Original Network : NTV
Kasai Riko : “Habis dusta, terbitlah cinta”, aku tak percaya itu.
Kamoshita Junnosuke : “Habis dusta, terbitlah cinta”, itu
terkadang ada.
Riko : “Seseorang menciptakan
dusta. Kalau memang ada sesuatu yang diinginkan, mereka berdusta lebih sering.
Dusta membuat bahagia, dusta membuat menangis. Terkadang menipu. Terkadang
pura- pura tertipu. Dan seseorang jatuh cinta.
Tapi aku benci yang begitu. Karena
dusta melukai seseorang. Karena itu, aku percaya bahwa terdapat cinta sejati
tanpa dusta dan kepalsuan.”
Riko diputuskan oleh pacarnya,
yang telah berpacaran selama 10 tahun dengannya, disaat tinggal 1 bulan lagi
menjelang pernikahan mereka. Jadi dari Aomori, dia pergi ke Shinjuku, tempat
sepupunya dan meminta bantuannya.
“Aku diduakan! Sudah tiga tahun
pula, sama cewek dari Sendai! Ucapannya cuma mengatakan hal manis seperti, ‘Aku
mencintaimu’, ‘Aku menyukaimu’, tapi semua dusta!” kata Riko, bercerita dengan
penuh emosi.
Karena alasan tersebutlah,
makanya Riko datang ke tempat sepupunya ini. Pertama, dia malu kalau tetap
tinggal di kampung. Kedua, dia ingin balas dendam, jadi dia ingin bisa
mendapatkan pria dari kota besar Tokyo ini. Ketiga, dia ingin menemukan cinta
sejati tanpa dusta dan kepalsuan. Jadi dia memohon bantuan sepupunya, Shinohara
Yuri, untuk membantunya dan mengajarkan kebijaksanaan, cara menemukan cowok
yang baik di kota besar Tokyo ini.
“Kalau ‘gitu, mau coba menggoda?”
tanya Yuri. Dan Riko merasa heran, apa maksudnya itu. “Eh, kamu enggak tahu?
Sekarang tren menggoda lagi ramai sekali di Tokyo,” jelasnya.
“Eh, tapi apa itu aman? Kalau aku
dibohongi atau ditipu kayak begini lagi, aku enggak akan bisa jatuh cinta
selamanya,” balas Riko, tidak mau.
“Kalau ‘gitu, hentikan. Hentikan
dan pulang ke Aomori!”
“Eh, kenapa? Kumohon. Ajarkan aku
menggoda,” pinta Riko, akhirnya memilih mau.
Pertama, Yuri memilihkan pakaian
untuk Riko. Dan melihat- lihat pakaian cantik milik Yuri, Riko merasa sangat
senang sekali.
Yuri : Kunci untuk menggoda cowok atau cewek adalah
kebersihan. Eksposurnya harus efektif. Tapi jangan yang murah juga.
Kedua, Yuri membawa Riko
mengunjungi bar malam. Dan beberapa pria disana terpesona melihat mereka
berdua.
Yuri : Ekspresimu kaku! Goda- menggoda sudah dimulai. Jadi
anggaplah kalau kamu lagi dilihatin. Jangan menunggu untuk disapa. Buat mereka
menyapamu.
Disisi lain. Ada Izumi Haruhiko
dan Kamoshita Junnosuke. Haruhiko menjelaskan caranya ‘menggoda’, langkah
pertama adalah menyapa. Tapi Junnosuke tidak mau menyapa duluan. Sebab dia
adalah lulusan Universitas New York dengan gelar MBA, kerja di perusahaan
perdagangan besar dengan gaji tahunan lebih dari 10 juta yen. Jadi secara
spesifikasinya, dia percaya diri wanita pasti akan menghampirinya duluan.
“Itu sebabnya Anda akan selalu sendiri sampai
kapan pun,” komentar Haruhiko.
“Masalahnya hanya tak ada wanita
berspesifikasi tinggi yang sepadan denganku,” balas
Junnosuke. “Jadi buruan, kau saja yang menyapanya.”
Haruhiko
melanjutkan pengajarannya. Rahasia menggoda itu adalah sekali tembak, mati.
