Sinopsis C-Drama : Crossroad Bistro E01




Di Norwegia,

Seorang wanita muda nan cantik, Dai Xiao Yu sedang mencoba gaun pengantin sambil ditemani oleh temannya. Pernikahannya sudah tinggal sebentar lagi, tapi dia belum memberitahukannya pada orang tuanya. Dia sudah dua tahun ini, tidak pernah berhubungan dengan orang tuanya, sejak orang tuanya menentang hubungannya dengan pacarnya, Peng Pai. Saat itu, ayahnya mengeluarkan kata-kata kejam padanya dan memutuskan hubungan dengannya. Sementara Ibunya, berada di pihak ayahnya.


Temannya menasehati Xiao Yu untuk menghubungi orang tuanya, karena bagaimanapun, orangtua menentang pasti dengan maksud baik, hanya caranya saja salah. Xiao Yu tidak peduli karena baginya, tindakannya tidak salah! Dia bukannya menjadi orang ketiga yang menghancurkan rumah tangga orang ataupun mengandalkan orang tuanya untuk hidup. Jadi, dia punyak hak untuk menentukan sendiri hidupnya, apalagi sekarang usianya sudah hampir 30 tahun. Dan juga, dia pasti akan mencari kesempatan untuk memberitahu orangtuanya setelah urusan pernikahannya selesai. 

Bagi Xiao Yu, dia lebih mengharapkan adiknya yang datang ke pernikahannya. Dia paling ingin menemuinya. Dan dia juga sudah menyuruh adiknya untuk membuat Visa.

--



Sayangnya, rencana terkadang tidak berjalan sesuai yang dikehendaki. Malam harinya, Peng Pai, calon suami Xiao Yu harus menjalani operasi darurat setelah tiba-tiba pingsan. Operasi berlangsung selama 5 jam dan ditengah operasi, detak jantung Peng Pai sempat terhenti. Dan untungnya, setelah di picu dengan defibrillator, detak jantung Peng Pai kembali.



Operasi berakhir dengan sukses. Dokter pun menjelaskan kondisi pasien kepada wali. Penyebab Peng Pai mengalami shock karena tumor di kepalanya pecah. Dan mereka sudah menjalankan operasi kecil untuk mengangkat tumor itu. Namun, ditengah operasi, detak jantung Peng Pai sempat terhenti. Tapi, semuanya sudah baik-baik saja.


Xiao Yu beneran masih shock walaupun dokter bilang semua akan baik-baik saja. Dia hampir saja kehilangan calon suaminya jika terlambat membawanya ke rumah sakit.

--


Di Beijing,

Seorang gadis muda dan ceria, Bao Xue, baru saja pulang dan segera menelpon kakaknya, Xiao Yu, untuk memberikan kabar bahagia. Dia akhirnya mendapatkan Visa-nya dan akan segera pergi mengunjunginya. 



Xiao Yu yang terjaga semalaman karena operasi Peng Pai, tidak dapat ikut bergembira atas kabar Bao Xue. Diapun menceritakan apa yang terjadi tadi malam pada Peng Pai dan kemungkinan bahwa pernikahan mereka diundur. Xiao Yu bercerita dengan suara menahan tangis dan juga, dia meminta Bao Xue agar tidak memberitahukan hal ini pada siapapun. Bao Xue kaget mendengar kabar tersebut dan berusaha menenangkan kakaknya untuk tidak khawatir. Bukankah dokter juga bilang nyawanya tidak terancam, jadi jangan menekan diri sendiri. Lebih baik sekarang adalah menjaga Peng Pai. Dan bicarakan semuanya lagi begitu Peng Pai pulih. 

--


Peng Pai sudah siuman. Kondisinya sudah baik-baik saja. Dia juga mampu bercerita pada Xiao Yu mengenai kejadian saat dia pingsan waktu itu. Waktu itu, saat Xiao Yu mengambilkan obatnya, dia tiba-tiba merasa sakit kepala dan sulit membuka matanya. Dia merasa seolah tubuhnya mengecil dan dilembar ke dalam lubang, seolah bermimpi buruk. Dan kemudian, dia tidak ingat apapun dan ketika membuka mata, sudah berada di sini, rumah sakit.

