Original Network : jTBC Netfix
Det. Dong Su dan Det. Oh datang
ke universitas, mereka menghancurkan gembok loker Joon Hwi untuk memeriksa. Dan
disaat itu, Seung Jae datang untuk mengambil laptopnya yang berada di dalam
loker, lalu dia segera pergi.
Ketika Det. Dong Su dan Det. Oh
sedang memeriksa loker Joon Hwi, Penjaga Dong kebetulan lewat. Dan dia
menanyai, apa yang sedang mereka cari. Tapi mereka hanya diam dan tidak
menjawab nya.
Saat para murid masuk ke dalam kelas,
mereka diharuskan untuk mengumpulkan laptop mereka, karena Wakil Dean Ju tidak
suka, kalau mereka masuk membawa laptop.
Para murid memeriksa nilai mereka
di ponsel masing- masing. NILAI UJIAN TENGAH KONSTITUSI SEMESTER KEDUA.
Nilai Ji Ho termaksud buruk, dia
mendapatkan nilai 45. Nilai Bok Gi lebih tinggi darinya, dia mendapatkan nilai
47. Saking senangnya, Bok Gi sedikit mengejek Ji Ho. “Astaga, kau dan
kepekaanmu. Selamat.”
“Kau bercanda? Jangan lihat,”
geram Ji Ho.
“Aku harus jadi mata-mata sebelum perang. Aku mau tahu siapa yang melampauiku,” jelas Bok Gi, membela dirinya. “Tapi kali ini, aku melampauimu. Semoga beruntung,” katanya dengan sikap serius.
Yang paling hebat adalah Seung
Jae, dia mendapatkan nilai 91. Joon Hwi 70. Kang Sol B 69. Sedangkan Kang Sol
A, dia hanya mendapatkan nilai 29.
“Kenapa dia tak berikan satu poin
lagi?” keluh Kang Sol A, lemas.
“Kau masih lebih bagus dariku,”
komentar Ye Seul. Dia mendapatkan nilai 28.
Mendengar itu, Kang Sol A dan Ye
Seul saling bersimpati kepada satu sama lain.
“Tak peduli serajin apa pun, aku
tetap tak akan dapat A plus,” keluh Ye Beom. “Ji-ho, posisimu bahaya,”
komentarnya.
“Aku akan baik-baik saja jika
Joon-hwi pergi,” balas Ji Ho dengan yakin.
“Jika dia pergi?” gumam Ye Beom.
Mendengar itu, Kang Sol A dan Ye Seul menoleh ke belakang, mendengarkan dengan
serius. “Benar. Kudengar dia akan ditatar oleh Komite Penataran Siswa Jika dia
benar dalang di balik kasus Prof. Seo,”
“Astaga. Kau bisa berpikir
begitu? Nilai bukan segalanya,” kata Bok Gi, mengomentari Ji Ho.
“Nilai menentukan kariermu di
lembaga hukum. Nilai membekas, ujian tidak. Nilai lebih penting,” balas Ji Ho.
Ketika Seung Jae mengumpulkan
laptop nya. Det. Dong Su dan Det. Oh mendekatinya. “Permisi. Di mana kelas
Profesor Kang Ju-man?” tanya Det. Dong Su kepada Seung Jae.
Wakil Dean Jun masuk ke dalam
kelas. Saat dia melihat Joon Hwi tidak datang, dia langsung mengurangi 1
poinnya. Dengan panik, Kang Sol A mengirimkan pesan kepada Joon Hwi, menanyai
dimana dia.
Pas giliran Seung Jae. Ketika Wakil
Dean Ju mengabsennya, dia masuk ke dalam kelas dan langsung duduk ditempatnya.
“Aku Yu Seung-jae.”
“Kau telat, tapi kumaklumi,” kata
Wakil Dean Ju, membiarkan Seung Jae. “Seperti biasa, jawabannya menakjubkan,
dia seolah baca pikiranku,” puji nya.
Jaksa Jin merasa kalau Joon Hwi
mirip dengan Jong Hoon. Lalu dia memberitahu bahwa masa tahanan Joon Hwi akan
diperpanjang, terlepas dari autopsi ulang atau tidak. Dan Jong Hoon kemudian
mengubah salah satu pernyataan nya, yaitu laptopnya tidak hilang, tapi dicuri.
“Kau akan mengubah pernyataanmu?”
tanya Jaksa Jin, tidak menyangka.
“Aku punya waktu untuk berpikir
di dalam sel,” jawab Jong Hoon dengan tenang. “Setelah dipikir-pikir, laptopku
kutinggal di kantor pada hari kejadian. Keesokannya, benda itu lenyap,” jelas
nya. Lalu dia menendang kaki Pengacara Park di bawah meja.
“Jelas itu dicuri. Si pencuri
ingin membuat seolah kaulah yang menghancurkan barang bukti untuk
mempersulitmu,” kata Pengacara Park, membela Jong Hoon.
“Kemasan gula dan laptop.
Bukankah keduanya hilang untuk alasan yang sama?” tambah Jong Hoon.
“Kau bukan pelaku?” tanya Jaksa
Jin dengan geli, seperti tidak percaya.
