Original
Network : Tencent Video, iQiyi
Malam sudah
berganti menjadi pagi. Su Tan’er duduk merenung, dia tidak tahu harus melakukan
apa dan bagaimana. Sebab peresmian toko akan dimulai dua jam lagi, antrean
diluar toko sudah sangat panjang, bahkan tandu Gubenur Zhang dan Hakim Daerah
Li juga sudah dalam perjalanan.
“Nona, bagaimana
jika kita menyalakan api dan segera membakarnya hingga kering?” tanya Xiao
Chan, memberikan saran.
“Tidak ada
gunanya,” jawab Su Tan’er, merasa agak putus asa. “Kain awan senja ini dibuat
dari sutra dengan tekstur yang berbeda, sehingga di bawah sinar matahari akan
muncul cahaya yang berbeda. Jika dibakar dengan api, akan merusak kainnya,”
jelasnya.
Erhu kemudian
datang dan melapor kepada Su Tan’er bahwa jumlah kain awan senja yang masih
bisa dijual, hanya ada sekitar 30 potong saja.
“Tiga puluh potong?
Bagaimana bisa cukup?” gumam Su Tan’er, sedih.
Ning Yi
mengecek gudang kain. Disana dia menemukan sebuah jejak kaki yang sangat
mencurigakan. Lalu tiba- tiba dia terpikir akan sesuatu.
Su Zhongkan
menggunakan kejadian ini untuk menjelek- jelekan Su Tan’er dihadapan Su Yu. Dan
Menantu Yao berusaha untuk melindungi Su Tan’er.
“Aku sudah
bilang bahwa keponakanku ini kurang berpengalaman. Sekarang adalah musim hujan,
harus memeriksa dengan lebih teliti. Tidak pernah ada kesalahan seperti ini di
toko keluarga anak kedua,” komentar Su Zhongkan, membuat seolah- olah Su Tan’er
tidak teliti dan tidak bekerja dengan benar.
Manajer Toko Xi
berlutut dan meminta maaf kepada Su Tan’er, karena dia telah lalai. Dan Su
Tan’er merasa tidak enak melihat Manajer Toko Xi berlutut dihadapannya, jadi
dia meminta Manajer Toko Xi untuk berdiri. Tapi Manajer Toko Xi tidak mau
berdiri dan tetap berlutut.
“Kemarin, kita memeriksa toko kain bersama, kita baru meninggalkan toko kain setelah semua persiapannya selesai. Sekarang terjadi masalah, ini juga adalah tanggung jawabku,” kata Su Tan’er, menyadari kalau dirinya juga salah. “Kamu cepatlah berdiri,” pintanya. Dan Manajer Toko Xi pun berdiri.
Zu Shongkan
terus menjelek- jelekan Su Tan’er. Dan dengan cemberut, Menantu Yao hanya bisa
mengurut bahu Su Yu supaya dia tidak emosi.
“Tan’er
berlagak pintar mempromosikan besar-besaran kualitas kain awan senja sebelum
peresmian toko. Bahkan Gubenur Zhang dan Hakim Daerah Xu sudah menanyakanku
apakah dapat memesannya lebih awal. Jika dari awal aku tahu masalahnya akan
menjadi seperti ini, lebih baik dari awal menyerahkannya kepadaku untuk
dijual,” kata Su Zhongkan, mengoceh.
Diluar toko.
Para pelanggan mengeluh, karena toko masih belum dibuka juga, kepadahal mereka
sudah menanti- nantikan dan sudah mengantri dari sebelum matahari terbit sampai
sekarang. Sebab dipromosi katanya, kain awan senja tidak pernah ada dipasaran.
Dan seorang provokator sengaja memanas- manasi keadaan, sehingga orang- orang
semakin mengeluh dengan keras.
Manajer Toko Xi
menyarankan Su Tan’er supaya mereka menunda peresmian toko, sebab tidak ada
yang bisa mereka lakukan lagi. Lalu disaat itu, Su Wenxing datang, dan para
pekerja pun langsung bubar.
“Atap baru
bocor, Kakak sudah datang melihat keramaian, cepat sekali kamu dapat
informasi,” sindir Su Tan’er sambil berusaha untuk bersikap baik- baik saja.
“Aku peduli
denganmu, Adik,” balas Su Wenxing, berpura- pura perhatian. “Cepat atau
tidaknya aku mendapatkan informasi tidaklah penting. Yang penting adalah kakek
sudah mengetahuinya. Kamu berencana bagaimana menjelaskannya?” tanyanya dengan
senang.
