Sinopsis C-Drama : I Don’t Want to Be Friends with You Episode 13

 

Sinopsis C-Drama : I Don’t Want to Be Friends with You Episode 13


Jinbu membuatkan Duan Xiao sandwich dengan dua macam rasa. Satu isinya adalah selada dan sosis, sementara satu lagi isinya ayam dan jagung. Duan Xiao mau memakan keduanya, tapi Jinbu tidak mengizinkan dan menyuruhnya memilih salah satu.

Duan Xiao tetap mau pilih dua karna keduanya adalah buatan Jinbu. Eh, Jinbu malah ngambek dan berkata terserah Duan Xiao saja. Harus dimakan habis hingga tidak bersisa. Duan Xiao jadi ketakutan.

Episode 13

-Ikan atau kaki beruang, aku mau semuanya-



Duan Xiao tiba di sekolah dengan keesokan harinya dengan mata memar sebelah. Bukannya khawatir, Jinbu malah mengomelinya yang sudah dewasa tapi masih saja berkelahi. Duan Xiao tidak tersinggung. Dia kan sudah pernah bilang akan melindungi Jinbu. Kalau ada yang berani mengganggu Jinbu, dia akan memberinya pelajaran.



Jinbu menanggapi sinis karna muka Duan Xiao jadi babak belur. Duan Xiao berujar kalau bukan hanya dia saja yang babak belur.

Dan yang di maksud adalah Junhe. Mata Junhe juga memar.




Guru Wu yang masuk kelas, tentu menanyakan kenapa mata kedua muridnya itu memar? Apa mereka berkelahi? Junhe berbohong kalau dia jatuh ke lubang. Duan Xiao ikut bohong kalau dia jatuh dari tangga. Guru Wu mana bisa di tipu. Dia menyuruh mereka berdua ke ruangannya saat jam istirahat.

--


Di jam istirahat,

Keduanya berada di ruangan pak Wu. Tapi, bukannya terlihat mendendam, keduanya malah tampak akrab.


Flashback

Duan Xiao meninju Junhe saat melihatnya. Junhe tidak tinggal diam dan balas memukulinya. Setelah perkelahian itu, mereka malah duduk bersama. Dengan baiknya, Junhe menawarkan air minumnya pada Duan Xiao. Junhe juga tahu kalau Duan Xiao memukulinya karna salah paham. Karna itu, Junhe menjelaskan kalau dia sama sekali tidak memukuli Jinbu ataupun Qingtong. Terserah Duan Xiao mau percaya atau tidak.

“Saat ayahku masih hidup, dia pernah bilang : “Hal yang paling tidak benar adalah memukuli wanita.” Aku tak akan memukul,” ujar Junhe.



Duan Xiao terkejut karna dia baru tahu kalau ayah Junhe sudah meninggal. Junhe dengan tenang, memberitahu kalau ayah dan ibunya sudah tiada. Saat dia umur 7 tahun, terjadi banjir di kampung halamannya. Orangtuanya pergi membantu. Namun, terjadi kecelakaan mobil saat di perjalanan dan kemudian, orangtuanya tidak pernah kembali ke rumah lagi.

Duan Xiao menanyakan pekerjaan orang tua Junhe. Junhe menjawab kalau ayahnya adalah dokter tentara. Setelah pensiun, ayahnya membuka klinik. Ayahnya memang suka membantu orang, sampai akhirnya, tidak membantu diri sendiri. Duan Xiao bisa mengerti karna ayahnya pun tentara. Dan sama seperti ayah Junhe, ayahnya pun sangat peduli pada sesama, tapi tidak peduli dengan diri sendiri.

Pembicaraan itu membuat mereka semakin mengenal dan akrab. Duan Xiao sekarang mengerti kenapa Junhe tinggal bersama pamannya. Junhe tampak sedih, namun tetap bicara kalau hidupnya bahagia. Di antara semua saudara ayah dan ibunya, hanya paman keduanya yang mau merawatnya. Dan demi dirinya, pamannya sampai tidak menikah. Dan hal itu, membuatnya merasa sangat bersalah.


