Sinopsis C-Drama : Summer Again E03

 



Tong Xi beneran tertekan. Dia nggak mau mengakui kalau dia nggak bisa menggambar karena tidak ingin merusak citra ‘Dewi’-nya. Masalahnya, dia beneran nggak bisa menggambar, tapi juga nggak mau meminta bantuan Nan Yi. 


- SUMMER AGAIN -


Tao Zhu hari ini pulang sendirian karena Tong Xi masih mau di kelas untuk memikirkan tema evaluasi majalah dinding. Yi Ming yang melihatnya, menghampiri dan meminta Tao Zhu untuk datang ke pertandingan basketnya hari Kamis nanti. Belum juga Tao Zhu menjawab, senior klub drama, Xu Ao, yang disukainya, lewat dan mengundangnya untuk menghadiri acara ulang tahunnya hari kamis ini. Dia akan mentraktir mereka di toko Dalanxiang. Dengan semangat, Tao Zhu menjawab kalau dia pasti akan datang.


Yi Ming kelihatan sedikit cemburu dan mengejek Xu Ao yang sangat suka makan cumi-cumi panggang. Tapi, Tao Zhi nggak peduli sama ucapan Yi Ming dan meninggalkannya. 

--


di Malam hari,

Tong Xi menelpon temannya di Dalanxiang untuk meminta bantuan. Dia meminta mereka untuk memotret majalah dinding (sebenarnya, yang dibicarakan majalah dinding itu, papan tulis besar yang terletak dibagian belakang kelas. Biasanya, dipakai untuk menulis pengumuman gitu) yang ada di kelas mereka. Teman Tong Xi sampai kagum sama Tong Xi yang begitu totalitas mempertahankan image ‘Dewi’nya. Lagipula, majalah dinding di kelasnya juga biasa saja. Bukankah lebih baik Tong Xi menggambar asal saja menggunakan cat air.



Wow, gegara ucapan temannya itu, Tong Xi jadi kepikiran sebuah ide. Kenapa dia nggak menggambar menggunakan cat papan saja daripada pakai kapur. Lagi asyik memikirkan ide, dia mendapat pesan dari Nan Yi yang kembali menawarkan bantuan untuk mengerjakan majalah dinding tersebut. Nan Yi sampai sengaja mengingatkan kalau Jumat sudah penilaian. Tapi, tetap saja Tong Xi menolak. 


Nan Yi tidak lagi bertanya. Dia hanya tersenyum karena Tong Xi begitu keras kepala. Senyumannya semakin lebar saat melihat tanaman daun mint yang ada di atas mejanya.


Dulu, saat masih kecil, Tong Xi pernah memberikannya sebuah daun mint dan memintanya untuk menjaga daun mint itu baik-baik. Soalnya, dia mau daun mint itu di jadikan sebagai hadiah pernikahan mereka kelak. Nan Yi menanggapi dengan dingin kalau daun mint itu sudah di petik dan tidak lama lagi akan layu. Mana bisa dijadikan hadiah.


Tapi, kini, daun mint itu masih ada sama Nan Yi. Daun mint itu diawetkan dan dijadikan liontin kalung.



Yang mengawetkan daun mint itu adalah ayah Tong Xi. Saat kecil, mereka membawnaya ke ayah Tong Xi untuk meminta bantuan agar daun mint tidak layu. Jadi, ayah menggunakan cairan khusus dan menyiramkannya kepada daun mint sehingga menjadi batu amber. Ayah juga memberitahu mereka kalau bahasa bunga dari daun mint adalah berharap bertemu kembali denganmu. 


Ah, mengingat ekspresi bahagia Tong Xi saat itu, membuat Nan Yi tersenyum.


Sementara Nan Yi lagi sibuk mengingat kenangan masa kecil mereka, Tong Xi sedang sibuk berlatih menggambar. Dia sudah mencari banyak sekali gambar pemandangan untuk di tiru, tapi tidak ada satupun yang berhasil ditirunya. Argh, Tong Xi beneran frustasi.


Bayangkan, saking frustasinya, dia sampai bermimpi aneh. Dia memimpikan sosoknya yang berpenampilan seperti putri, berujar pada dirinya kalau dia nggak akan bisa menjadi sepertinya. Setelah itu, dia mulai mendengar suara-suara orang yang menertertawakannya karena gambarnya jelek dan membuat kelas mereka jadi peringkat terakhir. 


Wussh! Tapi, tentu saja itu semua hanya mimpi. Mimpi yang akan menjadi kenyataan jika dia nggak segera mengakui kemampuannya atau tidak meminta bantuan dari yang ahli.