Provokator
berteriak dengan keras kepada penjaga gerbang. Dia meminta penjelasan, bila
tidak, maka dia akan menghancurkan toko. Dan mendengar itu, para pelanggan
langsung terpancing emosinya dan setuju dengan perkataan si provokator.
Su Tan’er
merasa panik. Sedangkan Su Wenxing merasa senang. “Tan’er, jika kamu setuju
untuk menjalankan toko bersama dengan keluarga anak kedua, Kakak berjanji akan
membantumu mengurusnya dengan sangat baik. Kamu cukup tinggal di rumah. Untuk
apa seorang wanita berbisnis?” katanya sambil menepuk- nepuk lengan Su Tan’er
dengan pelan.
“Kakak Ipar
tidak beristirahat dengan baik di rumah, untuk apa datang ke toko kain kami?”
tanya Ning Yi, menyindir. Dia datang mendekati mereka berdua.
“Menantu
matrilokal ini, jangan sembarangan menyela jika tidak ada urusan,” bentak Su
Wenxing, tidak senang. “Ada apa? Masih ingin berkelahi?” tantang nya. “Hari itu
aku terlalu ceroboh.”
“Kalau begitu,
kali ini kami yang ceroboh,” balas Ning Yi, menyindir lagi.
Suara teriakan
para pelanggan yang berada di luar toko semakin keras. Mendengar itu, Su
Wenxing semakin menekan Su Tan’er yang bertambah panik dan stress. Sementara
Ning Yi berbicara kepada beberapa pekerja dan memberikan arahan kepada mereka.
“Kakak pulang
saja. Aku sekarang pergi mengumumkan penundaan peresmian toko,” kata Su Tan’er,
membuat keputusan. Dan Su Wenxing merasa puas.
Namun sebelum
Su Tan’er sempat keluar, Ning Yi
menghentikannya. “Tan’er, kamu sudah sibuk semalaman, istirahatlah, biarkan aku
yang mengumumkan kabar ini,” katanya, perhatian.
Ning Yi naik ke
lantai dua dan berteriak mengumumkan kepada para pelanggan bahwa sekarang Toko
Kain Su resmi dibuka! Lalu kembang api pun dinyalakan.
Dengan senang
dan bersemangat, para pelanggan langsung berlari masuk ke dalam toko.
Su Tan’er
merasa terkejut dan tidak mengerti, jadi dia mempertanyakan Ning Yi, apa yang
ingin Ning Yi lakukan. Dan Ning Yi tidak menjawab, malahan dia memerintahkan
Manajer Toko Xi untuk membawa keluar semua kain awan senja yang kering. Tapi
Manajer Toko Xi tidak mau menuruti perintah Ning Yi dan menasehati Ning Yi
bahwa peresmian toko bukanlah lelucon.
“Kamu tidak
perlu khawatir,” kata Ning Yi, menenangkan. “Tan’er, aku tanya kamu, jika hari
ini toko tidak dapat diresmikan, bukankah akan mengabulkan keinginan keluarga
anak kedua? Apakah kamu ingin melihat hal ini terjadi?” tanyanya dengan serius.
“Tentu saja
tidak,” jawab Su Tan’er.
“Kalau begitu
sudah benar, aku tidak memiliki kelebihan lain, aku hanya memiliki satu
kelebihan, selalu menepati janjiku. Hal yang kujanjikan kepada Istriku, aku
pasti akan menepatinya. Jika aku bilang bisa membantumu mendapatkan stempel
pemimpin, maka, pasti akan bisa mendapatkannya. Jadi,
tokonya harus diresmikan hari ini,” kata Ning Yi dengan sikap percaya diri.
Awalnya Su
Tan’er masih ragu dengan perkataan Ning Yi. Tapi sikap percaya diri Ning Yi, membuat
Su Tan’er mau mencoba dan mau bertaruh untuk mempercayai Ning Yi sekali ini
saja.
Su Wenxing
duduk dengan tenang dan menonton amarah serta keluhan para pelanggan sambil
tersenyum. Kemudian dia memberikan kode kepada si Provokator.
“Aku sudah
sering menemui trik seperti kalian ini. Membiarkan orang tunggu di luar
sebentar, pindah ke dalam untuk tunggu sebentar lagi, takutnya sama sekali
tidak ada kain awan senja. Bukankah ini sedang mempermainkan kami?” teriak si
Provokator, mempertanyakan Su Tan’er. Dan mendengar itu, para pelanggan setuju.