Xiao Yu memberitahu yang terjadi, kalau saat itu, Peng Pai menjalani operasi selama 5 jam dan hampir tidak bisa ‘kembali.’ Peng Pai hanya tertawa mendengar ceritanya dan menjawab kalau dia berhasil kembali kan.


Tidak lama, dokter datang untuk memberitahu kalau Peng Pai sudah bisa keluar rumah sakit. Semua hasil pemeriksaan Peng Pai menunjukkan hasil yang normal. Xiao Yu dan Peng Pai tentu bahagia mendengarnya.

--


Tuhan selalu punya cara untuk menunjukkan pada kita jalan terbaik, walaupun terkadang itu menyakitkan. Dan semua kembali ke kita, hendak mengambil jalan yang mana.

Dan hal itulah yang sedang dialami oleh Xiao Yu. Setelah kejadian Peng Pai yang tiba-tiba pingsan dan harus menjalani operasi, kini Xiao Yu menemukan hal mengejutkan lainnya. Dia melanjutkan persiapan pernikahannya dengan Peng Pai dan saat hendak memeriksa desain undangan yang dikirim ke email, Xiao Yu menggunakan laptop Peng Pai, dimana email Peng Pai masih dalam keadaan sign-in. 

Tanpa sengaja, Xiao Yu melihat email yang dikirim dari pengacara Peng Pai mengenai ‘Perjanjian Pembagian Warisan.’ 


Xiao Yu sangat marah dan tentu saja Peng Pai tidak mengerti alasannya marah. Dia ingin Xiao Yu menjelaskan, bukannya diam dan menyuruhnya menebak. Bukankah mereka sudah pernah bicara kalau marah, harus dikatakan. Dengan begitu, mereka berdua akan bisa saling mempercayai.

Xiao Yu beneran muak sehingga dia tidak mau menjelaskan apapun dan hanya menyuruh Peng Pai membaca email yang dikirim pengacara He padanya. Hanya dengan satu kalimat itu, Peng Pai sudah mengerti alasan Xiao Yu marah.


Xiao Yu sangat marah, kecewa dan merasa dibodohi selama ini. Dia tidak mau mendengarkan penjelasan apapun dari Peng Pai. Selama ini, Peng Pai sudah membohonginya. Lima tahun lalu, Peng Pai bilang sudah bercerai, tapi ternyata, selama ini, Peng Pai masih belum bercerai. Jika bukan karena dia mendesak mereka untuk segera menikah, Peng Pai pasti tidak akan pernah menggugat cerai istrinya. Peng Pai nggak mau di sebut berbohong dan beralasan kalau dia sudah tidak pernah tinggal dengan istrinya itu selama 7 tahun. Dia sudah tidak punya perasaan apapun lagi padanya dan masalah cerai atau tidak, itu hanya masalah kertas saja. 


Mau apapun alasan Peng Pai, tetap saja Peng Pai masihlah seorang suami! Jika bukan karena penyakit Peng Pai, selamanya dia pasti akan dibohongi. Dan selama Peng Pai masih belum bercerai, artinya dia adalah orang ketiga dalam pernikahan mereka! Istri dan anak Peng Pai akan merasa kalau Peng Pai meminta bercerai dan membagi warisan karena diluar negeri ada orang ketiga yang menginginkan status. 

Xiao Yu sangat marah. Karna sekarang dia menjadi orang yang paling dibencinya. Perusak rumah tangga. 


Tapi Peng Pai terus saja membela diri kalau dia tidak pernah berbohong. Dia memang ingin menceraikan istrinya dari dulu, hanya saja dia mempunyai banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan disini dan tidak bisa pulang untuk menandatangani surat cerai. Sesederhana itu. Peng Pai seolah nggak sadar kalau perbuatannya salah dan malah bilang akan memberikan semua hartanya pada istri dan anaknya, kemudian mereka bisa tinggal dengan baik disini.


“Bagaimana dengan warisan? Di sana tertulis dengan jelas. Jika kau meninggal karena alasan apapun, semua harta yang memakai namamu 90% akan diberikan pada putrimu. 10% lagi pada istrimu. Aku tak salah ingat kan?” tanya Xiao Yu.

“Itu dibuat dulu. Setelah bercerai, aku bisa buat ulang lagi.”


