Original
Network : Tencent Video, iQiyi
“Berdiri di sana!” teriak Ning
Yi, menghentikan Wu Qihao yang ingin pergi. “Wu Qihao, hari ini adalah hari pernikahan aku
yang bermarga Ning ini. Kamu datang ke sini tanpa mengucapkan perkataan apa pun
yang memberkati, malah membuat keributan dan merusak barang-barang, apakah
ibumu tidak mengajari etika menjadi manusia kepadamu ketika di rumah?” tanyanya
dengan keras. “Hari ini di
sini, ayahmu harus mengajari etika menjadi manusia kepadamu? Minta maaf,”
perintahnya.
“Benar. Minta
maaf. Minta maaf. Minta maaf,” seru setiap
orang, setuju.
Melihat itu,
Menantu Yao merasa kalau Ning Yi ternyata cukup menarik juga.
Akhirnya Wu
Qihao mengakui bahwa si Anak bukanlah putra kandung Ning Yi, dan dia juga
bukanlah putra Ning Yi. Lalu setelah itu, dia meminta maaf kepada Su Yu dan juga
kepada semua orang. Kemudian dia pergi. Begitu juga dengan si Ibu dan si Anak
barusan, mereka berdua juga pergi.
Setelah Wu
Qihao pergi, beberapa orang langsung mengerubungi Ning Yi, mereka ingin tahu
bagaimana dua darah bisa membaur menjadi satu, kepadahal tidak ada hubungan
darah sama sekali.
Dan Ning Yi
pun menjelaskan bahwa sebelum tes dilakukan, Wu Qihao ada memukul meja dengan
keras, kepadahal sebenarnya Wu Qihao melakukan itu untuk menaruh bubuk tawas ke
dalam air. Tawas bisa meningkatkan kecepatan pembauran darah.
Kemudian
untuk air kedua yang dipakai untuk menguji, Ning Yi menggunakan air hangat.
Karena kecepatan pembauran darah juga akan meningkat di dalam air hangat.
“Diingatkan,
menguji hubungan darah dengan tetesan darah sama sekali tidak ada dasar ilmiah,” kata Ning
Yi, mengedukasi setiap orang. Dan setiap orang langsung merasa kagum kepada
Ning Yi, karena Ning Yi sangat berpengetahuan. “Bukan apa-apa juga. Semua ini diajarkan oleh
sinetron,” kata Ning
Yi, merendah.
“Sinetron?” gumam setiap
orang, bingung.
“Sinetron… Tuan
Sinetron adalah guru dorongan awal aku,” jelas Ning Yi dengan jawaban omong kosong. Dan
setiap orang mempercayai omong kosongnya.
Kemudian
acara pernikahan pun dilanjutkan. Kali ini Su Tan’er tersenyum dengan lebih tulus dari hatinya,
saat dia menatap Ning Yi. Dan Ning Yi juga tersenyum senang, saat dia menatap
Su Tan’er.
Setelah
acara pernikahan selesai, sebagai pengantin pria, Ning Yi harus menemani para
tamu- tamu untuk minum. Untungnya, Ning Yi sangat pandai sekali bersosialisasi
dan kuat dalam minum- minum, sehingga semua orang merasa senang padanya.
“Bocah ini
lumayan bisa meladeni juga,” komentar Su
Zhongkan dengan ketus, tidak menyangka.
Setelah
acara minum- minum selesai, para pria mengantarkan Ning Yi sampai ke depan
kamar, lalu mereka mengajak Ning Yi untuk bermain- main sebentar dengan mereka.
“Kalian semua
adalah anak kecil, mau bermain apa di dalam kamar pengantin? Sudahlah, kalian
semua jangan ribut lagi,” usir Ning
Yi sambil tertawa.
“Ternyata
Tuan Menantu tidak sabar untuk malam pertama ya,” goda setiap orang. Dan Ning Yi tertawa
dengan malu.
Setelah
semua orang pergi, Ning Yi masuk ke dalam kamar. Ternyata Su Tan’er masih
belum tidur dan malah sedang sibuk mengejarkan pekerjaannya, karena besok
adalah hari peresmian toko kain.
“Urusan
upacara pernikahan hari ini, kamu melakukannya dengan baik,” puji Su Tan’er dengan
tulus dan rasa berterima kasih.