Pertama, lakukan kontak mata. Haruhiko mengajarkan hal itu kepada Junnosuke
sambil memperhatikan ke sekitar. Dan Junnosuke pun mengikuti arahannya.
Yuri
menyadari ada yang menatap ke arah mereka, dan dia memberitahu Riko. Dan Riko
langsung melihat ke arah Haruhiko serta Junnosuke sambil tersenyum. Melihat
itu, Yuri langsung menghentikan Riko.
“Jangan
melirik!” kata Yuri, memperingatkan. “Dengar? Sekalipun dia tipemu, jangan
langsung terima. Kalau dianggap wanita murahan, artinya kalah,” jelasnya.
Mendengar
itu, Riko menganggukkan kepalanya secara pelan dan juga bertepuk tangan pelan
karena kagum terhadapa Yuri.
“Semuanya
tak ingin dianggap dirinya murahan. Semakin baik wanita, semakin sulit didekati,”
kata Haruhiko, menjelaskan. “Karena itu, kita beri wanita itu alasan untuk
minum bersama,” jelasnya sambil mengedipkan mata.
“Alasan?”
gumam Juunosuke, bingung.
Haruhiko
kemudian maju mendekati Riko dan Yuri untuk memberikan contoh kepada Juunosuke.
Menyadari itu, Riko merasa bersemangat dan menyenggol bahu Yuri sedikit.
Pertama,
Haruhiko meminta waktu Riko dan Yuri selama tiga menit saja. Kedua, dia
memberitahu kalau Juunosuke adalah seniornya dan Junnosuke terus memitanya
untuk menyapa mereka berdua, jadi dia ke sini. Ketiga, dia mengajak mereka
untuk minum bersama selama 10 menit. Mendengar itu, Riko merasa terkejut, dari
3 menit menjadi 10 menit dan dia menatap Yuri untuk meminta penjelasan. Dan
Yuri berpendapat kalau Haruhiko pasti sudah ahli.
Riko
: Ba- bagaimana ini?
“Eh.
Tapi ya, hari ini kami tujuannya cuma minum berdua saja,” kata Yuri, menolak
ajakkan minum bersama Haruhiko. Dan Riko menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Namun Yuri sengaja mengabaikannya.
Yuri : Buat dia mengejarmu. Kalau
dengan ini dia menyerah, dia hanya pria biasa.
Mendengar
penolakkan dari Yuri, Haruhiko melirik ke arah Juunosuke. Dan Juunosuke
menatapnya dengan khawatir.
Haruhiko
: Tangguh adalah bukti kepercayaan diri. Ini kualitas mantap.
Juunosuke
: Kau baik- baik saja?
“Andai
kalian tak suka dengannya, sentuh rambut kalian seperti ini. Setelah itu, aku
akan bertanggung jawab, dan mundur dengan teratur,” jelas Haruhiko dengan sikap
sopan.
“Eh.
Kelihatannya hebat!” puji Yuri sambil tersenyum.
Yuri : Teknik canggih untuk membuat
para wanita merasa aman dan menjadikan minum sebagai permainan.
Haruhiko
menatap ke arah Juunosuke sambil tersenyum penuh percaya diri.
Haruhiko
: Ini berhasil. Satu dorongan terakhir.
“Senior,
kalau tingkahmu kayak Buddha begitu, mereka pada takut, ya,” kata Haruhiko,
berpura- pura mengkritik Juunosuke. “Begitu- begitu, dia bekerja di Perusahaan
Mutsubishi,” jelasnya secara sengaja.
Yuri : Lulus
“Karena
aku kasihan kalau dimarahi, tak masalah kalau cuma sepuluh menit,” kata Yuri
sambil tersenyum, menerima ajakkan minum bersama Haruhiko. Dan Riko
menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.
Setelah
‘menggoda’ berhasil, Haruhiko melambaikan tangannya kepada Juunosuke. Dan
Juunosuke pun langsung maju mendekati mereka semua. Lalu Riko menyapa Juunosuke
duluan. Dan dengan kaku, Juunosuke membalas sapaannya.
