Original
Network : Tencent Video, iQiyi
Su
Tan’er meminjam tiket- tiket yang sudah diambil oleh Petugas Keadilan. Lalu dia
memasukkan dua tiket dengan nomor yang sama ke dalam air. Dan ditiket yang
palsu, sama sekali tidak ada muncul cap tambahan Su Tan’er. Sedangkan tiket
yang asli, dibagian paling bawah, muncul cap tambahan Su Tan’er.
Flash back
“Istriku,
jangan terlalu cepat senang,” kata Ning Yi, mengingatkan Su Tan’er yang terus
tersenyum senang. “Meski sudah banyak tiket yang dikeluarkan hari ini, tapi
saat mengambil barangnya, jika ada orang yang bermaksud jahat memalsukan tiket,
kita harus bagaimana? Kita harus punya persiapan,” jelasnya.
Flash back end
Su
Tan’er menunjukkan dua tiket tersebut kepada para pelanggan dan petugas
keadilan sambil menjelaskan. Sebelum dia memberikan nomor tiket kepada para
pelanggan, dia merendam tiket tersebut menjadi basah dan mencapnya dengan
stempel pribadinya. Setelah nomor tiket mengering, maka stempelnya akan tampak
hilang. Namun jika nomor tiketnya direndam lagi, maka stempel pribadinya akan
muncul. Jadi mereka bisa dengan mudah membedakan nomor tiket yang asli dan yang
asli. Mendengar itu, Ketua Petugas Keadilan memperhatikan dua tiket tersebut
dengan seksama, dan hasilnya benar seperti kata Su Tan’er.
“Sejauh
yang aku tahu, Stempel Toko Kain Marga Su, tidak pernah hilang dari kamarku.
Lalu orang yang memalsukan tiket ini bukankah adalah seseorang yang punya
stempel Toko Kain Marga Su?” tanya Ning Yi, menyindir orang di sampingnya.
Mendengar
itu, Su Wenxing memegang cap ditangannya dengan gugup. Lalu semua orang menatap
ke arahnya.
Ketua
Petugas Keadilan mengambil cap yang Su Wenxing pegang dan membandingkannya
dengan cap toko Su Tan’er, hasilnya sama. Jadi bisa dipastikan bahwa Su Wenxing
adalah penipu yang membuat nomor tiket- tiket palsu. Karena itu, Ketua Petugas
Keadilan memerintahkan Su Wenxing untuk ditangkap. Dan Su Wenxing langsung
panik.
“Pejabat!”
panggil Su Wenxing, panik. “Istrimuapa di rumah saja setiap hari?” tanyanya.
“Tidak pernah muncul,” jawabnya sendiri. “Tapi adikku,dia tidak patuh sebagai
wanita.Dia tak hanya mencari menantu sendiri,tapi juga ikut terlibatdalam
bisnis kain bukan wanita.Aku sebagai kakakhanya ingin memberinya pelajaran.Ini
adalah masalah keluarga Su.Kalian tidak mudah mengaturnya,” katanya, tanpa tahu
malu.
Mendengar
itu, Ketua Petugas Keadilan jadi ragu untuk menangkap Su Wenxing. Menyadari hal
tersebut, Su Wenxing pun langsung memainkan kartu keluarga.
“Tan’er,
kau sungguh ingin mengantar kakakmu kandungmu ke pengadilan? Jika seperti itu,
kau akan dikritik orang di belakang. Demi mendapatkan stempel pemimpin, kau
sampai menyakiti keluarga sendiri. Kau adalah wanita bersuami, bagaimana nanti
kau bisa bertemu orang lain? Pikirkan lagi. Akankah kakek menyalahkanmu?
Akankah Keluarga Su membencimu?” kata Su Wenxing, tanpa rasa tahu malu sama
sekali. Dan Su Tan’er merasa bingung harus bagaimana, karena tidak peduli
bagaimanapun dia menjawab, semua jawabannya akan kedengaran salah dinilai oleh
semua orang.
Akhirnya,
Ning Yi yang maju dan berbicara. “Mengapa kakek menyalahkan dia? Mengapa
Keluarga Su membencinya? Sebuah
keluarga besar jika mau terus berkembang harus segera menghentikan kerugian.