“Itu adalah
hal-hal yang harus aku lakukan. Kamu sibuk saja Aku kembali ke kamar tamu dulu,” balas Ning
Yi. Lalu dia berniat pergi untuk tidur.
“Tunggu
sebentar,” panggil Su
Tan’er. “Kedepannya
jangan tidur di kamar tamu lagi,” katanya. Dan Ning Yi tersenyum penuh
harapan. “Tidur di
kamar samping yang di sebelah sana saja,” jelasnya. Dan senyum Ning Yi langsung menghilang,
agak kecewa.
Seorang pria
memperhatikan, ketika Ning Yi keluar dari ruangan Su Tan’er.
Ning Yi
memperhatikan kamar barunya, dan semuanya tampak biasa saja. Tapi kamar itu
cukup bersih dan rapi. “Baiklah.
Tidur di mana pun sama saja,” gumamnya, tidak
masalah.
Si Pria
barusan menemui Su Boyong dan melaporkan bahwa Ning Yi tidur sendirian dikamar
samping, tidak bersama dengan Su Tan’er.
“Barang-barang
di atas meja untuk dia saja,” kata Su
Boyong. Dan si Pria pun mengambil kantong kecil yang ada diatas meja dan
membukanya.
“Bukannya ini…” kata si
Pria, terkejut, saat melihat isi kantong tersebut.
Si Pria
kemudian datang ke kamar Ning Yi. “Tuan menyayangi Tuan Menantu, minta aku
membawa dupa pengusir nyamuk untuk Anda,” katanya, menjelaskan maksud kedatangannya
malam- malam. Lalu dia memberikan dupa
bulat yang dibawanya kepada Ning Yi dan pergi.
“Tuan? Ayah
mertua aku itu?” gumam Ning
Yi, menebak. “Tidak
menyayangi anak putrinya, malah menyayangi menantunya. Benar-benar orang tua
yang aneh,” gumamnya,
agak heran.
Kemudian
Ning Yi menggantungkan dupa bulat tersebut didekat tempat tidur.
Tugas
menantu adalah memberikan hormat kepada orang tua dan melayani mereka setiap
hari. Jadi pagi- pagi, Ning Yi sudah bangun untuk memberikan teh kepada Su Yu.
Dan Su Yu menerima tehnya.
“Karena kamu
telah menikah ke dalam Keluarga Su kami, maka kamu perlu mematuhi beberapa
peraturan. Setiap hari memberikan teh dan melayani. Aku tidak berharap kamu
bisa memberikan hasil apa. Yang penting kamu berlaku baik dan sesuai aturan
maka itu sudah cukup,” kata Su Yu,
menasehati.
“Baik,” kata Ning
Yi dengan patuh.
Besok Toko
Kain Marga Su akan resmi dibuka. Jadi mereka memasang papan pengumuman supaya
setiap orang tahu.
Semua
persiapan untuk pembukaan toko besok sudah bagus dan baik. Melihat hasilnya, Su
Tan’er sangat
puas dan penuh harap untuk pembukaan besok. Lalu dia mengajak Xiao Chan untuk
menemaninya ke kuil dan berdoa.
Ning Yi
datang mengantarkan teh kepada kedua orang tua Su Tan’er, memenuhi
kewajibannya. Dan dia ditemani oleh Penjaga Geng.
Ketika Ning
Yi datang, Su Boyong hanya diam saja dengan wajah cemberut dan mengabaikannya.
Melihat itu, Menantu Yao mengerti dan tidak memaksa Su Boyong.
“Tidak
menemuinya pada acara pernikahan, sekarang
ingin memberikan teh, biarkan dia tunggu saja. Bagaimanapun anak ini sudah
menjadi suami Tan’er. Kedepannya
orang yang bekerja keras dan bersusah payah di luar dan dalam hanya anak
putrimu saja,” kata
Menantu Yao, mengingatkan Su Boyong. Namun Su Boyong tetap diam saja.
Diluar
pintu. Ning Yi merasa sangat bingung, karena Su Boyong dan Menantu Yao sama
sekali tidak ada bersuara dan tidak ada memberikan izin padanya untu masuk ke
dalam ruangan.
“Dia tidak
ingin menemui aku?” tanya Ning
Yi, memastikan.
“Yang penting
Tuan Menantu sudah datang. Tuan Pertama sepertinya tidak akan menemui kamu,” jelas
Penjaga Geng sambil mengambil teh yang Ning Yi pegang.
