Sinopsis Lakorn : Praomook E05 - 2



Di pengunjung hari, akhirnya, kedua orang tua mengantarkan mereka ke kamar pengantin. Keduanya, memberikan nasehat. Da meminta agar Lan menjaga putrinya. Alih-alih mengiyakan, Lan menjawab dengan sikap dingin kalau Mook bisa menjaga dirinya sendiri dan tidak butuh siapapun. 

Pat sampai harus melotot dan bicara tanpa suara agar Lan mengucapkan terimakasih kepada mertuanya. Barulah Lan melakukannya.


Giliran Chat. Dia meminta Mook untuk menjaga putranya dan memperbaiki hidupnya agar tidak melewati batas dan melakukan hal buruk. Yang lebih penting, cobalah mencegah Lan menjadi gelandangan. Chat juga meminta Lan untuk menjadi lebih bertanggung jawab karena sekarang dia sudah menikah. Lan tentu kesal. Sementara Mook hanya tersenyum sopan. 

Pat melanjutkan kalau dia berharap keduanya tetap bersama dan melakukan yang terbaik untuk saling menjaga. Bersabarlah. Jika menghadapi rintangan, cobalah menghadapinya bersama. 



Setelah memberikan nasehat, kedua orang tua akhirnya pamit keluar dan memberikan waktu bagi keduanya. Chat dan Pat beneran suka karena Mook menjadi menantu mereka. Pat sampai berjanji akan memperlakukan Mook seperti putrinya sendiri. Bukan hanya itu, Pat juga sudah membayangkan akan mempunyai cucu yang lucu. Da kaget mendengar bayangan Pat, sebab, ini kan hanya pernikahan yang akan berakhir dalam 1 tahun, jadi, tidak perlu hingga sejauh itu. Chat untungnya cepat membaca situasi dan langsung setuju dengan pendapat Pat.

Pat tidak mengerti ketidaksetujuan Da, dan malah terus bilang kalau dia hanya sedikit berharap. Chat menengahi agar tidak terburu-buru. Malam ini adalah penentu, akankah mereka saling membunuh atau mencintai.



Di dalam kamar, Lan sudah langsung menetapkan batas. Dia akan tidur di ranjang dan Mook di lantai. Mook tidak mau. Hak mereka sama di rumah ini, jadi jangan bersikap mengatur. Ah, apa Lan tidak mau tidur dengannya karena takut pada diri sendiri?

“Aku tidak takut. Aku jijik. Aku sudah merasa kotor berada di dekat wanita seperti kamu.”

Mook jelas tersinggung. Tapi, dibandingkan berdebat tanpa henti, dia lebih memilih membalas dengan tindakan. Mook melompat ke kasur dan berguling-guling. Wah, sepertinya dia sudah mengotori ranjang ini. Jika Lan tidak bisa tidur di sini malam ini, menginap saja di luar.



Lan sangat kesal. Dia lebih memilih ke kamar mandi untuk membersikan dirinya. Selesai mandi, dia keluar dengan bertelanjang dada. Mook menebak kalau Lan berusaha merayunya. Lan tidak menyangkal sama sekali. Sayangnya, Mook malah bilang tidak tergoda karena tubuh Lan biasa saja. 

“Mulutmu kotor,” maki Lan, tanpa sadar mulutnya yang lebih kotor.

“Kau juga,” balas Mook.


Lan nggak terima dengan sikap acuh Mook. Dia malah mencegah Mook pergi ke kamar mandi dan menariknya ke ranjang. Udah gitu, Lan malah biang ini hanya nafsu, bukan cinta. Mook meronta, tapi Lan malah semakin kelewatan. Ya udah, Mook meladeninya. Dia juga bisa melakukan seperti yang Lan lakukan. Lan malah menghinanya seolah dirinya yang paling suci. (aku nggak bisa nulis semua yang dikatakan Lan, karena terlalu ******).

Mook udah sering di maki dan di hina Lan, jadi dia memilih untuk bersikap kebal. Dia malah menantang kalau dia bisa menjadi ibu dari anak-anak Lan, tapi dengan begitu, perjanjian selama setahun akan berakhir dan mereka harus hidup bersama selamanya.