Masalahnya, Peng Pai sudah mengkhianati kepercayaannya selama ini. Xiao Yu merasa kalau dia sudah menyia-nyiakan masa mudanya. Selama 5 tahun dia menemani Peng Pai. Saat Peng Pai sakit, dia menjaga dan melayaninya dari segala aspek. Sebenarnya, Peng Pai menganggapnya apa? Perawat? Bahkan perawat juga di bayar per hari. Sementara dia? Perusak rumah tangga yang tidak diketahui?


Peng Pai masih saja terus membela diri. Tapi, Xiao Yu bukan orang buta yang tidak tahu apapun. Peng Pai malah menenangkan dengan bilang akan segera bercerai karena mantan istrinya juga nggak keberatan. Eit, Xiao Yu segera menghalangi dan meluruskan ucapan Peng Pai, bukan ‘mantan istri’ karena mereka belum bercerai.

Pertengkaran mereka berakhir dengan teriakan di antara keduanya. Xiao Yu memilih pergi keluar rumah untuk menenangkan dirinya. 


Peng Pai masih juga berusaha mempertahankan hubungannya dengan Xiao Yu. Dia malah merasa mereka butuh waktu untuk menenangkan diri. Dia mengirimkan pesan pada Xiao Yu kalau dia akan melakukan perjalanan dinas besok ke kota Manchester selama  3 hari. Dan setelah kembali, mereka akan bicarakan ini baik-baik.



3 hari kemudian,

Saat Peng Pai kembali, semua barang-barang Xiao Yu sudah tidak ada. Xiao Yu memilih mengakhiri hubungan mereka. Dia kembali ke Beijing.

--


Begitu tiba di Bejing, Xiao Yu langsung menelpon Bao Xue. Bao Xue mengira telepon itu untuk kabar baik, jadi dia menanyakan, harus memesan tiket untuk tanggal berapa? Xiao Yu menjawab kalau dia menelpon untuk memberitahu kalau dia sudah kembali ke Beijing. Dia kembali untuk melihat nenek dan adiknya, Bao Xue.


EPISODE 01




Di sebuah taman yang luas dan asri, berkumpul para lansia dengan segala macam kegiatan mereka. Ada yang sekedar berjalan-jalan, menulis aksara China dengan air di lantai, melakukan senam pagi dan bahkan paduan suara. Dan salah satu diantara para lansia tersebut adalah Nenek Xiao Yu.


Begitu kegiatan selesai, Nenek segera pulang ke rumah. Betapa bahagianya hatinya saat dia tiba di depan rumah, dia melihat cucu yang dirindukannya berada di depan pagar dengan semua koper-kopernya.


Kepulangan Xiao Yu disambut hangat oleh Nenek dan Bao Xue. Xiao Yu tidak pulang dengan tangan kosong. Dia membelikan oleh – oleh untuk mereka. Walau Xiao Yu baru pulang, Nenek sudah menanyakan rencananya ke depan. Xiao Yu adalah lulusan S2 tapi belum pernah mempunyai pekerjaan tetap, jadi Nenek menasehati kalau Xiao Yu nggak boleh terus hidup santai sebagai anak muda. Xiao Yu menjawab kalau dia berencana untuk tinggal sementara di rumah Neneknya sampai menemukan pekerjaan dan rumah untuk pindah. Nenek tidak masalah sama sekali.


Karena Xiao Yu pulang setelah sekian lama, Nenek memasakkannya iga manis. Hal itu memnbuat Bao Xue cemburu dan menggoda neneknya yang tidak pernah membuatkannya iga manis padahal dia sudah sering memintanya. Nenek balas menggoda dengan memuji Xiao Yu yang menjadi begitu cantik hingga dia hampir tidak bisa dikenali, tidak seperti Bao Xue yang semakin hari semakin mundur. 


Pembicaraan sesederhana itu saja, sudah membuat ketiganya tertawa bahagia. Kembali ke rumah dan bertemu dengan orang yang dirindukannya, membuat Xiao Yu bisa sejenak melupakan masalahnya.


Saat makan, Xiao Yu malah membahas mengenai pekerjaan Bao Xue sebagai artis tapi selalu saja mendapat peran kecil dan masih belum menyerah. Umur Bao Xue sudah 25 tahun, tapi masih saja bertahan. Bao Xue membalas perkatannya kalau dia ini, asalkan sudah memastikan arah, mempunyai tenaga untuk terus maju. Ah, karna Xiao Yu membahasnya duluan, Bao Xue juga ingin tahu perkembangan karir Xiao Yu yang 4 tahun lebih tua darinya. Nenek juga jadi penasaran dan pengen tahu.


