Sinopsis J- Dorama Special : Uso Kara Hajimaru Koi (2021) Part 2

 


Original Network : NTV

Hari minggu. Riko senang sekali, saat Juunosuke membawanya ke restoran susyi di Ginza yang memiliki gelar Michelin. Dan disana, dia bersikap agak kampungan, apalagi saat makan. Melihat itu, Juunosuke sama sekali merasa tidak masalah, malahan dia merasa kalau Riko sangat lucu, jadi dia terus tersenyum padanya. Tapi chef disana malah mengkritik cara makan Riko.

“Begini, loh. Kalau kecap asinnya kebanyakan, nanti rasanya tersamarkan,” kata Chef, menjelaskan. Dan Riko meminta maaf. “Belakangan ini, ada banyak orang yang kemari cuma pengin lihat- lihat, tapi enggak tahu cara makannya. Kedai kami bukan kedai yang seperti itu,” kritiknya. Dan Riko mendengarkan itu dengan serius.

“Sini saya bayar,” keluh Juunosuke. “Apa salahnya memakan makanan favorit dengan cara yang kita suka? Kualitas kedai, semakin rendah, kalau suka pilih- pilih pelanggan,” kritiknya. Lalu dia mengajak Riko untuk pergi saja.

Dibar. Riko dan Juunosuke minum- minum bersama. Lalu saat mulai agak mabuk, Riko bercerita kepada Juunosuke bahwa sepertinya dia memang mustahil menjadi wanita kota. Kemudian dia menceritakan tentang mantan pacarnya yang mencampakkan nya tepat sebelum pernikahan, dan disaat itu dia baru tahu kalau ternyata dia sudah diduakan selama 3 tahun, makanya dia ke Tokyo untuk menemukan pria baik dan balas dendam kepada mantannya. Tapi sayangnya, dia malah tak dianggap oleh siapapun. Karena hal inilah dia heran, kenapa Juunosuke mengajaknya untuk makan bersama, kepadahal dia hanya wanit biasa dan berspesifikasi rendah.


Mendengar itu, Juunosuke mengembalikan sapu tangan yang pernah Riko berikan. “Jangan bilang spesifikasi rendah. Kan kamu yang bilang sendiri, kalau namanya spesifikasi itu agak kompleks,” hiburnya.

“Maaf, aku pada waktu itu…” kata Riko, merasa bersalah.



“Aku asalnya dari Akita. Saat baru ke Tokyo, banyak yang menertawakanku. Sesuai katamu, itulah yang disebut kompleks. Makanya aku berdusta kalau asalku dari Tokyo,” kata Juunosuke dengan jujur dan agak malu- malu.

“Jahat! Lagi- lagi ada yang berdusta padaku,” keluh Riko dengan keras. “Aku telah memutuskan untuk tak terlibat sama pedusta!” tegasnya.

“Maaf, aku salah,” kata Juunosuke, merasa bersalah.

“Tapi! Aku memaafkanmu  kali ini, sebagai tetangga,” kata Riko sambil tersenyum dan tertawa dengan keras. Dan Juunosuke ikut tertawa juga.

Ketika sedang dijalan, Yuri tiba- tiba mendapatkan sebuah pesan yang mengejutkannya.

Direstoran. Yuri bercerita kepada Riko bahwa dia berhenti dari pekerjaannya. Namun dia tidak cemas, karena dia telah punya banyak koneksi yang didapatnya saat digoda dan diajak pesta. Melihat betapa percaya dirinya Yuri, maka Riko tidak khawatir.



“Kamu sendiri ‘gimana, Riko-chan? Kamu ketemu sama orang aneh itu, ‘kan?” tanya Yuri, ingin tahu.

“Mau dengar curhatku?” tanya Riko, merasa tersentuh.

Setelah Riko selesai bercerita, Yuri merasa agak terkejut, karena saat Riko dan Juunosuke berkencan, mereka berdua tidak ada ciuman ataupun bahkan bergadengan tangan sama sekali. Dan dengan bersemangat, Riko menceritakan bahwa Juunosuke ada mengajaknya ke apatermen nya lain kali.