Jika membiarkan dirimu yang hanya bisa membicarakan tentang gender dan
keunggulan, bicara omong kosong, maka keluarga ini lebih baik segera musnah,”
katanya, mengkritik Su Wenxing dengan keras. “Pejabat, walaupun sulit
memutuskan tentang masalah keluarga, tapi tindakan Su Wenxing bukanlah masalah
keluarga. Ini disebut tindakan yang mengganggu pasar. Aku pernah membaca
"Hukum Wu", minimal mendapatkan hukuman 3 tahun. Aku tidak salah,
‘kan?” tanyanya dengan sopan kepada Ketua Petugas Keadilan.
Mendengar
itu, Ketua Petugas Keadilan langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkap
Su Wenxing dan membawanya. Dan Su Wenxing merasa sangat panik.
Su
Wenxing melepaskan dirinya dari pegangan petugas keadilaan, lalu dia berlari ke
arah Erhu dan menariknya ke kerumunan. Dia melemparkan kesalahan kepada Erhu.
Dan ketika Erhu ingin membela dirinya, Su Wenxing langsung memukulinya,
kemudian dia membiarkan para petugas keadilan untuk menangkap Erhu.
“Aku
telah menghukum pencurinya. Bawa dia pergi,” kata Su Wenxing, tanpa rasa tahu
malu sama sekali.
Malam
hari. Dikediaman Keluarga Su. Su Zhongkan memarahi Su Wenxing, karena telah
berani untuk menjebak adik sendiri, Su Tan’er. Namun Su Wenxing terus saja
menolak untuk mengaku bersalah. Lalu Su Yu memutuskan supaya Su Wenxing pergi
saja dan renungkan kesalahan di kuil keluarga. Mendengar itu, Su Zhongkan tentu
saja tidak akan membiarkan hal tersebut, jadi dia berpura- pura memarahi Su
Wenxing lagi dan lalu dia menjelaskan kepada Su Yu bahwa dia akan menghukum Su
Wenxing nantinya secara pribadi sesuai hukum keluarga.
“Paman
kedua, jangan buru-buru. Tenangkan dirimu,” kata Ning Yi, menenangkan Su
Zhongkan. “Kakak Paman seperti ini untuk mendapatkan stempel pemimpin. Bisa dimaafkan,”
jelasnya dengan sengaja, memperjelek nama Su Wenxing dihadapan Su Yu, secara
tidak langsung. “Apa lagi dia baru berusia awal dua puluhan, masih anak-anak.
Kita semua adalah satu keluarga. Sebagai Ayah kau tak merasa sakit hati, tapi
aku sebagai adik ipar, tak tega melihatnya,” jelasnya, bersikap baik hati.
“Kalau
begitu, aku akan mengampuni saat ini,” kata Su Zhongkan dengan lega. Dan Su Wenxing
tersenyum senang.
Sayangnya,
rasa lega Su Zhongkan dan rasa senyum senang Su Wenxing tidak bertahan lama.
Sebab Ning Yi mengambil sebuah tongkat rontan besar berduri dan menyarankan
supaya Su Zhongkan menghukum Su Wenxing menggunakan tongkat itu saja selama 500
kali. Melihat itu, Su Tan’er tertawa pelan. Dan dengan terpaksa, Su Zhongkan
menerima tongkat tersebut dan harus memukuli Su Wenxing.
Kemudian,
secara diam- diam, Su Tan’er dan Ning Yi pergi bersama- sama dari aula sambil
tersenyum kecil.
Rencana
Ning Yi sebelumnya. Bila ada tiket palsu yang muncul, Su Tan’er harus berpura-
pura bingung dulu, biarkan Su Wenxing muncul. Lalu berpura- pura terpaksa
menanda tangani kontrak dengan Su Wenxing. Akhirnya, saat Su Wenxing sudah
terpancing dan mengeluarkan stempel toko, maka tangkap. Rencana ini kedengaran
sederhana, tapi sebenarnya tidak. Dan Ning Yi kagum sebab Su Tan’er bisa
berakting dengan baik dan dia menyukai itu.
“Suka?”
seru Su Tan’er terkejut. Dia mengira Ning Yi memiliki perasaan padanya. Lalu
dia merasa agak malu- malu.
“Benar.
Terutama saat menunjukkan stempel air anti palsu. Hebat sekali,” puji Ning Yi.
“Aku sempat terpikirkan menggunakan yodium, tapi kamu lebih cepat dariku. Kamu
juga memikirkan cara yang lebih mudah dariku. Bagus,” jelasnya.
