Sinopsis C- Drama : My Heroic Husband Episode 4 part 2

 


Original Network : Tencent Video, iQiyi

Su Tan’er meminjam tiket- tiket yang sudah diambil oleh Petugas Keadilan. Lalu dia memasukkan dua tiket dengan nomor yang sama ke dalam air. Dan ditiket yang palsu, sama sekali tidak ada muncul cap tambahan Su Tan’er. Sedangkan tiket yang asli, dibagian paling bawah, muncul cap tambahan Su Tan’er.


Flash back

“Istriku, jangan terlalu cepat senang,” kata Ning Yi, mengingatkan Su Tan’er yang terus tersenyum senang. “Meski sudah banyak tiket yang dikeluarkan hari ini, tapi saat mengambil barangnya, jika ada orang yang bermaksud jahat memalsukan tiket, kita harus bagaimana? Kita harus punya persiapan,” jelasnya.

Flash back end


Su Tan’er menunjukkan dua tiket tersebut kepada para pelanggan dan petugas keadilan sambil menjelaskan. Sebelum dia memberikan nomor tiket kepada para pelanggan, dia merendam tiket tersebut menjadi basah dan mencapnya dengan stempel pribadinya. Setelah nomor tiket mengering, maka stempelnya akan tampak hilang. Namun jika nomor tiketnya direndam lagi, maka stempel pribadinya akan muncul. Jadi mereka bisa dengan mudah membedakan nomor tiket yang asli dan yang asli. Mendengar itu, Ketua Petugas Keadilan memperhatikan dua tiket tersebut dengan seksama, dan hasilnya benar seperti kata Su Tan’er.



“Sejauh yang aku tahu, Stempel Toko Kain Marga Su, tidak pernah hilang dari kamarku. Lalu orang yang memalsukan tiket ini bukankah adalah seseorang yang punya stempel Toko Kain Marga Su?” tanya Ning Yi, menyindir orang di sampingnya.

Mendengar itu, Su Wenxing memegang cap ditangannya dengan gugup. Lalu semua orang menatap ke arahnya.



Ketua Petugas Keadilan mengambil cap yang Su Wenxing pegang dan membandingkannya dengan cap toko Su Tan’er, hasilnya sama. Jadi bisa dipastikan bahwa Su Wenxing adalah penipu yang membuat nomor tiket- tiket palsu. Karena itu, Ketua Petugas Keadilan memerintahkan Su Wenxing untuk ditangkap. Dan Su Wenxing langsung panik.


“Pejabat!” panggil Su Wenxing, panik. “Istrimuapa di rumah saja setiap hari?” tanyanya. “Tidak pernah muncul,” jawabnya sendiri. “Tapi adikku,dia tidak patuh sebagai wanita.Dia tak hanya mencari menantu sendiri,tapi juga ikut terlibatdalam bisnis kain bukan wanita.Aku sebagai kakakhanya ingin memberinya pelajaran.Ini adalah masalah keluarga Su.Kalian tidak mudah mengaturnya,” katanya, tanpa tahu malu.

Mendengar itu, Ketua Petugas Keadilan jadi ragu untuk menangkap Su Wenxing. Menyadari hal tersebut, Su Wenxing pun langsung memainkan kartu keluarga.


“Tan’er, kau sungguh ingin mengantar kakakmu kandungmu ke pengadilan? Jika seperti itu, kau akan dikritik orang di belakang. Demi mendapatkan stempel pemimpin, kau sampai menyakiti keluarga sendiri. Kau adalah wanita bersuami, bagaimana nanti kau bisa bertemu orang lain? Pikirkan lagi. Akankah kakek menyalahkanmu? Akankah Keluarga Su membencimu?” kata Su Wenxing, tanpa rasa tahu malu sama sekali. Dan Su Tan’er merasa bingung harus bagaimana, karena tidak peduli bagaimanapun dia menjawab, semua jawabannya akan kedengaran salah dinilai oleh semua orang.

Akhirnya, Ning Yi yang maju dan berbicara. “Mengapa kakek menyalahkan dia? Mengapa Keluarga Su membencinya? Sebuah keluarga besar jika mau terus berkembang harus segera menghentikan kerugian. Jika membiarkan dirimu yang hanya bisa membicarakan tentang gender dan keunggulan, bicara omong kosong, maka keluarga ini lebih baik segera musnah,” katanya, mengkritik Su Wenxing dengan keras. “Pejabat, walaupun sulit memutuskan tentang masalah keluarga, tapi tindakan Su Wenxing bukanlah masalah keluarga. Ini disebut tindakan yang mengganggu pasar. Aku pernah membaca "Hukum Wu", minimal mendapatkan hukuman 3 tahun. Aku tidak salah, ‘kan?” tanyanya dengan sopan kepada Ketua Petugas Keadilan.


