Original Network : jTBC Netfix
Saat makan malam. Kang Sol A berdiskusi dengan
Joon Hwi. Ada UU tentang Pembela Khusus. “Pembela
harus berasal dari kalangan pengacara. Tapi dalam situasi tertentu, pengadilan
di luar Mahkamah Agung dapat memberi izin kepada pembela yang bukan seorang
pengacara.” Jadi bila tidak ada Pembela Umum yang mau membantu kasus Ye
Seul, maka mereka bisa mencari orang lain. Namun Joon Hwi merasa kalau ini
percuma, karena dulu jumlah pengacara masih sedikit dan harga pengacara sangat
mahal, jadi UU ini berlaku. Tapi sekarang, ada banyak pembela umum, jadi bisa
saja hakim tidak tahu lagi mengenai UU tersebut.
“Kamu tahu sendiri, para pembela umum
mengundurkan diri,” keluh Kang Sol A. “Baiklah, aku butuh izin dari profesorku
untuk ini,” katanya, memutuskan.
“Prof. Kim pasti akan setuju,” komentar Joon
Hwi.
Pengacara Song berbisik di telinga Jaksa. Lalu
Jaksa mengajukan protes kepada Hakim. Dia tidak setuju Jong Hoon menjadi
pengacara Ye Seul, sebab Jong Hoon masih dalam masa peradilan.
“Semua terdakwa tak bersalah sampai terbukti
bersalah,” kata Jong Hoon, membela diri.
“Profesor hukum tak boleh praktik hukum,”
protes Jaksa, lagi.
“Menurut Pasal 31 Undang-undang Prosedur
Pidana, saya ditunjuk sebagai pembela khusus,” kata Jong Hoon, membela diri
lagi.
“Tidak ada preseden selama puluhan tahun
terakhir,” protes Jaksa Song.
“Bukan berarti tak pernah ada,” balas Jong
Hoon. “Hal ini diakui oleh pengadilan,” tegasnya sambil menunjuk hakim.
Jaksa tetap tidak setuju. Jadi dia
mempertanyakan, kondisi khusus macam apa yang Ye Seul miliki. Dan Jong Hoon
menjawab dengan jujur, Ayah Korban Yeong Chang, yaitu Dewan Ko, adalah anggota
kandidat kepresidenan, jadi tidak ada yang berani untuk membantu Ye Seul,
karena Dewan Ko. Lalu Ye Seul memilihnya untuk membantu membela diri.
Ketika Dewan Ko mendapatkan kabar kalau Jong
Hoon menjadi pengacara Ye Seul dan pengadilan setuju, dia merasa kesal.
“Hakim menyetujuinya?” tanya Penjaga Dong,
tidak menyangka.
“Hakim ketuanya adalah rekan kerjaku dulu.
Banyak pembela umum yang mundur, jadi, dia bingung,” jawab Dean Oh,
menjelaskan.
“Dari mana kau bisa tahu?”
Eun Suk mengirimkan rekaman suara rekan-
rekannya yang menolak untuk membantu Ye Seul, kepada Jong Hoon. Lalu Jong Hoon
memperdengarkan itu kepada Dean Oh.
“Ye-seul ingin aku mewakilinya,” kata Jong
Hoon, memberitahu.
“Kalau begitu, kau akan berhenti mengajar?”
tanya Dean Oh. Dan Jong Hoon menunjukkan ‘surat permohonan sebagai pembela
khusus’. “Ini…”
“Kudengar mereka tak akan menerima ini. Jika
kau adalah hakimnya, apa kau akan menganggap situasinya saat ini
"khusus"?” tanya Jong Hoon, memastikan.
“Tentu.”
“Kalau begitu tolong bantu dia agar permohonan
berdasarnya tak ditolak,” pinta Jong Hoon. “Jika diterima, ini akan jadi
preseden bagi profesor hukum untuk menjadi pembela umum. Para murid dapat
mendampingi mereka dan belajar langsung tentang cara kerja pengacara pembela,”
jelas Jong Hoon dengan serius. “Kau selalu berpikir mengenai cara memberikan
pengalaman langsung kepada murid. Ini akan sangat membantu,” bujuknya.