“Apakah dia
benci padaku?” tanya Ning
Yi.
“Bukan,” jawab
Penjaga Geng. “Seharusnya
kamu tidak layak,” katanya
dengan jujur. Lalu
dia pergi duluan.
Su Tan’er pergi ke
kuil dan berdoa, memohon agar pembukaan toko besok dapat berjalan lancar. Dan
Xiao Chan menemaninya.
Setelah
berdoa, Su Tan’er mengambil
ramalan, dan melihat hasilnya, dia agak mengkerutkan wajahnya. Karena hasil
ramalannya agak buruk. “Jangan-jangan
hari peresmian toko kain besok akan ada sesuatu yang tidak lancar?” gumamnya,
bertanya, merasa gelisah.
“Tuan Putri
jangan sembarangan berpikir,” kata Xiao
Chan, menenangkan.
“Kamu
menemani aku ke toko kain lagi,” ajak Su Tan’er, ingin
memastikan sekali lagi kalau tokonya baik- baik saja.
Penjaga Geng
memberitahukan beberapa hal kepada Ning Yi untuk diingat. Keluarga Anak kedua
paling tidak senang pada mereka, jadi takutnya nanti Keluarga Anak kedua akan
sengaja mempersulit mereka, pada saat itu, Ning Yi harus bersabar sedikit,
jangan membuat onar. Lalu mereka sampai dirumah Keluarga Anak kedua.
Sesampainya
disana, Ning Yi dan Penjaga Geng kebetulan melihat Su Wenxing sedang
memarahi seorang Akuntan.
Su Wenxing
melempar beberapa buku- buku dengan penuh amarah, dan buku tersebut kebetulan
jatuh didekat Ning Yi, jadi dia memungut dan melihatnya. Lalu Su Wenxing
memukuli si Akuntan menggunakan buku lain. Kemudian dia menaruh beberapa buku
ke dalam mulut si Akuntan.
“Berikan
waktu satu malam kepadamu untuk memeriksa transaksi. Total ada dua puluh dua
buku catatan transaksi, kamu hanya membaca empat hingga lima buku, masih berani
tertidur di sini? Menurutmu, apakah kamu ini tidak berguna? Tidak berguna.
Tidak berguna. Tidak berguna,” kata Su
Wenxing, memarahi si Akuntan dengan sikap yang sangat kasar. “Ayo. Makan
semua yang tersisa ini. Makan, makan,” katanya, menyiksa si Akuntan.
Melihat itu,
Penjaga Geng merasa kalau Su Wenxing sudah keterlaluan dan ingin
menghentikannya. Tapi Ning Yi langsung maju duluan untuk menghentikan Su
Wenxing. Disaat itulah, Su Wenxing baru menyadari kedatangan Penjaga Geng dan
Ning Yi.
“Buku
transaksi ini seluruhnya ada dua puluh dua buku. Setiap buku ada 192 halaman,
setiap halaman ada empat puluh transaksi, jumlahkan seluruhnya adalah 168,960
transaksi. Kamu minta dia selesai menghitungnya dalam satu malam,” kritik Ning
Yi. “Anggap saja
satu malam delapan jam, maka itu adalah 480 menit. Meskipun dia tidak makan,
tidak minum, tidak pergi ke toilet dan tidak makan, dia minimal juga harus
menghitung 352 transaksi dalam satu menit. Coba kamu tunjukkan kemampuan
berhitung seperti ini kepadaku,” tantangnya.
Mendengar
itu, Su Wenxing merasa tidak senang. Sementara si Akuntan merasa tersentuh,
tapi dia juga khawatir kepada Ning Yi, jadi dia menggelengkan kepalanya sedikit
sebagai tanda supaya Penjaga Geng serta Ning Yi tidak perlu memperdulikannya
dan tidak perlu ikut campur.
“Datang
memberikan teh. Kebetulan. Ayahku tidak ada di sini. Berikan padaku saja,” kata Su
Wenxing dengan sikap nyebelin.
“Tuan Menantu…” panggil
Penjaga Geng, khawatir.
“Berikan teh,” kata Ning
Yi, tidak takut sama sekali.
Dengan
hormat, Ning Yi membuatkan secangkir teh dan memberikannya kepada Su Wenxing.
Dan Su Wenxing menerimanya serta meminumnya, tapi kemudian dia memuntahkannya.
