Sinopsis K- Movie : A Way Station (2021) part 2

 


Dalam perjalanan pulang, Ji Ah kebetulan bertemu dengan Sung Hyun yang baru saja menutup toko. Dan dengan wajah cemberut, dia berjalan melewati Sung Hyun.

“Kamu sudah makan malam?” tanya Sung Hyun, perhatian. Dan Ji Ah langsung berhenti serta berbalik, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan pelan.



Direstoran. Dengan mood yang lagi baik, Ji Ah sengaja menggoda Sung Hyun sedikit. “Apa kamu berkencan dengan seseorang?” tanyanya. Dan Sung Hyun diam. “Jawablah. Kamu punya pacar?” tanyanya lagi. Dan Sung Hyun mengiyakan. “Kamu bohong. Mau kencan denganku?” tanyanya. Dan Sung Hyun langsung tersedak dan terbatuk- batuk. Melihat reaksi lucu Sung Hyun, Ji Ah merasa senang. “Ayo berkencan,” ajaknya. “Seperti sebelumnya…”

“Kapan kita pernah menjadi pasangan? Kita hanya berteman,” balas Sung Hyun sambil meminum air untuk meredakan batuknya.


“Apa kamu mencium temanmu?” tanya Ji Ah dengan serius. Dan Sung Hyun kembali tersedak dan terbatuk- batuk lagi.

“Apa yang kamu katakan?” gumam Sung Hyun, gugup.

“Lalu kenapa kamu mengirimi kue itu? Kenapa kamu mengingat segala sesuatu tentangku?” tanya Ji Ah, menuntut jawaban.

“Ayo makan saja,” balas Sung Hyun.

“Apa aku baru saja ditolak?” tanya Ji Ah sambil cemberut. Lalu dengan sengaja, dia menaruh kacang polong yang Sung Hyun tidak sukai ke piringnya. Dan dengan kesal, Sung Hyun menyuruhnya berhenti. Dan Ji Ah berpura- pura bodoh.


Dirumah. Saat Ibu sedang makan malam, dia tiba- tiba mendapatkan telpon dari keponakannya, Dokter Eun Soo. 


Sung Hyun mengantar Ji Ah sampai dirumah. Lalu setelah itu, dia berbalik dan berjalan pergi. Melihat itu, Ji Ah diam selama sesaat, lalu dia memanggil Sung Hyun. Dan Sung Hyun pun berhenti dan berbalik ke arah nya.

“Maaf telah menggodamu untuk berkencan denganku,” kata Ji Ah.

“Tidak apa- apa… masuklah!” balas Sung Hyun. Lalu dia pergi.

Ketika Ji Ah pulang, Ibu mengajaknya untuk pergi bersama- sama ke rumah sakit. Dan Ji Ah sadar kalau Ibu pasti sudah tahu tentang penyakitnya, dan dia tidak ingin membuat Ibu khawatir, jadi dia mengatakan bahwa dia baik- baik saja. Namun Ibu tidak percaya.

“Bu, aku menjalani operasi dan kemo dua tahun lalu,” kata Ji Ah, mulai bercerita dengan jujur. “Itu berulang. Sekarang sudah menjalar keseluruh tubuhku, tidak ada gunanya jika aku menerima kemo,” jelasnya dengan tenang.


Mengetahui itu, Ibu merasa terkejut. “Sayangku,” katanya sambil menyentuh wajah Ji Ah. Dan Ji Ah mulai menangis. Lalu Ibu menarik dan memeluknya.

“Maafkan aku. Ibu, maaf,” kata Ji Ah. Dan lalu mereka berdua menangis bersama- sama sambil berpelukan.

Keesokan harinya. Ibu dan Ji Ah pergi ke rumah duka, mengunjungi Ayah yang sudah meninggal. Setelah Ji Ah menyapa Ayah dan menaruh bunga untuknya, dia pergi dan membiarkan Ibu untuk sendirian disana selama sesaat.

Saat Ji Ah sudah pergi, Ibu mulai berbicara kepada Ayah sambil menangis sedih. “Ambillah… atau berikan saja padaku… kanker Ji Ah, berikan saja padaku... tolong berikan saja padaku!” pintanya, memohon.

Ji Ah berdiri diluar gedung dan menikmati udara segar disana. Lalu dia menghela nafas sedih serta tidak berdaya.


Didalam bus. Dalam perjalanan pulang, Ibu menanyai, apa makan malam yang Ji Ah mau. Dan Ji Ah menjawab bahwa dia merasa dia tidak ingin makan. Mendengar itu, Ibu membujuk Ji Ah untuk tetap harus makan. Lalu dia menanyai, makanan apa yang Ji Ah mau, dan dia akan membuatkannya. Apapun yang ingin Ji Ah makan atau lakukan, dia akan melakukan apapun untuk Ji Ah.