Mendengar itu, Dean Oh tersenyum.
Jaksa menolak untuk sidang juri diadakan,
karena Terdakwa Ye Seul telah mengaku bersalah. Dan Jong Hoon membalas bahwa Ye
Seul bukan mengaku bersalah, melainkan Ye Seul hanya mengakui kalau dirinya
yang menyebabkan korban cedera. Dan Ye Seul melakukan itu hanya untuk membela
diri.
“Akan saya buktikan dia tak bersalah,” tegas
Jong Hoon dengan percaya diri.
Jaksa Jin menganalisa untuk Dewan Ko. Sidang
juri tidak hanya merugikan Yeong Chang. Jika Jong Hoon terbukti bersalah, maka
pengadilan akan di kritik, karena mengizinkan pembunuh untuk menjadi pembela
umum. Karena itu dia sangat yakin kalau sidang juri tidak akan terjadi.
“Lalu? Apakah ini akan jadi masalah besar?”
tanya Dewan Ko, memastikan.
“Hanya perkara sepele,” jawab Jaksa Jin,
bersikap meremehkan.
“Hal sepele dapat mengganggu,” gumam Dewan Ko.
Jaksa Jin kemudian membahas tentang Ji Ho,
yang ternyata merupakan anak dari CEO TOYGOODTOY, perusahaan mainan anak. Dan
Dewan Ko mengingat perusahaan tersebut.
“Aku akan mengurusnya, Pak,” kata Jaksa Jin,
menenangkan dengan percaya diri.
Ye Beom merasa kalau ini sangat ironis. Karena
Jong Hoon kalah disidang sendiri, jadi seharusnya dia mencemaskan diri sendiri.
Tapi Jong Hoon malah sibuk mengurus kasus Ye Seul. Namun Bok Gi berpendapat
sebaliknya, dia terkejut ketika melihat Jong Hoon datang, namun dia juga senang
karena Jong Hoon yang membantu kasus Ye Seul.
“Prof. Kim ada di restoran,” kata Joon Hwi,
memberitahu.
“Aku tidak ikut. Perutku tidak enak, aku harus
pulang,” kata Kang Sol A, pamit. Lalu dia langsung pergi.
Melihat itu, Bok Gi berpikiran positif.
Mungkin saja Kang Sol A sedang sakit perut. Tapi Ye Beom berpikiran sebaliknya.
Dia yakin kalau bukan perut Kang Sol A yang tidak enak, tapi perasaannya, sebab
Kang Sol A pasti gagal dalam ujian.
Kang Sol A pulang ke rumah dan makan es krim
bersama Byeol. Dia curhat kepada Byeol bahwa dia bertanya- tanya, kenapa dia
belajar hukum, kepadahal dia tidak pintar. Lalu dia teringat kepada Kang Dan,
dia yakin kalau Kang Dan pasti juga kesusahan. Mendengar itu, Byeol menjadi
agak murung.
“Kau tinggal di luar saat itu, kau mungkin tak
tahu. Ayah kecanduan judi, Ibu menderita sekali. Dan merasa sangat sedih
melihat Ayah yang membebani Ibu. Dia mengambil semua uang yang kau kirim dan
pergi berjudi,” kata Byeol, bercerita.
“Kenapa kau tidak cerita?” tanya Kang Sol A,
terkejut, karena baru tahu.
“Ibu melarangku,” jawab Byeol dengan rasa
bersalah. “Dia takut kau melakukan sesuatu pada Ayah jika kau tahu,” jelasnya.
“Aku tetap ingin memberitahumu. Tapi Dan juga melarangku.”
Byeol kemudian menyemangati Kang Sol A untuk
jangan menyerah dan terus belajar. Lalu dia ingin melihat nilai ujian Kang Sol
A. Dan Kang Sol A langsung terdiam serta menghindarinya.
“Hei, apa kau sudah lihat nilaimu?” tanya
Byeol, ingin tahu.