“Kalau kamu serius sama si aneh itu, sebelum kalian bersetubuh, harus dapat kata- kata dulu darinya,” kata Yuri, menasehati dengan serius. “Buat dia menyatakan cinta padamu.”

“Gimana caranya?” tanya Riko dengan polos.


Hari Riko berkunjung. Juunosuke memasak banyak hidangan mewah untuk Riko, dan Riko sangat menikmatinya. Suasana berjalan sangat baik. Kemudian saat Riko ingin mengambil sampanye, dia dan Juunosuke tidak sengaja saling bersentuhan tangan. Lalu suasana pun menjadi agak canggung.




Disaat itu, Riko teringat saran dari Yuri. “Cara paling efektif itu adalah sentuhan tubuh secara alamiah. Langkah pertama menuju kata- kata.”

“Akan kudapatkan kata- katanya!” gumam Riko, bertekad kuat.


Yuri dan Tadokoro berjanjian untuk bertemu.


Selesai makan, Juunosuke dan Riko duduk bersantai sambil mendengarkan suara alunan lagu lembut. Dengan bangga, Juunosuke menjelaskan bahwa inilah yang disebutnya sebagai audio berspesifikasi tinggi. Tapi Riko merasa sangat bosan, karena sudah 1 jam berlalu, tapi sedari tadi tidak ada kemajuan sama sekali. Kemudian dia mulai memikirkan hal- hal nakal sambil tersenyum penuh semangat.


Riko : Gawat, nih. Ini mah sebelum kata- katanya kuterima, bukannya mengarah ke persetubuhan duluan? Mungkin itu juga enggak masalah kali, ya? Enggak bisa begitu, aku harus mendapat kata- katanya.

Riko kemudian mulai memuji- muji Juunosuke. Dan Juunosuke merasa agak aneh, “Kamu kenapa tiba- tiba begini?” tanyanya.



Langkah kedua dari Yuri. “Pokoknya, kamu puji dia, kalau dia senang dipuji, dia akan berpikir kalau pacaran sama cewek ini pasti asyik.”

“Kamu paham banyak hal, ‘kan? Paham klasik juga. Makanya, kalau aku bersamamu, kesannya kubisa tambah pintar,” kata Riko sambil tersenyum manis.

“Kamu…” kata Juunosuke sambil menatap Riko. Dan Riko berdebar- debar penuh harapan. Tapi sayangnya, harapannya harus sirna. “… maniak belajar, ya. Aku salah menilaimu. Oke kuganti penguat daya audio, dan nikmati perubahan melodinya. Tunggu, ya,” kata Juunosuke dengan bersemangat dan sambil tertawa.


Riko merasa panik, karena ini tidak sama seperti yang dipikirkannya. Jadi dia langsung menghentikan Juunosuke dan menjelaskan bahwa yang dia maksud bukanlah musik. Disaat itu, tanpa sengaja, mereka berdua saling bertabrakan. Dan minuman yang Riko pegang, tumpah mengenai pakaian luarnya sendiri.

“Ah, aku minta maaf banget,” kata Juunosuke, merasa bersalah.

“Tidak apa,” balas Riko.

Kemudian Riko melepaskan pakaian luarnya. Dan tiba- tiba disaat itu sebuah pikiran nakal melintas dipikirannya. Lalu diam- diam dia jadi merasa bersemangat.

Riko : Ga-wat-nya. Boro- boro dapat kata- kata, ini mah kami lebih dekat dengan persetubuhan.

Disaat Riko masih tenggelam dalam khayalannya sendiri, Juunosuke datang mendekatinya untuk menanyai, apakah Riko baik- baik saja. Tapi itu membuat Riko terkejut, dan lalu tanpa sengaja dia terjatuh dan menekan remot di atas meja, sehingga lampu apatermen mati dan ruangan menjadi agak gelap. Kemudian dengan panik, Riko berdiri dan tidak sengaja bertabrakan dengan Juunosuke. Lalu mereka berduapun terjatuh di sofa.

