Sinopsis K- Drama : Law School Episode 10/1

 


Original Network : jTBC Netfix

Saat makan malam. Kang Sol A berdiskusi dengan Joon Hwi. Ada UU tentang Pembela Khusus. “Pembela harus berasal dari kalangan pengacara. Tapi dalam situasi tertentu, pengadilan di luar Mahkamah Agung dapat memberi izin kepada pembela yang bukan seorang pengacara.” Jadi bila tidak ada Pembela Umum yang mau membantu kasus Ye Seul, maka mereka bisa mencari orang lain. Namun Joon Hwi merasa kalau ini percuma, karena dulu jumlah pengacara masih sedikit dan harga pengacara sangat mahal, jadi UU ini berlaku. Tapi sekarang, ada banyak pembela umum, jadi bisa saja hakim tidak tahu lagi mengenai UU tersebut.


“Kamu tahu sendiri, para pembela umum mengundurkan diri,” keluh Kang Sol A. “Baiklah, aku butuh izin dari profesorku untuk ini,” katanya, memutuskan.

“Prof. Kim pasti akan setuju,” komentar Joon Hwi.

“Apa? Bukan Prof. Kim,” balas Kang Sol A sambil menggelengkan kepalanya.


Pengacara Song berbisik di telinga Jaksa. Lalu Jaksa mengajukan protes kepada Hakim. Dia tidak setuju Jong Hoon menjadi pengacara Ye Seul, sebab Jong Hoon masih dalam masa peradilan.

“Semua terdakwa tak bersalah sampai terbukti bersalah,” kata Jong Hoon, membela diri.


“Profesor hukum tak boleh praktik hukum,” protes Jaksa, lagi.

“Menurut Pasal 31 Undang-undang Prosedur Pidana, saya ditunjuk sebagai pembela khusus,” kata Jong Hoon, membela diri lagi.



“Tidak ada preseden selama puluhan tahun terakhir,” protes Jaksa Song.

“Bukan berarti tak pernah ada,” balas Jong Hoon. “Hal ini diakui oleh pengadilan,” tegasnya sambil menunjuk hakim.

Jaksa tetap tidak setuju. Jadi dia mempertanyakan, kondisi khusus macam apa yang Ye Seul miliki. Dan Jong Hoon menjawab dengan jujur, Ayah Korban Yeong Chang, yaitu Dewan Ko, adalah anggota kandidat kepresidenan, jadi tidak ada yang berani untuk membantu Ye Seul, karena Dewan Ko. Lalu Ye Seul memilihnya untuk membantu membela diri.


Ketika Dewan Ko mendapatkan kabar kalau Jong Hoon menjadi pengacara Ye Seul dan pengadilan setuju, dia merasa kesal.

“Hakim menyetujuinya?” tanya Penjaga Dong, tidak menyangka.

“Hakim ketuanya adalah rekan kerjaku dulu. Banyak pembela umum yang mundur, jadi, dia bingung,” jawab Dean Oh, menjelaskan.

“Dari mana kau bisa tahu?”

Eun Suk mengirimkan rekaman suara rekan- rekannya yang menolak untuk membantu Ye Seul, kepada Jong Hoon. Lalu Jong Hoon memperdengarkan itu kepada Dean Oh.

“Ye-seul ingin aku mewakilinya,” kata Jong Hoon, memberitahu.

“Kalau begitu, kau akan berhenti mengajar?” tanya Dean Oh. Dan Jong Hoon menunjukkan ‘surat permohonan sebagai pembela khusus’. “Ini…”


“Kudengar mereka tak akan menerima ini. Jika kau adalah hakimnya, apa kau akan menganggap situasinya saat ini "khusus"?” tanya Jong Hoon, memastikan.

“Tentu.”

“Kalau begitu tolong bantu dia agar permohonan berdasarnya tak ditolak,” pinta Jong Hoon. “Jika diterima, ini akan jadi preseden bagi profesor hukum untuk menjadi pembela umum. Para murid dapat mendampingi mereka dan belajar langsung tentang cara kerja pengacara pembela,” jelas Jong Hoon dengan serius. “Kau selalu berpikir mengenai cara memberikan pengalaman langsung kepada murid. Ini akan sangat membantu,” bujuknya.