Sebelum makan siang datang dan siap, Joon Hwi
mengajak yang lain untuk berdiskusi. Ye Beom yang pertama bersuara. Dia tidak
yakin kalau sidang juri adalah ide yang bagus, karena lengan dan kaki Yeong
Chang lumpuh, jadi juri pasti akan mengasihani Yeong Chang. Dan kemudian Kang
Sol B bersuara. Menurutnya, lebih baik pakai sidang juri daripada pasrah dengan
putusan pengadilan. Namun belum ada kasus yang berakhir dengan putusan
pembelaan diri.
“Sama sekali?” tanya Bok Gi dan Ye Beom,
terkejut.
“Ini akan jadi yang pertama,” kata Joon Hwi,
menjawab.
“Ye-seul harus mengungkap perbuatannya untuk
buktikan pembelaan dirinya, dia harus menggugat juga,” jelas Ji Ho.
Diruangan lain. Ye Seul memberitahu Jong Hoon
dan Eun Suk bahwa dia tidak ingin menggugat Yeong Chang. Sebab Yeong Chang
mungkin harus hidup cacat seumur hidupnya.
“Kau akan kacaukan sidangnya hanya karena
merasa bersalah? Di kasus pertamaku sebagai pembela umum?” tanya Jong Hoon
dengan serius. Dan Ye Seul menundukkan kepalanya. “Ubah pikiranmu,” tegasnya.
Lalu dia pergi. Dan Eun Suk mengejarnya.
Ketika Jong Hoon dan Eun Suk pergi, Joon Hwi
masuk ke dalam ruangan dan menasehati Ye Seul untuk mengikuti kata hati Ye Seul
saja. Lalu dia mengajak Ye Seul untuk makan.
Ketika Seung Jae datang ke ruangan belajar,
Penjaga Dong memberikannya satu kerupuk besar. Lalu dia mengajak Seung Jae
untuk duduk dan dengarkan ceritanya tentang mengapa dia sampai mengikuti 10
kali ujian yudisial. Dan Seung Jae pun duduk serta mendengarkan.
“Pada ujian keduaku, aku hampir lolos. Aku
merasa akan lolos andai saja aku belajar lebih giat. Tapi aku sadar bukan
itulah penyebabnya. Aku sudah luangkan banyak waktu untuk belajar. Aku tak bisa
menyerah, meski masa mudaku telah terbuang percuma. Seperti candu,” kata
Penjaga Dong, bercerita. “Kau tahu bagaimana aku menyerah?” tanyanya. Dan Seung
Jae hanya diam saja. “Aku tak tahu bisa apa lagi. Jadi, aku terus bertahan.
Lalu aku bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku mencuri lembar soal dan jawaban,
lalu aku kabur. Tapi aku tak merasa bersalah. Aku terobsesi untuk lulus ujian.
Aku tak bisa lari, sekuat apa pun kucoba, maka aku mulai mengamuk dan menangis
seperti orang gila. Aku tahu itu hanya mimpi, tapi saat itu aku hampir
menghalalkan segala cara hanya untuk lolos ujian,” jelasnya.
Setelah selesai bercerita, Penjaga Dong pergi,
karena sebentar lagi Dean Oh akan datang dan mengambil fotocopyan nya.
Seung Jae diam dan merenung sambil memegang
cincin dijarinya. Dia merasa sangat gundah, tidak tenang, dan merasa bersalah.
Ketika Man Ho pulang, Joon Hwi yang sudah
menunggu sedari tadi mengajak Man Ho untuk berbicara. Dan Man Ho tersenyum
mengiyakan.
Didalam rumah. Joon Hwi mempertanyakan tentang
Byung Ju. Setahunya, Byung Ju jarang memeriksa kadar gula darahnya, tapi
kemudian dia memeriksanya setiap hari, sebelum dia meninggal. Dan Man Ho
menjelaskan bahwa diabetes yang Byung Ju derita memburuk, kadar gulanya tidak
menentu, sampai dokter menyuruh Byung Ju untuk periksa setiap hari selama dua
bulan, karena itulah Byung Ju mulai memeriksa gula darahnya secara rutin.
“Apa dokternya memberinya buku catatan gula
darah?” tanya Joon Hwi.
“Buku catatan?” gumam Man Ho, tampak bingung.