Duan Xiao memarahinya dan menasehaitnya untuk bersikap baik dan tidak terus membuat masalah dimanapun. Junhe menyangkal kalau dia membuat masalah. Dia memang banyak melakukan hal yang salah, tapi tidak pernah sekalipun, dia melukai orang. Kalau bukan karna Jinbu mengancam akan melapor pada pamannya dan membuatnya berhenti sekolah, tidak mungkin dia akan berdebat dengan Jinbu. Dan dia juga tidak menyangka masalahnya akan jadi seperti ini.

Di tengah perbincangan mereka, Junhe baru menyadari kalau jam peninggalan ayahnya hilang.

End

Duan Xiao menanyakan apakah Junhe sudah menemukan jam itu? Junhe menganggukan kepala.



Pembicaraan mereka terhenti karna Guru Wu sudah datang. Dan lagi-lagi, keduanya kompak bilang kalau memar di mata mereka adalah karna jatuh. Guru Wu makin kesal.

--


Qingtong bersikap sangat manja di rumah sakit. Dia baru selesai operasi tapi malah sudah ingin makan banyak hal. Dia juga merajuk karna tidak ada satupun yang menemaninya.             

Dan tiba-tiba saja Zhixun datang menjenguknya. Suasana hati Qingtong langsung menjadi berbunga-bunga. Zhixun bahkan menanyakan apa yang ingin Qingtong makan? Dia akan membelikannya. Qingtong tersenyum lebar dan memberitahu kalau dia mau makan asinan.

--



Junhe datang menjenguk Qingtong. Sayangnya, saat dia tiba di sana, sudah ada Zhixun yang berbincang dengan Qingtong. Suasana sangat canggung. Junhe segera meletakkan buah-buahan yang di belinya, menundukkan kepala 90 derajat, meminta maaf dan kemudian pergi.

Dan tidak ada satupun di antara Zhixun maupun Qingtong yang menahanya.

--


Walaupun kesal karna Duan Xiao berkelahi dengan Junhe, Jinbu tetap membelikannya obat. Dia juga memperingati Duan Xiao untuk tidak berkelahi lagi lain kali. Kalau Duan Xiao melakukannya, dia tidak akan peduli lagi.

Jinbu kemudian pergi dengan Duan Xiao ke kamar rawat Qingtong.



Dan ternyata Qingtong lagi sakit perut. Itu karna dia makan asinan. Suster memarahi Ny. Li karna dia kan sudah bilang, 24jam setelah operasi, tidak boleh makan makanan mentah. Ny. Li hanya bisa meminta maaf.


Setelah suster pergi, Zhixun meminta maaf pada Ny. Li karna dialah yang membelikan Qingtong asinan. Ny. Li tidak marah pada Zhixu karna dia tahu Zhixun bermaksud baik. Kalau ada yang harus di salahkan, maka itu adalah Qingtong yang rakus. Qingtong menyesal dan janji nggak akan makan asinan lagi.



Eh, baru juga bilang begitu, Ba Dan yang datang menjenguk memberitahu dengan riang kalau dia membawakan 2 toples asinan.

--


Ny. Li dan tn. Li mulai bertengkar terkait masalah uang. Pertengkaran mereka terdengar oleh Jinbu yang lewat di depan pintu. Ny. Li itu khawatir karna keuangan mereka semakin sulit dan masih harus membayar uang rumah sakit Qingtong.


Jinbu jadi nggak enak. Dia kembali ke kamarnya dan menatap uang sisa pemberian Junhe tempo hari.

--



Saat di rumah sakit, Qingtong tidak sengaja berjumpa dengan tn. Wang, bos pabrik tempat ayahnya bekerja. Dan dari tn. Wang, dia baru tahu kalau pabrik tempat ayahnya bekerja sudah tutup sejak setengah tahun yang lalu.