Pada akhirnya, Lan yang kalah. Dia mendorong Mook dan menjauh dengan ketakutan. Mook malah mengejek Lan, apa dia malu, gugup atau seorang pecundang? Lan mana mau disebut pecundang. 

Sebenarnya, Mook juga hampir menyerah. Tapi, dia berulang kali bilang sama dirinya kalau ini hanyalah permainan. Jangan menyerah. Dia yang harus menang.

--


Petch masih saja memikirkan perasaan Rut. Dia sangat takut kalau Rut merasa sedih. WTH!

--


Rut masih saja bersin-bersin dan matanya berair padahal sudah pulang. Ternyata, dia alergi bunga. Poom yang tinggal bersamanya, memberikannya obat sambil mengomelinya karena sudah tahu alergi bunga, malah mendekati bunga. Lebih baik berhati-hati daripada merepotkan orang lain.

Rut langsung mengancam menyuruh Poom tidak masuk kerja besok jika merasa kerepotan. Dan lebih baik lagi, pergi dari rumahnya karena dia tidak mau merepotkan. Poom langsung mengubah ucapannya. Dia suka direpotkan.

Mereka mulai bicara serius. Rut meminta Poom untuk menyelidiki Nuch karena dia curiga Nuch adalah dalang dari kecelakaan Lan. Dan dia ingin tahu hasilnya sekarang.


Flashback

Setelah Nuch membanting pintu, Poom tidak langsung pergi. Dia menekan bel lagi hingga Nuch membukakan pintu. Dengan sangat baik, dia menawarkan untuk mengatarkan Nuch ke rumah sakit. Nuch menolak. Tapi, Poom nggak mau menyerah dan menahan pintu. Dia memberikan kartu namanya agar Nuch bisa menghubunginya jika merasa tidak sehat lagi.

Di sela waktu yang sempit itu, Poom sempat mengintip ke dalam condo Nuch. Ada dua sofa dengan warna berbeda : abu-abu dan maroon.


Setelah menerima kartu nama Poom, Nuch mendorongnya keluar dan menutup pintu kamarnya. Kebetulan sekali, di dekat sana ada cleaning service. Poom mencoba mengorek informasi dari CS tersebut. 

End



Dari CS tersebut, Poom mendapat informasi kalau Nuch tinggal sendirian dan terkadang seorang pria mengunjunginya. Namun, sudah lama pria itu tidak berkunjung. Mungkin saja pria itu adalah pacar Nuch dan mereka sudah putus. 

Namun, dia tidak mendapat informasi mengenai pria itu. Rut memerintahkan Poom untuk mencari tahu siapa pria itu dan apakah terkait dengan Lan. 

--


Nuch menikmati segelas wine di kamarnya. Matanya menunjukkan tekad : “Lan akan menjadi milikku lagi.”

--


Saat Mook sedang mandi, Lan diam-diam memeriksa ponsel Mook untuk mencari bukti kalau Mook adalah dalang penyerangannya. Ponsel Mook menggunakan password. Dia mencoba memasukkan tanggal lahir Mook, Pethai da Da, tapi tidak ada yang berhasil. Terakhir, Lan mencoba tanggal lahirnya. Dia udah senyam senyum sendiri kepede-an.


Berhasil! Tapi, Mook juga udah keluar dan menangkap basahnya mengotak atik ponselnya. Udah terlanjur ketahuan, Lan jujur kalau dia mau mencari bukti kejahatan Mook yang menyerangnya dan mengatur pernikahan ini.

“Selain tidak berguna, kau pesimistis, menyebalkan dan suka mengkritik. Pernahkah otakmu memikirkan hal-hal positif? Mungkin belum pernah karena kamu tidak punya otak.”

“Maksudmu aku bodoh!” teriak Lan.

“Aku tidak bilang begitu. Kau yang bilang,” balas Mook, santai. 