Guru wali kelas juga sudah menanyakannya mengenai progres pengerjaan majalah dinding. Soalnya, kelas lain sudah mengerjakan hampir 50 persen, tapi Tong Xi belum membuat apapun juga. Besok sudah penilaian, apakah Tong Xi akan sempat mengerjakannya? Tong Xi tidak mau menyerah dan menjawab kalau dia punya senjata rahasia dan akan diselesaikannya malam ini.

--


Hari ini kan sudah hari kamis, hari ulang tahun Xu Ao, orang yang disukai Tao Zhu. Jadi, Tao Zhu ingin membelikan hadiah, makanya, dia nanya ke Yi Ming, apa yang biasanya di sukai anak laki-laki? Ah, dari reaksi Yi Ming kelihatan jelas kalau dia salah paham mengira Tao Zhu ingin membelikannya hadiah. Makanya, dia menjawab kalau hadiah yang disukainya adalah rak bola basket yang bersinar.

“Yang ku maksud, semua kaum lelaki, bukan khusus satu orang.”

“Tidak suka basket, bisa dikategorikan lelaki?”


“Sudahlah. Sia-sia tanya padamu.”

Yi Ming masih belum peka dan dengan semangat mulai menyebutkan semua barang yang diharapkannya, seperti baju basket nomor 24, sepatu Jordan dan Nike. Tao Zhu makin kesal karena Yi Ming selalu saja menyebutkan barang-barang yang berkaitan dengan basket. Yi Ming jadi bingung mau menjawab apa lagi, jadi dia bilang kalau yang penting diberikan sesuai yang disukai. 

Jawaban terakhir Yi Ming itu sesuai dengan yang diinginkan Tao Zhu.

--


Jam pulang, Yi Ming mengajak Nan Yi untuk melihatnya bertanding basket. Untuk kali ini, Nan Yi menolak karena sudah ada urusan. 


Tao Zhu sempat menawarkan bantuan untuk membantu Tong Xi membuat majalah dinding tapi Tong Xi menolak. Tong XI malah bilang dengan percaya diri kalau besok majalah dinding itu sudah akan selesai. Saat itu, Ke Er lewat dan bilang menantikan karya besar Tong Xi. Sikap Ke Er agak mencurigakan karena setelah mengatakan itu, dia tersenyum seperti mengejek dan mengirim pesan pada seseorang. Nan Yi sempat melirik sekilas padanya, seolah merasakan nada meremehkan dari cara bicara Ke Er pada Tong Xi.

--


Pertandingan basket sudah selesai. Yi Ming dan team-nya menang. Begitu selesai, Yi Ming mulai sibuk mencari sosok Tao Zhu di antara penonton. Dan tentu saja, dia ngggak menemukannya. 

--


Tong Xi masih ada di sekolah. Dia sudah memutuskan akan menggambar pemandangan gunung dan pantai yang jauh lebih mudah daripada menggambar orang. Dan juga, dia sudah menyiapkan senjata rahasianya. Cat papan dan kuas. 

Tong Xi sangat bersemangat untuk mulai menggambar. Dia akan membuat sketsanya dulu menggunakan kapur, baru mewarnainya menggunakan cat papan.

--



Yi Ming pulang bersama teman-temannya. Dia masih penasaran karena Tao Zhu tidak datang ke pertandingannya. Rasa penasarannya langsung terjawab saat dia hendak membeli cumi-cumi panggang. Yi Ming sampai berteriak kaget karena Tao Zhu ada disana. Penjual cumi-cumi panggang dengan santai menjawab kalau Tao Zhu sedang belajar cara memanggang cumi-cumi darinya. 

--



Tong Xi sudah kehilangan semangat. Tidak ada satupun gambar sketsanya yang jadi padahal hari sudah malam. Waktu dia menelpon teman-temannya di Dacheng, temannya langsung berkomentar kalau seharusnya kan mudah meniru sketsa yang sudah mereka berikan.


Masih asyik ngobrol, Nan Yi ternyata kembali ke sekolah. Dia membawakan snack untuk Tong Xi. Teman – teman Tong Xi langsung heboh karena mendengar suara pria yang merdu. Mereka langsung menggoda Tong Xi yang begitu hebat karena punya banyak pria. Ada Qing He (maksudnya, nama idola Tong Xi), kemudian senior Wei Ze dan sekarang pria bernama Li Nan Yi. Sebelum temannya bicara semakin ngelantur, Tong Xi langsung memutuskan sambungan telepon. 