“Berikanlah kata- katamu,” pinta Riko, tidak sabar lagi.

“Hah? Kata- kata?” gumam Juunosuke, bingung.

“Ada yang mau kamu katakan padaku, ‘kan?” desak Riko dengan serius. Dan Juunosuke diam. Lalu suara bel berbunyi, dan mereka berdua mengabaikan suara itu.


Tapi kemudian, suara bel berbunyi lagi. Jadi Juunosuke pun berdiri, menyalakan lampu, dan pergi untuk membukakan pintu. Dan Riko merasa sangat greget sekali, karena waktunya pas sekali.

Lalu disaat Juunosuke pergi, Riko tidak sengaja melihat bingkai foto yang ada didekat sofa. Melihat itu, dia merasa penasaran dan mengambilnya.



Ternyata yang barusan menyembunyikan bel hanyalah orang iseng saja. Lalu Juunosuke pun kembali ke ruang tamu.

“Kamu mau ke Singapura?” tanya Riko, menaruh bingkai foto yang di temukannya di meja. Lalu dia menatap Juunosuke dengan serius.

“Aku mau berbisnis di Singapura. Aku sudah berhenti bekerja, sebentar lagi aku pindah dari sini,” jawab Juunosuke dengan jujur.

“Kapan?”

“Minggu depan.”

Mengetahui hal tersebut, Riko merasa kecewa, karena Juunosuke tidak memberitahukan hal sepenting ini padanya, ini sama saja seperti Juunosuke berdusta padanya. Dan Juunosuke menjelaskan bahwa dia hanya lupa saja, lalu dia meminta maaf, dan meminta Riko untuk tenang.

“Pikirmu, aku akan panik? Tolong jangan salah paham! Aku sama sekali tak menganggapmu apa- apa!” kata Riko, main asal ceplas- ceplos, karena emosi.

“Berarti, kamu tak tertarik lagi pada pria yang berhenti kerja dan tak tahu ‘gimana ke depannya?” gumam Juunosuke, merasa terluka.

Riko merasa menyesal telah berbicara asal dan tanpa sengaja melukai Juunosuke. Tapi Juunosuke sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasannya. Lalu dia mengkritik bahwa ternyata Riko terpaku sama spesifikasi juga, dan dia jadi paham perasaan mantan Riko yang mencampakkan Riko. Ini semua karena Riko terlalu mempercayakan kebahagian Riko sendiri pada orang lain.

Mendengar kritikan itu, kali ini giliran Riko yang merasa terluka. Lalu mereka berakhir dengan bertengkaran, dan Riko pergi.


Disaat Haruhito sedang duduk di café, dia kebetulan melihat Yuri lewat mengejar Tadokoro. Dan dia merasa penasaran, ada apa.


“Aku ingin kamu beri tahu merek yang diluncurkan temanmu. Begini- begini, aku juga disebut pegawai karismatik. Pengikutku di IG ada 10.000! Cukup izinkanku bicara dengannya saja!” pinta Yuri sambil menghalangi jalan Tadokoro yang sama sekali tidak mau berhenti berjalan dan mengabaikannya.

“Hentikanlah. Mana mungkin bisa kukenalkan, ‘kan?” bentak Tadokoro. “Aku dengar semua dari Pemilik. Kamu dipecat karena penjualanmu buruk. ‘kan? Lalu kamu berbohong seolah dirimu yang berhenti bekerja. Congkak juga ada batasnya. Lagian, pengikuti IG mu banyak karena pengaruh dari toko, loh,” kritiknya, dengan agak menghina. Dan Yuri terdiam sedih. “Kalau kamu ingin dikenalkan, maka katakanlah itu lagi setelah pekerjaanmu sudah becus!”


Setelah mengatakan itu, Tadokoro berjalan pergi begitu saja. Dan dengan kesal, Yuri mengejarnya, lalu memukul- mukulnya. Dan Tadokoro berniat membalas memukulnya.