Mendengar itu, Dean Oh tersenyum.


Jaksa menolak untuk sidang juri diadakan, karena Terdakwa Ye Seul telah mengaku bersalah. Dan Jong Hoon membalas bahwa Ye Seul bukan mengaku bersalah, melainkan Ye Seul hanya mengakui kalau dirinya yang menyebabkan korban cedera. Dan Ye Seul melakukan itu hanya untuk membela diri.

“Akan saya buktikan dia tak bersalah,” tegas Jong Hoon dengan percaya diri.


Jaksa Jin menganalisa untuk Dewan Ko. Sidang juri tidak hanya merugikan Yeong Chang. Jika Jong Hoon terbukti bersalah, maka pengadilan akan di kritik, karena mengizinkan pembunuh untuk menjadi pembela umum. Karena itu dia sangat yakin kalau sidang juri tidak akan terjadi.

“Lalu? Apakah ini akan jadi masalah besar?” tanya Dewan Ko, memastikan.

“Hanya perkara sepele,” jawab Jaksa Jin, bersikap meremehkan.

“Hal sepele dapat mengganggu,” gumam Dewan Ko.


Jaksa Jin kemudian membahas tentang Ji Ho, yang ternyata merupakan anak dari CEO TOYGOODTOY, perusahaan mainan anak. Dan Dewan Ko mengingat perusahaan tersebut.

“Aku akan mengurusnya, Pak,” kata Jaksa Jin, menenangkan dengan percaya diri.


Ye Beom merasa kalau ini sangat ironis. Karena Jong Hoon kalah disidang sendiri, jadi seharusnya dia mencemaskan diri sendiri. Tapi Jong Hoon malah sibuk mengurus kasus Ye Seul. Namun Bok Gi berpendapat sebaliknya, dia terkejut ketika melihat Jong Hoon datang, namun dia juga senang karena Jong Hoon yang membantu kasus Ye Seul.

“Prof. Kim ada di restoran,” kata Joon Hwi, memberitahu.

“Aku tidak ikut. Perutku tidak enak, aku harus pulang,” kata Kang Sol A, pamit. Lalu dia langsung pergi.


Melihat itu, Bok Gi berpikiran positif. Mungkin saja Kang Sol A sedang sakit perut. Tapi Ye Beom berpikiran sebaliknya. Dia yakin kalau bukan perut Kang Sol A yang tidak enak, tapi perasaannya, sebab Kang Sol A pasti gagal dalam ujian.


Kang Sol A pulang ke rumah dan makan es krim bersama Byeol. Dia curhat kepada Byeol bahwa dia bertanya- tanya, kenapa dia belajar hukum, kepadahal dia tidak pintar. Lalu dia teringat kepada Kang Dan, dia yakin kalau Kang Dan pasti juga kesusahan. Mendengar itu, Byeol menjadi agak murung.

“Kau tinggal di luar saat itu, kau mungkin tak tahu. Ayah kecanduan judi, Ibu menderita sekali. Dan merasa sangat sedih melihat Ayah yang membebani Ibu. Dia mengambil semua uang yang kau kirim dan pergi berjudi,” kata Byeol, bercerita.


“Kenapa kau tidak cerita?” tanya Kang Sol A, terkejut, karena baru tahu.

“Ibu melarangku,” jawab Byeol dengan rasa bersalah. “Dia takut kau melakukan sesuatu pada Ayah jika kau tahu,” jelasnya. “Aku tetap ingin memberitahumu. Tapi Dan juga melarangku.”


Byeol kemudian menyemangati Kang Sol A untuk jangan menyerah dan terus belajar. Lalu dia ingin melihat nilai ujian Kang Sol A. Dan Kang Sol A langsung terdiam serta menghindarinya.

“Hei, apa kau sudah lihat nilaimu?” tanya Byeol, ingin tahu.