Tapi… sudah terlambat. Wajah Nan Yi kelihatan sedikit cemburu pada pria yang tadi disebutkan teman Tong Xi, yaitu senior Wei Ze.

--


di Dalanxiang,

Xu Ao mengundang semua anggota klub untuk berpesta di Dalanxiang. Semua sudah hadir kecuali Tao Zhu.


Dan gara-gara Nan Yi tiba-tiba mengajukan cuti, Mi Ya jadi sibuk sendiri mencatat, membuat dan mengantarkan pesanan mereka.

--


Nan Yi melihat semua peralatan yang sudah disiapkan Tong Xi termasuk gambar sketsanya. Dan akhirnya, Tong Xi pun meminta bantuan sama Nan Yi. 

--


Tao Zhu tiba saat anggota klub akan mulai memotong kue. Begitu tiba, Tao Zhu langsung memberikan hadiahnya untuk Xu Ao yaitu cumi-cumi panggang, kesukaan senior. Dengan sangat bangga, Tao Zhu memamerkan kalau dia yang memanggang sendiri cumi-cumi tersebut. 


Tapi, apa yang dilakukan Tao Zhu membuat semua anggota klub jadi tertawa. Xu Ao jadi malu. Dia menolak memakan cumi-cumi Tao Zhu dan menyuruhnya untuk makan kue saja. Tao Zhu juga malu karena ditertawakan dan hadiahnya di tolak. Semua seolah nggak peduli padanya.


Yi Ming yang sedari tadi mengikutinya, melihat semua itu. Saat Tao Zhu keluar dari Dalanxiang, Yi Ming yang sudah menunggu di depan pagar, langsung mengejeknya karena memberikan hadiah cumi-cumi panggang. Mana ada yang mau. Tao Zhu sudah sangat malu tapi Yi Ming malah mengejeknya seperti ini. 


Yi Ming jadi ngerasa nggak enak. Apalagi saat dia melihat tangan Tao Zhu yang memerah karena terbakar saat memanggang cumi-cumi. Dia merebut cumi-cumi itu dari Tao Zhu dan memakan semuanya. Dia juga memuji rasanya yang enak. Dia juga marah karena Xu Ao tidak menghargai hadiah Tao Zhu dan maknanya.


Tao Zhu tentu merasa terharu.

--


Pada akhirnya, Nan Yi yang menggambar papan sementara Tong Xi asyik makan roti. Sambil menggambar, Nan Yi menanyakan pendapat Tong Xi mengenai kemampuan menggambarnya dibandingkan Qing He, idola Tong Xi.


Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. Sebagai idola, Tong Xi tentu memuji Qing He. Ah, tapi Nan Yi adalah penyelamatnya. Jadi, nggak bisa dibandingkan. Nan Yi mulai bertanya lebih lanjut mengenai pendapat Tong Xi mengenai Qing He. Dia pernah membaca komik Qing He dan isinya hanya tentang bocah kecil yang selalu merepotkan ibunya. 


“Komik Dewa Qing He itu menggambarkan tokoh, perasaan, juga menghidupkan tokohnya, tahu? Contohnya “Early Summer.” Meskipun itu komik lucu, tapi sangat hangat dan detail. Menurutku, dia pasti seseorang yang bahagia. Atau orang yang mengejar kebahagiaan. Setiap kali membaca “Early Summer” aku merasa seperti dia sedang menceritakan sesuatu,” cerita Tong Xi.


Mendengar pendapat Tong Xi, Nan Yi otomotis tersenyum karna Qing He adalah dia. Tapi, tentu saja Nan Yi nggak memberitahukannya pada Tong Xi. Tong Xi juga bilang paling menyukai Qing He di dunia ini. Dan juga, dia berbicara setiap hari dengan Qing He.

“Qing He berbicara padamu?” kaget Nan Yi, karena dia nggak pernah melakukannya.

“Kenapa? Mengirim pesan secara sepihak tidak termasuk berbicara? Lagipula, bisa jadi Dewa Qing He sudah membaca setiap pesanku dengan teliti. Dia hanya tidak membalas saja.”

Nan Yi sudah cukup mendengar cerita Tong Xi dan memintanya untuk menjauh saja, biar fokus menggambar. 


Tidak butuh waktu lama bagi Nan Yi untuk menyelesaikan gambarnya. Begitu selesai, Tong Xi berseru penuh kekaguman.


Mereka akhirnya bisa pulang juga. Sambil jalan, Tong Xi menannyakan pendapat Nanyi, apakah majalah dinding mereka bisa menang besok? Nan Yi merasa kalau ada kemungkinan. Soalnya, baru kali ini ada yang menggambar menggunakan cat papan. 


