Original Network : jTBC Netfix
Pengacara Park membahas tentang tiket sekali
jalan yang menjadi permasalahan, pada saat Jong Hoon di tangkap. Pada saat itu,
Jaksa menyimpulkan kalau terdakwa, Jong Hoon, berusaha kabur setelah membunuh
Byung Ju. Jadi Pengcara Park membahas tiket ini untuk membuktikan
ketidakbersalahan Jong Hoon.
“Terdakwa. Kenapa Anda ingin ke Boston?” tanya
Pengacara Park.
“Untuk mencari seseorang,” jawab Jong Hoon.
“Itu tiket sekali jalan karena kepulangan saya bergantung apa saya mampu
temukan orang itu,” katanya, menjelaskan.
“Siapa yang hendak Anda cari?” tanya Pengacara
Park.
Jong Hoon diam dan melirik ke arah Kang Sol A
yang duduk di belakang. Lalu dia menjawab, “Kang Dan.”
Mendengar nama Kang Dang, Jaksa Jin merasa
terkejut.
Flash back
Selesai bersauna, Dewan Ko menceritakan
tentang Kang Dan. Dengan bingung, Jong Hoon menanyai, siapa Kang Dan.
Flash back end
Jaksa Jin menghentikan Pengacara Park dan
mengajukan protes kepada Hakim, karena ini tidak berkaitan dengan sidang.
“Tidak berkaitan? Kalau begitu, apa Anda
setuju tiket pesawat ini tak dapat dijadikan bukti untuk membuktikan
tuntutannya?” tanya Pengacara Park. Dan Jaksa Jin tidak bisa menjawab.
“Dia anggota kampanye Anggota Dewan Ko Hyeong-su.
Dia bertugas sebagai penyebar isu palsu untuk kandidat
lawan, dan lenyap begitu saja,” kata Jong Hoon, menjawab pertanyaan Pengacara
Park sebelumnya.
“Yang Mulia,” kata Jaksa Jin, protes kepada
Hakim.
“Terdakwa, nyatakan informasi yang berkaitan saja,”
kata Hakim, mengingatkan.
Dengan keras, Jaksa Jin menuduh kalau Jong
Hoon sedang menyebarkan informasi palsu didepan awak media, jadi dia ingin
Hakim memberikan batasan kepada Jong Hoon. Namun Hakim tidak setuju, ini memang
bisa menjadi pencemaran nama baik bagi pihak yang bersangkutan, tapi bukan
berarti mereka perlu membatasi Jong Hoon.
“Itu bukan informasi palsu,” tegas Jong Hoon.
“Lenyap secara misterius setelah sebarkan isu
palsu? Dia sendiri yang mencabut tuntutannya dan terbang ke Amerika,” balas
Jaksa Jin.
“Tunggu,” kata Pengacara Park sambil tersenyum
senang. “Anda tahu dari mana?” tanyanya.
Mendengar itu, Jaksa Jin merasa gugup. “Saya
dengar dari Jaksa Seo Byung-ju,” jawabnya.
Kang Sol A mencari informasi tentang Dewan Ko
yang menyebarkan isu palsu mengenai lawannya di Internet. Tapi dia tidak bisa
menemukan informasi apapun terkait isu tersebut.
Lalu Kang Sol A membaca surat yang Kang Dan
tulis dan merenungkan nya. “Dia tunduk di bawah kuasa uang?” gumamnya.
Kepada Jaksa Yang Jong-hoon.
Aku ragu apa aku mampu menyampaikan surat ini padamu, tapi aku
tetap ingin meminta maaf.
Jaksa Yang, aku telah berjanji tak berkompromi dengan
ketidakadilan. Tapi maaf, aku tak mampu menepatinya. Pada akhirnya, aku tunduk
di bawah kekuasaan uang.
Tolong jangan ampuni pengkhianatanku, tetaplah berpegang pada
prinsipmu, dan pastikan kau menjerat Ko Hyeong-su.
