Setelah memastikan Da dalam keadaan baik-baik saja dan Petch juga bilang dia yang akan menjaga Da malam ini, Mook akhirnya pulang. Petch yang memintanya untuk pulang dan beristirahat dan percayakan dia yang mejaga Da. Saat mau pulang, Lan udah nggak kelihatan lagi, jadi Oak yang akan mengantarkan mereka pulang. Sebenarnya, Oak agak kesal karena Lan meninggalkan Mook sendirian padahal Mook kan istrinya. Ting setuju dengan Oak. Jika saja dia yang menjadi istri Lan, dia pasti akan memukuli Lan saat melihatnya di rumah. Mook tertawa kecil mendengar kekesalan mereka. Dia juga nggak terlalu peduli walaupun Lan meninggalkannya.
“Bagi kalian, aku bukan orang baik, bukan?” tanya Lan, tiba-tiba muncul di belakang mereka.
Oak dan Ting langsung gelagapan, apalagi Lan ternyata mendengar semua perkataan mereka. Lan akan mengantarkan Mook pulang. Kalau dia tidak mengantarkan Mook, orangtuanya pasti akan memarahinya lagi.
Oak dan Ting merasa canggung dan akhirnya kabur duluan.
Mook juga mengikuti Lan menuju tempat parkir. Dia berjalan di belakang Lan. Hal itu membuatnya teringat masa remaja mereka. Dulu, Mook juga selalu mengikuti Lan. Lan berjalan terlalu cepat dan Mook kesulitan mengimbanginya. Saat dia meminta Lan menunggu, Lan pasti memarahinya untuk berhenti mengikutinya.
Mook sakit hati karena Lan terus menyebutnya itik. Namun, Lan tiba-tiba saja memperlambat langkahnya. Melihat itu, senyum Mook kembali. Dia berlari untuk mengimbangi langkah Lan. Namun, begitu Mook sudah mendekat, Lan kembali mempercepat langkahnya.
Hal demikian juga terjadi sekarang.
Di dalam mobil, Mook terlalu lelah dan ketiduran. Kepalanya terjatuh ke samping dan refleks Mook jadi terbangun. Suasana terasa canggung.
Begitu mengantarkan Mook pulang, Lan sudah mau pergi lagi. Dia akan ke rumah Rut untuk mejaganya. Mook hendak mencegahnya pergi, tapi terlambat karena Lan sudah melajukan mobilnya. Saat hendak memasuki rumah, dia berpas-pasan dengan Danai. Danai sedang bekerja, kemudian merasa lapar dan hendak ke dapur mencari makanan, kemudian, dia mendengar suara mobil, jadi keluar untuk memeriksa. Dia heran melihat Mook masuk sendirian, mana Lan? Dengan sopan, Mook menjawab kalau Lan mengantarnya kemudian pergi ke tempat Rut.
Setelah berbasa-basi sesaat, Danai mempersilahkan Mook untuk pergi. Namun, bahu mereka tidak sengaja bertabrakan sehingga membuat berkas yang ada di tangan Danai terjatuh ke lantai. Mook tentu langsung membantu membereskan. Sesuatu yang janggal mulai terjadi.
Danai secara tiba-tiba, memegang tangan Mook sepersekian detik, seolah mau mengambil dokumen yang dipegang Mook. Tapi, itu terlalu kentara kalau hanya disebut ketidaksengajaan. Mook juga tampak tidak nyaman dan merasa aneh dengan pegangan tiba-tiba tersebut. Dan hal itu, disaksikan oleh Lak yang ada di dapur. Jelas, ada kecemburuan.
Mook kembali ke kamarnya dan masih merasa risih jika teringat Danai memegang tangannya tadi. Dia berusaha keras berpikir positif kalau itu hanya ketidaksengajaan dan tidak usah terlalu dipikirkan.
--
Tangan Rut di gips. Sekarang, gantian Poom dan Lan yang menjaganya. Eh, Poom malah iseng memotret saat Lan menyuapi Rut. Rut awalnya menolak, tapi Lan bilang kalau dia menyuapi tanpa maksud apapun kok.
