Original Network : jTBC Netfix
Jong Hoon datang menemui Man Ho, karena Kang
Dan.
Man Ho menceritakan kepada Jong Hoon bahwa dia
meninggalkan putranya di panti asuhan, dan Kang Dan menjadi sukarelawan di
panti asuhan tersebut serta mengajar putranya. Menurut kepala panti, Kang Dan
satu- satunya orang yang akrab dengan putranya, dan dia dengar kalau mereka
berdua masih berhubungan. Itulah alasan dia pindah ke daerah ini, karena dia
ingin mencari Kang Dan. Tapi sampai sekarang, dia masih belum melihat Kang Dan
juga.
“Tentu saja, dia sedang di Amerika,” kata Jong
Hoon, memberitahu. Dan Man Ho terkejut darimana Jong Hoon tahu. “Aku juga
sedang mencarinya,” jelasnya, singkat.
Tiba- tiba disaat itu, Kang Dan menelpon, dan
Man Ho langsung merebut ponselnya. Tapi Jong Hoon tidak membiarkan Man Ho untuk
menjawab.
“Ini aku, Kang Dan. Sudah lama sekali.
Kudengar kau mencariku,” sapa Kang Dan.
Ketika Man Ho merebut ponsel Jong Hoon dan
menjawab telpon Kang Dan, telpon dimatkan. Dan Jong Hoon merebut kembali
ponselnya.
“Jika kau mau, kita buat kesepakatan,” kata
Jong Hoon, mengajak bernegosiasi. “Kau benci Jaksa Jin. Siapa yang…” tanya nya,
ingin tahu siapa yang menyuruh Man Ho.
“Tak ada! Sudah kubilang. Aku tak pernah buat
kesepakatan karena aku takut!” teriak Man Ho, menjelaskan. “Mengerti? Yang
terjadi adalah dua wartawan itu terus mencecarku untuk wawancara…”
Koran lama yang
tertempel di dinding rumah Man Ho : “Mereka
terpaksa harus meloloskan UU Lee Man-ho untuk memastikan penjahat macam dia tak
akan pernah bebas. Choi Jung-hyeok.”
Jong Hoon membaca isi koran tersebut. Lalu dia
menatap Man Ho dengan serius. “Aku tak pernah setuju diwawancarai oleh wartawan
yang menulis artikel macam ini tentangku. Kuberi kau waktu
untuk berpikir,” tegas nya. “Oh, ya. Orang yang menemui Anggota Dewan Ko dan
menyuruhnya untuk mengusulkan revisi adalah Kang Dan,” katanya, memberitahu.
Lalu diapun pergi.
Mendengar itu, Man Ho terdiam dan berpikir.
Kang Sol A tertidur di perpustakaan. Lalu
disaat itu, Bok Gi dan Ye Beom datang serta mengambil buku catatan nya secara
diam- diam untuk di fotocopy.
Diruang fotocopy. Bok Gi dan Ye Beom merasa
kagum dengan catatan Kang Sol A yang sangat rapi sekali. Juga mereka agak iri,
karena Wakil Dean Ju adalah ayah Kang Sol A. Tepat disaat itu, Penjaga Dong
datang.
“Kalian yakin dia putrinya? Apa sudah kalian
cek? Sudah menanyainya?” tanya Penjaga Dong, mengingatkan.
“Berdasarkan foto dan situasi…” balas Ye Beom.
Lalu dia terdiam dan menatap Bok Gi. “Dia benar. Seharusnya nilai ujian Hukum
Konstitusinya bagus.”
“Benar juga,” gumam Bok Gi, setuju.
HUKUM PIDANA SEMESTER 1, UJIAN AKHIR KE-2
Ketika ujian sudah mau berakhir, Kang Sol A
mengalami mimisan dan terjatuh pingsan.
Dua orang murid merasa tidak senang, karena
Kang Sol B pindah ke kelas mereka, sehingga membuat saingan mereka bertambah.
Dan hal itu bisa saja menyebabkan nilai mereka jatuh. Jika seandainya Kang Sol
A yang pindah ke kelas mereka, maka mereka merasa bahwa mereka tidak perlu
cemas.
“Sol lebih pintar daripada kalian. Hanya
pecundang yang membicarakan orang di belakang,” sindir Bok Gi sambil berjalan
melewati dua murid tersebut.
“Belajar yang rajin agar tak cemas lagi,”
tambah Ye Beom sambil berjalan melewati dua murid tersebut juga.