Tong Xi kemudian memuji kemamuan menggambar Nan Yi. Apa dia nggak ada niat masuk ke Universitas seni? Tapi, untuk masuk universitas seperti itu, biasanya perlu ikut ujian khusus. Tong Xi mengira kalau nilai Nan Yi itu rendah, tidak di sangka, nilai akademik Nan Yi lebih dari 500-an. Dengan nilai begitu, Nan Yi bisa masuk ke universitas mana saja.

--



Akhirnya, hari penilaian majalah dinding! 

Pemandangan yang digambar oleh Nan Yi adalah pemandangan laut. Dan dengan penuh kebanggaan, Tong Xi menjelaskan mengenai tema gambar dan maknanya kepada para penilai. 

“Temanya adalah alami, santai, ramah lingkungan. Demi menunjukkan konsep ramah lingkungan, kami memakai cat papan untuk mengganti kapur. Mudah dihapus, bebas dari debu kapur. Hasilnya juga lebih baik. Kita pindahkan pemandangan indah kota Xi Han ke dalam kelas. Murid yang sudah lelah belajar, bisa melihatnya begitu menoleh. Pegunungan, burung-burung, dan daun pohon yang melayang, juga mengingatkan para murid untuk melindungi lingkungan kehidupan kita,” jelas Tong Xi.



Penjelasannya itu mendapat tepuk tangan meriah dari semua siswa, kecuali Ke Er (beneran aneh). Nan Yi yang sedari tadi mendengarkan dengan fokus, tersenyum simpul. Soalnya penjelasan Tong Xi ada yang salah. Dia nggak menggambar daun pohon melayang melainkan daun mint. 


Masalah majalah dinding sudah usai, dan kini saatnya Tong Xi mengucapkan terimakasih dengan benar pada Nan Yi. Eit, tidak semudah itu, Nan Yi butuh balasan bukan hanya sekedar ucapan terimakasih. Dia mau Tong Xi menjadi bawahannya, tentu saja, dalam lingkup yang masuk akal, Tong Xi harus menuruti perintah. Kalau tidak, dia tinggal memberitahu semua orang kalau dia yang menggambar papan tersebut. Setelah tawar menawar yang sengit dari menjadi bawahan selama setengah tahun, akhirnya mereka mencapai kesepakatan : selama 1 minggu, Tong Xi menjadi pesuruh Nan Yi. 


Sepertinya, Dalanxiang sudah menjadi tempat nongkrong resmi bagi Tao Zhu, Yi Ming, Tong Xi dan Nan Yi. Mereka berkumpul untuk sekaligus merayakan terpilihnya majalah dinding kelas mereka menjadi juara pertama. Yi Ming sangat kagum dengan kesempurnaan Tong Xi. 


Tapi, selama mereka berbincang, Tao Zhu kelihatan murung. Tong Xi jelas khawatir dan mau tahu apa yang terjadi. Dasar nggak peka, Yi Ming malah sambil tertawa menceritakan kalau kemarin Tao Zhu memberikan hadiah cumi-cumi panggang untuk Xu Ao. Mi Ya yang mendengar saja kesal pada kelakuan Yi Ming dan segera memerintahkan Yi Ming dengan Nan Yi untuk membantunya memindahkan barang.


Setelah Yi Ming pergi, Tao Zhu baru menangis dan menanyakan pendapat Tong Xi mengenainya. Tao Zhu merasa sangat minder. Menganggap diri sendiri tidak cantik, prestasi jelek, bodoh dan memberikan hadiah aneh di saat ulang tahun Xu Ao. Tao Zhu mulai berandai-andai kalau dia berharap bisa menjadi seperti Tong Xi agar Xu Ao bisa sedikit memperhatikannya. Tong Xi nggak tega dan ingin memberitahu kalau dia sebenarnya nggak sesempurna yang di tunjukkannya. Tapi, pada akhirnya, dia mengurungkan niatnya.


Mi Ya hanya berpura-pura meminta bantuan Yi Ming dan Nan Yi, padahal tujuannya untuk memarahi Yi Ming. Keduanya menyebut Yi Ming sangat bodoh hari ini. Tapi, semua juga sudah terlanjur. Dia juga udah mau tutup toko dan mereka sebaiknya mengantarkan gadis-gadis itu pulang. Ah, sebelum Nan Yi pulang, Mi Ya memberikan sebuah kantong. Tadi Ibu Nanyi datang dan menitipkan itu.