Dicafe. Kang Sol B memberitahu Seung Jae bahwa
dia tidak ada menjiplak, tapi Jong Hoon tidak mau percaya. Dan Seung Jae
menanyai, apakah karena ini, Kang Sol B jadi ingin mempercayai bahwa Jong Hoon
adalah pelaku nya, dan karena ini juga, Kang Sol B bilang tidak ada melihat
kemasan gula.
“Kau sendiri kenapa bisa yakin Prof. Yang tak
melakukannya?” tanya Kang Sol B dengan agak sinis.
“Karena aku bersamanya.”
Jaksa Jin membahas tentang kemasan gula. Jong
Hoon menyatakan kalau Jong Hoon segera meninggalkan lokasi kejadian begitu
Byung Ju sadar. Tapi Ji Ho yang datang setelahnya, menyatakan kalau Byung Ju
keracunan obat- obatan, dan Kang Sol B menyatakan kalau dia tidak ada melihat
kemasan gula.
“Kami menolak menerima kesaksian Kang Sol B,”
kata Jong Hoon dengan tegas. “Anda bisa memanggilnya dan menanyainya,” jelas
nya.
Tepat disaat itu, Kang Sol B masuk ke dalam
ruang sidang.
“Sepertinya saya tak perlu,” balas Jaksa Jin.
“Tapi jika Anda ingin buktikan Anda tak bersalah, bukankah harusnya Anda undang
dia untuk memastikan jawabannya saat penyidikan? Kenapa Anda tak memanggilnya
sebagai saksi? Menurut ucapan Anda, seharusnya Anda memohon dia bersaksi,”
tanyanya dengan keras. “Dia ada di sini. Anda harus memintanya menjadi saksi,”
katanya, menunjukkan. Dan Jong Hoon hanya diam saja.
SAKSI DAPAT DIMOHONKAN DI TEMPAT.
Karena Jong Hoon hanya diam saja, maka Jaksa
Jin langsung membuat kesimpulan sendiri. Jong Hoon tidak berani menjadikan Kang
Sol B sebagai saksi, karena kesaksian Kang Sol B akan membuktikan perkataannya
tidak benar.
Mendengar itu, Jong Hoon tetap diam saja. Dan
dengan heran, Kang Sol B menatap Jong Hoon.
Kang Sol A pulang ke rumah, menemui Ibu Kang
A, untuk menanyai tentang Kang Dang. Tapi Ibu Kang A tidak mau membahas tentang
Kang Dan serta berniat untuk berangkat bekerja saja.
“Apa terjadi sesuatu di antara dia dan ayah
Byeol sebelum…” tanya Kang Sol A, sangat ingin tahu.
“Hentikan!” bentak Ibu Kang A. “Dia bukan
keluarga kita. Jangan mengungkit masa lalu. Jangan pulang jika kau membahas ini
lagi.”
Kang Sol A semakin merasa penasaran. Jadi diapun
mencoba mencari tahu sendiri.
Jaksa Jin mempertanyakan Jong Hoon, kenapa
Jong Hoon tidak berada diruang balai sidang, ketika ujian simulasi diadakan.
Dan Jong Hoon menjawab bahwa pada pagi itu, dia menerima video tabrak lari
Byung Ju. Lalu dia pergi ke TKP di Jurae-dong untuk memeriksa faktanya.
Kemudian pukul 12.30 dia sudah datang ke sekolah, tapi karena terkejut dengan
fakta yang ditemukannya, jadi dia tidak menghadiri ujian simulasi.
“Anda melupakan tanggung jawab sebagai dosen?”
tanya Jaksa Jin. “Karena Anda tak tahu apa yang akan Anda lakukan jika bertemu
korban?” tanyanya, menggiring.
“Dia menggiring terdakwa!” protes Pengacara
Park.
“Diterima,” kata Hakim, setuju.
Jaksa Jin menundukkan kepalanya kepada Hakim
sebagai tanda maaf. Lalu dia kembali mempertanyakan Jong Hoon. Pada hari
kejadian, setelah agak siang, Jong Hoon akhirnya menghadiri sidang simulasi dan
menemui korban, Byung Ju, serta membelikan nya segelas kopi, kenapa.
“Saya ingin memastikan dengan cara
menanyainya,” jawab Jong Hoon.