Seung Jae menjaga Kang Sol A di rumah sakit.
Dan saat dia melihat tangan Kang Sol A yang terluka akibat terus di tusuk-
tusuk dengan pena, dia merasa agak tidak nyaman. Lalu tepat disaat itu, Kang
Sol A terbangun.
“Apa aku tak menyelesaikan ujianku?” tanya
Kang Sol A, cemas.
“Kau menyelesaikannya. Kau pingsan
setelahnya,” jawab Seung Jae, menenangkan.
“Astaga, syukurlah. Aku harus apa agar bisa
menjawab dengan sempurna sepertimu?” gumam Kang Sol A. “Kau seolah mampu
membaca pikiran profesor,” komentar nya.
“Kau dehidrasi akibat kafein. Kau terlalu
memaksakan diri,” kata Seung Jae, mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tepat disaat itu, Joon Hwi, Bok Gi, dan Ye
Beom, datang menjenguk. Mendengar betapa berisiknya mereka bertiga, Kang Sol A
mengeluh. Lalu tiba- tiba perutnya berbunyi dengan keras. Mendengar itu, Joon
Hwi tersenyum geli.
Diruang belajar. Selagi yang lain sibuk
mempelajari tentang Hak Subrogasi, Seung Jae sibuk membaca soal ujian yang
dicurinya. Dan dari Kang Sol B memperhatikan tingkah mencurigakan nya tersebut.
“Omong-omong, kau tak penasaran siapa saksi
itu?” tanya Bok Gi, tiba- tiba membahas tentang kasus Byung Ju.
“Aku tak peduli soal "saksi" karena
Prof. Yang tidak membunuhnya,” kata Kang Sol A dengan yakin.
“Jadi, tak ada saksi mata. Mereka hadirkan
saksi palsu?” tebak Bok Gi.
Disaat itu, Ye Seul datang. “Saksi itu adalah
aku,” katanya kepada semua. Dan yang paling terkejut mendengar itu adalah Seung
Jae.
Kang Sol A menarik Ye Seul untuk berbicara
berdua. Dia heran kenapa Ye Seul tiba- tiba menjadi saksi. Dan Ye Seul diam.
Lalu Kang Sol B datang mendekat.
“Itu masalahmu karena kau terlalu memercayai Prof. Yang,” komentar Kang Sol B, tidak
merasa ada yang salah dengan Ye Seul. “Dia bisa saja berkata bahwa dia
memasukkan gula ke kopi Prof. Seo meski kenyataannya yang dia masukkan adalah
obat,” katanya, meragukan Jong Hoon.
Tiba- tiba Yeong Chang menelpon, dan Ye Seul
keluar untuk menjawab telpon tersebut. Lalu Kang Sol B juga keluar dari
ruangan. Dan dengan lemas, Kang Sol A menghela nafas.
Diparkiran. Yeong Chang memberikan obat bulat
berwarna emas kepada Ye Seul dan menyemangatinya. Dan Ye Seul diam serta
menolak untuk meminum obat tersebut.
Dirumah duka. Ji Ho menunjukkan surat
gugatannya kepada Abu Ayahnya. “Akan kupastikan dia dinyatakan bersalah dan
membayar perbuatannya. Akan kutunjukkan kemampuanku kepadamu, Ayah,” katanya
dengan penuh tekad dan sambil menahan rasa sedihnya.
Saat Joon Hwi berpapasan dengan Yeong Chang
dan Ye Seul, dia sengaja mengabaikan Yeong Chang dan hanya berbicara kepada Ye
Seul saja. Tapi Ye Seul tidak berani menatap Joon Hwi karena dia memiliki
perasaan bersalah.
“Duduk di kursi saksi itu mendebarkan. Semoga
sukses,” kata Joon Hwi, penuh arti.
“Jangan khawatir,” dengus Yeong Chang. Lalu
dia memegang bahu Joon Hwi. “Hari ini, seluruh dunia akan tahu siapa pembunuh
pamanmu.”
“Aku mau ke toilet,” pamit Ye Seul. Lalu dia
langsung berjalan pergi.
Didalam bilik toilet, Ye Seul menarik nafas
dalam- dalam untuk menenangkan dirinya. Lalu sebelum dia sempat membuka pintu
untuk keluar, tiba- tiba terdengar suara Kang Sol A dan Eun Suk yang datang ke
toilet. Jadi diapun tidak jadi keluar dari bilik toilet.