Su Tan’er
merasa panik dan menatap ke lantai dua, tapi Ning Yi tidak ada terlihat lagi
disana. Sedangkan Su Wenxing yang menonton, dia merasa puas dengan aksi si
Provokator bayarannya.
Disaat para
pelanggan masih berteriak dan mengeluh, Ning Yi melemparkan beberapa kain awan
senja kepada mereka. Melihat betapa indahnya kain awan senja, para pelanggan
merasa terpesona dan kagum. Sedangkan Su Tan’er serta Su Wenxing merasa
bingung, apa yang sebenarnya Ning Yi rencanakan dengan melakukan hal ini.
“Ini adalah
produk baru toko kami, kain awan senja, sudah ada di tangan kalian,” kata Ning
Yi, mengumumkan kepada para pelanggan. “Bos Su, masih tidak segera perkenalkan
kainnya?” tanyanya, menyadarkan Su Tan’er.
“Kain awan
senja ini dibuat oleh Toko Kain Su dari sutra dengan tekstur yang berbeda. Di
bawah sinar matahari dapat memantulkan cahaya yang berbeda, bagaikan awan merah
di langit, perubahannya tidak dapat diduga. Jika dibuat menjadi baju, tipis
bagaikan sayap jangkrik, tidak berkeringat pada musim kemarau, mengeluarkan
aroma yang wangi saat berjalan,” kata Su Tan’er, menjelaskan keunggulan kain awan
senja kepada para pelanggan.
Para pelanggan merasa sangat tertarik, apalagi pelanggan wanita, dan lalu mereka menanyai berapa harga sepotong kain awan senja. Tapi sebelum Su Tan’er sempat menjawab, Ning Yi sudah menjawab duluan. Dia memberitahu bahwa harga kain awan senja adalah 3.000 koin. Mendengar itu, para pelanggan mengeluh, karena itu sangat mahal.
“Harga akhirnya
tidak bergantung pada kami melainkan bergantung pada kalian semua,” kata Ning
Yi, menenangkan para pelanggan. Namun Su Tan’er merasa tidak tenang dan mencoba
menghentikan Ning Yi, tapi Ning Yi mengabaikannya.
“Kami ingin
gratis,” teriak para pelanggan.
“Siapa yang
bilang gratis? Siapa yang bilang gratis?” tanya Ning Yi sambil tersenyum. “Yang
Anda katakan benar,” jelasnya. Dan Su Tan’er merasa terkejut. “Asalkan kalian
berpartisipasi dalam acara kami, sangat memungkinkan dapat mengambil kain ini
secara gratis,” jelasnya.
“Sungguh?”
tanya para pelanggan, bersemangat.
“Para karyawan
Toko Kain Su, dengar baik-baik, kalian semuanya cepat bekerja,” teriak Ning Yi,
memerintah. Dan para karyawan pun langsung menyiapkan sesuatu yang sebelumnya
Ning Yi sudah perintahkan kepada mereka. Dan melihat itu, Su Tan’er, Su
Wenxing, serta semuanya merasa penasaran.
Ternyata
sesuatu yang Ning Yi perintahkan kepada para karyawan untuk disiapkan adalah
Rolet atau Papan Putar serta 2 gunting dan 1 gong kecil. Dipapan rolet ada
tertulis 200 koin, 300 koin, dan selanjutnya.
Ning Yi
kemudian menjelaskan aturan permainan. Semua orang yang ingin membeli kain awan
senja dapat berpatisipasi dalam acara ini. Dan semuanya dapat mencari teman
sendiri untuk membantu mereka berpatisipasi dalam acara ini. Mereka yang
berpatisipasi harus berdiri diluar garis merah, mengambil gunting, dan melempar
ke rolet yang diputar. Dibagian mana gunting mereka tertancap, itulah potongan
harga yang mereka dapatkan. Misal gunting mereka mengenai bagian tulisan 100
koin, berarti mereka akan mendapatkan potongan harga 100 koin. Jadi dari harga
3.000 kurang 100, menjadi 2.900 koin saja yang harus mereka bayar. Selain itu,
mereka bisa memilih hingga lima teman untuk membantu diri mereka mendapatkan
potongan harga.
Para pelanggan
mendengarkan dengan serius, tapi mereka masih agak kebingungan sedikit, jadi
Ning Yi pun menunjuk satu dari mereka untuk mencoba secara langsung.