--


Jinbu memberikan sisa uang pemberian Junhe pada Ny. Li. Dia berbohong kalau uang itu adalah uang kiriman dari Ibunya kemarin untuk biaya hidupnya. Ny. Li tidak mau menerimanya. Jinbu memaksanya menerimanya dengan alasan kalau dia yang memegang uang itu, dia akan boros. Jadi, dia minta Ny. Li menyimpankannya.

--


Saat tiba di sekolah, Jinbu mengajak Junhe bertemu. Junhe menanyakan kenapa Jinbu nggak mengadukan semua perbuatannya ke guru? Bukankah kemarin Jinbu mengancam akan mengadukannya dan membuatnya di keluarkan?

“Aku tidak akan bilang lagi. Terimakasih atas uangmu. Uang itu sangat penting untuk keluarga Qingtong,” ujar Jinbu.



“Memang seharusnya aku yang bayar. Kalau tidak cukup, bilang saja padaku. Aku tak akan membuat mereka habiskan uang untuk masalah ini.”

“Sudah cukup. Lagian, Li Qingtong masuk rumah sakit karna sakit usus buntu. Tidak ada hubungannya dengan doronganmu. Kebetulah sekali kan? Jadi, aku akan memikirkan cara untuk mengembalikan uangmu.”



Junhe menolaknya. Dia tetap merasa itu tanggung jawabnya. Dan sudah dua semester ini, Li Qingtong menjadi sering kena marah sama guru karnanya. Dia memang berutang pada Qingtong. Junhe serisu bilang kalau dia memang tidak baik dan tidak beruntung, tapi dia tidak pernah sekalipun menindas Qingtong dan juga tidak pernah sengaja ingin mengerjainya. Dan ke depannya, dia akan menjaga sikapnya.

“Namun, kau menyuruhku menjauhinya, aku tak bisa. Aku hanya bisa berjanji, aku tidak akan mengganggunya lagi,” ujar Junhe. “Masalah uang, bukankah kau dulu setiap hari meributkan bahwa aku ada salah padamu? Anggap saja aku membayar utang.”

--




Qingtong sudah pulang. Begitu pulang, sikapnya menjadi sangat berubah. Dia jadi lebih niat belajar. Itu karna dia tahu ayahnya sudah tidak bekerja di pabrik dan menyembunyikannya agar dia tidak cemas. Ayahnya juga bekerja keras deminya hingga kelelahan.



Tapi, tetap saja, dia merasa sedih. Kenapa? karna ini adalah hari ulang tahunnya dan tidak ada satupun yang mengingatnya. Padahal, setiap ulang tahunnya, orang tuanya selalu menyiapkan kue ultah besar untuknya. Dan tampaknya, tahun ini, orangtuanya lupa. Karna sedih, Qingtong mengajak Jinbu keluar untuk curhat. Dia juga memberitahu mengenai pabrik ayahnya bekerja sudah bangkrut. Jinbu juga bercerita mengenai ulang tahunnya yang tidak pernah di rayakan.



Setelah selesai berbincang dan masuk ke rumah, Qingtong mendapatkan kejutan. Ayahnya sudah menunggu di ruang tamu dengan kue bakpao dan sebuah lilin menyala. Ayahnya ingat ulang tahun Qingtong. Dia meminta maaf karna lupa mengucapi. Ibu Qingtong sudah mengingatkannya dari dua hari lalu untuk tidak lupa membeli kue, tapi karna dia pulang terlalu larut, semua toko kue sudah tutup. Dan ibu Qingtong juga beberapa hari ini, sedang sakit. Jadi, hanya dia yang bisa merayakannya hari ini. Tidak apa-apa kan?



Qingtong sangat terharu. Walau dia bilang nggak di rayakan pun nggak apa-apa, tapi tetap saja tadi dia menggerutu kan. Tahun ini, Qingtong merayakan ulang tahunnya bersama ayahnya dan Jinbu. Ayahnya benar-benar baik sekalli. Qingtong merasa bahagia dan berjanji kalau dia pasti akan masuk kuliah.