Mendengar itu, Ketua Petugas Keadilan langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkap Su Wenxing dan membawanya. Dan Su Wenxing merasa sangat panik.


Su Wenxing melepaskan dirinya dari pegangan petugas keadilaan, lalu dia berlari ke arah Erhu dan menariknya ke kerumunan. Dia melemparkan kesalahan kepada Erhu. Dan ketika Erhu ingin membela dirinya, Su Wenxing langsung memukulinya, kemudian dia membiarkan para petugas keadilan untuk menangkap Erhu.

“Aku telah menghukum pencurinya. Bawa dia pergi,” kata Su Wenxing, tanpa rasa tahu malu sama sekali.


Malam hari. Dikediaman Keluarga Su. Su Zhongkan memarahi Su Wenxing, karena telah berani untuk menjebak adik sendiri, Su Tan’er. Namun Su Wenxing terus saja menolak untuk mengaku bersalah. Lalu Su Yu memutuskan supaya Su Wenxing pergi saja dan renungkan kesalahan di kuil keluarga. Mendengar itu, Su Zhongkan tentu saja tidak akan membiarkan hal tersebut, jadi dia berpura- pura memarahi Su Wenxing lagi dan lalu dia menjelaskan kepada Su Yu bahwa dia akan menghukum Su Wenxing nantinya secara pribadi sesuai hukum keluarga.



“Paman kedua, jangan buru-buru. Tenangkan dirimu,” kata Ning Yi, menenangkan Su Zhongkan. “Kakak Paman seperti ini untuk mendapatkan stempel pemimpin. Bisa dimaafkan,” jelasnya dengan sengaja, memperjelek nama Su Wenxing dihadapan Su Yu, secara tidak langsung. “Apa lagi dia baru berusia awal dua puluhan, masih anak-anak. Kita semua adalah satu keluarga. Sebagai Ayah kau tak merasa sakit hati, tapi aku sebagai adik ipar, tak tega melihatnya,” jelasnya, bersikap baik hati.

“Kalau begitu, aku akan mengampuni saat ini,” kata Su Zhongkan dengan lega. Dan Su Wenxing tersenyum senang.




Sayangnya, rasa lega Su Zhongkan dan rasa senyum senang Su Wenxing tidak bertahan lama. Sebab Ning Yi mengambil sebuah tongkat rontan besar berduri dan menyarankan supaya Su Zhongkan menghukum Su Wenxing menggunakan tongkat itu saja selama 500 kali. Melihat itu, Su Tan’er tertawa pelan. Dan dengan terpaksa, Su Zhongkan menerima tongkat tersebut dan harus memukuli Su Wenxing.

Kemudian, secara diam- diam, Su Tan’er dan Ning Yi pergi bersama- sama dari aula sambil tersenyum kecil.

Rencana Ning Yi sebelumnya. Bila ada tiket palsu yang muncul, Su Tan’er harus berpura- pura bingung dulu, biarkan Su Wenxing muncul. Lalu berpura- pura terpaksa menanda tangani kontrak dengan Su Wenxing. Akhirnya, saat Su Wenxing sudah terpancing dan mengeluarkan stempel toko, maka tangkap. Rencana ini kedengaran sederhana, tapi sebenarnya tidak. Dan Ning Yi kagum sebab Su Tan’er bisa berakting dengan baik dan dia menyukai itu.


“Suka?” seru Su Tan’er terkejut. Dia mengira Ning Yi memiliki perasaan padanya. Lalu dia merasa agak malu- malu.

“Benar. Terutama saat menunjukkan stempel air anti palsu. Hebat sekali,” puji Ning Yi. “Aku sempat terpikirkan menggunakan yodium, tapi kamu lebih cepat dariku. Kamu juga memikirkan cara yang lebih mudah dariku. Bagus,” jelasnya.