Lan masih saja bilang kalau dia yakin Mook pelakunya, tapi nggak punya bukti. Mook tidak peduli kalau Lan mau mencari bukti di hapenya. Tapi udah di otak atik, Lan nggak menemukan apapun di hape Mook. Nah, dia udah puas kan? 

“Hanya karena tidak ku temukan, bukan berarti tidak ada. Aku tidak akan berhenti di sini.”

“Lakukan saja apa yang kau mau.”



Udah. Sekarang saatnya tidur. Mook berbaring di ranjang. Kalau Lan tidak suka, silahkan pergi ke tempat lain. Lan bersikap seperti anak kecil, menyuruh Mook pergi. Mook mana mau. Dia nggak peduli dan tetap tidur. 

Lan nggak mau kalah. Dia ikut tidur di ranjang. 

--


Danai menyuruh Lak untuk tidur karena sudah larut malam. Lak menolak dan menyuruh Danai untuk tidak mengganggunya. Saat Danai tetap memintanya istirahat, Lak semakin kesal. Dia sekarang sibuk memikirkan cara meningkatkan target penjualan Danai. Ya udah, Danai memilih tidur sendiri dan juga dia menyuruh Lak tidak khawatir pada kerjaannya.


“Aku harus khawatir. Kau harus melakukan yang terbaik. Maka, ayah akan melihat kau mampu mengelola perusahaan.”

“Aku tahu apa yang harus kulakukan untuk membuatmu dan ayahmu senang.”

“Tapi, aku tidak melihatmu melakukan apapun. Ini sebabnya ayah bersikeras menyerahkan perusahaan kepada Lan. Jika kamu memang mampu, tunjukkan sebelum kita kehilangan semuanya.”


Danai berusaha tetap sabar. Tapi, ekspresi kekesalan tidak bisa dilenyapkan dari wajahnya. Bukan hanya kesal, tapi juga kesedihan.

--


Mook ternyata tidurnya cukup lasak. Dia tidur dengan sangat nyenyak dan memeluk Lan. Sementara Lan sama sekali nggak bisa tidur. Makanya, dia kaget saat Mook memeluknya. Apalagi, walau sudah di dorong, Mook tetap saja memeluknya. Lan jadi ketakutan sendiri dan membungkus Mook dengan selimut. Udah gitu, karena Mook terus berguling mendekat, Lan reflekas menendang Mook dengan keras hingga Mook terjatuh dari ranjang.

Lan kaget dong. Tapi Mook nggak terbangun dan tetap saja tidur dengan nyenyak. 



Pagi menyingsing!

Mook bangun dengan kesal karena tubuhnya terbungkus selimut dan tidur di lantai. Tambah kesal saat melihat Lan tidur dengan nyenyak di kasur. Eit, sebuah rencana usil terbesit di benaknya.


Selesai bersiap, Mook segera ke ruang tamu. Di sana sudah ada Chat yang menunggu. Mereka langsung menandatangani perjanjian kontrak keduanya. Chat juga menunjukkan surat hutang keluarga Mook yang sudah dibayarnya lunas beserta dengan rumah mereka yang sudah ditebusnya. Semua akan dikembalikan ke Mook setelah Mook menikah selama 1 tahun dengan Lan. 

Mook menunjukkan sikap sopan karena Chat sudah membantu keluarga mereka. Chat menyuruhhnya tidak berterimakasih. Sebaliknya, dia yang harus berterimakasih karena Mook sudah mau membantu putranya. Sejujurnya, pernikahan ini bukan hanya soal menghapus pernikahan. Dia yakin, Mook bisa membuat Lan menjadi pria yang lebih baik.

“Anda terlalu banyak berharap padaku. Putramu tidak mau mendengarkanku.”

“Siapa yang tahu. Apapun bisa terjadi.”

Chat juga meminta Mook untuk bersabar selama setahun ini menghadapi Lan. Dia yakin Lan pasti akan berusaha menyulitkan Mook. Mook mengiyakan.


Setelah pembicaraan berakhir, Mook mau ke kamarnya. Lak ternyata ada di ruang tengah dan menunggu hingga Mook lewat untuk menginterogasinya. Dia ingin tahu apa yang Mook dan ayahnya bicarakan dan apa isi dari amplop yang Mook bawa. 