Dan Joo Hwi memperhatikan itu.
Joon Hwi pergi ke mobil Byung Ju yang berada
di parkiran.
Flash back. PUKUL 14.08, 5 OKTOBER 2020 HARI TERJADINYA INSIDEN
Hari itu, ketika Joon Hwi ingin mengambil
kacamata cadangan didalam laci mobil, dia tidak sengaja melihat buku catatan
gula Byung Ju. Tapi dia tidak membuka dan melihat nya.
Flash back end
Joon Hwi membuka laci mobil dan menemukan buku catatan gula Byung Ju masih berada disana. Dan dia mengambilnya.
Kang Sol A pulang ke asrama dan duduk dengan
lemas di atas tempat tidur. Lalu kemudian dia membuka kulkas dan mengambil
sebotol air putih. Tapi ketika dia meminumnya, dia langsung memuncaratkannya,
karena ternyata itu adalah miras.
Karena di botol tersebut hanya tertulis
tulisan Kang Sol saja tidak ada B nya, maka Kang Sol A pun menambahkan tulisan
A+ disana. Lalu disaat itu, Joon Hwi lewat.
“Kenapa kau minum air seperti minum miras?”
tanya Joon Hwi, merebut botol air minum Kang Sol A. Dan ketika dia mencium
baunya, dia terkejut. “Apa ini?”
“Itu miras,” jawab Kang Sol A sambil merebut
botol air nya kembali.
“Karena nilaimu?” tebak Joon Hwi.
“Nilaiku? Nilai sialanku,” keluh Kang Sol A.
“Untuk menebus peringatan di semester pertama, aku belajar begitu keras di
semester kedua. Asal kau tahu, aku belajar dengan sangat keras. Kau tahu itu,”
ceritanya. “Kau pasti bisa? Masa
bodoh. Itu seperti harapan kosong,” gumamnya dengan lemas.
Joon Hwi merasa khawatir kepada Kang Sol A dan
ingin tahu berapa nilainya. Dan Kang Sol A pun bercerita. Nilai IPK nya 2,02
lebih dari 2,0 yang berarti dia tidak perlu mengulang. Dia terkejut dan senang.
Tapi kemudian dia merasa menyedihkan, dia tetap berada didasar, tapi dia malah
girang hanya karena berhasil berada sedikit diatas garis dasar. Dan mereka yang
berada di puncak pasti menganggapnya sebagai lelucon. Lalu dia menuduh kalau
Joon Hwi pasti ingin menertawainya.
“Kau mabuk. Ayo pergi,” ajak Joon Hwi.
“Seharusnya Dan yang berada di sini. Bukan
aku. Akulah yang seharusnya tunduk pada uang. Bukan dia,” gumam Kang Sol A
sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.
Selesai bersedih, Kang Sol A berdiri dan
menunjuk Joon Hwi. “Hei. Pastikan kau menangkap…” katanya. Lalu dia goyah dan
hampir saja terjatuh. Untung Joon Hwi berhasil menangkapnya. “Bukan aku!
Pembunuhnya,” jelas nya. Lalu dia pergi.
Mendengar itu, Joon Hwi diam dan menatap
patung dewi keadilan.
Kang Sol A kembali ke asrama dan tidur di
tempat tidur Kang Sol B. Lalu ketika Kang Sol B keluar dari kamar mandi, dia
langsung mengoceh tidak jelas. “Kang Sol A plus,” panggilnya. “Tak masuk akal
namamu adalah Kang Sol "B". Maafkan aku. Maafkan aku karena namaku
sama dengan namamu,” gumamnya.
“Bangunlah,” kata Kang Sol B, bersikap acuh.
Lalu Kang Sol A pun bangun dan duduk di meja
belajar Kang Sol B. “Agar aku bisa membantu Ye-seul untuk buktikan bahwa itu
pembelaan diri. Aku harus pelajari presedennya,” gumam nya sambil membaca
kertas di atas meja Kang Sol B.
Melihat itu, Kang Sol B membiarkannya dan
mengeringkan rambutnya.