“Joon-hwi yang menghancurkan barang
bukti. Dia sembunyikan kacamata dan bantalan hidung yang hilang,” jawab
Pengacara Park.
“Faktanya harus diperjelas,”
tegas Jong Hoon. “Jangan hanya melihat yang ingin kau lihat dan mendengar yang
ingin kau dengar,” katanya, menasehati.
Det. Dong Su memeriksa kamar
asrama Joon Hwi, tapi dia tidak bisa menemukan kotak kacamata dimanapun.
Pengacara Park merasa panik,
karena seharusnya Ji Ho sudah mengembalikan kacamata ke tempat semula, tapi
anehnya, sampai sekarang belum ada kabar dari Det. Dong Su. Lalu dia menatap ke
arah Jong Hoon. Dan ternyata Jong Hoon sedang melakukan peregangan.
“Ini bukan waktunya peregangan.
Lihat perbuatanmu. Han Joon-hwi, anak itu…” keluh Pengacara Park, agak kesal.
“Bukankah aku tampak lebih
mencurigakan dari sisi barang bukti?” balas Jong Hoon dengan sikap tenang.
“Semua bukti adalah fakta.”
“Kalau begitu, jadilah pelaku,”
balas Pengacara Park, lalu dia berniat untuk minum.
Jong Hoon merebut minuman
Pengacara Park dan meminumnya. “Kita tunggu hasil autopsi,” jelas nya.
Ketika kelas selesai, Seung Jae
langsung buru- buru keluar dari dalam kelas.
Disaat itu, Det. Dong Su dan Det.
Oh masuk ke dalam kelas. Mereka berdua meminta para murid untuk jangan pergi
dulu. Tapi para murid tidak mau mendengarkan, karena mereka tidak ada waktu.
“Jika butuh kami, panggil kami ke
kepolisian,” kata Kang Sol A, menyarankan.
“Sial,” umpat Det. Dong Su,
kesal.
Ketika sedang makan, Byeol
melihat surat yang dijadikan alas mie oleh Ibunya. Dan ketika dia membuka surat
tersebut, dia melihat kertas yang berisikan informasi tentang Man Ho. “Ibu, aku
lihat pria ini beberapa hari lalu di… “ katanya, memberitahu Ibu. “Ibu,
alamatnya!”
“Apa? Ada apa dengan alamatnya?”
tanya Ibu Kang, melihat surat itu.
Itu adalah surat PEMBERITAHUAN
ALAMAT LEE MAN-HO. Dan ternyata, alamat rumah nya berada di sebrang rumah
mereka.
Dikamar mandi. Ketika para tahanan yang lain sudah
pergi, dan Jong Hoon tinggal sendirian disana. Seseorang masuk dan langsung
menusuk nya.
“Jaksa Yang. Lama tak berjumpa,”
sapa si Penusuk. “Aku selalu berniat akan membunuhmu begitu keluar dari sini,
tapi ternyata kaulah yang kemari,” katanya sambil tertawa. “Apa itu sakit? Itu
sakit, 'kan?” tanyanya. “Akan kubiarkan kau mati dalam damai.”
Sebelum si Penusuk bisa menusuk
Jong Hoon lagi untuk benar- benar membunuhnya. Seseorang datang dan berteriak,
“Penjaga!”
Dengan panik, si Penusuk langsung kabur. Dan Jong Hoon jatuh tidak sadarkan diri.
Jong Hoon segera dibawa ke rumah
sakit untuk di obati.
Banyak orang menempelkan kata-
kata jahat di loker Joon Hwi. Dan ketika Joon Hwi melihat itu, Joon Hwi
langsung menutup loker nya.
Eun Suk kemudian datang dan
menghampirinya. “Detektif datang,” katanya, memberitahu. “Jika kau butuh
bantuanku, jangan ragu untuk mendatangiku.”
Tiba- tiba Eun Suk mendapatkan
telpon dari rumah sakit. Lalu dengan panik, dia berlari pergi, dan dengan
bingung Joon Hwi mengikutinya.
Saking paniknya, Eun Suk hampir
menabrak Seung Jae. Dan lalu Seung Jae juga mengikuti nya dengan bingung.
Ketika Ibu Kang melewati rumah
Man Ho, dia meludahi depan rumahnya. Dan Man Ho melihat hal itu.
Byeom memotret surat pemberitahu
tentang Man Ho.
Dari jendela, Man Ho mengintip
apa yang Byeol lakukan dan tersenyum.
Sesampainya dirumah sakit, Eun
Suk langsung menanyai petugas polisi yang ada disini tentang apa yang terjadi.
“Tahanan 2023 diserang oleh
preman yang pernah dia jebloskan selaku jaksa,” kata si petugas polisi,
memberitahu.
“Jadi, itu balas dendam?” tanya
Eun Suk, memastikan.
“Tahanan 2023 datang tepat
setelah penyerang bersumpah akan membunuhnya,” jawab si petugas polisi,
membenarkan.
Dokter keluar dari ruang operasi.