“Dingin
seperti ini, mana bisa diminum?” kata Su
Wenxing, sengaja ingin mempersulit Ning Yi. “Ulang memberikannya.”
“Baik,” kata Ning
Yi dengan patuh.
Selagi Ning
Yi sibuk melayani Su Wenxing, Penjaga Geng menunggunya diluar ruangan dengan
perasaan gelisah.
Ning Yi
selesai menyeduh teh yang baru dan dia memberikannya kepada Su Wenxing. “silakan
minum teh,” katanya
dengan sikap hormat.
“Kamu ingin
membunuh aku dengan teh panas?” keluh Su
Wenxing, saat baru memegang
cangkir teh sedikit. “Menurutmu,
bagaimana kaki dan tangan kamu yang kasar seperti ini bisa melayani Tan’er dengan
baik pada masa depan?” katanya,
mengomeli Ning Yi. “Ulang
memberikannya.”
Diluar
ruangan. Penjaga Geng dan si Akuntan semakin bertambah khawatir kepada Ning Yi
dan juga merasa kasihan padanya.
Ning Yi
selesai menyeduh teh baru untuk ketiga kalinya. “Kakak, teh ini tidak dingin dan tidak panas,
sangat pas,” jelasnya
dengan masih bersikap hormat.
“Kamu
menuangkan yang begitu penuh, ini akan tumpah ketika aku mengangkatnya,” tolak Su
Wenxing, sengaja mempersulit Ning Yi.
Dengan
kesal, Ning Yi menatap teh yang dipegangnya. Dan Su Wenxing tersenyum penuh
rasa menang. Lalu saat Su Wenxing lengah, Ning Yi menyiramkan teh yang
dipegangnya ke wajah Su Wenxing. Lalu dia langsung pergi begitu saja.
Su Wenxing
sama sekali tidak menyangka kalau Ning Yi akan menyiram wajahnya, jadi dia
tertegun untuk sesaat. Lalu ketika tersadar, dia langsung mengambil kursi dan
berlari mengejar Ning Yi, kemudian dia melemparkan kursi yang dipegangnya.
Menyadari hal tersebut, Ning Yi menundukkan kepalanya, sehingga kursi tersebut
gagal mengenainya. Dan Penjaga Geng serta si Akuntan sama- sama merasa
terkejut.
Tanpa
mengatakan apapun, Ning Yi berbalik menatap Su Wenxing, lalu dia melepaskan
pakaian luarnya. Dan melihat itu, Su Wenxing juga melepaskan pakaian luarnya,
dia siap untuk bertarung.
“Buat apa
kamu sembarang melompat?” tanya Su
Wenxing, heran, saat melihat
postur aneh Ning Yi. Lalu dia menyerang Ning Yi.
Ning Yi
bukannya berpostur aneh atau melompat- lompat sembarangan, melainkan itu adalah
kuda- kuda dalam beladiri tinju. Ning Yi bertarung dengan sangat ahli, sehingga
Su Wenxing sama sekali tidak dapat menyentuhnya ataupun melawan balik saat
dipukuli. Kemudian ketika Ning Yi ingin memukul wajah Su Wenxing, dia
dikejutkan oleh tangannya sendiri.
“Kenapa tinju
ini lebih pendek 5 Cm?” gumam Ning
Yi, heran. Lalu dia tersadar kalau tangannya yang sekarang lebih pendek
daripada tangannya dulu.
Kemudian
beberapa Penjaga datang dan meminta Ning Yi untuk berhenti memukuli Su Wenxing.
Dan melihat mereka, dengan sengaja, Penjaga Geng mengulurkan kakinya sedikit,
sehingga satu persatu Penjaga tersandung dan terjatuh.
Disaat itu,
Ning Yi menarik Su Wenxing yang terduduk ditanah untuk berdiri dan dia
mencengkram lehernya dengan kuat. Melihat itu, Penjaga Geng langsung meminta
mereka berdua agar jangan berkelahi lagi dan dia memisahkan mereka berdua untuk
saling menjauh dengan dibantu oleh beberapa Penjaga barusan.
“Aku akan
menghajar kamu hingga mencari gigi di lantai,” teriak Su Wenxing, sangat marah. Dan Penjaga
Geng serta beberapa Penjaga berusaha menahannya agar jangan berkelahi lagi.
“Tadi siapa
yang meminta ampun sambil berlutut?” ejek Ning Yi, mengingatkan.