Kang Sol A meminta Eun Suk melakukan sesuatu
untuk menghentikan Ye Seul. Tapi Eun Suk tidak bisa, karena Ye Seul telah
mengambil keputusan ini, jadi mereka harus coba menghargai pilihannya. Walaupun
Ye Seul akan memberikan pernyataan palsu nanti nya.
“Aku tak pernah mencurigai Prof. Yang, tapi
setelah mengetahui Ye-seul melihatnya, aku mulai berpikir itu mungkin benar.
Rasanya aneh melihat diriku mulai mencurigainya,” gumam Kang Sol A, merasa
tidak nyaman.
Mendengar pembicaraan itu, Ye Seul merasa
sangat stress dan dilema.
SIDANG KETIGA PROFESOR YANG JONG-HOON
Sebelum Jaksa Jin mulai bertanya- tanya, Ye
Seul meminta izin untuk meminum pil penenang. Dan Hakim mengizinkannya.
Disaat itu, Jong Hoon memakai kacamata hitam.
Dan Pengacara Park merasa heran ada apa, begitu juga dengan Hakim.
“Kontak mata dengannya akan membuatnya tak
nyaman. Harap dimengerti,” kata Jong Hoon, menjelaskan kepada Hakim.
Jaksa Jin mulai bertanya. Dan Ye Seul selalu
menjawab ‘iya’ untuk setiap pertanyaannya. Mendengar itu, setiap penonton
langsung heboh, dan Yeong Chang tersenyum dengan puas. Sebab setiap pertanyaan
yang Jaksa Jin ajukan adalah untuk memojokkan Jong Hoon dan membuat Jong Hoon
menjadi pelaku pembunuhan. Pertanyaan nya adalah Jong Hoon bukan memberikan
gula kepada Byung Ju, melainkan sabu- sabu. Dan jawaban nya adalah ‘Iya’.
“Kenapa Anda tak muncul lebih awal?” tanya
Jaksa Jin, untuk membuat Hakim lebih yakin bahwa kesaksian Ye Seul adalah
benar, bukan kesaksian palsu.
Flash back
“Kenapa
Anda tak muncul lebih awal? Jika dia bertanya begitu …” kata Yeong Chang,
mengajarkan Ye Seul cara menjawab pertanyaan di persidangan.
Flash back end
“Saya tidak bisa,” jawab Ye Seul.
“Kenapa tidak?” tanya Jaksa Jin.
Flash back
“Sebelum menjawab, lirik Yang Jong-hoon sekali
lagi. Dengan rasa takut. Lalu jaksa akan berkata, Anda sudah bersumpah. Nyatakan
kebenarannya saja.”
Flash back end
Ye Seul menatap ke arah Jong Hoon dengan
tatapan takut- takut. “Profesor Yang bilang…” katanya dengan suara gemetar.
“Bawalah sampai mati, atau…”
“Atau apa?” tanya Jaksa Jin.
“Katanya dia akan buat saya sengsara,” jawab
Ye Seul. Lalu dia menundukkan kepalanya.
Flash back
“Katanya
dia akan buat saya sengsara. Kau harus tampak seperti akan menangis,” kata
Yeong Chang, mengajarkan. Dan Ye Seul menurut. “Tak perlu menangis sungguhan,”
jelasnya.
Flash back end
Ye Seul meneteskan air matanya dan menangis
dalam diam. Ketika Pengacara Park mendekat, dia langsung berdiri dan menghadap
Yeong Chang.
“Saya tak bisa,” kata Ye Seul. Dan Yeong Chang
mendesis untuk memperingatkannya agar jangan bertindak sembarangan. “Saya tak
bisa melakukan ini sebagai mahasiswa hukum. Saya tak bisa melakukan ini karena
saya ingin menegakkan hukum,” jelas nya.
“Saksi,” panggil Hakim.
“Maaf, Yang Mulia. Saya tak berpikir jernih,”
kata Ye Seul sambil menatap Hakim. Dan Yeong Chang langsung menjerit keras.
“Tertib!” bentak Hakim. “Saksi. Maksudnya,
Anda berbohong?” tanyanya kepada Ye Seul untuk memastikan.
Mendengar itu, para penonton merasa heboh. Dan
Seung Jae pergi dari persidangan.
“Saksi. Anda mengganti ucapan Anda karena
takut terdakwa menyerang Anda. Benar?” tanya Jaksa Jin dengan panik.
“Yang saya takutkan…” kata Ye Seul, menjawab.
“adalah video dari kamera pengintai. Dia mengancam akan menyebarkan video seks
kami.”