Tepat disaat itu, Haruhiko datang. Dia menahan tangan Tadokoro yang sudah terangkat untuk memukul Yuri. “Tindak kekerasan bisa kena hukuman penjara 2 tahun atau denda 300.000 yen! Intinya, bisa dipenjara atau didenda. Kalau sampai terluka, hukum pidananya akan lebih parah,” tegasnya.


“Apa- apaan kau ini? Padahal kau pekerja sambilan!” balas Tadokoro sambil dengan kuat menepis tangan Haruhito yang menahannya.

“Aku punya kualifikasi menjadi pengacara,” jelas Haruhiko. Dan Yuri merasa terkejut mengetahui itu. Lalu dengan ngeri, Tadokoro pergi.

Setelah Tadokoro pergi, Haruhito menjelaskan kepada Yuri bahwa dia lulus dari fakultas hukum, jadi dia memiliki kualifikasi, tapi dia belum pernah kerja sebagai pengacara. Tentang café, dia bekerja sambilan disana karena pengin.


“Aku enggak paham,” gumam Yuri. Dan Haruhito tersenyum. “Tadokoro-san benar. Semuanya dusta. Aku enggak punya karisma, dan enggak cocok jadi vendor. Meski berjuang, tapi ujung- ujungnya menghambat toko dan dipecat. Inilah sosok sejatiku. Yang hampa adalah aku,” katanya, bercerita dengan jujur.

“Tapi, kamu telah berjuang, ‘kan? Kurasa berjuang itu hal hebat,” puji Tadokoro. “Soalnya aku… aku tak punya sesuatu yang bisa kuperjuangkan.”


Yuri kemudian pergi. Dan Haruhito ingin mengejarnya. Tapi Yuri menyuruhnya untuk berhenti, karena dia tidak ingin dikasihani.


Yuri merapikan beberapa barangnya, karena dia berniat untuk menjual itu. Lalu disaat dia membuka koper, dia menemukan gaun buatannya dulu. Gaun itu sangat imut sekali.

“Wah, nostagialnya!” seru Yuri dengan senang. “Aku buat ini sebagai tugas pas di sekolah vokasional. Gaun yang wakut itu diapresiasi. Saat itulah, aku merasa impianku pun dimulai,” katanya, bercerita. “Gimana?”

“Iya, imut!” jawab Riko, memuji. Mendengar pujian itu, Yuri merasa sangat senang. Tapi kemudian dia terdiam.

Lalu tiba- tiba Riko mendapatkan surel dari mantannya.



Yuri datang ke café Haruhito. Disana dia memberitahu Haruhito bahwa dia mau berjuang lagi pada pakaiannya. Dan Haruhito mendukungnya, lalu dia mau mentraktir Yuri segelas kopi.

“Selama ini… aku kayak meminta pria berspesifikasi tinggi, untuk mengajakku ke dunia kalangan atas, ‘kan? Karena kukira itu jalan pintas. Makanya, aku berdustas sekuat tenaga untuk mencoba menarik perhatian orang,” kata Yuri, bercerita. Lalu dia tersenyum. “Ternyata, itu tidak berhasil. Makanya sekali lagi, aku akan berjuang lagi dari 0. Sekian,” jelasnya.

“Kayaknya, kamu semakin cantik saja, Yuri-chan,” puji Haruhito.


Disaat Juunosuke tahu kalau Riko mau bertemu dengan mantannya, dia tidak peduli. Lalu sebelum Haruhito selesai berbicara, dia mematikan telponnya.



Si Mantan bercerita kepada Riko bahwa dia ditipu oleh ceweknya. Dimulut bilang suka dan cinta, tapi ternyata ceweknya malah menduainya. Jadi pembahasan tentang nikah pun batal. Dan Riko menertawainya.

“Aku bodoh banget, ya,” keluh si Mantan. Dan Riko setuju sambil tertawa. “Mau pulang ke Aomori bareng?” tanya si Mantan dengan serius. “Aku takkan berdusta lagi. Pulang ke Aomori, mendirikan rumah, dan membesarkan anak. Meski sederhana, tapi aku akan berjuang membahagiakanmu. Makanya, ayo pulang ke Aomori bareng,” ajaknya.