Sebelum makan siang datang dan siap, Joon Hwi mengajak yang lain untuk berdiskusi. Ye Beom yang pertama bersuara. Dia tidak yakin kalau sidang juri adalah ide yang bagus, karena lengan dan kaki Yeong Chang lumpuh, jadi juri pasti akan mengasihani Yeong Chang. Dan kemudian Kang Sol B bersuara. Menurutnya, lebih baik pakai sidang juri daripada pasrah dengan putusan pengadilan. Namun belum ada kasus yang berakhir dengan putusan pembelaan diri.

“Sama sekali?” tanya Bok Gi dan Ye Beom, terkejut.

“Ini akan jadi yang pertama,” kata Joon Hwi, menjawab.

“Ye-seul harus mengungkap perbuatannya untuk buktikan pembelaan dirinya, dia harus menggugat juga,” jelas Ji Ho.



Diruangan lain. Ye Seul memberitahu Jong Hoon dan Eun Suk bahwa dia tidak ingin menggugat Yeong Chang. Sebab Yeong Chang mungkin harus hidup cacat seumur hidupnya.

“Kau akan kacaukan sidangnya hanya karena merasa bersalah? Di kasus pertamaku sebagai pembela umum?” tanya Jong Hoon dengan serius. Dan Ye Seul menundukkan kepalanya. “Ubah pikiranmu,” tegasnya. Lalu dia pergi. Dan Eun Suk mengejarnya.


Ketika Jong Hoon dan Eun Suk pergi, Joon Hwi masuk ke dalam ruangan dan menasehati Ye Seul untuk mengikuti kata hati Ye Seul saja. Lalu dia mengajak Ye Seul untuk makan.

Ketika Seung Jae datang ke ruangan belajar, Penjaga Dong memberikannya satu kerupuk besar. Lalu dia mengajak Seung Jae untuk duduk dan dengarkan ceritanya tentang mengapa dia sampai mengikuti 10 kali ujian yudisial. Dan Seung Jae pun duduk serta mendengarkan.



“Pada ujian keduaku, aku hampir lolos. Aku merasa akan lolos andai saja aku belajar lebih giat. Tapi aku sadar bukan itulah penyebabnya. Aku sudah luangkan banyak waktu untuk belajar. Aku tak bisa menyerah, meski masa mudaku telah terbuang percuma. Seperti candu,” kata Penjaga Dong, bercerita. “Kau tahu bagaimana aku menyerah?” tanyanya. Dan Seung Jae hanya diam saja. “Aku tak tahu bisa apa lagi. Jadi, aku terus bertahan. Lalu aku bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku mencuri lembar soal dan jawaban, lalu aku kabur. Tapi aku tak merasa bersalah. Aku terobsesi untuk lulus ujian. Aku tak bisa lari, sekuat apa pun kucoba, maka aku mulai mengamuk dan menangis seperti orang gila. Aku tahu itu hanya mimpi, tapi saat itu aku hampir menghalalkan segala cara hanya untuk lolos ujian,” jelasnya.

Setelah selesai bercerita, Penjaga Dong pergi, karena sebentar lagi Dean Oh akan datang dan mengambil fotocopyan nya.


Seung Jae diam dan merenung sambil memegang cincin dijarinya. Dia merasa sangat gundah, tidak tenang, dan merasa bersalah.

Ketika Man Ho pulang, Joon Hwi yang sudah menunggu sedari tadi mengajak Man Ho untuk berbicara. Dan Man Ho tersenyum mengiyakan.

Didalam rumah. Joon Hwi mempertanyakan tentang Byung Ju. Setahunya, Byung Ju jarang memeriksa kadar gula darahnya, tapi kemudian dia memeriksanya setiap hari, sebelum dia meninggal. Dan Man Ho menjelaskan bahwa diabetes yang Byung Ju derita memburuk, kadar gulanya tidak menentu, sampai dokter menyuruh Byung Ju untuk periksa setiap hari selama dua bulan, karena itulah Byung Ju mulai memeriksa gula darahnya secara rutin.


“Apa dokternya memberinya buku catatan gula darah?” tanya Joon Hwi.

“Buku catatan?” gumam Man Ho, tampak bingung. Dan Joo Hwi memperhatikan itu.