Poom menyarankan agar Rut mengambil cuti saja karena tangannya terluka. Rut menolak karena dia masih bisa memakai tangan kirinya. Lagipula, tangan dominannya adalah tangan kiri. Dan juga, mereka ada proyek yang harus segera diselesaikan. Jika dia mengalami kesulitan memakai tangan, dia bisa meminta bantuan Poom.
Ah, membahas mengenai tangan, Rut jadi terpikirkan sesuatu. Dia menonton ulang rekaman CCTV penyerangan Lan di jalan tempo hari. Saat di perhatikan dengan seksama dan di zoom, terlihat kalau si penyerang, memegang pistol dengan tangan kiri. Kemungkinan, tersangkanya adalah orang kidal.
Rut meminta Lan mencoba mengingat kembali, orang yang menembaknya saat di Korea waktu itu, memegang pistol dengan tangan apa? Lan tidak ingat karena waktu itu mereka berada di gang yang gelap dan dia sibuk menyelamatkan diri sehingga tidak memperhatikan.
“Ada orang lain di TKP?” tanya Rut.
“Praomook,” jawab Lan.
Di saat yang sama, Mook bermimpi buruk. Dia bermimpi saat menyelamatkan Lan di Korea dan saat kecelakaan mobil itu. Apalagi saat orang itu mengarahkan pistol ke arah mereka. Hal itu masih menakutinya hingga kini.
Begitu terbangun dari mimpi buruknya, Mook langsung menelpon Lan untuk memastikan keadaannya. Saat Lan menanyakan tujuannya bertanya, Mook malah menjawab ketus, agar dia bisa menemukan Lan seandainya dia pergi ke bar. Dan untuk memastikan Lan beneran di rumah Rut, Mook melakukan video call.
Lan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Dia langsung ke kamar Rut dan melingkarkan tangan Rut ke pundaknya, baru mengangkat video call Mook. Dia juga berbohong kalau mereka sedang berada di ranjang. Lan berharap Mook akan percaya dan cemburu, tapi sebaliknya, Mook malah santai. Lan jadi ksesal dan langsung mematikan telepon.
Mook beneran lega karena Lan baik-baik saja dan bersama Rut, yang artinya, dia aman. Dia menyakinkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu khawatir.
Rut jauh lebih peka daripada Lan. Dia memberitahu Lan kalau Mook menelpon hanya untuk memastikan Lan baik-baik saja. Mook itu khawatir padanya. Tapi, Lan sudah terlalu nethink sama Mook. Dia menilai Mook hanya ingin membuatnya kesal dan tidak khawatir sama sekali padanya.
--
Esok hari,
Rut mengajak Mook untuk bertemu. Mereka ketemuan di mall. Rut ingin menanyakan mengenai penyerangan Lan di Korea, mana tahu waktu itu Mook ada melihat sesuatu. Mereka sedang mencoba mengindetifikasi penembaknya. Jika di total, termasuk dengan penyerangan di Korea, berarti, Lan sudah menghadapi tiga upaya pembunuhan. Dan selalu Mook yang menyelamatkannya. Terlalu aneh jika disebut kebetulan.
Mook langsung blak-blakan, berkata kalau tujuan Rut mengajak bertemu karena curiga padanya. Rut membantah hal tersebut. Dia hanya ingin Mook mengingat, saat di Korea, penyerang Lan memegang pistol di tangan mana? Detail seperti itu bisa membantu mengindetifikasi penembaknya. Mook juga nggak tahu. Tapi, kalau yang kecelakaan mobil itu, dia ingat pelaku memegang pistol dengan tangan kirinya. Dia sudah memperingati Lan, tapi Lan selalu berpikir kalau dia mengada-ada dan tidak mau mendengarkannya.