Xiao Yu kelihatan enggan untuk membahas hal itu, tapi karena sudah ditanyai, dia harus menjawab. Dulu, dia pernah mempunyai café, tapi tidak berjalan dan akhirnya ditutup. 


Untungnya topik segera beralih ke kenangan masa kecil mereka. Pembicaraan yang awalnya serius, mulai berubah penuh gelak tawa. 

--


Kita beralih ke kisah lain,

Di sebuah minimarket, terjadi pertemuan tidak sengaja diantara kedua wanita. You Shanshan dan Si Meng. Si Meng yang sedang mengantri untuk membayar belanjaan, yang pertama kali melihat You Shanshan dan menyapanya. Dulu, keduanya pernah bertemu di sebuah penerbangan menuju Lhasa dan tidak sengaja bertemu lagi sekarang. Saat itu, di saat Si Meng sedang down, You Shanshan lah yang menghibur dan memotivasinya, makanya, Si Meng merasa sangat berterimakasih padanya. 


Saking berterimakasihnya, Si Meng mempersilahkan Shanshan untuk antri didepannya. Shanshan menolak karena rasanya tidak sopan memotong antrian dan juga, dia akan membayar dengan kartu kredit, jadi dia mengantri khusus di kasir non tunai.



Ketika sedang membayar belanjaan, Shanshan mendapat telepon sehingga dia lupa kalau dompetnya masih belum di masukkkan kembali ke dalam tas. Saat dia udah pergi, kasir baru menyadari ada dompet yang tertinggal. Si Meng yang mengetahui hal itu, segera mengambil dompet dan hendak mengembalikannya pada Shanshan. Sayang sekali, Shanshan sudah keburu masuk ke mobil dan tidak mendengar panggilan Si Meng. Si Meng langssung mengejar mobil Shanshan dan meninggalkan belanjaannya.


Dia mengikuti Shanshan cukup jauh hingga mobil Shanshan berhenti di sebuah parkiran. Saat Si Meng mengintip ke dalam mobil, Shanshan sudah nggak ada di sana dan entah kemana. Jadi Si Meng memutuskan untuk menunggunya hingga kembali.


Shanshan pergi ke sebuah workshop kayu gitu. Entah ada hubungan apa di sana, karena Shanshan ke sana untuk mengisi kulkas dengan belanjaannya.


Ketika dia kembali, dia terkejut melihat Si Meng ada di depan mobilnya. Apalagi saat tahu Si Meng mengikutinya dari tadi untuk mengembalikan dompetnya. Shanshan jadi merasa nggak enak tapi juga berterimakasih. Mumpung udah begini, Shanshan mengajak Si Meng untuk ngobrol di café.


Shanshan adalah wanita bisnis sementara Si Meng adalah Ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Walau punya kehidupan berbeda, tapi keduanya tampak nyambung saat berbincang. Shanshan juga bertanya waktu itu, kenapa Si Meng ke Lhasa? Kalau dia kesana untuk kegiatan amal. 


Karena Shanshan menanyakannya, Si Meng pun bercerita kalau waktu itu, orang tuanya bersikeras ingin membawa kendaraan sendiri ke Tibet. Tapi, begitu tiba di Lhasa, ibunya sakit dan masuk rumah sakit. Ketika dia dihubungi, dia sangat panik dan ingin segera membeli tiket ke Lhasa. Tapi, semua penerbangan di hari itu terjual habis, sehingga dia membeli tiket ke Chengdu kemudian dari Chengdu transit ke Lhasa. Saat itulah dia bertemu Shanshan. Untungnya Ibunya tidak apa-apa. 


Shanshan masih ingat kejadian saat itu, karna waktu itu, Si Meng kelihatan sangat takut dan kedua matanya bengkak karena menangis. Makanya, dia jadi berusaha menenangkannya. 