Flash back
Jong Hoon memberikan segelas kopi kepada Byung
Ju, lalu dia menanyai tentang kejadian tabrak lari dulu. Dan Byung Ju
menghindar, tidak menjawab. Lalu Byung Ju menyuruh seluruh murid untuk rihat
selama 30 menit.
Ketika Byung Ju duduk ditangga dan menaruh
sabu- sabu ke dalam kopi, Jong Hoon memergokinya dan merebut sabu- sabu yang
Byung Ju pegang. Lalu Byung Ju mengakui kejahatannya dulu. Dan Jong Hoon merasa
marah.
“Kenapa cuma sedikit yang kau masukkan?
Masukkan semuanya,” bentak Jong Hoon, emosi. “Kau membunuh seorang anak, tapi
kau tak ingin mati, tapi memilih hidup tersiksa tanpa rasa malu?”
“Kau benar. Aku sudah tak tahan,” balas Jong
Hoon, bergumam.
Flash back end
Jaksa Jin mempertanyakan, apakah karena ini
Jong Hoon membunuh Byung Ju. Dan Jong Hoon menjawab tidak, karena jika dia mau,
maka dia bisa saja membiarkan Byung Ju mati akibat hipoglikemia dan tidak perlu
memberikannya gula.
“Bagaimana jika sebenarnya dia tak mengalami
hipoglikemia?” tanya Jaksa Jin. Mendengar itu, para penonton merasa heboh.
Kang Sol A menemukan dokumen notarisasi di
laptop Kang Dan dulu. Dokumen tersebut merupakan persetujuan bahwa Kang Chil
Seong tidak akan menyiksa An Suk Ja lagi, apabila Kang Dan mencapai kesepakatan
dengan Ko Hyeong Su. Dan Dokumen tersebut dicap serta disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu Kang Dan dan Ko Hyeong Su.
Jaksa Jin menunjukkan barang bukti baru, yaitu
glukometer yang digunakan oleh Byung Ju untuk mengecek kadar glukosa didalam
darah.
Byung Ju selalu mengecek dan mencatat kadar
glukosa nya. Pada pukul 12.30, hari kejadian, angka glukosa nya adalah 227, itu
hiperglisemia (kadar gula tinggi).
“Menyerahkannya seperti ini curang,” protes
Pengacara Park dengan keras.
“Tolong jangan menerimanya sebagai bukti.
Kalian harus tunjukkan bahwa tipu muslihat dari jaksa tak bisa kelabui pengadilan
ini,” protes Jong Hoon, juga. “Gunakanlah di sidang selanjutnya,” pintanya.
“Perubahan putusan akan berdampak pada hakim,” katanya, mengingatkan.
Mendengar perkataan Jong Hoon, para penonton
langsung heboh, karena Jong Hoon sangat pintar dan cerdik. Namun Hakim merasa sedikit
marah, karena perkataan Jong Hoon menyinggung nya.
“Akan saya terima. Kami akan hentikan
interogasi dan memeriksa barang bukti,” kata Hakim, memutuskan. “Pengacara
pembela, Anda setuju?” tanyanya.
“Tidak, saya tidak setuju,” jawab Pengacara
Park dengan keberatan.
“Maka saya ingin catatan dari kadar glukosa
yang diperiksa,” pinta Jaksa Jin.
“Diterima,” kata Hakim.
Jaksa Jin kembali membacakan laporannya. Kadar
glukosa Byung Ju pada pukul 12.30 adalah 227. Jadi kemungkinan terjadinya
hipoglikemia (kadar gula rendah) pada pukul 14.55 adalah nihil, kecuali Byung
Ju ada mengalami overdosis insulin. Dan dia ada bukti strip darah yang
mengkonfirmasi bahwa kadar glukosa yang ada dialat glukometer adalah darah
Byung Ju. Juga dia memiliki laporan dari forensik yang mengkonfirmasi kalau itu
benar.
“Permainan selesai. Tamat sudah. Dia tak akan
lolos,” gumam Ye Beom.