“Aku akan memutar rolet ini, dan memukul gong ini, lalu, Anda sudah boleh melemparnya,” kata Ning Yi, menjelaskan dengan jelas. Lalu dia memutar rolet dan memukul gong. “Baik, mari. Bersiap, mulai!” teriaknya. Dan si pelanggan pun melemparkan guntingnya dan mengenai harga 300 koin. “Potong 300 koin. Yang berarti Anda telah membantu teman Anda memotong harga sebesar 300 koin. Jika gadis ini ingin membeli kain awan senja kami hanya perlu membayar 2700 koin sudah bisa mendapatkannya,” kata Ning Yi, mengumumkan. Dan teman si pelanggan merasa sangat senang sekali.
“Bagaimana
dengan aku?” tanya si pelanggan, bingung.
“Tadi Anda
membantu teman memotong harga. Jika Anda ingin membelinya, juga boleh meminta
teman Anda membantu Anda memotong harga,” jelas Ning Yi.
“Bolehkah aku
mencari empat teman lagi untuk membantuku memotong harga?” tanya teman si
pelanggan, memastikan dengan bersemangat.
“Benar sekali,”
jawab Ning Yi. “Bukankah bisa menghemat banyak uang?” tanyanya, menggoda para
pelanggan. “Kami akan mencatat harga akhir ini, Anda cukup serahkan uang ini
kepada Bos Su. Bos Su akan memberikan papan nomor kepada Anda, tunggu sampai
tanggal pengambilan barang, Anda sudah dapat mengambil kain awan senja,”
jelasnya.
“Kalau begitu,
hari ini tidak dapat mengambilnya?” tanya para pelanggan, kecewa.
“Hei, hei,
Semuanya, apa yang Anda pikirkan? Kain kami sebagus ini, kami juga telah
memberikan diskon sebesar ini, apakah kalian tidak dapat menunggu beberapa
hari?” tanya Ning Yi, menenangkan semuanya dengan sikap menyenangkan.
Mendengar itu,
para pelanggan setuju. Lalu dengan bersemangat, mereka menanyai, apa nama
permainan ini. Dan Ning Yi menamainya secara sembarangan. Pindaodao.
Mendengar nama
itu, Su Tan’er tersenyum geli, juga dia mengkagumi trik yang Ning Yi buat
sekarang ini.
Sementara Su
Wenxing, dia merasa kalau trik tipuan yang Ning Yi lakukan ini tidak akan
berhasil, karena tidak semua orang tamak akan harta. Tapi ternyata dia salah
besar sekali. Karena setelah Ning Yi mengumumkan itu, para pelanggan langsung
pergi untuk mencari teman- teman mereka untuk membantu mereka mendapatkan
potongan harga. Bahkan tukang kipas yang mengipasi Su Wenxing juga langsung
pergi untuk mencari teman- temannya.
“Dasar
bedebah,” umpat Su Wenxing, kesal.
Permainan
Pindaodao menjadi viral. Banyak pelanggan yang datang ke Toko Su untuk ikut
berpatisipasi dalam permainan, baik orang muda, tua, bahkan sampai anak kecil.
Pelanggan yang
sudah mengumpulkan lima teman mereka akan berkumpul di dalam Toko Su dan
bergiliran dalam melemparkan gunting. Kemudian hasilnya akan dicatat. Dan si
pelanggan harus membayar kainnya. Lalu Su Tan’er akan memberikan kertas antrian
kepada si pelanggan. Dan si pelanggan hanya harus menunggu sampai tanggal
pengambilan barang untuk bisa mendapatkan kain awan senja yang mereka inginkan.
“Pindaodao! Pindaodao!
Pindaodao! Pindaodao!” teriak semua orang dengan bersemangat, berlari menuju ke
Toko Su.
“Gong…!!!”suara
gong di pukul. Dan acara Pindaodao pun selesai.
“Aku yakin
kalian semua sudah mendapatkan papan nomor. Pada hari pengambilan barang
silakan datang ke Toko Kain Su untuk mengambil kain awan senja yang sudah
kalian idamkan sejak lama. Aku umumkan acara Pindaodao kali ini dan peresmian
Toko Kain Su berakhir dengan sukses!” kata Ning Yi, mengumumkan. Dan para
pelanggan berseru dengan gembira.
Melihat kesuksesan hari ini, Su Tan’er merasa sangat senang sekali dan terus tersenyum.