Mengerti
arti ‘suka’ yang Ning Yi katakan berbeda dengan yang dia pikirkan, Su Tan’er tampak
agak kecewa. Lalu dia mengalihkan pembicaraan. Dan tanpa sadar Su Tan’er
memanggil Ning Yi dengan sebutan ‘suami’, dia menanyai, hadiah apa yang Ning Yi
inginkan. Mendengar itu, Ning Yi diam dan berpikir, lalu dia tersadar bahwa ini
pertama kali nya Su Tan’er memanggilnya ‘suami’.
“Ibuku
tinggal di sana,” kata Su Tan’er menunjuk ke rumah didekat mereka. “Di depan
Ibuku, harus pura-pura menjadi suami istri,” jelasnya dengan tergagap sedikit.
“Masuk
akal,” kata Ning Yi, percaya.
Tanpa
rasa sungkan, Ning Yi menjelaskan bahwa dia memang ada satu permintaan. Lalu
dia mengambil kipas dan mulai mengipasi Su Tan’er.
“Tak
pergi ke Sekolah Kebajikan lagi?” tebak Su Tan’er dengan yakin.
“Istri
cerdas. Aku sangat mengagumimu,” puji Ning Yi dengan penuh hormat. “Tempat itu
bukan untuk orang tinggal,” keluhnya dengan sikap memelas.
“Jika
tak ingin tinggal, maka tak perlu tinggal,” kata Su Tan’er, mengabulkan
permintaan Ning Yi.
“Terima
kasih, istriku,” kata Ning Yi dengan senang. Lalu dia berniat pergi.
“Tunggu,”
panggil Su Tan’er. “Meski aku tak peduli pada kebajikanmu, tapi jangan sampai
kau tertangkap keluarga kedua,” katanya, mengingatkan.
“Mengapa
kau juga tak percaya?” keluh Ning Yi. “Kebajikanku… Aku pergi ke Teater Xinmen
untuk maksud lain,” jelasnya.
“Maksud
tak baik, kan?” tebak Su Tan’er, yakin.
“Malas
menjelaskannya padamu,” balas Ning Yi. “Bagaimanapun, kau akan segera tahu,”
jelasnya. Lalu dia menepuk pelan kepala Su Tan’er menggunakan kipas dan pergi.
Ketika
kepalanya ditepuk pelan oleh Ning Yi, Su Tan’er merasa tertegun. Lalu dia
menundukkan kepalanya dengan malu- malu.
Ning
Yi bertemu dengan Penjaga Geng. Dan dia menjelaskan kepada Penjaga Geng bahwa
dia akan mengampuninya demi persaudaraan kita, tapi dia ingin Penjaga Geng
membawanya ke Teater Xiamen lagi. Mendengar itu, Penjaga Geng mengomentari
bahwa Ning Yi sungguh tidak tahu malu, karena ingin pergi ke Teater Xiamen
lagi.
“Jangan
pikir sembarangan. Katakan terus terang, apa kau akan mengantarku?” tanya Ning
Yi dengan serius.
Tepat
disaat itu, Su Boyong dan Bawahan Su lewat. Melihat wajah Su Boyong, Ning Yi
teringat dengan wajah yang dilihatnya di dalam mimpi atau ingatan Ning Yi asli.
“Jaga
dirimu baik-baik,” kata Su Boyong kepada Ning Yi dengan ekspresi serius.
Kemudian dia lanjut berjalan pergi, diikuti oleh Bawahan Su.
Manajer
Toko Xi datang dan meminta maaf kepada Su Tan’er, sebab dia tidak mengetahui
kalau Erhu adalah pengkhianat. Jadi dia memohon agar Su Tan’er menghukumnya.
“Manajer
Xi, kau telah bekerja di Toko Kain Marga Su selama bertahun-tahun. Kau terus
melakukan yang terbaik. Setia. Aku paling percaya padamu,” kata Su Tan’er
sambil membantu Manajer Toko Xi untuk berdiri. “Masalah ini adalah urusan
keluargaku. Bagaimana kau bisa mengetahuinya? Bangun dulu baru bicara,”
katanya, sama sekali tidak ada menyalahkan Manajer Toko Xi.
Setelah
Manajer Toko Xi berdiri. Su Tan’er memberitahukan pendapatnya. Manajer Toko Xi
memiliki temperamen yang lembut, tidak cepat tanggap saat ada masalah, juga
tidak tahu menyiapkan cara lain. Tapi selanjutnya, Ning Yi akan membantu di
Toko Kain, jadi jika Manajer Toko Xi ragu- ragu, maka Manajer Toko Xi bisa
berdiskusi dengan Ning Yi. Lalu dia menjelaskan bahwa dia yakin kalau setiap
orang mempunyai kelebihan, dan kelebihan Manajer Toko Xi adalah setia, jadi dia
bisa dengan aman mempercayainya.
