Yuhuu, mari beralih sejenak dari Crossroad Bistro yang dewasa. Kali ini, mari kita baca kisah remaja yang ringan dan unyuu.
Di sebuah kota kecil, Xihan,
Dua orang remaja, Tao Zhu (P) dan Wang Yi Ming (L) pergi ke sebuah café buku untuk menemui teman sekolah mereka, Lin Nanyi, yang bekerja part-time di sana. Tujuan mereka untuk mencontek tugas liburan sekolah. Sambil menyalin, mereka membicarakan mengenai Kak Miya, pemilik café buku tersebut yang berpacaran dengan seorang bule bernama Andre, tapi hanya berhubungan melalui telepon. Udah itu, mereka membahas mengenai Nanyi yang katanya akan pergi ke Dacheng hari Sabtu ini.
Saat mereka mulai membahas dirinya, Nanyi langsung mengalihkan topik dengan menyebut mereka penggosip. Kelihatan jelas kalau dia tidak mau mereka membahasnya. Untungnya, Yi Ming bukan orang yang peka, jadi dia tidak memaksa dan malah membahas gosip lain. Dia dengar akan ada ‘angsa putih’ dari Dacheng yang pindah ke kelas mereka. Yi Ming sangat bersemangat karena akan ada murid baru perempuan di kelas mereka. Tapi, berbeda dengannya, Nanyi sama sekali tidak tertarik.
-Summer Again-
di Dacheng,
Tong Xi adalah ‘angsa putih’ yang dibicaraka oleh Yi Ming tadi. Dia dan ibunya akan pindah, ah, lebih tepatnya, pulang kampung ke Xihan. Tong Xi kelihatan enggan untuk pindah dari kota besar ke kecil. Tapi, bukan hanya itu alasannya, tapi karena minggu depan, dia sudah ada janji kencan dengan seniornya dan juga ingin menghadiri fansign komikus Qing He.
Tong Xi beneran nggak ingin melewatkan kesempatan kencan itu karena dia sudah sangat memberanikan diri untuk mengajak seniornya itu, Wei Ze, pergi ke fansign tersebut.
Makanya, Tong Xi mencoba nego sama ibunya, agar dia diizinkan untuk pindah minggu depan saja. Ibu mana mengizinkan dan mengatakan Tong Xi sangat aneh. Dulu, Tong Xi begitu menyukai Xihan dan saat dia membawa Tong Xi pindah ke Dacheng, Tong Xi menangis hingga dua hari dua malam. Sekarang, saat mereka mau pulang, dia malah mengulur waktu. Oh ya, ibu juga bilang kalau dia akan pergi duluan untuk menyiapkan semua hal di sana, baru Tong Xi menyusul dua hari kemudian.
Tong Xi tidak bisa melawan dan akhirnya mulai membereskan barang-barangnya. Hanya satu harapannya. Saat tiba di Xihan, dia berharap tidak akan bertemu hantu menyebalkan, Li Nanyi.
--
di Xihan,
Bukan hanya Tongxi yang masih mengingat Li Nanyi, tapi Nanyi pun masih mengingatnya.
--
Di malam hari, Tong Xi mengirim pesan pada komikus idolanya, Qing He kalau dia pasti akan datang ke pertemuan fansign tersebut. Padahal, Tong Xi tahu betul kalau DM nya tidak akan dibalas Qing He, tapi dia tetap saja mengirimkannya.
Yang tidak Tong Xi ketahui, Qing He adalah nama samaran Li Nanyi.
--
Berita mengenai konferensi komik yang diadakan oleh Komik Ai Mei ternyata begitu menarik perhatian hingga masuk ke berita. Salah satu yang paling dinantikan dari konferensi komik itu adalah Qing He, komikus domestik mereka. Ini akan menjadi kali pertamanya Qing He menunjukkan dirinya.
Tong Xi beneran sedih karena dia harus pindah sebelum menghadiri konferensi tersebut. Dia akan kembali ke kampung halamannya, Xihan. Untuk pergi ke sana, dari Dacheng, Tong Xi harus naik pesawat, kemudian dilanjutkan dengan bus kemudian menyeberangi laut, barulah tiba di Xihan.
Walau sudah tiba di kampung halamannya, Tong Xi beneran nggak mau membatalkan semua rencananya sebelumnya. Dia nekat membeli tiket bus untuk minggu depan dari Xihan ke bandara, padahal dia baru saja tiba di Xihan. Dan dia membelinya tanpa izin dari ibunya.