Seung Jae masih merasa ragu untuk menjadi
saksi atau tidak. Lalu dia menelpon Istrinya untuk mengakui kesalahan dan
membuat Istrinya bersiap. Tapi sebelum dia sempat mengatakan apapun, Istrinya
memintanya datang ke rumah sakit sekarang.
Eun Suk melihat Seung Jae berbalik dan
berjalan pergi dari gedung pengadilan. Lalu diapun mengirimkan pesan kepadanya.
“Sudah kubilang, ini belum terlambat. Aku
percaya kau punya keberanian. Sampai jumpa.”
Membaca pesan itu, Seung Jae diam dan
merenung. Lalu Istrinya datang.
Istri Seung menunjukkan video usg bayi mereka.
Akhirnya mereka berhasil untuk memiliki anak dan dia merasa sangat senang. Tapi
Seung Jae tidak bisa merasa senang, melainkan dia merasa gelisah.
Istri Seung kemudian memakaikan cincin
pernikahan mereka ke jari Seung Jae. “Jangan pernah melepasnya lagi,” katanya,
mengingatkan. “Mulai sekarang, ini tanda bahwa kaulah ayahnya. Juga aku tak
akan menentangmu untuk masuk fakultas hukum lagi. Karena itu, berjuanglah demi
bayi kita,” katanya, menyemangati. Tapi Seung Jae sama sekali tidak bisa merasa
bersemangat.
Ye Seul datang menjenguk Yeong Chang. Dia
berlutut didepan Yeong Chang dan meminta maaf. Tapi Yeong Chang sama sekali
tidak mau memaafkan Ye Seul.
“Dia menyuruhmu menjengukku? Dia menyuruhmu
untuk menangis dan mengemis agar aku berdamai?” tanya Yeong Chang dengan sinis.
Dia yang dimaksud adalah Joon Hwi yang telah membantu Ye Seul.
Ketika Ye Seul selesai menjenguk, dia bertemu
dengan Seung Jae.
Ditaman rumah sakit. Seung Jae menghibur Ye
Seul untuk jangan menyalahkan diri sendiri, karena jika Yeong Chang terus melanjutkan
perawatan, maka satu sisi tubuhnya yang lumpuh pasti akan segera membaik. Tapi
Ye Seul tetap saja merasa bersalah dan dia merasa kalau dirinya pasti tampak
menyedihkan. Namun Seung Jae tidak setuju, karena menurutnya, Ye Seul luar
biasa, sebab Ye Seul berani untuk menjadi saksi dipersidangan. Sementara
dirinya sendiri, tidak berani untuk menjadi saksi.
“Kukira aku juga tak mampu,” kata Ye Seul,
menceritakan perasaan nya saat menjadi saksi dipersidangan. “Saat kulihat Prof.
Yang duduk di sana sebagai terdakwa! Aku sadar bisa sebesar apa dampak dari
ucapanku. Buku yang kubaca tak membuatku paham, tapi saat aku berdiri di sana!
Aku sadar arti hukum yang sesungguhnya. Lalu semua ini terjadi,” jelas nya.
Ye Seul kemudian pamit. Dan dia meminta Seung
Jae agar jangan memberitahu anggota kelompok bahwa Seung Jae ada bertemu dengan
dirinya. Karena dia tidak yakin bahwa dia akan kembali bersekolah.
“Ye-seul,” panggil Seung Jae.
“Kau bisa melakukan hal yang sama,” kata Ye
Seul, menyemangati. Lalu dia berjalan pergi. Dan Seung Jae, diam merenung.
Beberapa orang merasa khawatir kepada Jong
Hoon, karena situasi Jong Hoon sangat dirugikan. Sementara beberapa orang lagi
merasa kalau Jong Hoon memang adalah pelakunya, seperti Ye Beom.
“Bukan dirugikan, artinya dia pelakunya. Dia
tidak mengalami hipoglikemia,” komentar Ye Beom. Lalu tepat disaat itu, Jong
Hoon lewat. Dan dia langsung menutupi mulutnya dengan panik.
Ketika Kang Sol B lewat, Joon Hwi menatap nya.