Mengerti arti ‘suka’ yang Ning Yi katakan berbeda dengan yang dia pikirkan, Su Tan’er tampak agak kecewa. Lalu dia mengalihkan pembicaraan. Dan tanpa sadar Su Tan’er memanggil Ning Yi dengan sebutan ‘suami’, dia menanyai, hadiah apa yang Ning Yi inginkan. Mendengar itu, Ning Yi diam dan berpikir, lalu dia tersadar bahwa ini pertama kali nya Su Tan’er memanggilnya ‘suami’.

“Ibuku tinggal di sana,” kata Su Tan’er menunjuk ke rumah didekat mereka. “Di depan Ibuku, harus pura-pura menjadi suami istri,” jelasnya dengan tergagap sedikit.

“Masuk akal,” kata Ning Yi, percaya.


Tanpa rasa sungkan, Ning Yi menjelaskan bahwa dia memang ada satu permintaan. Lalu dia mengambil kipas dan mulai mengipasi Su Tan’er.

“Tak pergi ke Sekolah Kebajikan lagi?” tebak Su Tan’er dengan yakin.

“Istri cerdas. Aku sangat mengagumimu,” puji Ning Yi dengan penuh hormat. “Tempat itu bukan untuk orang tinggal,” keluhnya dengan sikap memelas.

“Jika tak ingin tinggal, maka tak perlu tinggal,” kata Su Tan’er, mengabulkan permintaan Ning Yi.

“Terima kasih, istriku,” kata Ning Yi dengan senang. Lalu dia berniat pergi.


“Tunggu,” panggil Su Tan’er. “Meski aku tak peduli pada kebajikanmu, tapi jangan sampai kau tertangkap keluarga kedua,” katanya, mengingatkan.

“Mengapa kau juga tak percaya?” keluh Ning Yi. “Kebajikanku… Aku pergi ke Teater Xinmen untuk maksud lain,” jelasnya.

“Maksud tak baik, kan?” tebak Su Tan’er, yakin.


“Malas menjelaskannya padamu,” balas Ning Yi. “Bagaimanapun, kau akan segera tahu,” jelasnya. Lalu dia menepuk pelan kepala Su Tan’er menggunakan kipas dan pergi.

Ketika kepalanya ditepuk pelan oleh Ning Yi, Su Tan’er merasa tertegun. Lalu dia menundukkan kepalanya dengan malu- malu.

Ning Yi bertemu dengan Penjaga Geng. Dan dia menjelaskan kepada Penjaga Geng bahwa dia akan mengampuninya demi persaudaraan kita, tapi dia ingin Penjaga Geng membawanya ke Teater Xiamen lagi. Mendengar itu, Penjaga Geng mengomentari bahwa Ning Yi sungguh tidak tahu malu, karena ingin pergi ke Teater Xiamen lagi.

“Jangan pikir sembarangan. Katakan terus terang, apa kau akan mengantarku?” tanya Ning Yi dengan serius.



Tepat disaat itu, Su Boyong dan Bawahan Su lewat. Melihat wajah Su Boyong, Ning Yi teringat dengan wajah yang dilihatnya di dalam mimpi atau ingatan Ning Yi asli.

“Jaga dirimu baik-baik,” kata Su Boyong kepada Ning Yi dengan ekspresi serius. Kemudian dia lanjut berjalan pergi, diikuti oleh Bawahan Su.

Manajer Toko Xi datang dan meminta maaf kepada Su Tan’er, sebab dia tidak mengetahui kalau Erhu adalah pengkhianat. Jadi dia memohon agar Su Tan’er menghukumnya.


“Manajer Xi, kau telah bekerja di Toko Kain Marga Su selama bertahun-tahun. Kau terus melakukan yang terbaik. Setia. Aku paling percaya padamu,” kata Su Tan’er sambil membantu Manajer Toko Xi untuk berdiri. “Masalah ini adalah urusan keluargaku. Bagaimana kau bisa mengetahuinya? Bangun dulu baru bicara,” katanya, sama sekali tidak ada menyalahkan Manajer Toko Xi.

Setelah Manajer Toko Xi berdiri. Su Tan’er memberitahukan pendapatnya. Manajer Toko Xi memiliki temperamen yang lembut, tidak cepat tanggap saat ada masalah, juga tidak tahu menyiapkan cara lain. Tapi selanjutnya, Ning Yi akan membantu di Toko Kain, jadi jika Manajer Toko Xi ragu- ragu, maka Manajer Toko Xi bisa berdiskusi dengan Ning Yi. Lalu dia menjelaskan bahwa dia yakin kalau setiap orang mempunyai kelebihan, dan kelebihan Manajer Toko Xi adalah setia, jadi dia bisa dengan aman mempercayainya.