Ayah senang mendengarnya. Dia menyuruh Qingtong untuk tidak khawatir. Dia akan bekerja lebih giat menghasilkan lebih banyak uang untuk Qingtong, agar kelak saat kuliah, Qingtong tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Yang harus Qingtong lakukan hanyalah belajar dengan giat.

--


Esok harinya,

Qingtong sudah masuk sekolah. Ba Dan menyarankan agar mereka mengadakan pesta untuk Qingtong yang udah sehat. Qingtong langsung mengomelinya untuk nggak boros dan belajar saja yang benar.




Begitu duduk di tempat duduknya, Qingtong hanya mengajak Zhixun ngobrol dan mengabaikan Junhe. Dia mengajak Zhixun untuk belajar di perpustakaan nanti. Junhe yang mau bicara dengannya pun jadi mengurungkan niatnya.

--



Saat jam istirahat, Junhe memberanikan diri bicara dengan Qingtong. Dia hanya mau bilang kalau dia tidak memukuli Jinbu tapi dia mengakui semua adalah salahnya.


“Aku sangat takut padamu, Chen Junhe. Aku tidak sehebat yang kau pikirkan. Aku juga tidak ingin membuat masalah seperti dulu lagi. Sekarang, aku mau fokus belajar agar bisa masuk kuliah dan membalas budi semua orang. Bisakah kau melepaskanku?” pinta Qingtong.

(Aku beneran kasihan sama Junhe. Kebaikan dan kepeduliannya tidak pernah di anggap. Semua hanya menilainya negatif).



Mendengar permintaan Qingtong, Junhe segera kembali ke kelas. Dia memindahka meja dan kursinya menjadi belakang. Dia memutuskan melepaskan Qingtong, seperti permintaannya. Semua yang ada di kelas sampai terkejut.

Begitulah, badai yang tidak besar dan tidak kecil berakhir dengan Chen Junhe menyatakan menyerah.


Guru Yang memanggil Junhe dan Qingtong ke ruangannya. Dia ingin tahu apa benar Junhe memukul Qingtong atau tidak? Qingtong menjawab tidak. (Dan memang kenyataannya adalah tidak).

Ada murid yang melaporkan perselisihan kami di atap tapi Li Qingtong tidak mengaku.

Sekolah juga tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Chen Junhe.




Junhe dan Qingtong mulai serius belajar. Walaupun, diam-diam, Junhe masih sering memandangi Qingtong.

Chen Junhe juga banyak berubah.

Walaupun, terkadang sengaja berkontak dengan Li Qingtong tapi tidak ada yang berlebihan.

Terkadang, Junhe membelikan susu dan meletakkannya begitu saja di atas meja Qingtong, begitu saja. Tanpa sepatah katapun.

Sedangkan Li Qingtong seperti berubah jadi orang lain.

Pertama kalinya dia begitu fokus belajar.


Qingtong lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk belajar bersama Zhixun.

Begitulah waktu mengalir seperti biasanya.

Kelas tiga yang tenang, hanya tersisa suara membalikkan buku dan suara pena bersentuhan dengan kertas

Semua siswa sangat serius belajar mengingat hari ujian yang semakin dekat. Kecuali Ba Dan.

Semua orang berada di bawah tekanan ujian masuk kuliah.

Sampai suatu hari, sebuah pengumuman membuat kelas yang resah ini kembali bersemangat.



Di tempelkan pengumuman di mading kalau bulan depan akan di adakan acara seni untuk menyambut ulang tahun sekolah yang ke-20. Semua kelas yang ingin tampil, dapat mendaftarkan diri. Tapi, hanya kelas 3 yang tidak di izinkan untuk mengikuti acara.

Pengumuman itu membuat semua siswa kelas 3 merasa kecewa.