Sementara
Yuri dan Haruhiko, mereka berdua tetap bersikap biasa saja.
Yuri
dan Haruhiko termaksud orang- orang yang pandai bersosialisasi. Jadi baru
mengobrol sebentar saja, mereka sudah cepat akrab.
Sedangkan
Riko dan Juunosuke adalah sebaliknya. Jadi saat mereka baru mengobrol sebentar
saja, mereka sudah saling berdiaman dengan canggung.
Disaat
suasana terasa sangat canggung, Riko berniat mencari Yuri, tapi ternyata Yuri
malah pergi bersama Haruhiko. Dan mengetahui itu, Riko merasa tidak menyangka
bisa secepat itu Yuri akrab dengan Haruhiko. Sedangkan Juunosuke, dengan kesal
dia menggerutu, sebab Haruhiko yang mengajak nya ke sini, tapi Haruhiko malah
meninggalkannya.
“Hah?!
Apa- apaan itu?!” tanya Riko dengan suara agak keras, mendengar gerutuan
Juunosuke.
“Coba
atasi logatmu itu. Kesannya membuat jantungku berdebar,” balas Juunosuke.
“Memang
aku bicara dengan logat?!” tanya Riko, tidak sadar.
“Benar-
benar berlogat itu. Itu menggangguku,” balas Juunosuke. “Kalau dirimu jauh-
jauh datang dari desa buat menggaet pria,” keluhnya.
“Kamu
sendiri juga menggaet wanita, ‘kan? Yah, dari penampilanmu, kelihatannya enggak
populer sama sekali!” ejek Riko, merasa kesal.
Akhirnya
hubungan singkat Riko dan Haruhiko berakhir dengan bertengkaran. Lalu Riko pun
berniat untuk pulang saja.
Disaat
Riko berniat pergi, dia bertemu dengan seorang pria tampan yang datang dan
menyapanya, lalu mengajaknya untuk minum bersama. Dengan senang hati, Riko
menerima ajakan pria tersebut untuk minum bersama.
Pria
tersebut sangat menyenangkan, lembut, dan
tampan. Jadi Riko merasa nyaman dan senang sekali saat mengobrol
dengannya, bahkan dia sampai tertawa dengan keras.
Dari
jauh, Juunosuke memperhatikan itu sambil mendengus. “Dia terbawa suasana,”
gumam nya sambil terus minum- minum sendirian.
Saat
Riko pamit pergi ke kamar mandi sebentar, Pria tersebut menaruh sesuatu ke
dalam gelas minuman Riko. Dan Juunosuke kebetulan melihat itu.
Ketika
Riko kembali dari kamar mandi, dia bersulang dengan Pria tersebut dan ingin
meminum minumannya. Tapi Juunosuke langsung menghentikannya.
“Kamu
menaruh obat di gelas, ‘kan?” tanya Juunosuke secara langsung kepada Pria
tersebut. Dan Riko merasa terkejut sekali.
“Ini
obat sakit perut,” kata Pria tersebut, menjelaskan. Dan Juunosuke tidak
percaya, jadi dia memeriksa obat yang Pria tersebut taruh. Dan ternyata, benar.
Untungnya,
Pria tersebut cukup baik. Dia hanya ingin Juunosuke untuk meminta maaf padanya.
Tapi Juunosuke menolak. Lalu dia memegang bahu Juunosuke dan mengoyang-
goyangkan nya dengan pelan. “Apa maksudmu ‘enggak’? Cepat minta maaf,” katanya
sambil tersenyum ramah.
Disaat
itu, tiba- tiba Juunosuke merasa mual dan langsung muntah.
Saat
Juunosuke terbangun, bar sudah sepi dan hanya tinggal Riko saja yang tertidur
di meja dan menunggunya. Melihat itu, Juunosuke merasa sedikit tersentuh. Lalu
tiba- tiba Riko terbangun, dan Juunosuke pun langsung berdiri. Tapi saat
berdiri, dia merasa sangat tidak nyaman. Dan Riko menyarankannya untuk lebih baik
jangan tiba- tiba berdiri. Lalu dia memberikan sapu tangannya.