Joon Hwi memeriksa jadwal kelas sidang simulasi
dulu, ternyata ditanggal 25 Sept kelas dibatalkan dan diganti ke hari sabtu
tanggal 26 Sept dari pukul 11.00 sampai 14.00.
Sementara Ji Ho. Dia sibuk melihat- lihat
postingan di IG wartawan Choi.
Pagi hari. Ketika Kang Sol A terbangun, dia
merasa heran, kenapa dia bisa tidur di meja belajar Kang Sol B. Lalu dia
meregangkan tubuhnya dan merasa agak pengar. Tepat disaat itu, masuk pesan dari
Joon Hwi. “Keluarlah jika pengar.”
Wakil Dean Ju menunggu Kang Sol B di luar
ruangan.
PRA-PERADILAN KASUS PLAGIARISME KANG SOL B
Prof. Jung, Dean Oh, Eun Suk, dan Jong Hoon.
Mereka berempat menjadi juri yang menilai apakah Kang Sol B bersalah atau
tidak. Mereka mengajukan berbagai pertanyaan kepada Kang Sol B, dan dengan
tenang, Kang Sol B menjawab semua pertanyaan mereka.
Kang Sol B menjelaskan bahwa tesis ini dia tulis bersama Prof. Seo Byung Ju, saat dia masih SMA. Lalu kemudian dia tidak tahu kalau tesis ini telah diserahkan oleh Byung Ju ke Harvard. Dan sebenarnya, mayoritas yang menulis tesis tersebut adalah dirinya. Dia tertarik pada pelanggaran hak- hak dasar dan ingin mempelajarinya lebih dalam. Lalu kenapa tesis ini tidak dia masukkan ke kontes pada saat SMA, karena pada saat itu hanya mahasiswa yang boleh ikut serta. Juga dia mengumpulkan nya tanpa memeriksa kasus dan teori baru, itu karena dia hanya meneliti hukum pidana di Korea, jadi apabila ada kasus serupa dinegara lain, dia tidak mengambilnya. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu mengubah tesisnya.
“Ada lagi?” tanya Jong Hoon.
“Teman SMA-ku juga masuk Fakultas Hukum
Hankuk,” jawab Kang Sol B dengan percaya diri. “Jika kalian belum percaya,
tanyai saja dia.”
“Maksudmu, Seo Ji-ho?” tanya Eun Suk,
memastikan.
“Ya. Dia bisa memastikan aku menulisnya saat
SMA.”
Ketika pra-peradilan selesai, Eun Suk merasa
wajahnya telah ditampar. Karena Kang Sol B mematahkan semua kecurigaannya, dan
dia tidak bisa berkata apapun. Lalu dia berniat untuk bertanya kepada Wakil
Dean Ju untuk mencari tahu kebenaran nya. Dan Jong Hoon merasa itu percuma,
sebab Wakil Dean Ju sudah berkata tidak akan ikut campur.
“Tentang Sol B… “ kata Eun Suk, agak curiga.
“Dia bahkan menyebut Ji-ho. Mereka pasti punya kesepakatan,” katanya, yakin.
“Benar,” kata Jong Hoon, setuju. “Seung-jae
bagaimana?” tanyanya, mengganti topik.
“Aku belum dengar kabarnya sejak saat itu.
Istrinya susah payah untuk hamil, akan kutunggu sampai akhir pekan ini,” jawab
Eun Suk, menjelaskan.
Kemudian Jong Hoon meminjam mobil Eun Suk.
Ketika Kang Sol A datang ke dapur, Joon Hwi
menunjukkan buku catatan gula darah Byung Ju. “Lihat. 227, seperti ucapan
jaksa,” jelas nya.
“Kalau begitu…” kata Kang Sol A, senang.
“Kau mengenalku,” kata Joon Hwi dengan bangga.
“Tentu saja. Kau hebat sekali!” puji Kang Sol
A. Lalu Joon Hwi mengambil buku tersebut dan berjalan pergi. “Kau mau ke mana?”
tanyanya.
“Menemui orang yang paling menantikannya,”
jawab Joon Hwi, memberitahu.
Ketika Joon Hwi datang, Jong Hoon melemparkan kunci mobil padanya dan menyuruhnya untuk menyetir.