Xuewei yang biasanya tenang, hari itu, menemui Guru Wu. Dia protes karna kelas 3 tidak di izinkan mengikuti acara seni. Guru Wu juga nggak bisa melakukan apapun karna peraturan itu kan di buat atasan dan memang sudah dari dulu kelas 3 tidak ikut, mengingat hari ujian masuk kuliah sudah semakin dekat. Xuewei tetap ingin mengikuti acara seni itu karna ini adalah terakhir kalinya. Guru Wu bisa mengerti dan akhirnya janji akan mencoba bicara dengan atasan.



Guru Wu menemui Guru Yang untuk meminta agar kelas 3 juga diikut sertakan dalam acara seni tersebut. Dan tentu saja, Guru Yang langsung mengomeli dan menceramahinya.

--



Qingtong masih belajar dengan Zhixun di perpustakaan. Selama ini, saat mereka belajar, Zhixun hanya akan bicara seperlunya dan kemudian fokus belajar. Jadi, kali ini, Qingtong mengajukan sedikit saran. Menurutnya, komunikasi di antara manusia itu sangat penting, jadi dia kalau mereka bersikap seperti teman. Kedepannya, sebelum belajar, dia harap mereka bisa berbincang dulu selama 5 menit. Terserah mau membicarakan apapun.

“Baik,” setuju Zhixun.

Qingtong sangat senang dan mau mulai cerita, tapi Zhixun langsung bilang kalau Qingtong tadi udah bicara selama 5 menit, jadi jatah bicara hari ini udah selesai dan silahkan fokus kembali belajar.

--



Saat masuk ke kelas, Guru Wu bertanya serius, siapa saja siswa yang ingin ikut acara seni? Xuewei yang pertama kali mengangkat tangan dan diikuti temannya. Setelah itu, nggak ada lagi. Eh, tiba-tiba saja, Qingtong ikut mengangkat tangan. Junhe ikutan, dan akhirnya perlahan seisi kelas pun ikutan mengangkat tangan, kecuali Zhixun.


Karna keinginan anak-anak muridnya, maka Guru Wu memberanikan diri menemui kepala sekolah. Dia masuk ke ruangan keramat itu untuk mendiskusikan masalah acara seni yang tidak boleh diikuti anak kelas 3.

--


Jinbu ternyata hanya ikut-ikutan mengangkat tangan. Dia malah nanya, kenapa Qingtong begitu bersemangat mau ikut acara itu? Apa acara itu ada hubungannya dengan mereka? Qingtong mengingatkan kalau itu adalah acara untuk memperingati ulang tahun sekolah yang ke-20. Dan itu bisa menjadi kenangan terakhir mereka di masa sekolah.

Jinbu tetap saja ragu kalau itu akan mempengaruhi fokus Qingtong dalam belajar. Qingtong meminta Jinbu percaya padanya. Hal ini, tidak akan mengganggunya sama sekali.


Lagi asyik berbincang, Ba Da datang dengan nafas terengah-engah, melaporkan kalau Guru Wu lagi mencoba bicara sama kepala sekolah.

Berita itu membuat semua siswa di kelas mereka segera berkumpul di depan ruang kepala sekolah. Begitu keluar, Guru Wu memberi tanda ‘oke’ dan menyuruh semuanya kembali ke kelas.




Jadi, Kepala Sekolah mengizinkan kelas mereka untuk mengikuti acara seni, tapi dengan syarat. Semua murid yang nilainya di bawah 550, harus menaikan nilai sebesar 30 nilai. Dan setahunya, di kelas ini, hanya Zhixun lah yang mempunyai nilai di atas 550. Jadi, semua harus menaikan nilai kecuali Zhixun. Semua siswa langsung kehilangan semangat, merasa itu mustahil.

Mereka mencoba negosiasi sama Guru Wu. Tapi, Guru Wu juga nggak bisa membantu. Lagipula, mereka tidak bisa mendapatkan kedua keinginan mereka tanpa berusaha. Dan juga, syarat kepala sekolah itu masuk akal karena mereka kan akan segera menghadapi ujian. Bahkan ada peribahasa, “Ikan dan kaki beruang, tak bisa di dapat sekaligus.” Tapi, jika mereka ingin mendapatkan keduanya, maka harus berusaha. Dia yakin kalau mereka bertekad, mereka akan bisa menaikkan nilai.