“Terima
kasih karena mencoba menolongku,” kata Riko dengan tulus.
“Kenapa
berlagak keren? Sok- sokan enggak pakai logat,” balas Juunosuke sambil
tersenyum.
“Sudah kubilang, aku enggak pakai logat,” balas Riko sambil tertawa. Lalu dia pamit dan pergi. Namun sebelum pergi, dia menasehati supaya Juunosuke jangan terlalu sering bilang tentang spesifikasi saat mencari wanita, karena kesannya jadi tampak kompleks.
Mendengar
nasihat itu, Juunosuke diam. Lalu dia menatap sapu tangan yang Riko berikan
kepadanya.
Keesokan
paginya. Saat bangun, Haruhiko langsung buru- buru berpakaian, karena dia ada
shift pagi. Ternyata Haruhiko tidak bekerja di perusahaan dagang, yang bekerja
disana adalah Juunosuke saja. Senior yang dimaksudnya, bukan Senior tempat
kerja, tapi Senior dalam kehidupan. Pekerjaan Haruhiko yang sebenarnya adalah
pekerja sambilan dicafe. Dan dia mengundang Yuri untuk lain kali datang ke
cafenya, dan dia akan belikan Yuri secangkir kopi. Tapi Yuri menolak.
Ketika
mengetahui pekerjaan Haruhiko yang sesungguhnya, Yuri langsung hilang
ketertarikan dengannya. Dengan cepat, dia memakai pakaiannya, lalu pergi.
Yuri
dan Riko makan malam bersama. Pertama, Yuri menceritakan tentang pekerjaan nya.
Lalu dengan bersemangat, Yuri bercerita bahwa dia ingin mendapatkan pria
berspesifikasi tinggi dan makan malam susyi cepat di Ginza. Dan Riko setuju
dengannya, dia juga pengin makan susyi di Ginza, bukan karage lagi.
Yuri : Tapi kesempatan kedua tidak
datang. Gelembung penggodaan telah meletus. Karena saking banyaknya orang
bernafsu tinggi berkumpul di tempat penggodaan, hasilnya tempat itu malah
kacau.
Lalu ‘penggodaan’ sebagai cara
terampuh menggaet pasangan pun kehilangan daya tariknya.
Haruhiko
: Lalu, kencan di aplikasi. Akhirnya tiba era memulai cinta dengan jarak jauh.
Cara bertemuu pasangan pun berganti ke aplikasi perjodohan. Dan pasangan yang
terhubung secara daring pun bertambah.
Haruhiko
mengajak Juunosuke untuk ikut kencan online. Karena bulan depan Juunosuke akan
pergi ke Singapura untuk memulai bisnis sendirian disana. Jadi menurutnya,
Juunosuke harus mencari pasangan yang dapat mendukung. Namun Juunosuke merasa
ragu untuk ikut, karena dia khawatir pesonanya tidak bisa tersampaikan secara
jarak jauh. Dan Haruhiko merasa geli mendengar itu, sebab selama setengah tahun
ini, pesona Juunosuke sama sekali tidak ada tersampaikan ke siapapun. Lalu dia
menebak, apakah mungkin ada orang lain yang Juunosuke sukain.
Mendengar
pertanyaan itu, Juunosuke menatap sapu tangan yang Riko berikan. “Tak ada. Mana
mungkin ada, ‘kan?” sangkalnya, seperti menyakinkan diri sendiri.
“Kalau
‘gitu, bergabunglah. Aku juga sudah bilang ke manajer penyelenggara kalau Anda
ikut,” ajak Haruhiko.
“Baiklah,”
kata Juunosuke, setuju.
Kencan
online mengadakan acara. Jadi mereka akan memainkan game secara jarak jauh,
nama gamenya ‘manusia serigala’. Mengungkap serigala yang berbaur dengan warga
desa. Ini adalah pertempuran psikologis menipu dan ditipu.
“Pastikan
ikut, ya. Pasti Anda ketemu dengan orang yang ditakdirkan,” kata Haruhiko
dengan bersemangat.
Hari
acara. Juunosuke berpakaian dan berdandan dengan rapi, lalu dia memegang
laptopnya dan mencari- cari posisi mana yang pemandangan nya paling bagus.