“Tadi kamu
menyerang aku secara diam-diam. Kalau tidak, kamu sudah mencari gigi di lantai,” bentak Su
Wenxing.
“Menghajar
kamu secara terbuka dan adil,” balas Ning
Yi dengan sikap acuh.
Tepat disaat
itu, Su Zhongkan pulang bersama seorang tamu, Tuan Zhang. Su Zhongkan memuji-
muji Su Wenxing dihadapan Tuan Zhang. Dia mengatakan kalau sejak kecil Su
Wenxing sudah berpendidikan dan bersifat kalem, jadi Su Wenxing bisa menjadi
pasangan yang sangat cocok untuk putri Tuan Zhang. Melihat kedatangannya,
Penjaga Geng berhenti menahan Su Wenxing. Lalu Su Wenxing maju dan mencekik
leher Ning Yi. Dan Ning Yi diam tanpa melawan sama sekali.
“Aku habisi kamu!” kata Su
Wenxing dengan histeris.
Kepadahal Su
Zhongkan baru memuji- muji Su Wenxing dihadapan Tuan Zhang, tapi sikap buruk Su
Wenxing seperti menampar wajahnya dan itu membuatnya merasa sangat marah serta
malu.
“Su Wenxing,
hentikan!” perintah Su
Zhongkan.
Penjaga Geng
mengobati tangan Ning Yi sambil memuji atas keberaniannya. Dan Ning Yi balas
memuji Penjaga Geng atas kepintarannya.
“Pendekar
Geng, apakah pemberian teh dari kita sudah cukup? Aku sudah boleh kembali untuk
lanjut tidur?” tanya Ning
Yi, ingin tahu.
“Masih belum.
Tante dari Keluarga Su, bibi dan paman dari Tuan Putri, semuanya sudah bergegas
kembali dari luar daerah. Tuan Putri sudah berpesan bahwa harus memberikan teh
dan hormat satu per satu,” jawab
Penjaga Geng, menjelaskan.
Ning Yi
kemudian melihat- lihat buku- buku dimeja Penjaga Geng, dan ternyata disana
terdapat banyak novel percintaan. Dengan malu, Penjaga Geng langsung
menghentikan Ning Yi untuk jangan menyentuh novel- novelnya. Dan melihat reaksi
lucu Penjaga Geng, Ning Yi tertawa dan semakin ingin menjahilinya.
Su Tan’er memeriksa
satu persatu kain yang ada digudang, dan semuanya baik- baik saja. Xiao Chan
juga bantu memeriksa, gudang, atap, saluran air dihalaman, dan semua fasilitas,
semuanya baik- baik saja. Mengetahui itu, Su Tan’er merasa lebih tenang.
“Ayo kita
pergi,” ajak Su Tan’er. Dan Xiao
Chang mengikutinya.
Saat malam,
petir bergemuruh keras dan bersinar terang. Ning Yi yang masih sibuk membaca
novel percintaan sama sekali tidak merasa terganggu.
Sementara Su
Tan’er, dia
sedang sibuk membaca buku keuangan dan menghitung. Dia tampak
sudah capek dan kelelahan. Tapi dia tetap terus bekerja.
Lalu tiba-
tiba datang sebuah berita mengejutkan, yaitu terjadi sesuatu pada gudang.
Mendapatkan kabar tersebut, Su Tan’er langsung buru- buru pergi ke toko. Dan Ning Yi
memperhatikan itu dengan bingung.
Atap
digudang bocor, sehingga kain- kain menjadi basah. Masalahnya adalah benang
kain awan senja sangat istimewa dan tidak boleh terkena air. Melihat itu, Su
Tan’er sangat
terguncang
dan stress.
“Bos! Bos!
Tidak tahu kenapa atap ini mendadak bocor,” lapor Manajer Toko Xi, panik.
Su Tan’er diam. Tanpa
mengatakan apapun dia langsung mengambil beberapa kain yang masih bisa
diselamatkan ke tempat yang teduh. Dan para pekerja pun ikut bergerak untuk
menyelamatkan kain yang masih bisa diselamatkan.
Dari jauh, Ning Yi memperhatikan hal tersebut. Dia merasa bersimpati, saat melihat ekspresi wajah Su Tan’er yang seperti ingin menangis. Lalu dia melihat ke atas atap dan berpikir.