Didalam lift. Kang Sol B mengatakan kalau dia
yakin bahwa Joon Hwi pasti tahu kalau dia ada melihat kemasan gula, tapi dia
heran, kenapa Joon Hwi atau yang lainnya, tidak meminta dia untuk bersakssi.
“Itu keputusanmu, sama seperti Ye-seul,” kata
Joon Hwi. Intinya dia tidak mau memaksa, semua ada ditangan Kang Sol B untuk
memutuskan sendiri.
Eun Suk menunjukkan pesan dari Seung Jae
kepada Jong Hoon. “Istriku hamil setelah
berkali-kali gagal. Jika dia tahu perbuatanku, akan terjadi hal yang tak
diinginkan. Tolong jangan menungguku. Maafkan aku.”
“Kenapa kita tak bujuk Sol B?” tanya Eun Suk,
menyarankan. “Jaksa tak bisa memanggilnya sebagai saksi karena dia bisa bilang
dia melihat kemasan gulanya.”
Tepat disaat itu, Kang Sol B lewat. “Tolong
panggil aku sebagai saksi. Akan kupatahkan pernyataan jaksa. Dengan begitu, kau
tak akan lagi mencurigaiku soal plagiarisme,” jelas nya.
Jaksa Jin kebetulan lewat juga, dan dia
mendengar kata- kata Kang Sol B. Sambil tertawa, dia mengomentari bahwa Kang
Sol B terdengar persis seperti dirinya. Dengan menjadi saksi dan mematahkan
pernyataannya, nama Kang Sol B akan menjadi viral karena bekerja sama dengan
seorang pembunuh, dan itu akan menutupi kasus plagiarisme Kang Sol B.
Mendengar itu, Eun Suk dan Jong Hoon saling
melirik.
Keluar dari gedung persidangan, Jaksa Jin
mendapatkan telpon yang mengabari tentang tuntutan dari Ji Ho. Lalu setelah
itu, dia berjumpa dengan Ji Ho yang berdiri di dekat mobilnya.
“Jadi, kau menuntutku?” tanya Jaksa Jin dengan
sikap tenang. “Yang kau pelajari dari Yang itu sampah. Jangan buang tenagamu
untuk omong kosong ini.”
“Ingat teleponku?” balas Ji Ho, bertanya.
Flash back
Ji Ho ingin mengetahui, siapa Jaksa yang telah
membocorkan tentang kasus Ayahnya ke media. Dan untuk mengetahuinya, maka dia
menelpon Wartawan Choi.
Disaat Ji Ho menelpon dan bertanya, Wartawan
Choi sedang makan siang bersama dengan Jaksa Jin. Dan Jaksa Jin yang menjawab
pertanyaan Ji Ho.
“Itu Jaksa Seo Byung-ju,” kata Jaksa Jin,
membohongi Ji Ho.
Flash back end
“Itu sudah lama sekali. Seharusnya kau periksa sejak lama,” komentar Jaksa Jin, tidak merasa bersalah sama sekali. “Jika kau mau lolos ujian pengacara, cabut tuntutanmu dan fokuslah belajar,” ancamnya secara halus. Lalu dia pergi begitu saja.
Setelah Jaksa Jin pergi, Joon Hwi menghampiri
Ji Ho dan menghiburnya. Dan dengan ekspresi suram, Ji Ho memberitahu bahwa dia merasa kalau Jaksa Jin meremehkannya, juga dia
merasa kesal kepada dirinya sendiri, karena kenapa pada saat itu dia tidak
menghubungi Byung Ju dan memastikan faktanya.
“Memang benar. Kenapa aku tak pernah tanyakan
alasan dia berubah, bahkan sekali pun?” gumam Joon Hwi, merasa kesal kepada
dirinya sendiri juga.
Joon Hwi kemudian menunjukkan foto di IG
Wartawan Choi. Disana ada foto putra kecil Wartawa Kim sedang bermain dengan
mainan buatan Ayah Ji Ho.
“Tunjukkan kau bukan lawan yang mudah. Di mataku, kau juga tidak mudah,” kata Joon Hwi, menyemangati Ji Ho.