Diam-diam, Lan ternyata mengikuti mereka dan menguping. Dia jadi kesal karena Mook mengatainya. Ah, dia juga cemburu saat Mook menanyakan keadaan lengan Rut. Saking cemburunya, dia keluar dari persembunyiannya. Karena sikap impulsifnya, Mook jadi tahu kalau Lan mengikuti dan menguping. Dengan tegas, dia meminta Lan untuk berhenti berpikir kalau dia terlibat dalam penyerangannya.
Lan tidak mau. Dia akan terus mencurigai Mook hingga pelakunya tertangkap. Mook capek dan menyuruh Lan minta maaf karena terus menuduh tanpa bukti. Lan mana mau. Mook beneran kesal dan mengajak Lan pergi bersamanya karena ada hal lain yang ingin dikatakannya. Rut sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Lan. Dia menyadari kalau Lan selalu saja menolak tapi tetap pergi bersama Mook. (Kelihatannya, Rut kesal).
Mook ternyata ingin membawa Lan ke kantor untuk bekerja. Kali ini, Lan tidak menolak dan bersedia ke kantor. Tapi, dia akan pergi sendiri. Mook sampai kaget ditambah lagi, Lan memberika hp dan dompetnya sebagai jaminan kalau dia akan ke kantor.
--
Lan benar-benar menepati janjinya. Dia beneran ke kantor dan bekerja di depan laptop. Eh, tapi waktu Mook datang untuk memeriksa, Lan malah kelihatan lagi main game. Mook datang untuk mengembalikan hp dan dompet Lan, setelah itu, dia pergi daripada berdebat terus.
Game itu hanya kamuflase Lan. Dia benar-benar bekerja dan mempelajari dokumen perusahaan.
Flashback
Selama ini, Lan terus bekerja bersama Rut. Mereka menjalani bisnis bersama. Disaat bekerja, Lan terus menggerutu karena ayahnya terus menerus mengirimkannya dokumen perusahaan. Walau dia menggerutu, Lan tetap saja membaca dokumen yang di kirimkan tersebut.
Lan ternyata pintar. Dia menyadari laporan penjualan yang terlalu rendah dibandingkan dengan apa yang seharusnya. Sangat aneh. Dia sampai menanyakan pendapat Rut juga dan pendapatnya sama. Rut menyarankan agar Lan memberitahu hal ini pada ayahnya. Lan menolak. Dia lebih memilih mengirimkan dokumen itu pada Lak, biar Lan yang memberitahu ayahnya jika ada kesulitan. Lan kelihatan jelas tidak ingin ikut campur dalam urusan perusahaan ayahnya.
End
Mook kembali ke ruangannya. Saat dia hendak membuka pintu, Danai mendadak muncul dan memegang gagang pintu juga, di atas tangan Mook. Mook kaget dan segera menyingkirkan tangannya. Danai segera meminta maaf dengan alasan tidak melhiat ke depan. Jadi, nggak sengaja memegang tangan Mook.
Hal itu kelihatan oleh Lak yang lewat. Dia juga melihat Danai memegang pinggang Mook saat Mook hendak masuk ke ruangan. Mook kaget dengan pegangan itu dan segera menatapnya dengan sengit. Kelihatan jelas kalau Mook merasa risih.
“Jangan lakukan itu. Aku bisa berjalan sendiri. Aku tidak butuh bantuan,” peringati Mook.
“Aku tidak melakukan apapun. Tapi, jika itu membuatmu tidak nyaman, maafkan aku,” kilah Danai.
Mook sangat marah dengan sikap Danai dan berniat pergi saja, tapi Lak malah menghampirinya dengan amarah. Dia nggak terima Mook bersikap seperti itu pada Danai, emang apa yang Danai lakukan? Tanpa sungkan, Mook menjawab kalau Danai sudah menyentuhnya tanpa izin.
“Maksudmu dia melecehkanmu? Itu tuduhan berat.”
“Aku tidak bilang begitu!”
“Kau tidak mengatakannya, tapi mata dan tindakanmu menunjukkan semuanya.”