Joon Hwi pergi ke mobil Byung Ju yang berada di parkiran.


Flash back. PUKUL 14.08, 5 OKTOBER 2020 HARI TERJADINYA INSIDEN

Hari itu, ketika Joon Hwi ingin mengambil kacamata cadangan didalam laci mobil, dia tidak sengaja melihat buku catatan gula Byung Ju. Tapi dia tidak membuka dan melihat nya.

Flash back end


Joon Hwi membuka laci mobil dan menemukan buku catatan gula Byung Ju masih berada disana. Dan dia mengambilnya.


Kang Sol A pulang ke asrama dan duduk dengan lemas di atas tempat tidur. Lalu kemudian dia membuka kulkas dan mengambil sebotol air putih. Tapi ketika dia meminumnya, dia langsung memuncaratkannya, karena ternyata itu adalah miras.


Karena di botol tersebut hanya tertulis tulisan Kang Sol saja tidak ada B nya, maka Kang Sol A pun menambahkan tulisan A+ disana. Lalu disaat itu, Joon Hwi lewat.


“Kenapa kau minum air seperti minum miras?” tanya Joon Hwi, merebut botol air minum Kang Sol A. Dan ketika dia mencium baunya, dia terkejut. “Apa ini?”

“Itu miras,” jawab Kang Sol A sambil merebut botol air nya kembali.

“Karena nilaimu?” tebak Joon Hwi.


“Nilaiku? Nilai sialanku,” keluh Kang Sol A. “Untuk menebus peringatan di semester pertama, aku belajar begitu keras di semester kedua. Asal kau tahu, aku belajar dengan sangat keras. Kau tahu itu,” ceritanya. “Kau pasti bisa? Masa bodoh. Itu seperti harapan kosong,” gumamnya dengan lemas.

Joon Hwi merasa khawatir kepada Kang Sol A dan ingin tahu berapa nilainya. Dan Kang Sol A pun bercerita. Nilai IPK nya 2,02 lebih dari 2,0 yang berarti dia tidak perlu mengulang. Dia terkejut dan senang. Tapi kemudian dia merasa menyedihkan, dia tetap berada didasar, tapi dia malah girang hanya karena berhasil berada sedikit diatas garis dasar. Dan mereka yang berada di puncak pasti menganggapnya sebagai lelucon. Lalu dia menuduh kalau Joon Hwi pasti ingin menertawainya.

“Kau mabuk. Ayo pergi,” ajak Joon Hwi.

“Seharusnya Dan yang berada di sini. Bukan aku. Akulah yang seharusnya tunduk pada uang. Bukan dia,” gumam Kang Sol A sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.



Selesai bersedih, Kang Sol A berdiri dan menunjuk Joon Hwi. “Hei. Pastikan kau menangkap…” katanya. Lalu dia goyah dan hampir saja terjatuh. Untung Joon Hwi berhasil menangkapnya. “Bukan aku! Pembunuhnya,” jelas nya. Lalu dia pergi.

Mendengar itu, Joon Hwi diam dan menatap patung dewi keadilan.


Kang Sol A kembali ke asrama dan tidur di tempat tidur Kang Sol B. Lalu ketika Kang Sol B keluar dari kamar mandi, dia langsung mengoceh tidak jelas. “Kang Sol A plus,” panggilnya. “Tak masuk akal namamu adalah Kang Sol "B". Maafkan aku. Maafkan aku karena namaku sama dengan namamu,” gumamnya.

“Bangunlah,” kata Kang Sol B, bersikap acuh.


Lalu Kang Sol A pun bangun dan duduk di meja belajar Kang Sol B. “Agar aku bisa membantu Ye-seul untuk buktikan bahwa itu pembelaan diri. Aku harus pelajari presedennya,” gumam nya sambil membaca kertas di atas meja Kang Sol B.

Melihat itu, Kang Sol B membiarkannya dan mengeringkan rambutnya.


Joon Hwi memeriksa jadwal kelas sidang simulasi dulu, ternyata ditanggal 25 Sept kelas dibatalkan dan diganti ke hari sabtu tanggal 26 Sept dari pukul 11.00 sampai 14.00.