Pas sekali, Nanyi juga ada di sana untuk membeli tiket bus minggu depan. Sayang sekali, dia tidak bertemu dengan Tong Xi. Penyelenggara acara juga menelpon Nanyi terkait konferensi komik minggu depan. Mereka ingin menjemput Nanyi tapi Nanyi menolak karena dia sudah membeli tiket bus juga. Ya udah, penyelenggara hanya menyampaikan kalau mereka sudah memesankan tiket kelas pertama untuk Nanyi.
Ibu yang menjemput Tong Xi di stasiun. Dia memberitahu aturan-aturan yang harus Tong Xi patuhi. Pertama, nilai pelajaran nggak boleh turun. Kedua, belajar ballet yang rajin dan dia juga sudah mencarikan guru ballet baru untuknya. Tong Xi hanya mendengarkan dengan ekspresi malas semua aturan yang dibuat ibunya.
Di depan rumahnya, ayahnya sudah menunggu. Tong Xi langsung girang dan berlari memeluk ayahnya. Ah, sepertinya, ayah dan ibunya sudah bercerai karna mereka tidak tinggal serumah. Ayah saja nggak diberitahu sama Ibu kalau mereka kembali ke Xihan. Ibu bahkan menolak menerima buket bunga yang dibawa ayah. Dia juga langsung masuk ke dalam rumah dan membiarkan ayah bicara sama Tong Xi.
Tong Xi penasaran, darimana ayahnya tahu mereka kembali padahal mereka tidak memberitahu? Ayah ternyata tahu dari teman teaternya. Teater dimana Ibu akan bekerja. Banyak yang mereka bicarakan. Dan hal itu diperhatikan Ibu dari balkon kamarnya. Sepertinya, ada yang Ibu pikirkan.
--
Pukul 07.20 pagi,
Tong Xi menyetel alarm begitu pagi padahal hari ini masih hari libur sekolah. Tujuannya, hari ini dia akan ke Dacheng untuk kencan dan menghadiri fansign. Dia sudah merencanakan semuanya dengan matang, yaitu : bangun pukul 07.20 dan bersiap-siap. 07.40 berangkat dari rumah. Kemudian, 07.50 naik taksi pergi ke stasiun bus Xihan. Sebelum jam 08.00 sampai di stasiun bus. Karena dia sudah membeli tiket sebelumnya, jadi dia nggak usah terburu-buru lagi. Dan jam 09.00 check ini. Setelah itu, pulang sore harinya. Sempurna!
Semua memang sudah direncanakan dengan sempurna, tapi rencana itu kadang tidak bisa berjalan lancar. Tong Xi harus menunggu ibunya untuk pergi kerja dulu, baru dia bisa pergi. Nah, ibunya malah pergi kerja begitu lama dan membuat Tong Xi gregetan.
Udah gitu, pas mau naik taksi, taksinya malah direbut sama Nanyi. Tong Xi sempat menarik tas Nanyi, tapi Nanyi tetap saja masuk dan meminta supir untuk jalan. terpaksa, Tong Xi berlari menuju stasiun bus sambil melihat jam ponsel.
Beruntungnya, dia tiba di stasiun bus tepat waktu. Dan tanpa sengaja juga, dia melihat tas Nanyi yang sempat ditariknya tadi. Dia ingat jelas bentuk tas itu, jadi dia langsung menariknya untuk memarahi orang yang sudah merebut taksi yang dihentikannya.
Sreet! Nanyi berbalik. Keduanya saling mengenali. Saking kagetnya, Tong Xi sampai menjatuhkan tasnya. Sepertinya, hari ini memang hari sial Tong Xi, karena tidak ada satupun rencana dan harapannya yang berjalan sesuai keinginannya.
Jadi, waktu masih bocil, Tong Xi ini termasuk bar-bar. Dia selalu mengikuti Nanyi dan memukuli siapapun anak yang mengganggu Nanyi hingga mimisan dan menangis. Dia memperingati anak-anak itu untuk tidak pernah mengganggu Nanyi yang berada di bawah perlindungannya karena Nanyi adalah tunangannya.
Dan sekarang, orang yang selalu dia bilang tunangannya, muncul dihadapannya. Refleks, Tong Xi langsung melarikan diri. Nanyi segera mengejar dan mengembalikan buku komik Tong Xi yang jatuh. Nanyi bersikap ramah dan sempat bergumam kalau Tongxi ternyata suka Qing He (karena buku komik yang Tong Xi bawa adalah komik karangan Qing He).
Berbading terbalik dengan Nanyi, Tong Xi bersikap sinis. Saking nggak sukanya sama Nanyi, pas Nanyi memeluknya untuk menariknya dari penumpang yang berjalan terburu-buru dan hampir mengenai Tong Xi dengan tasnya, Tong Xi malah mendorong Nanyi dengan keras.