Danai takut kalau ini jadi masalah besar, jadi dia membujuk Lak untuk melupakan masalah ini saja. Lak nggak mau dan nggak terima Mook bersikap menuduh dan tidak pantas pada suaminya. Dia memperingati Mook kalau Danai adalah suaminya, jadi Mook harus menunjukkan rasa hormatnya. Hanya karena orang tuanya membela Mook, bukan berarti Mook bisa bersikap semaunya.
“Kau terlalu membesarkannya. Aku hanya memperingatinya, bukan berarti aku tidak menghormatinya. Kau memperdebatkan hal yang tidak masuk akal!”
Lak makin marah. Tapi, Mook juga marah. Dia hanya membela diri dan juga punya harga diri. Lak semakin kurang ajar mempertanyakan harga diri Mook. Dia kelihatan sangat takut kalau Mook akan merebut segala miliknya. Mook beneran muak pada Lak.
“Jika aku memergokimu bersikap tidak pantas sebagai ipar, aku akan menanganimu sendiri,” peringati Lak.
Mook hanya menatapnya sekilas dan langsung pergi untuk lanjut kerja.
Win menugaskan Mook untuk ikut dengannya rapat bersama klien. Mook langsung setuju saja.
Walaupun Lak membela Danai mati-matian di hadapan Mook, tapi begitu di ruangannya, Lak memarahinya habis-habisan. Lak nggak buta. Dia bisa melihat Danai tertarik pada Mook dan menginginkannya kan?! Danai membantah dan beralasan itu hanya kesalahpahaman. Tidak ada apapun.
Danai berusaha untuk membuat Lak percaya padanya dengan memeluknya dari belakang. Lak menarik nafas panjang dan menegaskan kalau dia mempercayai Danai. Namun, Danai harus ingat kalau dia bisa mendapatkan posisi ini karena cintanya pada Danai. Jika Danai mengecewakannya, dia siap menghancurkan Danai!
“Aku akan selalu mengingatnya. Aku bisa menjadi seperti sekarang berkat dirimu. Aku tidak akan pernah menggantimu dengan wanita lain. Aku hanya mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu. Aku bersedia melakukan apapun untukmu.”
Danai hanya bermulut manis pada Lak. Begitu kembali ke ruang kerjanya, dia membanting kursi dan barang yang ada di hadapannya. Dia sangat marah atas ancaman Lak padanya. Dia muak karena Lak selalu menggunakan kata ‘cinta’!
--
Nuch mulai melancarkan aksinya untuk membuat Lan kembali padanya. Dia sengaja datang ke kantor dengan alasan pekerjaan, tapi tujuan aslinya adalah merayu.
--
Win dan Mook sudah siap rapat dengan klien. Sebelum pulang, Win mengajak Mook untuk makan siang bersama dulu. Anggap saja ini sebagai hadiah penyambutan karna Mook bergabung di perusahaan. Secara kebetulan, restoran yang mereka datangi adalah restoran yang sama yang didatangi oleh Nuch dan Lan untuk makan bersama. Nuch langsung memanas-masani Lan perihal Mook berduaan dengan pria lain.
Lan terpancing dan menghampiri mereka sembari menyindir. Dengan tenang, Win menjelaskan kalau mereka baru saja menemui klien dan memutuskan makan siang sebelum kembali ke kantor. Nuch ikutan pamer kalau dia khawatir pada Lan yang belum makan siang, makanya membawa ke sini. Mook nggak peduli sama sekali.
Niat Nuch hanya ingin membuat pertikaian antara Lan dan Mook kemudian mereka akan pergi makan ke tempat lain. Mana dia sangka kalau Lan malah duduk di meja yang sama dengan Mook dan Win. Akhirnya, mereka makan bersama. Saat sesi makan itu, Win menunjukkan perhatian dengan mengambilkan lauk untuk Mook. Nuch nggak mau kalah dan melakukan hal yang sama ke piring Lan.
Win mencoba mencairkan suasana dengan membahas pekerjaan. Dia berujar kalau Lan bisa bertanya jika ingin menanyakan mengenai desain. Pertanyaan itu sedikit mencairkan suasana. Tapi, hal lain jadi terperhatikan sama Lan. Dia menyadari kalau Win bertangan kidal. Mook juga menyadari hal itu.