Di saat semuanya merasa keberatan dengan syarat itu, hanya Qingtong yang masih bersemangat dan yakin kalau mereka bisa. Huft, tapi yang lain tidak berpendapat sama dengannya. Guru Wu menyuruh semuanya untuk berdiskusi dulu.

--




Saat pulang sekolah, Qingtong, Ba Da, Fan Pang, Duan Xiao dan Jinbu mengadakan rapat. Qingtong berusaha menyakinkan mereka kalau mereka  pasti bisa menaikan nilai. Hanya Jinbu yang memihak kepadanya, sementara yang lain, merasa itu mustahil. Lagipula, percuma kalau hanya mereka yang berusaha. Ini kan syarat untuk semua murid di kelas mereka, kecuali Zhixun.

--



Esok paginya, sebelum kelas dimulai, Jinbu berdiri di depan kelas. Dia memberikan pidatonya dan berusaha menyakinkan mereka untuk menyetujui syarat itu. Dia juga membicarakan kenangannya di kelas ini termasuk bagaimana para murid di kelas yang membantunya saat dia masih murid baru. Saat dia kesulitan. Walaupun mereka tidak akrab, tapi semua tetap membantu satu sama lain. Dia merasa kalau kelas ini istimewa dan akan bisa meraih keduanya jika sama-sama berusaha.

Dan karna pidatonya, semua siswa menjadi tersentuh. Semuanya akhirnya mau menandatangani kertas persetujuan untuk menaikkan nilai 30 point.

Dan bagi Zhixun, apa yang semua anak-anak kelas itu lakukan, adalah hal yang tidak dapat di mengertinya. Walau begitu, dia tetap berdiri dan ikut menandataganinya.


Guru Wu yang ada di luar kelas dan melihat hal itu, merasa sangat tersentuh.

--


Saat pulang sekolah, Qingtong dkk kembali berkumpul. Semua memuji pidato Jinbu tadi yang sangat bagus dan membuat perasaan mereka tersentuh. Mereka tidak menyangka kalau Jinbu begitu pandai bicara.

Tapi, menaikan nilai 30 point hanya dengan mengandalkan diri mereka sendiri, itu mustahil. Qingtong menyuruh semuanya tidak khawatir karna dia mempunyai solusinya.

--


Keesokan harinya, saat belajar dengan Zhixun, Qingtong berusaha membujuk Zhixun agar mau membantu mengajari semua teman-temannya. Dan permintaannya itu, di tolak mentah-mentah.



Qingtong berusaha keras membujuknya. Tapi, semakin dia berusaha membujuk, Zhixun semakin tidak mau. Dia mau mengajari Qingtong, karna Qingtong berbeda. Qingtong adalah partner belajarnya. Dan juga, dia bukan robot pengajar.


Semua sudah bisa menduga hal itu. Jinbu menyuruh semuanya tidak menyerah dan mereka bisa belajar bersama.

--



Saat pulang sekolah, mereka berkumpul dan mulai belajar mengerjakan soal. Kalau tidak ada yang tidak di mengerti, mereka akan mencoba mengerjakannya bersama.

--



Walau kemarin sudah bertengkar dengan Zhixun, Qingtong tetap datang belajar. Sebelum belajar, Qingtong mengingatkan janji mereka untuk bicara selama 5 menit sebelum belajar. Qingtong meminta Zhixun yang bicara kali ini, karna setiap kali, hanya dia yang bicara.

Zhixun berkata kalau tidak ada yang bisa di bicarakannya. Setiap hari, dia hanya pergi dan pulang sekolah. Qingtong mengerti dan nggak nanya lagi. Zhixun ternyata sadar kalau suasana hati Qingtong lagi nggak baik, jadi dia menghiburnya.



Zhixun juga akhirnya mau bercerita sesuatu.

 

Post a Comment

Previous Post Next Post