(Jadi, keduanya ini orang asing yang tidak saling mengenal. Keduanya mengenal tanpa sengaja di penerbangan menuju Lhasa. Saat itu, Shanshan melihat Si Meng yang menangis dan ketakutan, sehingga dia merasa kasihan dan menenangkannya. Yah, begitulah lucunya pertemuan. Siapa sangka hanya dari pertemuan sesederhana itu, mereka menjadi teman akhirnya). 


Keduanya bicara cukup lama hingga terasa waktu sudah mau malam, jadi Shanshan mengajaknya untuk makan siang bersama saja sekalian. Si Meng mau saja, tapi dia sudah ada janji sama mekanik untuk memperbaiki mesin cuci, jadi dia harus segera kembali. Shanshan langsung menawarkan seorang kenalannya yang sangat ahli memperbaiki mesin cuci dan di jamin bisa langsung selesai dengan sekali perbaikan. Jadi, Si Meng batalkan saja perbaikannya dengan mekanik itu dan kirimkan alamat rumahnya, dia akan segera menyuruh kenalannya ke sana untuk memperbaiki.

--


Matahari sudah tinggi, tapi Xiao Yu masih saja tidur. Bahkan Nenek saja sudah sibuk di dapur menyiapkan makanan. Bao Xue yang baru pulang bekerja, tentu nggak bisa membiarkan Xiao Yu hanya tidur seharian tanpa melakukan apapun termasuk mencuci piring. Nenek merasa kalau Xiao Yu mungkin masih mengalami jet lag, tapi Bao Xue nggak peduli. Dia nggak bisa membiarkannya.


Makanya, Bao Xue segera ke kamar Xiao Yu dan membangunkannya. Xiao Yu masih saja tidur-tiduran. Bao Xue jadi kesal dan menyuruh Xiao Yu untuk menyewa rumah sendiri saja jika ingin bermalas-malasan. Dia nggak boleh membuat Nenek kesulitan. 


Eh, Xiao Yu malah menggunakan alasan keluarga. Marganya adalah “Dai” jadi kalau kesulitan, sudah seharusnya dia mengandalkan keluarga Dai. Bao Xue langsung mengingatkan kalau ayah Xiao Yu kan sudah memutuskan hubungan dengan Xiao Yu dan juga dengan Nenek. Jadi, yah mereka nggak bisa disebut keluagra lagi.

Xiao Yu langsung membalas kalau Bao Xue hanya merasa iri karena tidak bisa mengambil keuntungan. Karena Xiao Yu yang membahas hal ini pertama kali, Bao Xue jadi ingin menceritakan sesuatu yang mungkin tidak diketahui oleh Xiao Yu. Dia juga awalnya nggak tahu, tapi Nenek yang memberitahunya. 

(Oh ya, biar nggak bingung, Xiao Yu dan Bao Xue ini bukan adik kakak kandung, tapi sepupu. Xiao Yu adalah anak dari putra Nenek, sementara Bao Xue anak dari putri Nenek, makanya marga mereka berbeda).


Jadi, saat Bao Xue baru tamat SMP dan karena berasal dari luar kota, jadi dia nggak bisa ikut ujian akhir di Beijing. Makanya dia kembali ke Shenzhen untuk melanjutkan SMA. Lalu, dia masuk ke Universitas Zhongxi dan setelah tamat, dia tinggal di Beijing. Terus, ibunya bermaksud agar dia tinggal di rumah Nenek agar bisa menemani Nenek. Tapi hasilnya, ayah Xiao Yu malah bertengar dengan Ibunya. Ayah Xiao Yu menuduh ibunya ingin menguasai rumah Nenek, makanya sengaja mengirim Bao Xue kemari untuk menguasainya. Saat itu, ayahnya sangat kesal pada ayah Xiao Yu. Bukankah ayah Xiao Yu sangat ketertaluan?


Xiao Yu malah tidak peduli karna itu kan urusan ayahnya, bukan dia. Xiao Yu seolah nggak mau tahu atas apa yang sudah ayahnya lakukan. Bao Xue sedikit menyindir kalau untuk hal seperti ini, Xiao Yu mulai memisahkan hubungan (tadi dia kan bilang marganya Dai, sekarang nggak mau mengakui sikap ayahnya). Bao Xue juga bilang kalau sifat Xiao Yu sangat mirip dengan ayah Xiao Yu, egois. 