Nuch benar-benar gila. Lagi makan, dia bisa-bisanya mengelus paha Lan. Sementara Mook, dia kepikiran saat sadar tangan Win kidal. Penyerang waktu itu juga kidal. Karena rasa gugup itu, Mook tanpa sengaja menjatuhkan sendoknya. Dia berjongkok untuk mengambil sendok itu dan melihat Nuch yang sedang mengelus paha Lan. Lan juga sama gilanya karena membiarkan Nuch melakukan hal seperti itu.
Mook jadi kesal. Dia langsung pura-pura mau ke kamar mandi, tapi baru jalan selangkah, dia langsung lunglai dan terjatuh ke pelukan Lan. Mook beralasan kalau dia merasa pusih dan sesak nafas. Lan jadi panik dan segera membawa Mook pergi ke rumah sakit untuk diperiksa. Dia juga meninggalkan Nuch. Nuch mau mengejar, tapi Win menahan dan berkata akan mengantarkan Nuch, jadi jangan ganggu Mook dan Win sebagai orang luar.
Setelah cukup jauh, Mook menyuruh Lan melepaskan gendongannya. Dia hanya berpura-pura. Dan dia beneran senang melihat reaksi khawatir Lan barusan. Lan tentu marah. Tapi Mook juga marah dengan sikap Lan yang membiarkan Nuch mengelus pahanya padahal mereka ada di tempat umum. Eh, Lan malah menghina Mook yang makan dengan Win, dan jika mereka tidak sengaja berjumpa di sini, mungkin Mook sudah tidur dengan Win. Dia juga mengatai Mook genit dan berusaha merayu semua pria yang ada di sekitarnya : Win, Rut, Danai dan dirinya.
Kurang ajar! Ucapan Lan sangat kurang ajar! Wajar jika Mook menyebut mulutnya kotor! Alih-alih meminta maaf, dia malah terus menghina Mook menjijikan. Dia kembali mengingatkan ucapannya saat mereka menikah, kalau dia akan membuat Mook menderita. Mook sudah menghancurkan kebahagiaannya dan dia akan menghancurkan hidup Mook!
“Baiklah! Aku penasaran siapa yang bisa bertahan lebih lama. Aku akan mengacaukan hidupmu, membuatmu menderita. Kamu akan merasakan yang kurasakan. Bersiaplah!” ujar Mook, sebelum pergi.
--
Singkat cerita, Mook beneran membuktikan ucapannya. Dia akan mengacaukan hidup Lan. Caranya? Dengan mengikuti Lan, tinggal di rumah Rut. Lan panik dan segera menelpon Rut, menanyakan, kenapa Mook bisa datang ke rumahnya dan kenapa Rut mengizinkan? Rut dengan tenang, mempertanyakan balik sikap Lan, apa dia menjauhi Mook karena membencinya atau karena mulai merasakan sesuatu? Waktu itu Lan bilang menikahi Mook karena ingin mencari tahu dalang penyerangannya yang diyakininya adalah Mook. Tapi, bukannya melakukan niat itu, Lan malah sibuk menghindari Mook. Dia rasa, Lan tidak membenci Mook, tapi sebaliknya.
Lan dengan tegas membantah spekulasi Rut. Dia tidak ada rasa apapun pada Mook dan juga tidak menghindarinya.
“Baguslah. Artinya keputusanku membiarkannya tinggal di rumah itu tepat. Aku akan membantumu, Lan.”
“Apa rencanamu?”
“Aku akan berusaha mendekatinya. Membuat dia jatuh cinta kepadaku dan menceraikanmu.”
“Kamu lupa bahwa kamu berpura-pura menjadi pacarku? Jika kau mengejarnya, dia akan tahu aku mengarang semua ini.”