“Apa ibu akan melakukannya?” tanya Ji Ah, memastikan. Dan Ibu mengiyakan. “Ah, aku ingin berkencan…” kata Ji Ah dengan keras. Dan Ibu merasa tertegun. Lalu Ji Ah tertawa. “Aku bercanda,” jelasnya.


Ji Ah kemudian bercerita kepada Ibu bahwa kemarin dia bertemu Sung Hyun dan dia mengajak Sung Hyun untuk berkencan, tapi Sung Hyun menolaknya mentah- mentah, kepadahal dulu Sung Hyun sangat menyukainya. Lebih tepatnya, dia yang lebih menyukai Sung Hyun.

“Itu karena kamu terlalu baik,” gerutu Ibu.

“Aku kehilangan Ayah saat itu. Tapi dia kehilangan kedua orang tuanya. Rasa sakitnya dua kali lipat lebih dibanding aku,” cerita Ji Ah.



Keesokan harinya. Ibu membawa sebuket bunga dan mengunjungi Sung Hyun yang berada ditoko roti. Disana, dengan sikap berpura- pura sedikit bercanda, Ibu menanyai, apakah Sung Hyun mempunyai pacar. Dan saat Sung Hyun menjawab tidak, Ibu merasa senang dan langsung mengatakan bahwa Ji Ah juga tidak. Mendengar itu, Sung Hyun merasa heran ada apa.


“Kenapa kalian berdua tidak berkencan dengan siapapun? Seharusnya kamu tidak menyia- nyiakan masa mudamu,” kata Ibu, menasehati dengan maksud. “Kalian berdua sangat mirip. Mungkin karena kalian sangat dekat,” komentar nya sambil tersenyum. Dan Sung Hyun merasa canggung serta diam sambil balas tersenyum juga.

Ibu kemudian tidak bisa menahan rasa sedihnya lagi. Jadi dia pamit dan buru- buru pergi. Melihat itu, Sung Hyun merasa bingung.


Ji Ah merasa sangat kesakitan. Dia meringis dan memanggil Ibu dengan pelan. Tapi tidak ada jawaban.


Saat Hye Sun sedang mengajar, Ibu Ji Ah menelponnya dan diapun mengangkat nya, lalu dia ingin menjelaskan kepada Ibu bahwa dia sedang mengajar. Tapi ketika dia mendengar apa yang Ibu katakan ditelpon, dia langsung terdiam.


Hye Sun kemudian menelpon Dong Chan yang sedang bekerja ditempat konstruksi. Dan Dong Chan mengangkatnya. “Halo? … Ya, aku sibuk sekarang, kenapa? … Apa maksudmu? Kenapa dengan Ji Ah? …”


Dong Chan kemudian menelpon Sung Hyun yang sedang membuat kue. Dan Sung Hyun mengangkatnya. “Ada apa? … Apa?”


Ketika Seok Jin mengetahui kalau Ji Ah masuk ke rumah sakit, dia tampak malas untuk peduli tentang hal itu.


Hye Sun dan Dong Chan datang menjenguk Ji Ah. Lalu Seok Jin juga datang untuk menjenguk Ji Ah. Saat melihatnya datang, Ji Ah merasa agak canggung. Dan Hye Sun langsung menarik Dong Chan untuk ikut pergi dengannya.


“Kembalilah ke Seoul! Ayo kemoterapi, aku akan membantumu,” ajak Seok Jin. Dan Ji Ah diam sambil menghela nafas. “Apa kamu hanya berbaring disini sambil meminta keajaiban? Aku tahu ini akan sulit. Tapi aku juga akan melakukan yang terbaik. Ayo kemoterapi,” bujuknya.

Sung Hyun yang berada diluar kamar Ji Ah, mendengar pembicaraan mereka.

Dengan serius, Ji Ah menjelaskan kepada Seok Jin bahwa sekarang yang dia inginkan adalah menggunakan sisa waktu yang dia punya. Mendengar itu, Sung Hyun pergi.


Didapur. Sung Hyun diam dan merenung. Lalu dengan penuh emosi, dia melemparkan kue yang dibuatnya ke dinding, barulah dia merasa lebih lega.

Dikursi tunggu rumah sakit. Ibu menanyai pendapat Dokter Eun sebagai dokter. Dan sebagai dokter, Dokter Eun menyarankan supaya Ji Ah mengikuti kemoterapi, karena sebagai dokter, mereka tidak bisa menyerah pada pasien. Ibu lalu menanyai pendapat Dokter Eun sebagai keluarga. Dan sebagai keluarga, Dokter Eun tetap menyarankan supaya Ji Ah mengikuti kemoterapi. Tepat disaat itu, Ji Ah datang. Dan mereka berdua berusaha membujuk Ji Ah untuk mengikuti kemoterapi.


“Bagaimana jika itu  bukan masalah anggota keluarga tapi masalahmu sendiri, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Ji Ah dengan serius. Dan Dokter Eun diam. “Bu, biarkan aku melakukan apa yang aku suka. Dengan begitu, kamu tidak akan menyesali apapun,” jelasnya, meminta. Dan Ibu menatap Ji Ah dengan tatapan sedih. “Aku ingin pulang ke rumah. Ayo pergi,” ajak Ji Ah sambil tersenyum kecil.