Mana mungkin Mook jujur. Dia bohong kalau isi amplopnya adalah sertifikat pernikahan. Chat ingin dia yang menyimpannya. Lak nggak percaya. Untuk apa di simpan? Toh mereka akan bercerai setelah 1 tahun. Lak menegaskan kalau pernikahan ini karena ramalan. Dia juga memperingati Mook, jikak menyentuh barang keluarganya, dia akan bertindak!

--



Petch meminta tanda tangan Da di surat persetujuan wali agar dia boleh bekerja. Da tidak mau karena khawatir. Petch tentu menyakinkan ibunya kalau dia hanya akan bekerja dari pukul 10 pagi sampai 5 sore. Tidak lebih dari 8 jam dan nggak akan ada lembur. Jika dia harus bekerja di lapangan, perusahaan akan memberitahu terlebih dahulu. 

Da tetap nggak setuju. Kalau Petch mau bekerja, Petch kan bisa tetap di rumah dan membantunya. Dia akan memberikan komisi sebagai bayaran Petch membantunya. Petch menolak dan memohon – mohon. Da tetap nggak mau mengizinkan. 

Petch membujuk ibunya. Dia ingin membuktikan sama Mook kalau dia bisa mencari uang dengan game. Dia tidak suka karena Mook meremehkan profesinya (bohong! Mook nggak pernah meremehkan sejauh ini. Mook cuma marah karena Petch hanya main game, tidak menghasilkan apapun dan tidak mau membantu ibu membuat kue jualan). Petch menyakinkan ibunya kalau dia bekerja di perusahaan ini, dia akan bisa membuat gamenya sendiri kelak. Dia tidak mau melewatkan kesempatan ini. Selain itu, pemilik perusahaan adalah Marut, pacarnya Lan. 

“Kau boleh bekerja selama liburan sekolah. Saat sekolah dimulai, kau harus fokus belajar. Pastikan juga menjaga dirimu. Dunia kerja sangat berbeda dengan dunia sekolah,” akhirnya, Da mau membiarkan Petch bekerja.

Petch tentu senang.

--


Lan akhirnya bangun saat matahari sudah tinggi. Dia langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan cuci muka. Jrengg!!! Saat dia melihat pantulan wajahnya di cermin, kekesalannya langsung memuncak. Mook menghias wajahnya dengan hiasan tikus. Udah gitu, Mook membuatnya dengan make-up waterproof, jadi Lan kesulitan menghapusnya dengan air. 


Mook udah kembali ke kamar. Tapi, waktu dia mau menyembunyikan amplop perjanjiannya dengan Chat, malah terdengar suara Lan di kamar mandi. Mook takut nggak keburu menyimpannya, jadi, dia menyembunyikannya di sela kasur. Lan melihat sikap mencurigakannay dan curiga ingin memeriksa.


Mook langsung menahannya. Lan makin yakin ada yang disembunyikannya. Mereka mulai bergelut di ranjang. Tapi, pas udah di periksa, Lan nggak menemukan apapun. Yah jelas, Mook menyembunyikannya di sela ranjang, tapi Lan memeriksa di bawah bantal. Untungnya lagi, Rut menelpon, jadi Lan tidak mencari lebih gencar. 


Setelah Lan keluar kamar, Mook segera mengeluarkan amplop yang disembunyikannya tadi dan menyimpannya di dalam kantong tesembunyi yang ada di dasar kopernya. Fyuhh!



Lan menelpon balik Rut. Waktu mengangkat telepon Lan, yang pertama kali Rut tanyakan adalah apa semua baik-baik saja semalam? Lan langsung curhat kala dia nggak bisa tidur semalamn karena Mook terus mengganggunya.Rut udah kaget karena Lan bilangnya ambigu. Pokoknya, dia mengingatkan Lan untuk nggak ingkar janji

Udah! Gitu aja! itu aja yang mau dikatakan Rut.