Untungnya, mereka tidak bertengkar hebat dan malah seperti bermain-main. Setidaknya, hal itu mampu membuat Xiao Yu bangkit dari tempat tidurnya. Dan dengan begitu, mereka bisa makan malam bersama. 


Sambil makan, Nenek kembali mengajak Xiao Yu bicara serius. Dia bisa memahami kalau Xiao Yu masih dalam tahap menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu, tapi bukan berarti Xiao Yu bisa tinggal selamanya di rumah ini. Soalnya, Xiao Yu hanya tidur seharian hari ini. 



Xiao Yu membuat alasan kalau dia juga ingin bekerja, tapi kan harus bertahap tahap. Bao Xue langsung menimpali kalau Xiao Yu harus mulai mengambil langkah pertama, baru bisa berjalan. Demi membantunya, Bao Xue menawarkan agar Xiao Yu ikut dalam pertemuannya malam ini. Eh, Xiao Yu malah menolak dengan alasan malas. Alasan itu tidak dapat diterima oleh Nenek. Dia memerintahkan agar Xiao Yu ikut dengan Bao Xue. 

--


Shanshan mengantarkan Si Meng pulang. Dia memuji rumah Si Meng yang cukup besar di daerah yang cukup bagus, yang artinya, pekerjaan suami Si Meng lumayan hebat. Si Meng tersenyum simpul dan memberitahu kalau suaminya bekerja di kantor akuntan dan pendapatannya bisa dibilang lumayan. Mereka juga memilih tempat tinggal disini, demi anak-anak karena sekolah anaknya berada di dekat lingkungan sana. 



Lagi asyik berbincang, teknisi yang dibilang Shanshan tiba. Anehnya, teknisi itu bukan datang dengan peralatan tukang, melainkan dengan mesin cuci baru. Yup, Shanshan membelikan mesin cuci model baru untuk Si Meng. Si Meng kaget sekaligus merasa nggak enak karena Shanshan menghadiahkannya mesin cuci model baru yang cukup mahal. Si Meng hendak membayar kembali mesin cuci itu, tapi Shanshan melarang. Walaupun mereka baru bertemu dua kali, tapi mereka sudah jadi teman sekarang. Jangan merasa sungkan. Jika Si Meng menganggapnya teman, jangan membahas ini lagi.

--


Selesai makan, Xiao Yu dan Bao Xue bicara berdua di balkon kamarnya. Sepertinya, Bao Xue sudah tahu kalau Xiao Yu batal menikah, makanya dia berusaha membuat Xiao Yu untuk tidak larut dalam kesedihan dengan cara membuatnya bekerja. Dia juga sengaja berulang kali menyindir Xiao Yu didepan Nenek, agar Nenek mendesak Xiao Yu untuk berkegiatan dan tidak hanya diam di rumah.


Banyak hal yang dipikirkan Xiao Yu saat ini. Dia berulang kali memikirkan keputusannya dan dalam perjalanan pulang kemarin. Dan dia sadar kalau keputusannya sudah benar. Dia memang harus melakukannya, meninggalkan Peng Pai. Dia merasa jauh lebih lega setelah melakukannya. Satu-satunya hal yang membuatnya nyesal adalah menghabiskan masa mudanya secara sia-sia. 

Bao Xue tidak bisa melakukan banyak hal untuk dilakukan, selain membiarkan Xiao Yu bersandar pada bahunya yang lebar. Ucapannya itu langsung mendapat tertawaan dari Xiao Yu.

--


Sebagai bentuk terimakasih atas hadiah Shanshan, Si Meng membuatkan makanan untuknya. Si Meng juga menanyakan mengenai perusahaan Shanshan, bergerak di bidang apa? Shanshan menjawab kalau perusahaannya adalah perusahaan investasi di berbagai bidang. Belakangan ini, dia berinvestasi pada perusahaan yang mengolah Cloud Storage, Cloud Service dan Cloud lainnya. 


Dari pekerjaan, mereka juga membahas pendidikan masing-masing. Si Meng adalah lulusan S1 Universitas Beijing, jurusan sastra Mandarin. Sementara Shanshan berasal dari Universitas Ekonomi International, jurusan bisnis, tapi tidak lulus. Ada banyak alasan kenapa dia tidak lulus, yaitu di tahun pertama kuliah, dia masuk dalam dunia percintaan dan dibawa ke jalan yang salah oleh rayuan-rayuan pria muda. Tahun kedua, pria itu memaksa ingin menikah. Kemudian, di tahun ketiga, dia hamil, jadi dia berhenti kuliah untuk melahirkan  anak. Dan anaknya sekarang sudah berusia 12 tahun. 


