bertiga seperti itu.
Guru Wu mengerti dan akhirnya mengalah.
--
Sekarang,
Qingtong harus duduk di belakang. Sebelah kanannya adalah Zhixun dan sebelah
kiri adalah Junhe. Dan tentu saja, sikap Qingtong pada Zhixun sangat baik,
sebaliknya pada Junhe, dia sangat ketus.
Saat
jam belajar mandiri, Qingtong akan belajar serius dengan Zhixun sementara Junhe
sibuk makan mie instan. Qingtong dan Zhixun sangat terganggu, tapi mereka
berusaha keras untuk mengabaikannya.
“Chen
Junhe, apa maumu?!” teriak Zhixun, marah karna Junhe terus saja mendekatkan
mejanya dengan Qingtong.