Mendengar ajakan itu, Riko terdiam.


Juunosuke menatap apatermennya yang sekarang sudah kosong. Lalu dia menatap langit diluar jendela.


Riko menatap pesawat yang terbang tinggi di angkasa. Lalu si Mantan memanggilnya. “Ada apa? Nanti telat, loh.”

“Biar jadi penglihatan yang terakhir kali,” kata Riko, menjelaskan. Lalu dia mengikuti si Mantan yang membawa koper besar.

“Kamu enggan pergi?” goda si Mantan.

“Enggak begitu, kok,” sangkal Riko sambil tertawa. “Aku disebut berlogat, padahal enggak pakai logat. Bahkan aku diejek di kedai susyi, padahal disana enggak ada menu. Prianya banyak yang kepedean, bilang kalau dirinya berspesifikasi tinggi,” keluhnya.

“Cowok di Tokyo pada narsis, ya!” kata si Mantan. Dan Riko setuju sambil tertawa.

Lalu dengan cerewet, Riko mulai mengeluhkan lagi tentang cowok di Tokyo. Tanpa sadar semua yang dikeluhkan itu adalah tentang Juunosuke. Kemudian dia menjadi sedih sendiri.

“Maaf, aku berdusta. Aku berdusta pada perasaanku sendiri. Aku enggap bisa pulang bareng,” jelas Riko, saat menyadari perasaannya sendiri.

“Jangan- jangan, kamu punya gebetan di Tokyo?” tanya si Mantan, terkejut. Lalu dia marah. “Kenapa?! Bukannya kamu bilang di Tokyo itu parah? Bahkan kamu bilang pria Tokyo itu kepedean dan narsis!”

“Maaf, nanti antar barangku, ya. Dadah!” balas Riko. Lalu dia langsung berlari pergi.


Riko datang ke apatermen Juunosuke. Tapi sesampainya disana, dia diberitahu oleh Penjaga bahwa Juunosuke sudah pergi pagi ini. Dan mengetahui itu, dia merasa sangat sedih.

Riko : Aku berdusta. Padahal aku sangat benci berdusta, tapi aku melakukannya. Padahal aku telah tahu betul. Bahwa ‘habis dusta, terbitlah cinta’, itu tidak mungkin ada.


Ketika Riko merasa kecewa dan berniat perdi. Disaat itu, Juunosuke kembali dan berlari ke arahnya.

“Kenapa?” tanya Riko.

“Aku menyadari ada yang ketinggalan, jadi aku kembali,” jawab Juunosuke. “Maksudku itu kamu,” katanya, memperjelas.

“Eh!”


“Aku selama ini telah berdusta. Baik kota asalku, maupun perasaan sejatiku. Makanya, aku melukaimu. Maaf,” kata Juunosuke dengan bersungguh- sungguh sambil membungkuk. Lalu dia menatap Riko dan menyatakan cintanya. “Aku menyukaimu. Maukah kamu ikut bersamaku? Aku akan membahagiakanmu!”


“Maaf!” balas Riko sambil mengangkat tangannya. “Aku juga berdusta. Begini, loh. Baik sosokmu yang berusaha memasak meski tampak tak suka, maupun sosokmu yang tampak sangat antusias saat membahas musik. Kamu itu kikuk, dan tak pandai bicara. Dan kamu kepedean. Tapi! Sebenarnya, sisi baikmu dan semua tentangmu, aku suka! Aku juga menyukaimu, Juunosuke-san. Makanya… “ jelasnya. Lalu dia langsung memeluk Juunosuke dengan erat. “Aku tak mau dibahagiakan, tapi aku mau bahagia bersamamu!” tegasnya.





Mendengar itu, Juunosuke balas memeluk Riko dengan erat sambil tersenyum bahagia.

Kemudian mereka berdua saling bertatapan dan lalu berciuman. END.


Post a Comment

Previous Post Next Post