Setelah ok, dia menyalakan aplikasi Zoomer. Dan disana, sudah ada dua orang
yang bergabung, pertama Haruhiko dan kedua Tadokoro. Sedangkan dua tamu wanita,
belum ada yang online.
Yuri
dan Riko online secara bersamaan ke dalam aplikasi Zoomer. Dan saat mereka
berdua melihat Haruhiko dan Juunosuke, mereka berdua sama- sama terkejut.
Begitu juga sebaliknya.
“Keren!
Ini takdir, loh!” seru Haruhiko.
“Parah
banget…” keluh Yuri.
“Sempitnya
Tokyo,” keluh Riko, tidak menyangka.
Permainan
game, berjalan sangat menarik. Juunosuke mendapatkan kartu Serigala, tapi dia
berhohong bahwa dia mendapatkan kartu peramal. Dan Riko yang mendapatkan kartu
peramal jadi langsung mengetahui kalau Juunosuke berbohong. Lalu mereka berdua
pun mulai saling berdebat.
Kemudian
Juunosuke mulai mengirimkan pesan melalui chat pribadi kepada Riko. “Melihatmu
bergabung disini, apa itu artinya kamu tak berhasil menggaet pria dalam enam
bulan terakhir?”
“Itu
sama saja denganmu, ‘kan!” teriak Riko, tanpa sadar. Dan saat tersadar, dia
merasa agak malu kepada semuanya. Dan Juunosuke menertawainya. Lalu Riko
membalas chat Juunosuke. “Palingan kau terus dicampakkan, ‘kan?”
Juunosuke
: “Apa yang kamu kesalkan? Temperamental takkan membuatmu populer.”
Membaca
itu, Riko merasa sangat greget sekali. Tapi kali ini dia tidak berteriak dan
langsung membalas melalui chat pribadi.
Yuri
dengan jujur mengatakan kalau dia adalah warga desa asli. Dan Haruhiko tidak
percaya. “Aku orang yang jujur, beda denganmu,” sindir Yuri.
“Tunggu,
Yuri-chan. Percayalah padaku!” balas Haruhiko. Lalu dia mengirimkan pesan di
chat pribadi kepada Yuri. “Kubilang maaf. Aku tak bermaksud menipumu. Lain kali,
bisa ketemu lagi? Hei, kamu dengar?”
Yuri
mengabaikan chat dari Haruhiko, dan memilih untuk mengirimkan chat pribadi
kepada Tadokoro. “Apa bisa bertemu lain kali? Ada
yang mau ku konsultasikan soal karierku.”
Membaca
pesan Yuri itu, Tadokoro tersenyum. Dan Yuri juga balas tersenyum. Tapi
Haruhito sama sekali tidak menyadari ada yang aneh atau ‘sesuatu’.
Juunosuke
terus mengirimkan pesan di chat pribadi kepada Riko. Dia menanyai, apakah hari
Minggu besok, Riko ada waktu luang. Dan tanpa sadar, Riko membaca pesan itu
secara keras. Lalu saat tersadar, Riko tertawa dengan canggung kepada semuanya.
Sedangkan Juunosuke terdiam dan ekspresinya menjadi kaku seperti patung, karena
takut ketahuan sama yang lain.
Juunosuke
: “Memangnya kamu tak punya kemampuan berpikir? Suaramu kedengaran, loh.”
Riko
: ”Tenang saja.”
Juunosuke
: “Aku mengajakmu. Hari Minggu, apa kau luang?”
“Eh!”
seru Riko, tanpa sadar lagi. Dan saat tersadar, dia langsung berpura- pura
melucu. “Belakangan ini aku kecanduan meniru Masuo-san,” jelasnya sambil
tertawa dengan kaku.
“Oh,
menirukan seseorang, ya,” respon Haruhiko.
Juunosuke
: “Nanti kuizinkan makan yang kamu suka, deh.”
“Eh?!” seru Riko, tanpa sadar, lagi dan lagi. “Ah… aku berlatih lagi,” jelasnya kepada semuanya sambil memegang wajahnya dengan malu.