Alhasil, Nanyi dilarikan ke rumah sakit. kakinya terkilir dan harus pakai kruk. Dan karena itu juga, keduanya batal pergi ke Dacheng. Tentu saja, keduanya mendapat telepon dari orang yang dijanjikan. Nanyi ditelepon sama penyelenggara konferensi komik, sementara Tong Xi ditelepon sama Wei Ze.
Waktu mengangkat telepon Wei Ze, suara Tong Xi langsung berubah sangat lembut. Nanyi sampai speechless mendengar cara bicara Tong Xi yang sangat berbeda saat bicara dengannya.
“Aku tidak apa-apa, Senior. Aku hanya khawatir setelah masuk sekolah, tidak bisa bertemu denganmu dan juga murid baru di kelas seni. Aku agak sedih,” ujar Tong Xi dengan suara sangat lembut di telepon.
“Tidak apa-apa jika tidak bisa bertemu. Jika memang tidak bisa, cari waktu lain saja,” jawab Nanyi pada orang diseberang telepon.
Nah, tapi dia menjawabnya pas kali sama ucapan Tong Xi. Jadi, Tong Xi merasa seperti Nanyi sengaja mengejeknya. Nanyi juga nanya, padahal mereka teman lama yang baru bertemu, tapi kenapa Tong Xi tidak senang bertemu dengannya? Tong Xi membalas pertanyaannya, dengan nanya, apa Nanyi tidak canggung bertemu dengannya? Nanyi malah bingung dengan pertanyaan itu. Tong Xi juga nggak mau menjelaskan dan langsung pergi.
--
Saat pulang, Tong Xi ingin menghibur diri dengan membaca komik, tapi di dalam komiknya, dia malah menemukan foto saat dia kecil bersama Nanyi. Dia kaget dong dan merasa sudah diguna-guna karena bisa meletakkan foto itu di sela komik. Tapi, dia juga kesal karena Nanyi tidak merasa canggung saat bertemu dengannya. Dia juga sedih karena gagal bertemu Wei Ze dan hadir di fansign Qing He.
--
Hari ini adalah hari pertama Tong Xi masuk ke sekolah barunya. Ibu juga sudah membuatkan sarapan untuknya yang terdiri dari bubur, cakue, telur dan bakpau. Wkwkw, dan yang dilakukannya pertama kali adalah memeriksa isian bakpau. Pas tahu isiannya sayur, dia langsung nggak mau makan bakpau dan makan bubur. Ibu langsung mengomelinya juga yang seorang ballerina tapi mau makan daging setiap hari.
Ibu juga memarahi Tong Xi karena makan dengan mengangkat satu kaki ke kursi, macam di warung kopi. Dia itu wanita dan harusnya makan dengan sopan! Tong Xi yah nurunin kakinya dan duduk dengan sopan. Alih-alih khawatir dengan keadaan sekolah barunya, Tong Xi lebih khawatir kalau satu sekolah sama Nanyi. Makanya, dia nanya ke ibunya, di Xihan ada berapa SMA? Saat tahu ada 3 SMA, Tong Xi langsung lega karena tidak mungkin bisa kebetulan dia satu sekolah dengan Nanyi.
--
Karna dia masih murid baru dan belum mendapatkan seragam, jadi Tong Xi memakai seragam SMA lamanya di Dacheng. Baru juga dia berharap nggak bertemu Nanyi, dalam perjalanan ke sekolah, dia malah melihat Nanyi yang duduk di jalan dengan wajah ada goresan luka.
Tong Xi mau mengabaikannya, tapi Nanyi malah memanggilnya dan meminta hansaplast. Yah udah, Tong Xi jadi mengomelinya. Waktu kecil, Nanyi sangat patuh, tapi sekarang malah berantem hingga terluka seperti ini!
“Bukan aku,” ujar Nanyi dan menunjukkan kucing yang ada dipelukannya.
Dia itu luka karena menyelamatkan kucing yang terjerat di pohon. Pas manjat pohon untuk menyelamatkan kucing itu, dia nggak hati-hati dan terjatuh. Tong Xi nggak jadi marah dan memberikan hansaplast untuk menutupi luka di kaki si kucing.
Udah gitu, dengan gaya sok nggak peduli, Tong Xi menempelkan hansaplast ke luka di wajah Nanyi. Nanyi tersenyum simpul melihatnya.
--
Epilog,
Masa kecil,
Nanyi membawa Tongxi ke kebun mint peninggalan kakeknya. Sangat indah. Dia mengajak Tong Xi untuk bermain di sana saja.