Rut tidak peduli. Dia yang akan mengurus hal itu. Pokoknya, Mook akan tinggal di rumahnya! Karna Rut sudah memutuskan seperti itu, Lan juga nggak punya hak melarang Mook masuk. Tapi, tetap saja dia bersikap kasar dengan menendang koper Mook. Mook balas melemparkan kopernya pada Lan (aneh, masa kopernya bisa dilempar? Kalau ada isi kan harusnya berat. Ckck).
Lan menahan rasa kesalnya. Dia memberitahu Mook kalau mau tinggal disini, ada aturan yang harus dipatuhi Mook. Satu, jangan ikut campur. Dua, jangan ganggu dia dan Rut. Tiga, jangan egois. Hormati batasan orang. Empat, jangan masuk kamarnya. Jika tidak mematuhi aturan-aturan itu, dia akan mengusirnya.
Mook nggak mau kalah. Dia juga memberitahu aturannnya. Aturannya, dia tidak pernah mengikuti aturan, termasuk aturan Lan. Wkwkw. Lan nggak main-main. Dia langsung membawa koper Mook keluar pintu dan melemparkannya begitu saja. Keudanya sama-sama mendeklarasikan akan membuat hidup masing-masing tidak bahagia.
Dan juga, Mook tetap akan tinggal di sana karena Rut sudah mengizinkannya. Dia tidak butuh izin Lan karena Lan adalah tamu di rumah itu, sama seperti dia. Tidak cukup berdebat, keduanya saling menghina satu sama lain. Lan sangat membenci Mook dan menilai Mook hanya mencintai diri sendiri! Mook nggak terima dan menilai Lan yang tidak tahu cara mencintai.
“Aku tahu cara mencintai. Tapi kau menghancurkan cintaku, Praomook!” ujar Lan dan beranjak ke kamarnya.
Ujaran itu membuat Mook terdiam, “Kamulah yang menghancurkan cintaku,” gumam Mook.
Semua adegan tersebut, diam-diam disaksikan Rut melalui CCTV yang terhubung ke tabletnya.
Baru selesai menghadapi Mook, Lan sudah harus menghadapi Nuch. Nuch menelpon untuk menanyakan Mook yang tadi sakit. Yah itu hanya pertanyaan basa-basi. Tapi, sikap Lan dalam menghadapi Mook sangat berbeda dengan saat dia menghadapi Nuch. Sama Nuch, dia tidak pernah kasar sekalipun. Seperti sekarang, walau kesal, dia hanya mengancam akan menutup telepon jika Nuch terus membahas Mook. Setelah basa-basi, Nuch akhirnya bilang kalau dia masih mencintai Lan. Apa Lan masih mencintainya? Jika ya, walaupun harus menunggu Lan selama setahun, dia mau.
Lan tidak bisa langsung menjawab pertanyaan tersebut. Dia tampak bingung. Di saat itu, terdengar suara ketukan di pintu dan suara Mook yang memanggil namanya. Suaranya terdengar hingga Nuch yang ada di seberang telepon. Nuch semakin medesak Lan untuk menjawab pertanyaannya. Lan tidak bisa dan mematikan telepon.
Begitu pintu dibukakan, Mook langsung masuk. Dia akan tidur di kamar itu. Walaupun Lan menyuruhnya keluar, Mook nggak peduli dan langsung berbaring di kasur. Lan nggak mau kalah dan akhirnya tidur di ranjang juga. Dia terus bergeser hingga Mook terjatuh dari kasur. Dan lagi-lagi, Lan menghina dan meredahkan Mook dengan bilang tidak akan mau menyentuh wanita kotor seperti Mook, jadi silahkan tempati kamar ini! Dia akan tidur bersama Rut.
Sorot mata Mook menunjukkan besarnya luka yang sudah ditorehkan Lan. Dari setiap ucapan, hinaan dan perkataan merendahkan yang sudah dikatakan Lan selama ini padanya, itu sangat menyiksa Mook. Jika bukan karena perjanjian Mook dengan orang tua Lan, mungkin Mook tidak akan menahan diri hingga seperti itu!