Yi Ming beneran merasa bersalah dan sepanjang jalan pulang, terus saja membahas masalah cumi-cumi itu. Padahal, Tao Zhu udah nggak mau membahasnya lagi, tapi Yi Ming terus saja nyerocos. Tao Zhu beneran marah dan menyebutnya mulut besar! Dan lucunya, ternyata mereka tetanggaan. Mereka tinggal di apartemen yang pintunya berseberangan.



Isi kantong yang dititipkan Ibu Nanyi adalah sebuah kotak bekal dan sebuah surat. Nan Yi tidak membaca sama sekali surat itu dan hanya menyimpannya di dalam laci meja. Di laci meja itu sudah ada banyak sekali surat serupa yang belum dibuka sama sekali. Entah apa yang terjadi pada keluarga Nan Yi hingga Nan Yi tinggal seorang diri. 

--


Sesuai kesepakatan, Nan Yi mulai memanfaatkan Tong Xi. Dia nggak memberikan perintah secara langsung, melainkan pakai kode. Contohnya, dia mengeluh haus dan ingin minum cola dingin. Tong Xi yah tahu itu perintah untuknya, makanya dia langsung ke kantin untuk membelikan cola dingin. Agar nggak terlalu kentara kalau dia melakukan perintah Nan Yi, Tong Xi sengaja membeli 4 cola untuk Nan Yi, Yi Ming, Tao Zhu dan dirinya sendiri.


Yi Ming walaupun bermulut besar tapi dia tipe orang yang perhatian. Buktinya, dia membelikan Tao Zhu salep luka bakar. Dia bahkan sengaja membeli salep yang dingin dan harum. 


Nan Yi beneran ingin mempermainkan Tong Xi. Dia sok lemah dan tidak sanggup membuka cola sendiri. Dengan menahan kesal, Tong Xi membuka colanya dan memberikannya untuk Nan Yi. Yi Ming malah salah paham mengira tubuh Nan Yi lemah. Nan Yi tersinggung dong dan akhirnya membuka colanya sendiri, kemudian memberikannya pada Tong Xi.


Cara Nan Yi memberikan cola dengan menyodorkannya ke telinga Tong Xi. Karena dingin, Tong Xi refleks menampik cola dan akhirnya cola yang tutupnya terbuka itu jatuh ke baju Nan Yi.


Ujung-ujungnya, Tong Xi yang harus mencuci baju Nan Yi. Biar ibunya nggak nanya kenapa dia membawa pulang baju olahraga, Tong Xi harus mencucinya diam-diam di kamar mandi.


Nan Yi sekarang lagi kebingungan memikirkan ide cerita baru untuk komiknya. Managernya, Jia Jia, sudah berulang kali menelpon untuk menanyakan perkembangan. Nan Yi sampai lelah dan bilang sama Jia Jia kalau dia akan menelponnya secepatnya setelah menemukan ide. 






Sebenarnya juga, Nan Yi merasa jauh lebih bahagia setelah bertemu Tong Xi lagi. Hidupnya jadi terasa lebih berwarna. Dia juga jadi kepo mengenai pesan yang sering Tong Xi kirimkan pada Qing He, dirinya. Makanya, dia membuka medsosnya untuk membaca pesan yang dikirimkan tiap hari oleh seseorang. Tapi, apa itu Tong Xi? Rasanya tidak mungkin pesan itu dikirim Tong Xi karena terlalu puitis.  


Saat sampai di sekolah, yang pertama kali Tong Xi lakukan adalah diam-diam memasukan baju olahraga Nan Yi yang sudah dicucinya di laci meja.


Tao Zhu yang melihat itu, mulai bertanya serius. Dia ingin tahu apakah ada yang terjadi antara Tong Xi dengan Nan Yi karena mereka kelihatan akrab hari-hari ini. Tong Xi jelas bingung dengan pertanyaan itu karna dia dan Nan Yi hanya teman. Mereka terlihat akrab mungkin karena mereka teman semasa kecil. 


“Ah, untunglah. Menurutku, lebih baik jangan terlalu dekat dengannya. Jaga jarak sedikit. Jika tidak, aku takut seseorang akan menjadikanmu sebagagi fokus utama,” peringati Tao Zhu

“Seseorang? Fokus utama? Aku?”


Pertanyaan itu terjawab ketika siswa-i di koridor heboh menyambut ketua kelas yang akhirnya kembali, Xiao Wan.

--


Epilog,

Tong Xi menelpon seseorang bernam Hu Ting dan memintanya untuk merawat baik-baik daun mint-nya karena daun mint itu sudah lama menemaninya.



Post a Comment

Previous Post Next Post