Mendengar itu, Manajer Toko Xi memberikan hormatnya. Dan lalu pergi.


Ning Yi menghampiri Xiao Chan dan menanyai dengan suara pelan, karena takut kedengaran orang lain. “Tuan Besarmu seperti apa orangnya?” tanyanya, ingin tahu.

“Mengapa tiba-tiba menanyakan hal ini?” balas Xiao Chan. Dan Ning Yi menatapnya dengan tatapan ‘tolong jawab saja’, jadi diapun memberitahu, “Berbicara tentang Tuan Besar. Dia sungguh orang yang aneh. Ada bisnis di rumah tapi tak mau ikut campur. Di rumah jika tidak belajar dari Akademi Yushan, maka dia diam di dalam kamar sepanjang hari. Tidak tahu apa yang dia lakukan.”


“Apakah ada sentimen diantara Tuan Besar dan aku?” tanya Ning Yi dengan hati- hati.

“Sentimen? Itu terlalu banyak. Tuan Besar dari dulu meremehkanmu. Saat tahu Nona akan menikahimu, dia marah dan tak keluar selama 3 hari. Hal ini, aku ingat dengan jelas,” jawab Xiao Chan.

Mendengar itu, Ning Yi langsung kabur.


Ketika Manajer Toko Xi bertemu dengan Ning Yi, dia memberikan hormat padanya. Tapi Ning Yi mengabaikannya dan terus berlari pergi.


Ning Yi masuk ke dalam kamar. Dia membereskan barang- barangnya, karena dia berniat untuk pergi saja. Lalu dia teringat tentang bola dupa bulat yang diberikan padanya dan dia mengeceknya, kemudian saat dia baru menghirup sedikit saja aroma dari dupa bulat tersebut, dia langsung merasa sakit dan tidak nyaman.

Penjaga Geng kemudian datang, melihat keadaan Ning Yi tampak kurang baik, dia ingin memeriksa dupa bulat yang Ning Yi letakkan dimeja. Dan Ning Yi langsung meneriaki Penjaga Geng agar jangan memegang itu, karena itu adalah perangkap.


“Tuan Menantu, duduk,” kata Penjaga Geng, membantu Ning Yi ke tempat tidur.

“Tuan Geng, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Apakah Tuan Besar orang yang aneh?” tanya Ning Yi dengan serius untuk memastikan.

“Benar, sangat aneh,” jawab Penjaga Geng. “Tadi Tuan Besar memintaku mencarinya di kamarnya. Perkataannya tidak konsisten,” jelasnya, memberitahu.

“Apa yang dia katakan?” tanya Ning Yi, ingin tahu.

“Kemarin kau memintaku membawamu ke Teater Xinmen bukan? Tadi Tuan Besar sangat marah. Dia berkata bagaimanapun aku tak boleh membawamu ke sana. Aku merasa aneh. Dulu dia yang memintaku membawamu ke sana. Dan memintaku menjagamu. Jika ada tindakan menyimpang, langsung eksekusi di tempat,” jawab Penjaga Geng dengan jujur.

Mendengar kata ‘eksekusi’, Ning Yi merasa sangat takut. Lalu dia mengambil barang- barang yang sudah dibereskannya barusan dan berniat untuk langsung pergi.


Penjaga Geng merasa bingung karena Ning Yi tiba- tiba saja ingin pergi, dia mengira Ning Yi marah padanya. Dan dia berusaha keras menyakinkan Ning Yi bahwa dia sama sekali tidak ada berkhianat. Tapi Ning Yi mengabaikannya dan terus berjalan pergi sampai didepan gerbang. Dan dengan panik, Penjaga Geng menghentikannya.

“Apa kau marah padaku?” tanya Penjaga Geng.

“Ini tak ada kaitannya denganmu,” tegas Ning Yi, penuh penekanan. “Jangan katakan pada siapa pun aku pergi. Karena aku telah menulis begitu banyak novel untukmu,” jelasnya. Lalu dia langsung pergi.


“Dia marah,” gumam Penjaga Geng, yakin.

Bawahan Su melapor kepada Su Boyong bahwa Ning Yi melarikan diri dari rumah.



Ning Yi berhasil kabur. Lalu tiba- tiba dari belakang seseorang berteriak memanggilnya. “Tuan Menantu!”


Post a Comment

Previous Post Next Post