Dan melihat itu, Eun Suk langsung mendekatinya dan bertanya. Dan Dokter pun
memberitahu. “Kami telah menghentikan pendarahannya, tapi dia kehilangan banyak
darah. Hemoglobinnya amat rendah. Dia butuh darah.”
“Apa vitalnya stabil?” tanya
Seung Jae.
“Kami menstabilkannya dengan
dopamin dan infus, tapi harus tetap diawasi,” jawab Dokter. “Kami butuh darah,
tapi agak sulit, karena golongan darahnya langka.”
“Jika dia harus terus diawasi,
apa artinya dia bisa meninggal?” tanya Eun Suk, khawatir.
“Tanpa darah, kalian harus
bersiap untuk kemungkinan terburuk,” jawab Dokter.
“Terburuk? Berapa lama waktunya?”
tanya Eun Suk, memastikan.
“Beberapa jam paling lama,” jawab
Dokter. “Dia O Rh negatif. Kami telah umumkan berita terkait transfusi darurat,
mari kita tunggu sejenak,” jelas nya.
Mengetahui itu, Eun Suk merasa
lemas. Dan Joon Hwi membantu menopang tubuhnya.
Jaksa Jin datang ke rumah sakit.
Dan Eun Suk langsung menanyai, apa golongan darahnya. Lalu dia sedikit
menyalahkan Jaksa Jin.
“Apa itu salahku? Dia diserang
oleh seseorang yang dia penjarakan,” kata Jaksa Jin, merasa dituduh tidak adil.
“Apa golongan darahmu?” bentak
Eun Suk, bertanya.
Setiap murid mendapatkan pesan
dari Eun Suk yang mencari darah O Negatif untuk Jong Hoon.
Kuburan Byung Ju di bongkar.
Eun Suk, Seung Jae, dan Joon Hwi.
Mereka bertiga berdiri diluar ruangan rawat Jong Hoon dan memperhatikan kondisi
nya dari jauh.
Tiba- tiba tensi Jong Hoon dan
denyut nadinya menurun. Para tim medis langsung datang untuk menangani nya.
Mereka menggunakan alat kejut untuk menstabilkan kondisi Jong Hoon.
Kang Sol A pulang menemui Byeol,
karena dia cemas. “Cepatlah pindah. Kau tak bisa tinggal di sini,” katanya,
menyarankan.
“Memangnya kenapa? Tak ada
perumahan yang lebih murah selain di area ini,” kata Ibu Kang, menolak.
“Aku akan lebih berhati-hati. Kau
bisa kembali dan belajar,” kata Byeol, menenangkan.
Kang Sol A kemudian memberikan
alat untuk menjaga diri kepada Byeol. “Jika bertemu dengannya, kau tahu harus
apa,” katanya, mengingatkan.
Ibu Kang dan Byeol kemudian masuk
ke dalam rumah. Dan ketika mereka berdua masuk, Man Ho mematikan lampu
rumahnya. Menyadari itu, Kang Sol A merasa heran, tapi dia tidak berpikir
terlalu jauh.
Pesan dari komunitas darah langka
masuk ke ponsel Man Ho.
Joon Hwi pamit kepada Eun Suk dan
Seung Jae. Lalu dia pergi. Dan Seung Jae menebak kalau Joon Hwi pasti sedang
panik, karena autopsi ulang Byung Ju.
Tim forensik melakukan autopsi
pada mayat Byung Ju.
Kondisi Jong Hoon memburuk.
Ye Beom dan Bok Gi berkumpul di
kamar asrama Ji Ho dan menggosipi tentang kasus Joon Hwi. Lalui disaat itu,
Joon Hwi pulang. Dan mereka berdua pun langsung pamit.
Ji Ho meletakkan kotak kacamata
Byung Ju di meja. “Seharusnya kuletakkan kembali sebelum polisi datang. Jika
kuberikan langsung, barang buktinya tak akan diterima.”
“Meski kau berikan pada mereka,
akan tetap menjadi barang bukti, kecuali polisi memintamu mencurinya dariku,”
balas Joon Hwi, berpura- pura tenang.
“Aku ingin tahu kau apakan benda
itu,” balas Ji Ho. “Oh ya. Autopsinya sudah selesai?” tanyanya, ingin tahu. Dan
Joon Hwi hanya diam saja.
Jaksa Jin dan Det. Dong Su
menunggu hasil autopsi Byung Ju.
Man Ho menelpon Joon Hwi dan
memberitahu nya bahwa dia memiliki darah yang sama seperti Jong Hoon. “Kudengar
dia akan mati, kecuali jika kudonorkan darahku. Aku harus apa?” tanyanya. Dia sampai
ke rumah sakit.
“Kenapa bertanya padaku?” balas
Joon Hwi.
“Siapa yang paling diuntungkan
jika Yang Jong-hoon mati dan tutup mulut selamanya?” tanya Man Ho. “Sudah
kubilang. Aku ada di sini berkat pamanmu. Jadi? Haruskah kudonorkan darahku?”
tanyanya.
Mendengar itu, Joon Hwi diam. Dia
menatap kacamata milik Byung Ju dan berpikir. Lalu dia menjawab, “Jangan
lakukan apa pun dan diamlah. Jangan berikan darahmu.”