Si Meng cukup kaget karena Shanshan terlihat sangat muda, tapi sudah punya anak berumur 12 tahun. Seperti obrolan pada umumnya, Si Meng menanyakan pekerjaan suami Shanshan. Shanshan menjawab kalau suaminya tidak melakukan apapun, hanya santai tanpa pekerjaan. Dari cara Shanshan menjawab pertanyaan, Si Meng bisa menilai kalau Shanshan bertengkar dengan suaminya. Shanshan tertawa kecil dan menjawab kalau dia sudah bercerai. 


Si Meng kaget karena Shanshan begitu terbuka menceritakan kehidupan pribadinya. Shanshan jujur kalau saat itu, dia dan suaminya masih belum siap menjadi suami istri, juga tak siap menjadi orang tua. Apalagi saat dia menikah waktu itu, ibu mantan suaminya selalu saja bilang pada orang-orang kalau dia hamil demi menahan anaknya. Karena dia orang luar kota, mertuanya menuduhnya ingin mencari andalan di kota besar ini. Akibatnya, dia sering bertengkar dengan mantan mertuanya itu. Tapi, mantan suaminya, Shi Daming, tidak pernah sekalipun berada di pihaknya. Kenapa? karena kekuasaan terbesar di rumah itu, di pegang oleh Ibunya. Mau pakai uang saja harus minta izin ibunya. 

Dan setelah bertahan 2 tahun, mereka bercerai. Dia nggak tahan karena untuk membeli susu saja dia harus minta uang dari mertuanya itu. Waktu itu, Shi Daming nggak setuju bercerai, tapi Ibu Daming setuju. Karena ibu Daming ingin menjodohkan Daming dengan putri pimpinan dikantornya saat itu. Jadi, waktu dia minta cerai, mertuanya merasa ini kesempatan. Saat bercerai, mertuanya menyuruh putranya untuk memberikan uang padanya, tapi dia menolak. 

Tapi, sampai sekarang, dia masih berhubungan dengan mantan suaminya itu. Dan juga, dia sedang mengurus kepindahan anaknya ke luar negeri.


“Jadi, kau masih benci pada mertuamu?”

“Selama beberapa waktu, begitu membahas mertuaku, aku langsung ingin marah besar. Namun, kemudian, setelah mendengar sebuah hal, aku tak membencinya lagi.”

“Hal apa yang membuatmu berubah drastis?”


“Aku punya teman yang berprofesi sebagai suster. Saat melahirkan anak, aku melahirkan di rumah sakit itu. Dia bilang saat itu aku kesulitan melahirkan dan menyebabkan gagal jantung. Lalu, saat meminta keluarga tandatangan untuk selamatkan orang dewasa atau bayi, mertuaku dengan tegas bilang selamatkan orang dewasa. Begitu dengar hal ini, aku langsung menangis. Jadi, tak bisa membencinya lagi,” cerita Shanshan, dengan suara seperti menahan tangis. “Lalu, bisnisku semakin lama semakin baik. Aku tak punya waktu dan pikiran untuk mengingat masa lalu lagi.”


“Kau sungguh orang yang punya banyak cerita. Biasanya, aku tulis cerita di internet. Jika kau tak keberatan, bolehkah aku menulis kisahmu?”


Shanshan tertawa dan bercanda kalau Si Meng mengajaknya bercerita ternyata untuk bahan cerita. Shanshan beneran nggak masalah jika Si Meng menuliskan ceritanya dan mempublikasikannya asalkan Si Meng mentraktirnya makan. Si Meng setuju dan menawarkan untuk mentraktir malam ini karena suaminya ada urusan dengan klien. Sayangnya, Shanshan nggak bisa hari ini karena dia sudah ada janji makan malam dengan yang lain.

Jadi, mereka memutuskan untuk mengatur janji lain kali. Si Meng juga bilang kalau Shanshan bisa datang berkunjung ke rumahnya kapanpun.


Post a Comment

Previous Post Next Post