Mook sarapan bersama Chat dan Pat. Chat langsung nanya dong, Mook mau bulan madu kemana? Pat juga memaksa Mook untuk bulan madu. Mook menolak karena udah syukur Lan mau masuk kamar pengantin. Lagipula, ini hanya pernikahan palsu. Kalau memaksa Lan untuk bulan madu, Lan bisa menggila.



Umur panjang! Yang dibicarakan lewat. Pat langsung memanggilnya dan mengajak sarapan. Lan menolak. Dia juga menolak saat ayahnya memerintahkannya untuk pergi bekerja dengan Mook. Chat tentu ngamuk, tapi Mook menenangkannya. Dia tahu cara mengatasi Lan yang suka tantangan.


Mook segera mengejar Lan dan memaksa Lan untuk pergi kerja dengannya. Jika tidak, dia akan merebut perusahaan dari tangan Lan. Lan udah nggak peduli lagi, palingan, jika Mook melakukannya, Lak yang akan menghadapinya.  

Mook lama kelamaan jadi kesal. Kenapa Lan selalu mengabaikan kekhawatiran orang tuanya? Dia terus menolak bekerja padahal itu perusahaan keluarga dan akhirnya akan menjadi milik Lan. Lan terus hidup tanpa tujuan dan nggak ada semangat. Dia hidup seperti nggak punya apapun padahal punya segalanya! Sebenarnya, apa alasannya begini? Dia lari dari sesuatu?

“Bukan urusanmu.”

“Sekarang, urusanmu adalah urusanku. Katakan saja apa maumu. Aku yakin kau punya alasan untuk tidak bekerja di perusahaan. Kau jelas-jelas menolaknya. Tapi, jika kau tidak bicara, tidak ada yang tahu keinginanmu. Katakan saja. Aku mungkin bisa membantumu.”


Lan tentu menolak memberitahu. Baginya, Mook bukan orang penting yang harus tahu kehidupannya. Tanpa peduli pada Mook lagi, Lan masuk ke dalam mobilnya dan langsung pergi. Mook nggak membiarkannya dan berdiri di depan mobil untuk menghadang. Lan kaget dan langsung menginjak rem. Dia bergegas keluar untuk memeriksa sembari memarahi Mook yang udah gila. 



Mook terjatuh karena kaget, tapi dia juga nggak membiarkan Lan pergi. Lan beneran khawatir dan mulai memeriksa tubuh dan kepala Mook dengan teliti, untuk tahu apakah ada luka atau tidak.



Perhatian itu, membuat Mook teringat masa remaja mereka. Dulu, saat dia berjalan di lapangan, kepalanya pernah terkena tendangan bola. Lan sangat khawatir dan langsung berlari untuk memeriksa kepalanya. Dia juga menanyakan keadaan Mook dan menasehatinya untuk lebih berhati-hati.


Hal yang sama sekarang terjadi kembali. Saat tersadar, Lan kembali bersikap kasar. Dia bahkan menyuruh Mook, kalau mau mati, mati di tempat lain, jangan disini! Lebih baik Mook pergi, jika tidak dia akan menabraknya. Mook tetap tidak mau pergi karena dia yakin Lan tidak akan berani menabraknya. Pokoknya, Lan harus ikut ke perusahaan dengannya untuk bekerja.

Karena Lan terus memaksa, Mook langsung menggeledah kantong saku baju dan celana Lan. Dia mengambil handphone, dompet dan kunci mobil Lan. Lan boleh pergi kemanapun, tapi dia tidak boleh membawa semua itu. Dan jika dia ingin itu kembali, ambillah di kantor.



Akhirnya, Lan memilih untuk menurut. Ikut dengan Mook ke perusahaan untuk bekerja. Setelah sampai di perusahaan, Mook malah bilang akan mengembalikannya saat pulang kerja. Lan jadi kesal dan mau merebut kembali barangnya, tapi tetap saja dia kalah sama Mook.

Uh! Ada saja masalah. Nuch malah muncul di perusahaan.


“Senang bertemu denganmu lagi, Lan. Mook,” sapanya. 


Post a Comment

Previous Post Next Post