Mendengar itu, Yeong Chang langsung kabur dari ruangan persidangan. Dan suasana di ruangan persidangan berubah menjadi agak aneh.
“Saya tak tahu apakah Prof. Yang menaruh obat
atau gula di kopinya karena saya tak melihatnya. Saya minta maaf,” kata Ye
Seul, meminta maaf kepada Jong Hoon. Lalu dia juga meminta maaf kepada Hakim
dan Jaksa. Serta dia meminta maaf kepada penonton.
Ditempat parkir. Yeong Chang menendang
mobilnya dengan emosi. Lalu ketika para wartawan mendekat, dia langsung masuk
ke dalam mobil dan kabur.
Ye Seul bersembunyi di dalam bilik toilet, dia
diam dan merenung. Lalu ketika Kang Sol A datang mencarinya, dia keluar dari
bilik toilet. “Apa yang harus kulakukan?” tanyanya sambil tersenyum sedih.
Kang Sol A tidak menjawab. Dia diam dan
memeluk Ye Seul serta membiarkan Ye Seul menangis untuk meluapkan emosinya.
Dikamar asrama. Kang Sol A menyarankan Ye Seul
untuk jangan berpikir dan tidur saja. Kemudian dia pergi untuk mengambil
selimutnya, karena dia berniat untuk menemani Ye Seul malam ini. Tapi sebelum
pergi, dia mengingatkan Ye Seul untuk mematikan ponsel.
Ye Seul diam dan menatap fotonya bersama
dengan Yeong Chang.
Flash back. Sebelum sidang dimulai.
“Boleh kukatakan sesuatu?” tanya Jong Hoon,
ketika dia berpapasan dengan Yeong Chang didekat toilet. “Jika muridku masuk
kelasku dengan kacamata hitam lagi karena kau, kau yang akan mengenakan
kacamata hitam seumur hidupmu,” katanya, memperingatkan.
Disaat Jong Hoon mengatakan itu, Ye Seul ada
didekat sana dan mendengar.
Flash back end
Yeong Chang menelpon.
Ketika Kang Sol A kembali ke kamar asrama Ye
Seul dengan membawa selimut, Ye Seul tidak ada dikamar.
Diluar gedung asrama. Yeong Chang memukul Ye
Seul dan memerintahkannya untuk berlutut. Dan Ye Seul memohon agar Yeong Chang
jangan seperti ini.
“Kau tak bisa menusukku dari belakang,” kata
Yeong Chang sambil mencambak rambut Ye Seul. “Akan kuambil pisau yang kau tancapkan
di punggungku dan menusuk hati aroganmu,” ancamnya.
Yeong Chang berniat menyebarkan video seks
mereka. Dan Ye Seul merasa panik serta berusaha untuk menghentikannya.
“Ye-seul. Orang-orang akan
lupakan perbuatanku. Aku akan jadi pahlawan. Karena menyebarkan video seks
gadis seksi sepertimu. Kau belajar hukum, kau tentu paham. Paling aku hanya
didenda. Ditahan sementara? Kasihan. Sementara kau… “ kata Yeong Chang sambil
tersenyum sinis. “Hidupmu akan hancur. jika berjudul mahasiswi Fakultas Hukum
Hankuk,” bisiknya sambil tertawa. “Aku tahu akulah pelakunya. Tapi kaulah yang
berantakan,” ejek nya.
“Bagaimana…
Bagaimana kau tega lakukan ini jika kau mencintaiku?” tanya Ye Seul,
tidak menyangka dengan sikapnya.
“Kaulah orang yang mengkhianati cintaku,” balas
Yeong Chang, tidak merasa bersalah.
“Apa ayahmu tahu soal ini? Kau seharusnya
tidak lakukan ini, demi ayahmu,” kata Ye Seul, menasehati. Dan Yeong Chang
tertawa dengan keras. Lalu dia berniat menyebarkan video seks mereka.
Melihat itu, Ye Seul merebut ponsel Yeong
Chang dan mendorong Yeong Chang. Lalu tanpa sengaja, kepala Yeong Chang
terantuk mengenai pembatas parkiran dan dia jatuh tidak sadarkan diri.
Ye Seul merasa panik. Apalagi saat dia melihat
ada darah. Dan dia berniat untuk menelpon Kang Sol A. Tapi disaat itu, Jong
Hoon muncul dan merebut ponselnya.
“Profesor Yang,” kata Ye Seul, terkejut.