Ji Ah berdiri di pinggir danau dan menikmati pemandangan disana. Lalu Sung Hyun datang mendekatinya. “Mari kita berkencan,” katanya dengan serius. “Aku juga menyukaimu. Jika kamu tidak keberatan, aku ingin jadi pacarmu,” jelasnya. Dan mendengar itu, Ji Ah diam, sebab ini terlalu tiba- tiba.


Tepat disaat itu, Dong Chan lewat dan kebetulan mendengar pembicaraan mereka berdua. “Keduanya akan berkencan…” teriaknya, mengumumkan dengan keras. Lalu dia segera pergi ke paviliun.

Mendengar itu, Ji Ah menatap Sung Hyun dengan canggung. Dan Sung Hyun balas menatapnya sambil tersenyum, lalu dia memegang tangan Ji Ah dan membawanya untuk berkumpul dengan semuanya.


Dipaviliun. Empat teman Sung Hyun dan Ji Ah, mereka semua memberikan selamat kepada mereka berdua. Dan Ji Ah diam dengan canggung. Sementara Sung Hyun membalas dengan senyum.


Besok harinya. Sung Hyun mengajak Ji Ah untuk pergi ke suatu tempat dengan gugup. Dan karena Ji Ah ingin membahas tentang hal kemarin, maka diapun setuju dan mengikuti Sung Hyun.


Saat sampai ditempat tujuan, Ji Ah heran melihat tempat tersebut. Karena didalam ruangan penuh dengan balon warna- warni, kelopak- kelopak bunga cantik dilantai, juga ada tulisan LOVE yang sangat besar sekali. “Hei, aku pikir kita berada di tempat yang salah,” gumamnya, merasa ragu.

Lalu disaat itu, keempat temannya datang dan membunyikan terompet menyambut nya. Kemudian Sung Hyun tiba- tiba berlutut di hadapannya.

“Maukah kamu menikah denganku?” tanya Sung Hyun.

“Apa kamu bercanda? Kamu mengajakku berkencan kemarin dan sekarang kamu melamarku?” balas Ji Ah dengan agak ketus.

“Sudah dua puluh tahun. Kita bertemu saat berusia tujuh tahun, selama dua puluh tahun. Sejak saat itu… “ jawab Sung Hyun, menjelaskan.

“Itu sebabnya kita harus tetap berteman,” balas Ji Ah.


Mendengar itu, Sung Hyun langsung berdiri. “Terus terang, kita bukan hanya teman. Kita berkencan saat masih SMA, kita bahkan berciuman. Ji Ah, jangan berpisah lagi, tetap bersamaku. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak pernah melupakanmu bahkan sedetikpun,” jelasnya dengan tulus dan serius.

“Terima kasih. Tapi bukan aku,” balas Ji Ah. “Aku jarang memikirkanmu selama tujuh tahun itu. Aku mengajakmu berkencan? Seperti yang aku katakan kemarin. Itu hanya lelucon,” tegasnya.


“Kamu ketakutan. Kamu tidak ingin sendirian. Kamu tidak punya waktu,” balas Sung Hyun, mengerti perasaan Ji Ah yang sesungguhnya.

Mendengar itu, Ji Ah mendengus pelan. “Yang kamu katakan benar. Aku takut, aku tidak ingin sendirian. Dan bahkan waktuku tidak banyak. Tapi ini tidak benar,” balasnya. Lalu dia pergi.

Melihat itu, Hye Sun menggerutu pelan kepada Dong Chan. Lalu dia pergi mengejar Ji Ah.

Saat Ji Ah pulang, dia protes kepada Ibu. Sebab dia yakin kalau Ibu yang telah memberitahu Sung Hyun kalau dia menderita kanker dan Ibu yang meminta Sung Hyun untuk tetap disisinya sampai dia mati. Dan Ibu menyangkal. Lalu Ibu menanyai, bukankah Ji Ah masih menyukai Sung Hyun, dan Sung Hyun juga menyukai Ji Ah.


“Ibu,” teriak Ji Ah. “Aku akan mati. Bagaimana dengan Sung Hyun setelah aku mati? Apa kesalahannya sehingga pantaas mendapatkannya?!” teriaknya.

“Diam!” bentak Ibu dengan sedih. “Maafkan aku. Maafkan Ibu. Aku tidak pernah tahu bahwa putri Ibu satu- satunya menderita kanker. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Bahkan ketika dia tidak ingin dirawat,” jelas Ibu sambil menangis sedih.

Mendengar itu, Ji Ah mengabaikan Ibu dan pergi ke dalam kamarnya.


Diluar rumah. Hye Sun mendengar semua itu dan merasa sedih untuk Ji Ah.


Post a Comment

Previous Post Next Post