Mendengar
itu, Manajer Toko Xi memberikan hormatnya. Dan lalu pergi.
Ning
Yi menghampiri Xiao Chan dan menanyai dengan suara pelan, karena takut
kedengaran orang lain. “Tuan Besarmu seperti apa orangnya?” tanyanya, ingin
tahu.
“Mengapa
tiba-tiba menanyakan hal ini?” balas Xiao Chan. Dan Ning Yi menatapnya dengan
tatapan ‘tolong jawab saja’, jadi diapun memberitahu, “Berbicara tentang Tuan
Besar. Dia sungguh orang yang aneh. Ada bisnis di rumah tapi tak mau ikut
campur. Di rumah jika tidak belajar dari Akademi Yushan, maka dia diam di dalam
kamar sepanjang hari. Tidak tahu apa yang dia lakukan.”
“Apakah
ada sentimen diantara Tuan Besar dan aku?” tanya Ning Yi dengan hati- hati.
“Sentimen?
Itu terlalu banyak. Tuan Besar dari dulu meremehkanmu. Saat tahu Nona akan
menikahimu, dia marah dan tak keluar selama 3 hari. Hal ini, aku ingat dengan
jelas,” jawab Xiao Chan.
Mendengar
itu, Ning Yi langsung kabur.
Ketika
Manajer Toko Xi bertemu dengan Ning Yi, dia memberikan hormat padanya. Tapi
Ning Yi mengabaikannya dan terus berlari pergi.
Ning
Yi masuk ke dalam kamar. Dia membereskan barang- barangnya, karena dia berniat
untuk pergi saja. Lalu dia teringat tentang bola dupa bulat yang diberikan
padanya dan dia mengeceknya, kemudian saat dia baru menghirup sedikit saja
aroma dari dupa bulat tersebut, dia langsung merasa sakit dan tidak nyaman.
Penjaga
Geng kemudian datang, melihat keadaan Ning Yi tampak kurang baik, dia ingin
memeriksa dupa bulat yang Ning Yi letakkan dimeja. Dan Ning Yi langsung meneriaki
Penjaga Geng agar jangan memegang itu, karena itu adalah perangkap.
“Tuan
Menantu, duduk,” kata Penjaga Geng, membantu Ning Yi ke tempat tidur.
“Tuan
Geng, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Apakah Tuan Besar orang yang aneh?” tanya
Ning Yi dengan serius untuk memastikan.
“Benar,
sangat aneh,” jawab Penjaga Geng. “Tadi Tuan Besar memintaku mencarinya di
kamarnya. Perkataannya tidak konsisten,” jelasnya, memberitahu.
“Apa
yang dia katakan?” tanya Ning Yi, ingin tahu.
“Kemarin
kau memintaku membawamu ke Teater Xinmen bukan? Tadi Tuan Besar sangat marah.
Dia berkata bagaimanapun aku tak boleh membawamu ke sana. Aku merasa aneh. Dulu
dia yang memintaku membawamu ke sana. Dan memintaku menjagamu. Jika ada
tindakan menyimpang, langsung eksekusi di tempat,” jawab Penjaga Geng dengan
jujur.
Mendengar
kata ‘eksekusi’, Ning Yi merasa sangat takut. Lalu dia mengambil barang- barang
yang sudah dibereskannya barusan dan berniat untuk langsung pergi.
Penjaga
Geng merasa bingung karena Ning Yi tiba- tiba saja ingin pergi, dia mengira
Ning Yi marah padanya. Dan dia berusaha keras menyakinkan Ning Yi bahwa dia
sama sekali tidak ada berkhianat. Tapi Ning Yi mengabaikannya dan terus
berjalan pergi sampai didepan gerbang. Dan dengan panik, Penjaga Geng
menghentikannya.
“Apa
kau marah padaku?” tanya Penjaga Geng.
“Ini
tak ada kaitannya denganmu,” tegas Ning Yi, penuh penekanan. “Jangan katakan
pada siapa pun aku pergi. Karena aku telah menulis begitu banyak novel
untukmu,” jelasnya. Lalu dia langsung pergi.
“Dia
marah,” gumam Penjaga Geng, yakin.
Bawahan
Su melapor kepada Su Boyong bahwa Ning Yi melarikan diri dari rumah.
Ning
Yi berhasil kabur. Lalu tiba- tiba dari belakang seseorang berteriak
memanggilnya. “Tuan Menantu!”