Sementara Ji Ho. Dia sibuk melihat- lihat postingan di IG wartawan Choi.

Pagi hari. Ketika Kang Sol A terbangun, dia merasa heran, kenapa dia bisa tidur di meja belajar Kang Sol B. Lalu dia meregangkan tubuhnya dan merasa agak pengar. Tepat disaat itu, masuk pesan dari Joon Hwi. “Keluarlah jika pengar.”

Wakil Dean Ju menunggu Kang Sol B di luar ruangan.

PRA-PERADILAN KASUS PLAGIARISME KANG SOL B

Prof. Jung, Dean Oh, Eun Suk, dan Jong Hoon. Mereka berempat menjadi juri yang menilai apakah Kang Sol B bersalah atau tidak. Mereka mengajukan berbagai pertanyaan kepada Kang Sol B, dan dengan tenang, Kang Sol B menjawab semua pertanyaan mereka.


Kang Sol B menjelaskan bahwa tesis ini dia tulis bersama Prof. Seo Byung Ju, saat dia masih SMA. Lalu kemudian dia tidak tahu kalau tesis ini telah diserahkan oleh Byung Ju ke Harvard. Dan sebenarnya, mayoritas yang menulis tesis tersebut adalah dirinya. Dia tertarik pada pelanggaran hak- hak dasar dan ingin mempelajarinya lebih dalam. Lalu kenapa tesis ini tidak dia masukkan ke kontes pada saat SMA, karena pada saat itu hanya mahasiswa yang boleh ikut serta. Juga dia mengumpulkan nya tanpa memeriksa kasus dan teori baru, itu karena dia hanya meneliti hukum pidana di Korea, jadi apabila ada kasus serupa  dinegara lain, dia tidak mengambilnya. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu mengubah tesisnya.


“Ada lagi?” tanya Jong Hoon.

“Teman SMA-ku juga masuk Fakultas Hukum Hankuk,” jawab Kang Sol B dengan percaya diri. “Jika kalian belum percaya, tanyai saja dia.”

“Maksudmu, Seo Ji-ho?” tanya Eun Suk, memastikan.

“Ya. Dia bisa memastikan aku menulisnya saat SMA.”

Ketika pra-peradilan selesai, Eun Suk merasa wajahnya telah ditampar. Karena Kang Sol B mematahkan semua kecurigaannya, dan dia tidak bisa berkata apapun. Lalu dia berniat untuk bertanya kepada Wakil Dean Ju untuk mencari tahu kebenaran nya. Dan Jong Hoon merasa itu percuma, sebab Wakil Dean Ju sudah berkata tidak akan ikut campur.

“Tentang Sol B… “ kata Eun Suk, agak curiga. “Dia bahkan menyebut Ji-ho. Mereka pasti punya kesepakatan,” katanya, yakin.

“Benar,” kata Jong Hoon, setuju. “Seung-jae bagaimana?” tanyanya, mengganti topik.


“Aku belum dengar kabarnya sejak saat itu. Istrinya susah payah untuk hamil, akan kutunggu sampai akhir pekan ini,” jawab Eun Suk, menjelaskan.

Kemudian Jong Hoon meminjam mobil Eun Suk.


Ketika Kang Sol A datang ke dapur, Joon Hwi menunjukkan buku catatan gula darah Byung Ju. “Lihat. 227, seperti ucapan jaksa,” jelas nya.

“Kalau begitu…” kata Kang Sol A, senang.

“Kau mengenalku,” kata Joon Hwi dengan bangga.


“Tentu saja. Kau hebat sekali!” puji Kang Sol A. Lalu Joon Hwi mengambil buku tersebut dan berjalan pergi. “Kau mau ke mana?” tanyanya.

“Menemui orang yang paling menantikannya,” jawab Joon Hwi, memberitahu.


Ketika Joon Hwi datang, Jong Hoon melemparkan kunci mobil padanya dan menyuruhnya untuk menyetir.

Post a Comment

Previous Post Next Post